PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah setiap kejadian
medis yang tidak diinginkan, terjadi setelah pemberian imunisasi, dan
belum tentu memiliki hubungan kausalitas dengan vaksin. Gejala KIPI
bisa berupa gejala ringan yang dirasakan tidak nyaman atau berupa
kelainan hasil pemeriksaan laboratorium. (WHO, 2021)
Tanda dan gejala umum infeksi Covid -19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus Covid -19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada
sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes RI, 2020).
Seiring dengan peningkatan kasus yang terus menerus, serta
kemungkinan bahwa virus COVID-19 tidak bisa 100% dihilangkan,
mulai muncul wacana untuk hidup berdampingan dengan virus COVID-
19. Karena itu untuk mengurangi angkat morbiditas dan mortalitas
penduduk, beberapa autoritas kesehatan kemudian berlomba-lomba
untuk menciptakan vaksinasi. Terbilang pada tahun 2020 telah muncul
berbagai vaksin yang telah lolos uji klinis fase 2 dan mendapat
Emergency Authority dalam penggunaannya sehingga siap untul
disebarluaskan dan digunakan (World Health Organization, 2021).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada faktor yang berhubungan
dengan kejadian KIPI pasca Vaksinasi COVID-19 di wilayah Antang.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui efek samping dari Vaksin COVID-19
b. Untuk mengetahui penyebab KIPI pasca Vaksin COVID-19
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kejadian KIPI pasca vaksinasi
Covid-19 pada masyarakat Antang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman belajar yang
sangat berharga bagi peneliti tentang manfaat penelitian dalam
menyusun dam melaksanakan penelitian serta dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh pada bangku perkuliahan,
khususnya ilmu Epidemiologi.
2. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya referensi dan literature kepustakaan mengenai
Vaksin dan KIPI
b. Memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai vaksin
c. Memberikan masukan bagi semua pihak yang memerlukan
pada penelitian terkait.
3. Manfaat Praktis
a. Bagi F
b. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
c. Untuk menerapkan secara dinamis ilmu yang sudah di
peroleh.
d. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang di
perlukan kepada peneliti selanjutnya yang memiliki
penelitian sejenis dikesempatan lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidung beringus.
Sakit kepala.
Batuk.
Sakit tenggorokan.
Demam.
Merasa tidak enak badan.
Hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman (dr.
Rizal Fadli, 2021).
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat
menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah
menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19),
yang mengakibatkan gejala seperti:
2. Penyebab KIPI
Berdasarkan penyebabnya,KIPI dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Reaksi KIPI terkait komponen vaksin. Komponen vaksin antara
lain adjuvant, antiobiotik, antigen, pelarut, pengawet, stabilizer
dan bahan lainnya.
b. Reaksi KIPI terkait cacat mutu vaksin. KIPI jenis ini terkait cacat
mutu pada vaksin, maupun alat pemberian yang disediakan
produsen.
c. Reaksi KIPI terkait kesalahan prosedur. Penyebab KIPI jenis ini
yaitu kesalahan saat pelarutan vaksin maupun pemberian
vaksin.
d. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik.
e. Reaksi KIPI akibat kejadian koinsiden. Reaksi KIPI jenis ini
diakibatkan oleh hal-hal yang tidak terkait empat hal di atas,
contohnya demam yang muncul sebelum atau saat vaksinasi
(Sari, 2021)
3. Kategori KIPI
Menurut WHO, KIPI dikelompokkan ke dalam lima kategori.
Kategori KIPI di antaranya adalah:
a. KIPI yang terkait produk vaksin
KIPI kelompok ini diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau
lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.
Contohnya pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi
DTP.
b. KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin disebabkan atau
dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin,
termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh
produsen. Contohnya kegagalan yang dilakukan oleh produsen
vaksin pada waktu melakukan inaktivasi lengkap virus polio
saat proses pembuatan vaksin IPV Vaksin polio inaktivasi
(IPV).
c. KIPI terkait kekeliruan prosedur imunisasi
kekeliruan prosedur imunisasi disebabkan oleh cara
penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau
pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari. Contoh dari
KIPI ini adalah penularan infeksi karena vial multidosis yang
terkontaminasi.
d. KIPI terkait kecemasan terkait imunisasi
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu pemberian
imunisasi. Contohnya terjadinya vasovagal syncope (Sinkope
vasovagal). Ini merupakan reaksi neurovaskuler yang
menyebabkan pingsan pada remaja saat atau sesudah
imunisasi.
e. KIPI terkait kejadian koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin,
kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi.
Kejadian koinsiden mencerminkan peristiwa sehari-hari dari
masalah kesehatan di masyarakat yang sering dilaporkan (Dwi
Zain Musofa, 2021).
4. Jenis KIPI
a. KIPI non serius
KIPI non serius adalah kejadian medik yang terjadi setelah
imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada
kesehatan si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan
bersamaan dengan hasil cakupan imunisasi.
b. KIPI serius
KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah imunisasi
yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan kematian, serta
yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Oleh karena itu,
KIPI serius perlu dilaporkan segera setiap kejadian secara
berjenjang. Selanjutnya diinvestigasi oleh petugas kesehatan
yang menyelenggarakan imunisasi untuk dilakukan kajian serta
rekomendasi oleh Komda dan atau Komnas PP KIPI, yang terdiri
dari para ahli epidemiologi dan profesi.
5. Gejala KIPI
Gejala KIPI bisa berupa gejala ringan yang dirasakan, rasa
tidak nyaman atau berupa kelainan hasil pemeriksaan laboratorium
(Dwi Zain Musofa, 2021).
Beberapa KIPI ringan ini contohnya adalah pusing, mual,
nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri di tempat
suntikan, kelelahan, malaise (perasaan lelah, tidak nyaman, dan
kurang enak badan), dan demam (Dwi Zain Musofa, 2021).
Sementara KIPI berat adalah istilah yang termasuk KIPI
serius dan reaksi berat lainnya. Yang termasuk KIPI berat seperti
kejang, trombositopenia, Hypotonic Hyporensponsive Episode
(HHE), hingga menangis terus menerus (pada anak) (Dwi Zain
Musofa, 2021).
6. KIPI Covid-19
Menurut Prof. DR.Dr.Hindra Irawan Satari,SpA(K),MtropPae
d selaku Ketua Komnas KIPI dalam paparan tertulisnya, KIPI COVI
D-19 adalah KIPI dengan perhatian khusus (Adverse Event Special
Interest/AESI). Deteksi dan pelaporan kejadian ikutan pasca imunis
asi COVID-19 yang tepat waktu adalah langkah pertama dalam
memastikan keamanan vaksin (Dwi Zain Musofa, 2021).
2. Jenis Vaksin
Ada berbagai jenis vaksin yang beredar. Jenis vaksin yang
berbeda mempunyai formulasi yang berbeda. Formulasi yang
berbeda ini mempengaruhi cara penggunaannya dan
penyimpanannya. Kalau ternyata berbagai vaksin yang berbeda
jenisnya tersebut efektif dan aman untuk diberikan maka sikap
petugas harus mengenal berbagai jenis vaksin yang berbeda ini
dan tahu cara pengelolaan dan penanganannya (WHO, 2022).
a. Vaksin Hidup Yang Dilemahkan (LAV)
Vaksin Hidup Yang Dilemahkan (LAV-Live Attenuated
Vaccine) sudah ada sejak tahun 1950, merupakan suatu
vaksin yang dibuat dari miikroorganisme hidup (sekarang
tersedia virus dan bakteri) yang telah dilemahkan di
laboratorium. Vaksin ini akan bereplikasi dalam tubuh
seseorang yang telah divaksinasi, pada umumnya
menimbulkan sakit ringan atau tidak sakit. Contoh: Bakteri
(Tuberkulosis/BCG) Virus Vaksin (Polio Oral, Campak,
Rotavirus, Demam Kering).
b. Vaksin Sel Utuh Yang Diinaktivasi (anitgen mati)
Vaksin ini dibuat dari mikroorganisme (virus,bakteri dan lain-
lain) yang telah dimatikan dengan proses menggunakan
bahan kimia tertentu atau secara fisik. Mikroorganisme yang
sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit. Contoh:
Bakteri (Pertusis) Virus (Virus Polio yang Diinativasi).
c. Vaksin Subunit (Antigen Murni)
Vaksin subunit, seperti vaksin inaktivasi sel utuh, tidak
mengandung komponen patogen hidup. Berbeda
dengan vaksin inaktivasi yang berisi sel utuh,vaksin subunit
hanya mengandung sebagian dari komponen patogen.
Bagian dari patogen ini dapat merangsang pembentukan
respon kekebalan.
d. Vaksin Toksoid
Vaksin toksoid dibuat dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri
tertentu (tetanus atau difteri). Toksin ini masuk dalam aliran
darah dan menyebabkan gejala penyakit. Toksin berbasis
protein tidak berbahaya (toksoid) dan digunakan sebagai
antigen yang dapat merangsang kekebalan (WHO, 2022).
3. Tujuan Vaksinasi
a. Membentuk kekebalan kelompok
b. Menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19
c. Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara
menyeluruh
d. Menjaga produktifitas dan meminimalkan dampak sosial dan
ekonomi (Timur, n.d.)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan
pustaka, maka telah diidentifikasikan variabel dalam kerangka
konsep penelitian, baik variabel dependen (variabel terikat) yaitu
kejadian KIPI, serta variabel independent (variabel bebas) adalah
Vaksinasi Covid-19.
Vaksinasi merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Populasi
D. Sampel
E. Besar Sampel
F. Teknik Pengambilan Sampel
G. Pengumpulan Data
H. Sumber Data
I. Pengolahan dan Analisis Data
J. Penyajian Data
K. Langkah-Langkah Penelitian
L. Organisasi Penelitian