Anda di halaman 1dari 72

PROPOSAL PENELITIAN

SAMPUL
GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) VAKSIN SINOVAC
PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 LUWU UTARA KECAMATAN BAEBUNTA
SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2022

Oleh:

S. Nur Fauziyah Masse

14120180088

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
PERSETUJUAN

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) VAKSIN


SINOVAC PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 LUWU UTARA KECAMATAN
BAEBUNTA SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2022

OLEH :

S. NUR FAUZIYAH MASSE

14120180088

Disetujui untuk diseminarkan

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fatmah A. Gobel, SKM., M.Epid Hasriwiani Habo Abbas, SKM, M.Kes., Ph. D

Makassar, 17 Maret 2022

Diketahui,

Wakil Dekan I

Dr. Arman. SKM., M.Kes


DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................

PERSETUJUAN............................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................7

C. Tujuan Penelitian...............................................................................7

D. Manfaat Penelitian.............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................10

A. Tinjauan Umum Tentang COVID-19................................................10

B. Tinjauan Umum Tentang KIPI..........................................................19

C. Tinjauan Umum Tentang Vaksin......................................................25

D. Kajian Keislaman.............................................................................29

E. Kerangka Teori.................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................46

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti............................................46

B. Bagan Kerangka Konsep.................................................................47

C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif.......................................47


BAB IV METODE PENELITIAN................................................................54

A. Jenis Penelitian................................................................................54

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................54

C. Populasi............................................................................................54

D. Sampel.............................................................................................55

E. Sumber Data....................................................................................57

F. Pengolahan dan Analisis Data.........................................................58

G. Langkah-Langkah Penelitian...........................................................59

H. Organisasi Penelitian.......................................................................60

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................61

KUESIONER..............................................................................................64
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit

jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada

manusia yang merupakan infeksi saluran pernapasan yang

disebabkan oleh Virus yang dinamakan SARS-CoV-2. Virus corona

adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke

manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), Orang yang paling

berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan

pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 (Putri,

2020).

Wabah virus corona pada tahun 2019 yang telah menyebar

hampir ke seluruh dunia ini bermula dari sebuah pasar yang ada di

Provinsi Wuhan China. Pada 30 Januari 2020, Direktur Jenderal WHO

menetapkan bahwa wabah penyakit coronavirus (COVID-19)

merupakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian

Internasional (WHO, 2020a). Sejak awal pandemi 2019 hingga 14

maret 2022 terhitung jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia

mencapai 485,243,022 dengan jumlah kasus kematian sebanyak

6,137,553, kasus tertinggi berada di negara USA sebanyak 79,292,582

kasus dengan kasus kematian sejumlah 971,569 jiwa, disusul negara


India dengan 43,024,440 kasus dengan kasus kematian sebanyak

521,129 jiwa, kemudian negara Brazil dsebanyak 29,882,397 kasus

dengan kasus kematian 659,241 jiwa. Pada Februari 2022, sebanyak

2.127.831 kasus COVID-19 dilaporkan dari 22 negara Eastern

Mediterranean Region (EMR). Ada 12% peningkatan dalam kasus

yang dilaporkan secara keseluruhan dibandingkan dengan bulan

sebelumnya yaitu 1.875.777. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari

Republik Islam Iran diikuti oleh Yordania dan Lebanon. (WHO, 2022a)

Pada 3 januari 2020 hingga 14 maret 2022, di Indonesia telah

terjadi 5.900.124 kasus COVID-19 dengan 152.437 kematian, yang

dilaporkan kepada Worl Health Organization (WHO) (WHO, 2022c).

Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada

tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari

seorang warga negara Jepang. Pada tanggal 9 April, pandemi sudah

menyebar ke 34 provinsi diantaranya DKI Jakarta, Jawa

Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar virus corona

di Indonesia.(Kemkes, 2021)

Kasus COVID-19 yang telah menginfeksi dihampir seluruh

wilayah di Indonesia khususnya wilayah provinsi Sulawesi Selatan ada

24 kabupaten yang terkonfirmasi terinfeksi COVID-19. Jumlah kasus

positif COVID-19 di seluruh wilayah di kota Makassar hingga 15 Maret

2022 mengalami lonjakan. Jumlah kasus COVID-19 di Kota Makassar

telah mencapai 62.174 orang, serta 1.073 orang meninggal, 8.309

2
kasus positif infeksi, dan 52.792 orang yang dinyatakan sembuh.

Sedangkan jumlah kasus terkonfirmasi di salah satu wilayah di

Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Luwu Utara sebanyak 3.633 kasus

di antaranya 221 orang yang dirawat, 3.321 orang dinyatakan sembuh

dan 91 orang dinyatakan meninggal akibat COVID-19

(covid19.sulselprov, 2022)

Dengan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 yang semakin

meningkat, pemerintah Indonesia membuat peraturan baru yaitu

pengadaan vaksinasi yang wajib diberikan kepada masyarakat,

khususnya tenaga kesehatan, tenaga pengajar, maupun tenaga di

instansi lainnya, dan juga pada peserta didik baik tingkat sekolah dasar

hingga perguruan tinggi. Oleh karen itu, The Emergency Committe

telah menyatakan bahwa penyebaran COVID-19 dapat dihentikan

jika dilakukan proteksi, deteksi dini, isolasi, dan perawatan yang

cepat agar tercipta implementasi sistem yang kuat untuk

menghentikan penyebaran COVID-19. (Makmun & Hazhiyah, 2020).

Untuk mengurangi angkat morbiditas dan mortalitas

penduduk, beberapa autoritas kesehatan kemudian mencoba untuk

menciptakan vaksin. Terbilang pada tahun 2020 telah muncul berbagai

vaksin yang telah lolos uji klinis fase 2 dan mendapat Emergency Use

Authority untuk penggunaannya sehingga siap untuk disebarluaskan

dan digunakan untuk masyarakat (Budiyanti et al., 2021)

3
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang

sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau

bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang

telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik

secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Exda Hanung Lidiana et

al., 2021).

Berdasarkan data Our World in Data 12 Maret 2022, ada 10

miliar total dosis yang telah diberikan secara global. 63,6% populasi di

dunia telah menerima vaksinasi lengkap dan hanya 14% populasi di

negara-negara yang berpenghasilan rendah yang menerima vaksin.

Secara keseluruhan, China dan India telah menempati urutan teratas

negara dengan pemberian jumlah dosis tertinggi, masing-masing lebih

dari tiga miliar dan 1,8 miliar. AS berada di urutan ketiga, dengan

sekitar 557 juta dosis. (Our World In Data, 2022).

Adapun situasi vaksin di Indonesia hingga 14 maret 2022 yaitu

untuk jumlah populasi yang mendapatkan vaksinasi dosis 1 sebanyak

53,80%, dosis 2 sebanyak 42,12%, dan dosis 3 sebanyak 4,06%

(Covid19hotline, 2022). Sedangkan berdasarkan data dari

humas.sulseprov.go.id hingga 8 maret 2022 program vaksinasi di

Sulawesi Selatan telah mencapai 85% dari total target 7 juta lebih jiwa.

Berdasarkan data Komite Penangan COVID-19 dan Pemuliha

Ekonomi Nasional (KPCPEN) total capaian vaksinasi di Sulawesi

4
Selatan mulai dosis 1 sebanyak 85,08%. Sedangkan dosis 2 sebanyak

58,09% dan vaksinasi booster atau dosis 3 sebanyak 2,73%

(humas.sulselprov, 2022).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara,

jumlah vaksinasi terendah di Provinsi Sulawesi Selatan berada di

Kabupaten Luwu Utara dimana pencapaian vaksinasi sebanyak

69,51%. Angka tersebut menjadi yang terendah diantara 24

kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan. Pada januari 2022 di

Kabupaten Luwu Utara tercatat 3.307 orang yang akan menerima

vaksinasi termasuk siswa disekolah sekolah yang ada di Kabupaten

Luwu Utara, sedangkan untuk stok vaksin yang tersedia ada 41.348

dosis (Dinas Kesehatan Kab Luwu Utara, 2022).

Tidak dapat dipungkiri, pemeberian vaksin dapat menimbulkan

reaksi yang berbeda pada masing-masing individu. Sebagian besar

dari orang yang telah divaksinasi mengalami keluhan pasca

vaksinasi (Covid19.go.id). Salah satu reaksi yang muncul setelah

melakukan vaksinasi adalah KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi.

Adapun beberapa orang yang mengalami KIPI setelah mendapatkan

dosis kedua, tetapi ada juga yang tidak. (WHO, 2020b)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada vaksinasi

COVID-19 adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan

vaksinasi COVID-19. Tidak semua orang yang divaksinasi akan

mengalami reaksi atau gejala KIPI. Munculnya reaksi atau KIPI adalah

5
sesuatu yang wajar. KIPI yang muncul setelah vaksinasi jauh lebih

ringan dibandingkan jika terinfeksi COVID-19. Munculnya KIPI setelah

vaksinasi menandakan bahwa vaksin sedang bekerja di dalam tubuh

dimana sistem daya tahan tubuh sedang belajar bagaimana cara

melindungi diri dari virus penyebab penyakit. KIPI umumnya bersifat

sementara dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari

(Litbangkes Baturaja, 2021).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Exa Hanung

Lidiana (2021) tentang karakteristik kejadian ikutan pasca vaksinasi

COVID-19 yang sampelnya merupakan tenaga kesehatan, dihasilkan

bahwa karakteristik munculnya KIPI pada responden yang telah

mendapatkan vaksinasi COVID-19 berdasarkan usia, jenis kelamin,

profesi, riwayat penyakit dahulu, jumlah insiden KIPI, jenis gejala KIPI,

dan lama gejala KIPI yang muncul sangatlah minimal, yang artinya

hanya sebagian orang yang merasakan gejala KIPI atau efek samping

setelah melakukan vaksinasi.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alissa Rahma (2021) mengenai gejala KIPI sinovac dapat sembuh

dengan sendirinya dengan rentan waktu gejalanya kurang lebih 1-2

hari dan reaksi serius pasca vaksinasi sinovac memiliki persentase

yang sangat kecil. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan

Adriyanto Rochmad Basuki (2022) data yang didapatkan sebanyak

54,5% responden yang mengalami gejala KIPI Sinovac, sedangkan

6
sebanyak 45,5% melaporkan tidak mengalami KIPI. Gejala KIPI yang

paling banyak muncul dalam penelitian tersebut adalah nyeri di tempat

suntik yaitu sebanyak 243 orang (42,5%).

Dari hasil pengambilan data awal Februari 2022 di SMA

Negeri 7 Luwu Utara, siswa yang melakukan vaksinasi COVID-19

sebanyak 94,65% dan sekitar 15,35% yang tidak di vaksin dengan

alasan sakit dan sementara pemulihan pasca operasi. Sedangkan

menurut salah seorang guru beberapa siswa yang telah melakukan

vaksinasi pertama atau sekitar 30,35% mengeluhkan gejala-gejala

KIPI, seperti nyeri hingga bengkak pada area bekas suntikan, lemas,

sakit kepala, bahkan sampai demam serta flu dan batuk. Untuk itu

penting dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau reaksi yang muncul setelah

melakukan vaksinasi sinovac, khususnya pada remaja atau siswa SMA

Negeri 7 Luwu Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana

Gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksin Sinovac

Pada Siswa SMA Negeri 7 Luwu Utara?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

7
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran

kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac pada siswa di

SMA Negeri 7 Luwu Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang

kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

b. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa terhadap kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

c. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa terhadap kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin sinovac.

d. Untuk mengetahui gambaran Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) berdasarkan vaksinasi dosis 1 dan vaksin dosis 2.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman belajar yang

sangat berharga bagi peneliti tentang manfaat penelitian dalam

menyusun dan melaksanakan penelitian serta dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan,

khususnya ilmu Epidemiologi.

2. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya referensi dan literature kepustakaan mengenai

KIPI Vaksin Sinovac.

8
b. Memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai KIPI

vaksin Sinovac.

c. Penelitian ini juga dapat berguna bagi peneliti selanjutnya

tentang KIPI COVID-19.

3. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

b. Untuk menerapkan secara dinamis ilmu yang sudah di

peroleh.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang di

perlukan kepada peneliti selanjutnya yang memiliki

penelitian sejenis dikesempatan lain.

4. Manfaat Subjek

Memberikan pengetahuan kepada siswa di SMA Negeri

7 Luwu Utara mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Vaksinasi Sinovac.

9
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang COVID-19

1. Devinisi COVID-19

Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 merupakan

keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia

dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi

saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom

Pernafasan Akut Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia

sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember

2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) (kemenkes, 2022).

Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa

menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS-CoV), Middle East Respiratory

Syndrome (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS-CoV) (dr. Rizal Fadli, 2021).

Virus corona atau COVID-19 adalah keluarga besar virus

yang dapat menginfeksi burung dan mamalia, termasuk

manusia. Menurut World Health Organization (WHO), virus ini


mengakibatkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi

pernapasan yang lebih parah seperti MERS-CoV dan SARS-CoV.

(Ayu Kurniawati et al., 2020)

2. Epidemiologi COVID-19

Secara global, lebih dari 200 juta kasus terkonfirmasi

COVID-19 telah dilaporkan. Sejak laporan pertama kasus dari

Wuhan, sebuah kota di Provinsi Hubei China, di akhir 2019, kasus

telah dilaporkan di semua benua. Kasus yang dilaporkan

menganggap remeh keseluruhan kasus COVID-19, karena hanya

sebagian kecil dari infeksi akut yang didiagnosis dan dilaporkan.

Survei seroprevalence amerika serikat dan eropa berpendapat

bahwa setelah memperhitungkan potensi positif atau hal-hal negatif

yang keliru, tingkat paparan SARS-CoV-2 sebelumnya,

sebagaimana dipaparkan dari seropositivitas, melebihi kasus yang

dilaporkan dengan angka 10 kali lipat atau lebih (Mcintosh et al.,

2021).

Berdasarkan prinsip epidemiologi, dalam menurunkan

kasus positif dan angka kematian yang aktif harus berfokus pada

hilir dan hulu seperti berorientasi pada aspek promotif dan

preventif (Tanjung & Sitepu, 2021). Epidemiologi penyakit Covid-

19 yang ada di Indonesia dari bulan Juli hingga bulan Desember

Tahun 2020 meliputi distribusi penyebaran pasien positif, pasien

11
sembuh, pasien meninggal, Case Fatality Rate (CFR) dan

Cumulative Incidence (CI) (Tanjung & Sitepu, 2021).

Case Fatality Rate (CFR) adalah alat ukur yang umum

digunakan untuk mengukur keparahan dari penyakit akut yang

berguna untuk menilai manfaat dari terapi baru atau keefektifan

dari sebuah intervensi. CFR merupakan proporsi kasus penyakit

tertentu yang menyebabkan kematian dalam suatu waktu.

Umumnya CFR disajikan dalam bentuk persentase. Cumulative

Incidence adalah probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk

menjadi sakit selama periode waktu tertentu. Case Fatality Rate

COVID-19 yang terjadi di Indonesia dari bulan Juli hingga bulan

Desember semakin lama semakin menurun. Mulai bulan Juli ke

Agustus, bulan Agustus ke September sampai Oktober, bulan

November hingga Desember CFR Covid-19 di Indonesia tahun

2020 semakin menurun (Tanjung & Sitepu, 2021).

Cumulative Incidence adalah probabilitas dari seorang

yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu.

Cumulative Incidence atau angka kejadian penyakit pada Covid-

19 di Indonesia mengalami peningkatan dari bulan Juli hingga

bulan September.Namun, mengalami penurunan pada bulan

Oktober yang kemudian mengalami peningkatan kembali dari

bulan November hingga bulan Desember tahun 2020 di

Indonesia. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin

12
bertambahnya kasus positif Covid- 19 di Indonesia dikarenakan

lalai nya masyarakat Indonesia sendiri. Masyarakat tidak

menerapkan dan melakukan saran maupun nasihat dari tenaga

kesehatan dan pemerintahan dalam pencegahan penularan seperti

jaga jarak (Tanjung & Sitepu, 2021).

Konsep dasar timbulnya suatu penyakit yaitu “triangle

epidemiology”, yaitu terdiri dari tiga unsur yang pertama adalah

host atau manusia, agent atau penyebab penyakit dan environment

yaitu lingkungan. Segitiga epidemiology ini harus seimbang dan

sama panjang agar suatu penyakit tidak muncul sebagai gangguan

pada individu maupun populasi.(Nurida, 2020)

Gambar 2.1
Segitiga Epidemiologi COVID-19

3. Etiologi Covid-19

Analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa virus

tersebut memiliki identitas urutan 88% dengan dua virus korona

13
mirip sindrom pernapasan akut (SARS) yang diturunkan dari

kelelawar, tetapi lebih jauh dari virus corona sindrom pernapasan

akut parah (SARS-CoV). Oleh karena itu, untuk sementara disebut

2019-novel coronavirus (SARS-CoV-2). (Rauf et al., 2020)

Coronavirus adalah asam ribonukleat berselubung dan

beruntai tunggal yang dinamai seperti korona matahari karena

permukaannya yang berduri sepanjang 9-12 nm. Ada empat protein

struktural utama yang dikodekan oleh genom coronaviral pada

envelope, salah satunya adalah protein spike (S) yang mengikat

reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) dan memediasi

fusi selanjutnya antara envelope dan membran sel inang untuk

membantu masuknya virus ke dalam sel inang.(Rauf et al., 2020)

Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi Coronavirus

(CSG) dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus akhirnya

menetapkannya sebagai sindrom pernafasan akut yang parah

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) berdasarkan filogeni, taksonomi, dan

praktik yang mapan. Kemudian setelah itu, WHO menamai penyakit

yang disebabkan oleh coronavirus ini sebagai Coronavirus Disease

2019 (COVID-19). Berdasarkan data saat ini, tampaknya kelelawar

pada awalnya mungkin menjadi inang COVID-19, yang mungkin

telah ditularkan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar

lainnya yang dijual di pasar makanan laut Huanan, dengan

14
penyebaran selanjutnya melalui penularan dari manusia ke

manusia.(Rauf et al., 2020)

4. Faktor Risiko Penyebab Infeksi COVID-19

Berdasarkan salah satu jurnal penelitian, penyakit

komorbid hipertensi, diabetes melitus, jenis kelamin laki laki dan

perokok adalah faktor risiko COVID-19. Pasien dengan jenis

kelamin laki laki diduga karena prevalensi perokok yang tinggi pada

laki laki (Aditia, 2021). Kerentanan lain juga terjadi pada pasien

kanker dan penyakit hati kronik. Kanker diasosiasikan dengan

reaksi imunosupresif sedangkan penyakit hati kronik mengalami

penurunan respon imun sehingga meningkatkan resiko

terjangkit COVID-19 (Aditia, 2021).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari

hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus

Corona juga menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat

tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar

saat penderita COVID-19 batuk atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih

dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah

penderita COVID-19

c. Melakukan kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19 (dr.

Pittara, 2022)

15
Virus Corona juga bisa menular melalui benda-benda yang

sering disentuh, misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan

meja. Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja,

tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi

pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit

tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah,

misalnya pada penderita kanker (dr. Pittara, 2022).

Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi

menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19.

Oleh sebab itu, para tenaga medis dan orang-orang yang sering

kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat

pelindung diri (APD) (dr. Pittara, 2022).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, terdapat

beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Varian yang

dimaksud dibagi menjadi dua jenis, yaitu variant of concern (VOC)

dan variant of interest (VOI) (dr. Pittara, 2022).

VOC adalah varian virus SARS-CoV-2 yang dapat

meningkatkan risiko penularan COVID-19 dengan cepat,

memperparah gejala, dan mengurangi efektivitas terapi. Berikut ini

adalah jenis variant of concern tersebut:

a. Varian Alfa (B.1.1.7) yang pertama kali ditemukan di Inggris

pada September 2020.

16
b. Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pertama kali

ditemukan di Afrika Selatan pada Mei 2020.

c. Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pertama kali ditemukan

di Brazil pada November 2020.

d. Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pertama kali

ditemukan di India pada Oktober 2020.

e. Varian Omicron (B.1.1.529) yang pertama kali ditemukan di

beberapa negara pada November 2021 (dr. Pittara, 2022).

Sementara itu, VOI adalah varian yang saat ini sedang

diteliti karena dicurigai berpotensi menjadi VOC. Jenis varian

tersebut adalah:

a. Varian Lamda (c.37) yang pertama kali ditemukan di Peru pada

Desember 2020.

b. Varian Mu (B.1621) yang pertama kali ditemukan di Kolombia

pada Januari 2021 (dr. Pittara, 2022).

5. Gejala Infeksi Virus Corona

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada

pengidapnya. Gejala yang muncul ini bergantung pada jenis virus

yang menyerang dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut

ini beberapa ciri-ciri awal corona:

a. Hidung beringus.

b. Sakit kepala.

c. Batuk.

17
d. Sakit tenggorokan.

e. Demam.

f. Merasa tidak enak badan.

g. Hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman (dr. Rizal

Fadli, 2021).

Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat

menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah

menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19),

yang mengakibatkan gejala seperti, demam yang mungkin cukup

tinggi bila pengidap mengidap pneumonia, batuk dengan lendir,

sesak napas serta nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk

(dr. Rizal Fadli, 2021).

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok

individu tertentu. Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau

paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan

lansia. Beberapa pengidap COVID-19 juga mengalami gejala yang

sebenarnya bersifat ringan (dr. Rizal Fadli, 2021).

6. Pencegahan COVID-19

WHO mengeluarkan rekomendasi pencegahan COVID-19 yaitu

sebagai berikut (WHO, 2019):

a. Rajin mencuci tangan dengan cairan alkohol maupun sabun

dan air untuk membunuh virus

b. Menjaga jarak sejauh 1 meter dengan orang lain

18
c. Menghindari tempat yang ramai dan memungkinkan terjadi

kontak dengan orang lain

d. Jangan menyentuh mata, hidung dan mulut secara langsung

sebelum membersihkan tangan

e. Tetap di rumah untuk menghindari kontak dengan orang lain

f. Jika mengalami gejala gejala umum COVID-19 segera mencari

bantuan medis

g. Selalu mengakses informasi yang dapat dibuktikan dan

dipercaya terkait COVID-19.

B. Tinjauan Umum Tentang KIPI

1. Definisi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

KIPI merupakan respon tubuh terhadap vaksin yang

disuntikkan ke dalam tubuh. Gejalanya bervariasi di setiap orang.

KIPI dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu KIPI serius dan KIPI non

serius(Sari, 2021).

Meskipun vaksin semua yang digunakan dalam program

imunisasi nasional aman dan efektif jika digunakan dengan benar,

namun dalam praktiknya, tidak ada vaksin yang benar-benar

bebas risiko dan kadang- kadang efek samping dapat terjadi

setelah imunisasi. Coincidental event: KIPI yang disebabkan oleh

hal lain selain produk vaksin, kesalahan imunisasi atau

kecemasan imunisasi (Hafizzanovian et al., 2021).

19
KIPI non serius dan bersifat sementara, antara lain:

(UNICEF, 2021)

a. Demam yang ditandai dengan suhu di atas 37,8˚C

b. Mual atau muntah

c. Menggigil

d. Rasa lelah

e. Sakit kepala atau nyeri otot

f. Nyeri sendi

g. Nyeri pada lengan, di tempat suntikan

2. Faktor Penyebab KIPI

Penyebab KIPI terbagi menjadi empat macam yaitu

kesalahan teknis pelaksana, imunisasi, induksi vaksin, faktor

kebetulan dan penyebab tidak diketahui (Kristiningtyas &

Purwandari, 2020).

Berdasarkan penyebabnya,KIPI dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Reaksi KIPI terkait komponen vaksin. Komponen vaksin antara

lain adjuvant, antiobiotik, antigen, pelarut, pengawet, stabilizer

dan bahan lainnya.

b. Reaksi KIPI terkait cacat mutu vaksin. KIPI jenis ini terkait cacat

mutu pada vaksin, maupun alat pemberian yang disediakan

produsen.

20
c. Reaksi KIPI terkait kesalahan prosedur. Penyebab KIPI jenis ini

yaitu kesalahan saat pelarutan vaksin maupun pemberian

vaksin.

d. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik.

e. Reaksi KIPI akibat kejadian koinsiden. Reaksi KIPI jenis ini

diakibatkan oleh hal-hal yang tidak terkait empat hal di atas,

contohnya demam yang muncul sebelum atau saat vaksinasi

(Sari, 2021)

3. Kategori KIPI

Menurut WHO, KIPI dikelompokkan ke dalam lima

kategori. Kategori KIPI di antaranya adalah:

a. KIPI yang terkait produk vaksin

KIPI kelompok ini diakibatkan atau dicetuskan oleh satu

atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.

Contohnya pembengkakan luas di tungkai setelah imunisasi

DTP.

b. KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin

KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin disebabkan

atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin,

termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh

produsen. Contohnya kegagalan yang dilakukan oleh produsen

vaksin pada waktu melakukan inaktivasi lengkap virus polio

21
saat proses pembuatan vaksin IPV Vaksin polio inaktivasi

(IPV).

c. KIPI terkait kekeliruan prosedur imunisasi

kekeliruan prosedur imunisasi disebabkan oleh cara

penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau

pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari. Contoh dari

KIPI ini adalah penularan infeksi karena vial multidosis yang

terkontaminasi.

d. KIPI terkait kecemasan terkait imunisasi

KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu pemberian

imunisasi. Contohnya terjadinya vasovagal syncope (Sinkope

vasovagal). Ini merupakan reaksi neurovaskuler yang

menyebabkan pingsan pada remaja saat atau sesudah

imunisasi.

e. KIPI terkait kejadian koinsiden

KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin,

kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi.

Kejadian koinsiden mencerminkan peristiwa sehari-hari dari

masalah kesehatan di masyarakat yang sering dilaporkan (Dwi

Zain Musofa, 2021).

4. Jenis KIPI

a. KIPI Serius

22
KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah

imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan

kematian, serta yang menimbulkan keresahan di masyarakat.

KIPI serius cenderung langka terjadi, tapi bisa menimbulkan

dampak yang serius. KIPI serius pada umumnya disebabkan

oleh respon sistem imun terhadap vaksin dan menyebabkan

reaksi alergi berat terhadap bahan vaksin, menurunkan

trombosit, menyebabkan kejang, dan hipotonia. Semua gejala

KIPI serius dapat diatasi dan sembuh secara total tanpa adanya

dampak jangka panjang (Noviana et al., 2019). Komnas kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan

Satari mengatakan proporsi yang mengalami KIPI serius di

Indonesia 42/1 juta.

b. KIPI Non Serius

KIPI non serius adalah kejadian medik yang terjadi

setelah imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada

kesehatan si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan

dengan hasil cakupan imunisasi. Gejala KIPI non serius dapat

bersifat lokal atau sistemik. KIPI non serius bersifat lokal dapat

berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan di area

tubuh yang mengalami infeksi setelah diberikan imunisasi

(Noviana et al., 2019). Komnas kejadian ikutan pasca imunisasi

23
(KIPI) Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan proporsi

yang mengalami KIPI serius di Indonesia 5/10 ribu.

5. Gejala KIPI

Gejala KIPI bisa berupa gejala ringan yang dirasakan, rasa

tidak nyaman atau berupa kelainan hasil pemeriksaan laboratorium

(Dwi Zain Musofa, 2021).

Beberapa KIPI ringan ini contohnya adalah pusing, mual,

nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri di tempat

suntikan, kelelahan, malaise (perasaan lelah, tidak nyaman, dan

kurang enak badan), dan demam (Dwi Zain Musofa, 2021).

Sementara KIPI berat adalah istilah yang termasuk KIPI

serius dan reaksi berat lainnya. Yang termasuk KIPI berat seperti

kejang, trombositopenia, Hypotonic Hyporensponsive Episode

(HHE), hingga menangis terus menerus (pada anak) (Dwi Zain

Musofa, 2021).

6. KIPI Covid-19

Menurut Prof. DR.Dr.Hindra Irawan Satari,SpA(K),MtropPa

ed selaku Ketua Komnas KIPI dalam paparan tertulisnya, KIPI COV

ID-19 adalah KIPI dengan perhatian khusus (Adverse Event

Special

Interest/AESI). Deteksi dan pelaporan kejadian ikutan pasca imunis

asi COVID-19 yang tepat waktu adalah langkah pertama dalam

memastikan keamanan vaksin (Dwi Zain Musofa, 2021).

24
Deteksi KIPI Covid dilakukan melalui surveilans pasif. Hal

ini melibatkan penerima vaksin, penyedia layanan kesehatan dan

staf di fasilitas perawatan kesehatan atau imunisasi yang

mendeteksi KIPI dan melaporkannya secara berjenjang sesuai

SOP di PMK 12/2017 (Dwi Zain Musofa, 2021).

Pasien yang mengalami gangguan kesehatan KIPI

diberikan pengobatan dan perawatan selama proses investigasi

dan pengkajian kausalitas (Dwi Zain Musofa, 2021).

7. Surveilans KIPI

Menurut komnas kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

Prof. Dr. Hinky Hindra Irawan Satari, tujuan surveilans KIPI yaitu:

 Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI

diperlukan pencatatan dan pelaporan semua reaksi yang timbul

setelah pemberian imunisasi.

 Surveilans KIPI tersebut sangat membantu imunisasi, untuk

mengetahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan

vaksin yang diberikan ataukah terjadi secara kebetulan.

 Ia juga mengatakan bahwa tujuan utama surveilans KIPI adalah

untuk menfeteksi dini, merespon KIPI dengan cepat dan tepat,

mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan

individu dan terhadap imunisasi.

C. Tinjauan Umum Tentang Vaksin

1. Definisi Vaksin

25
Vaksin adalah setian bahan yang diproses dengan fungsi

tertentu yang ketika diberikan, dapat mencegah serta mengurangi

penyakit atau gangguan dalam tubuh sasaran dengan menginduksi

atau memodifikasi kekebalan adaptasi respon yang spesifik untuk

antigen didalam vaksin (Lin & He, 2012).

Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana

seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit

sehingga apabila suatu saat terpajang dengan penyakit tersebut

maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya

dengna pemberian vaksin. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan

kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga

apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak

akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Pandemi Covid-19

sejak tahun 2 Maret 2020 diumumkan kasus pertama di Indonesia

telah menyebar dengan cepat. Salah satu strategi penanggulangan

bertujuan untuk memperlambat dan menghentikan laju

transmisi/penularan, dan menunda penyebaran penularan.

Vaksinasi Covid-19 merupakan bagian dari strategi

penanggulangan Covid-19. Pelaksanaan vaksinasi COVID-19

bertujuan untuk melindungi masyarakat dari infeksi SARS-CoV-2

yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian akibat COVID-

19.(Ritunga et al., 2021)

2. Jenis Vaksin

26
Ada berbagai jenis vaksin yang beredar. Jenis vaksin yang

berbeda mempunyai formulasi yang berbeda. Formulasi yang

berbeda ini mempengaruhi cara penggunaannya dan

penyimpanannya. Kalau ternyata berbagai vaksin yang berbeda

jenisnya tersebut efektif dan aman untuk diberikan maka sikap

petugas harus mengenal berbagai jenis vaksin yang berbeda ini

dan tahu cara pengelolaan dan penanganannya (WHO, 2022b).

Tabel 2.1
Beberapa Perusahaan Bioteknologi Terkait
Vaksin Covid-19

a. Vaksin mRNA

Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang

pesat untuk mengobati penyakit menular dan kanker. Vaksin

berbasis mRNA mengandung mRNA yang mengkode antigen,

yang diterjemahkan di mesin seluler inang dengan vaksinasi.

Vaksin mRNA memiliki keunggulan dibandingkan vaksin

27
konvensional, dengan tidak adanya integrasi genom, respon

imun yang meningkat, perkembangan yang cepat, dan

produksi antigen multimeric (Makmun & Hazhiyah, 2020).

b. Vaksin DNA

Vaksin DNA biasanya terdiri dari molekul DNA plasmid

yang mengkodekan satu atau lebih antigen. Mereka lebih

unggul dari vaksin mRNA dalam formulasi yang diperlukan

untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, namun mereka

harus memasukkan nukleus yang dapat membawa risiko

integrasi vctor dan mutasi pada genom inang (Makmun &

Hazhiyah, 2020).

c. Vaksin mati dan Vaksin yang dilemahkan

Vaksin mati biasanya menginduksi respon imun

bawaan. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan kinerja

vaksin mati adalah dengan menggunakan adjuvant vaksin yang

efektif. Untuk menghindari efek samping yang kuat dan tetap

menginduksi respon imun yang kuat, seringkali layak untuk

menggunakan patogen iradiasi gamma yang tidak dapat

bereplikasi tetapi tetap aktif secara metabolik untuk jangka

waktu tertentu untuk menginduksi respon imun spesifik antigen

sebagai vaksin hidup yang dilemahkan. (Lin & He, 2012)

d. Vaksin Subunit

28
Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen

dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi

sistem imun inang secara efisien. Secara umum, jenis vaksin

ini lebih aman dan lebih mudah untuk diproduksi, tetapi

seringkali membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk

memperoleh respon imun protektif yang kuat.9 Sejauh ini,

beberapa lembaga telah memprakarsai program vaksin subunit

SARS-CoV-2, dan hampir semuanya menggunakan protein S

sebagai antigen (Makmun & Hazhiyah, 2020).

3. Tujuan Vaksinasi

a. Membentuk kekebalan tubuh

b. Menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19

c. Melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara

menyeluruh

d. Menjaga produktifitas dan meminimalkan dampak sosial dan

ekonomi (Timur, n.d.)

D. Kajian Keislaman

Islam adalah agama yang didalamnya telah mengatur dan

membahas segala hal secara kompleks. Jika para ilmuwan dan peneliti

menemukan hal terbaru, maka sesungguhnya semua itu telah dibahas

dengan lengkap melalui firman-Nya serta Rasul-Nya memberi

pengetahuan kepada umat-Nya.

29
Sesungguhnya penyebaran penyakit sudah terjadi sejak

lama berabad-abad silam sejak zaman Nabi Muhammad SAW, bukan

hanya pada era modern saja. Nabi Muhammad SAW pernah

berpesan dalam sebuah hadist tentang bagaimana sebaiknya

menyikapi datangnya suatu wabah penyakit diwilayah tertentu.

Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim

َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


‫الطاعُونُ آ َي ُة الرِّ جْ ِز ا ْب َتلَى هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ِب ِه َناسًا مِنْ عِ َبا ِد ِه َفِإ َذا َفاَل‬ َ ِ ‫َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬

‫ض َوَأ ْن ُت ْم ِب َها َفاَل َتفِرُّ وا ِم ْن ُه َسمِعْ ُت ْم ِب ِه‬


ٍ ْ‫َت ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َو َق َع ِبَأر‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un


(wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari
kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu
berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan
apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan
pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin
Zaid).
Adapun terkait upaya dalam mencegah terjangkit virus COVID-

19 dengan cara isolasi Mandiri, juga dijelaskan dalam Riwayat hadist

Buhari dan Muslim.

ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل ي‬


‫ُوردَنَّ مُمْ ِرضٌ َعلَى مُصِ ٍّح‬ َ ُّ‫َقا َل ال َّن ِبي‬

Rasuli shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang sakit


dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah).

30
E. Kerangka Teori

COVID-19

Pengetahuan COVID-19

Vaksinasi

Jenis Vaksin Pengetahuan Reaksi Vaksin


vaksin COVID-19

Sinovac Reaksi Lokal

AstraZeneca Reaksi Sistemik

Moderna Reaksi Lain

KIPI

31
KIPI Serius KIPI NonSerius

Pengetahuan KIPI
vaksin COVID-19

Bagan 2.1
Kerangka Teori Pemikiran

Modifikasi: Direktorat Yankes Kemenkes RI, 2021

32
Tabel 2.2

Tabel Sintesa

No. Judul/Nama Tujuan Metode Sampel Hasil Kesimpulan


1. Pemantauan Tujuan dari Jenis penelitian ini adalah Sampel Data hasil penelitian Kesimpulan yang bisa ditarik
Kejadian Ikutan penelitian ini untuk penelitian deskriptif yang diambil menunjukan bahwa ialah KIPI yang dirasakan
Pasca Imunisasi mengetahui kuantitatif dengan adalah vaksinasi pertama 23% paling banyak adalah myalgia,
(KIPI) Vaksin kejadian ikutan menggunakan kuisioner tenaga mengalami reaksi sistemik atralgia, dan adapun yang
Corona Virus pasca imunisasi online yang berisi kesehatan di (Myalgia dan Atralgia), 20% tidak merasakan KIPI.
Disease 2019 (KIPI) dari pertanyaan-pertanyaan ruang mengalami reaksi lain
(Covid-19) Pada vaksinasi covid-19 yang terkait dengan KIPI edelweis (Meningkatnya nafsu
Tenaga Kesehatan berupa reaksi yang dirasakan pasca dengan makan), dan 17% tidak
Di Ruang Edelweis, sistemik, reaksi vaksinasi covid-19. jumlah 25 merasakan KIPI, sedangkan
RSUD W.Z. lokal dan reaksi responden. vaksinasi kedua 40% tidak
Johannes Kupang vaksin berat; lama merasakan KIPI, 17%
Tahun 2021. waktu mengalami reaksi lain
MARLINA dirasakannya KIPI; (Meningkatnya napsu
SEPRIANI TONMO dan cara makan), dan 13% mengalami
penanganan untuk reaksi sitemik (Myalgia dan
mengatasi KIPI Atralgia). Rentang waktu
pada tenaga yang dirasakannya KIPI ialah
kesehatan di 1-6 jam. Tindakan yang
Ruang Edelweis dilakukan untuk mengatasi
Rumah Sakit KIPI ialah dengan cara
Umum W.Z Istirahat yang cukup.
Johannes Kupang.
2. Pemberdayaan Tujuan dari Kegiatan pengabdian ini 30 orang Hasil pre-test dan post-test Kegiatan pengabd
Kader Dalam penelitian ini dilakukan secara luring kader di menunjukkan bahwa ian masyarakat ini
Manajemen KIPI adalah untuk kepada 30 orang kader di wilayah terdapat peningkatan dilakukan untuk membantu
Pada mengetahui wilayah kerja Puskesmas kerja pengetahuan kader antara kader mendapatkan informasi
Vaksinasi Covid-19 tingkat Bandarharjo. Kegiatan Puskesmas sebelum diberikan edukasi yang tepat mengenai KIPI
Di Wilayah Kerja pengetahuan diawali dengan pre-test, Bandarharjo. dan setelah diberikan vaksinasi COVID-19. Informasi

32
Puskesmas kader tentang KIPI dilanjutkan dengan edukasi. Pada pengabdian ini diharapkan dapat
Bandarharjo terkait vaksinasi pemberian materi dan ini, kader kesehatan juga disebarluaskan ke
Rani Tiyas COVID-19 diskusi tanya jawab, mendapatkan booklet yang masyarakat umum sehingga
Budiyanti, diwilayah kerja serta diakhiri dengan berisi informasi umum dapat membantu
Nurhasmadiar Puskesmas post-test. Pre-test dan seputar vaksinasi COVID-19 meningkatkan keyakinan
Nandini, Sutopo Bandarharjo post-test yang diberikan dan juga informasi mengenai masyarakat untuk
Patria Jati, Septo terdiri dari 10 pertanyaan KIPI. Booklet yang diberikan mendapatkan vaksinasi
Pawelas Arso, Eka sederhana terkait kepada kader selain dapat COVID-19 serta meningkatkan
Yunila Fatmasari informasi dasar mengenai membantu kader menambah cakupan vaksinasi COVID-19
vaksinasi COVID-19 dan pengetahuan juga dapat khususnya di wilayah
KIPI vaksinasi COVID- digunakan sebagai media Puskesmas Bandarharjo,
19. Selain itu kader edukasi atau penyuluhan Kota Semarang. Hasil Pre-test
kesehatan juga kepada masyarakat umum. dan Post-test menunjukkan
mendapatkan buku modul terdapat peningkatan
yang dapat digunakan pengetahuan pada kader
ketika melakukan edukasi kesehatan peserta kegiatan
kepada masyarakat sejak sebelum mendapatkan
edukasi dan setelah
mendapatkan edukasi. Seluruh
kader yang menjadi peserta
kegiatan mendapatkan booklet
yang dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan
juga media edukasi kepada
masyarakat.
3. Upaya Pelaksanaan Tujuan Kegiatan Program vaksinasi Covid- 156 orang Pelaksanaan vaksinasi Universitas Tarumanagara
dan Pemantauan PKM ini adalah 19 sudah dilaksanakan terdiri dari dalam upaya pencegahan khususnya fakultas kedokteran
Kejadian KIPI pada memberikan dengan prioritas lansia. 153 lansia Covid-19 dilakukan pada melakukan berbagai macam
Pelaksanaan pelayanan KIPI dapat terjadi setelah dan 2 tanggal 24 – 27 Maret 2021. kegiatan untuk membantu
Vaksinasi COVID- promosi vaksinasi. Dalam upaya tenaga Jumlah peserta yang dapat preventif terhadap COVID-19
19. kesehatan melalui mengantisipasi terjadinya kesehatan divaksinasi sebanyak156 dan membantu program
pemantauan dan Kejadian Ikutan Pasca dan 1 ASN. orang terdiri dari 153 lansia ―Jakarta Tanggap Corona".
Rebekah Malik, edukasi terkait Imunisasi dalam dan 2 tenaga kesehatan UNTAR menjadi Sentra
Dewi Indah, Djung antisipasi KIPI pelaksanaan vaksinasi dan 1 ASN. Dari 156 Vaksinasi dan monitoring KIPI

33
Lilya Wati, Sari yang dapat timbul maka masyarakat diminta peserta yang divaksin, paska dilakukan vaksinasi.
Mariyati Dewi dan paska vaksin menunggu 30 menit tidak ada yang mengalami Dari pelaksanaaan vaksinasi
Linda Budiarso Covid 19. setelah disuntik vaksin. Kejadian ikutan paska tanggal 24-27 Maret 2021
Penerima vaksin harus imunisasi (KIPI). Tujuan terhadaap 156 peserta, tidak
menunggu selama 30 Kegiatan PKM ini adalah ditemukan adanya KIPI.
menit setelah divaksinasi. memberikan pelayanan Kegiatan ini diharapkan dapat
Waktu menunggu 30 promosi kesehatan melalui berjalan berkesinambungan
menit dilakukan untuk pemantauan dan edukasi serta mensosialisasi
mengobservasi Kejadian terkait antisipasi KIPI vaksin pencegahan COVID-19 di
Ikutan Pasca Imunisasi Covid 19. Manfaat dari lingkungan Universitas
(KIPI). Langkah yang kegiatan PKM adalah Tarumanagara.
dilakukan sesuai dengan peserta vaksinasi terhindar
Alur Pelayanan Vaksinasi dari KIPI serta TIM PKM
COVID-19 yaitu pada berkontribusi dalam
meja pelayanan vaksin kegiatan kepedulian bagi
nomor 4, penerima sesama di bidang
vaksinasi menunggu kesehatan terutama
selama 30 menit di ruang penerapan pelaksanaan
observasi dan diberikan upaya promotif dan preventif.
penyuluhan dan media Target jangka pendek
KIE tentang pencegahan kegaiatn PKM adalah
COVID-19 melalui 3M peserta vaksinasi Covid-19
dan vaksinasi COVID-19. yaitu lansia terhindar adri
Tim medis juga KIPI dan target jangka
menerangkan terkait panjang adalah
reaksi KIPI yang mungkin meningkatkan derajat
terjadi yaitu untuk reaksi kesehatan peserta
ringan lokal seperti nyeri, vaksinasi Covid-19 dan
bengkak dan kemerahan membantu program
pada tempat suntikan, ―Jakarta Tanggap Corona".
petugas kesehatan dapat
menganjurkan penerima
vaksin untuk melakukan
kompres dingin pada

34
lokasi tersebut dan
meminum obat
paracetamol sesuai dosis.
Untuk reaksi ringan
sistemik seperti demam
dan malaise, petugas
kesehatan dapat
menganjurkan penerima
vaksin untuk minum lebih
banyak, menggunakan
pakaian yang nyaman,
kompres atau mandi air
hangat, dan meminum
obat paracetamol sesuai
dosis.
4. Edukasi Kejadian Tujuan edukasi Edukasi kesehatan terkait 30 remaja di KIPI merupakan fenomena Kegiatan edukasi kepada para
Ikutan Pasca kesehatan ini KIPI (Kejadian Ikutan wilayah yang potensial terjadi pada remaja ini bertujuan agar para
Imunisasi Terhadap yaitu agar remaja Pasca Imunisasi) terhadap Pare, orang yang menerima generasi muda ini lebih
Tingkat Kecemasan mendapatkan Tingkat Kecemasan Kabupaten vaksinasi, termasuk memahami tentang KIPI dan
Remaja Menghadapi pengetahuan Remaja Menghadapi Kediri vaksinasi covid-19. Oleh langkah-langkah
Vaksinasi Covid-19. terkait KIPI pasca Vaksinasi Covid-19 karena itu, diperlukan penatalaksanaan jika
vaksinasi Covid-19 menggunakan pengetahuan yang cukup mengalami KIPI. Edukasi
Melani KartikaSari agar tidak cemas media Zoom (Video agar para remaja sebagai terkait KIPI dapat mengurangi
dalam conference) dan e-leaflet. salah satu bagian kecemasan pada remaja
menghadapi Edukasi kesehatan masyarakat yang menerima karena remaja menjadi
vaksinasi Covid-19 dilakukan secara daring vaksinasi Covid-19 paham bagaimana cara
karena kondisi pandemi memahami langkah-langkah menghadapi potensi KIPI pada
belum memungkinkan yang harus dilakukan jika vaksinasi Covid-19.
sosialisasi kepada remaja mengalami KIPI serta tidak
secara tatap muka.Jumlah cemas dalam menghadapi
responden yang mengikuti vaksinasi Covid-19. Edukasi
kegiatan edukasi ini tentang KIPI juga dapat
sebanyak 30 remaja di mengurangi kecemasan
wilayah Pare, Kabupaten pada remaja yang akan

35
Kediri. melakukan vaksinasi Covid-
19. Kesuksesan vaksinasi
pada masyarakat termasuk
remaja merupakan salah
satu upaya untuk
membantu pemerintah
mengendalikan Covid-19 di
Indonesia
5. Gambaran Tujuan dari Desain penelitian adalah 95 orang Karakteristik usia responden Berdasarkan hasil penelitian
Karakteristik penelitian ini penelitian Deskriptif alumni mayoritas responden yang dilakukan dapat
Kejadian Ikutan adalah untuk dengan metode cross- Universitas berdasarkan usia adalah disimpulkan sebagai berikut
Pasca Vaksinasi mengetahui Sectional. ‘Aisyiyah usia 20-30 tahun sebanyak karakteristik usia responden
COVID-19 Pada Gambaran Surakarta 75 responden (78,9%), mayoritas responden
Tenaga Kesehatan karakteristik Subjek penelitian adalah lulusan Karakteristik jenis kelamin berdasarkan usia adalah
Alumni Universitas Kejadian Ikutan 95 orang alumni tahun responden mayoritas usia 20-30 tahun sebanyak
‘Aisyiyah Surakarta Pasca Vaksinasi Universitas ‘Aisyiyah 2010-2020 responden berdasarkan 75 responden (78,9%),
pada tenaga Surakarta lulusan tahun yang jenis kelamin adalah Karakteristik jenis kelamin
kesehatan alumni 2010-2020 yang telah telah perempuan sebanyak 85 responden mayoritas
Exda Hanung Universitas mendapatkan vaksin mendapatka responden (89,5%), responden berdasarkan jenis
Lidiana, Hanif ‘Aisyiyah covid-19. n vaksin Karakteristik profesi kelamin adalah perempuan
Mustikasari, Surakarta yang covid-19 responden mayoritas sebanyak 85 responden
Krisnanda Aditya mendapatkan Penelitian ini responden berdasarkan (89,5%), Karakteristik profesi
Pradana, Andria vaksinasi Covid-19 dilaksanakan secara profesi adalah perawat responden mayoritas
Permatasari . virtual melalui aplikasi sebanyak 63 responden responden berdasarkan
google-form oleh (66,3%), Karakteristik profesi adalah perawat
responden diwilayah kerja riwayat penyakit dahulu sebanyak 63 responden (66,3
masing-masing. responden mayoritas %), Karakteristik riwayat
Penelitian ini responden berdasarkan penyakit dahulu responden
dilakukan pada riwayat penyakit dahulu mayoritas responden
bulan Maret 2021. adalah tidak ada riwayat berdasarkan riwayat penyakit
penyakit dahulu sebanyak dahulu adalah tidak ada
Teknik pengumpulan data 86 responden (90,5%), riwayat penyakit dahulu
yang digunakan pada Karakteristik kejadian KIPI sebanyak 86 responden
penelitian ini ialah mayoritas responden (90,5%),

36
purposive berdasarkan kejadian KIPI Karakteristik kejadian
Sampling. setelah vaksin Covid-19 KIPI mayoritas
adalah tidak ada sebanyak responden berdasarkan
85 responden (89,5%), kejadian KIPI setelah vaksin
Karakteristik jenis gejala Covid-19 adalah tidak ada
KIPI mayoritas responden sebanyak 85 responden
berdasarkan kejadian KIPI (89,5%), Karakteristik jenis
setelah vaksin Covid-19 gejala KIPI mayoritas
muncul demam adalah tidak responden berdasarkan
muncul demam sebanyak kejadian KIPI setelah vaksin
85 responden (89,5%), Covid-19 muncul demam
mayoritas responden adalah tidak muncul demam
berdasarkan kejadian KIPI sebanyak 85 responden
setelah vaksin Covid-19 (89,5%), mayoritas resp
muncul diare adalah tidak onden berdasarkan kejadian
muncul diare sebanyak 93 KIPI setelah vaksin Covid-19
responden (97,9%), muncul diare adalah tidak
mayoritas responden muncul diare sebanyak 93
berdasarkan kejadian KIPI responden (97,9%), mayoritas
setelah vaksin Covid-19 responden berdasarkan
muncul batuk adalah tidak kejadian KIPI setelah vaksin
muncul batuk Covid-19 muncul batuk adalah
sebanyak 93 responden tidak muncul batuk sebanyak
(97,9%), mayoritas 93 responden (97,9%),
responden berdasarkan mayoritas responden
kejadian KIPI setelah vaksin berdasarkan kejadian KIPI
Covid-19 muncul sesak setelah vaksin Covid-19
nafas adalah tidak muncul muncul sesak nafas adalah
sesak nafas sebanyak 93 tidak muncul sesak nafas
responden (97,9%), sebanyak 93 responden
Karakteristik lama gejala (97,9%), Karakteristik lama
KIPI mayoritas responden gejala KIPI mayoritas
mayoritas responden be responden mayoritas
rdasarkan lama kejadian responden berdasarkan

37
muncul adalah tidak ada lama kejadian muncul adalah
(bagi yang tidak muncul tidak ada (bagi yang tidak
gejala) sebanyak 84 muncul gejala) sebanyak
responden (88,4%). 84 responden (88,4%).
6. Evaluasi Monitoring Penelitian ini Metode penelitian ini 124 orang Hasil penelitian didapat KIPI Dapat disimpulkan bahwa
Kejadian Ikutan bertujuan untuk merupakan penelitian yang telah pada tenaga kesehatan analisis data pada efek
Pasca Imunisasi mengetahui Observasional Analitik memenuhi pada tahap I didapatkan samping KIPI pada vaksin
(KIPI) Vaksin Covid- tingkat derajat dan kriteria gejala ringan = 17,74 %, tahap I dan vaksin tahap II
19 (Coronavac) tingkat persentase Populasi dalam penelitian inklusi gejala sedang = 39,51%, pada responden tidak
pada Tenaga gejala pada ini adalah semua tenaga gejala berat = 0,80%. Pada signifikan secara statistik
Kesehatan di kejadian ikutan medis kesehatan RS tahap II didapatkan gejala karena p value > 0,01.
Rumah Sakit pasca imunisasi Imanuel Bandar Lampung ringan = 16,12 %, gejala
Imanuel Bandar (KIPI) vaksin yang mendapatkan vaksin sedang = 43,54%, dan
Lampung COVID-19 Sinovac minimal tahap 2 gejala berat = 2,41%.
(Coronavac) pada sebelum mengisi Berdasarkan analisis data
Monica Safira dan tenaga kesehatan kuisioner. Pengambilan menggunakan uji Chi Square
Gusti Ayu Rai di rumah sakit sampel dilakukan dengan dengan p Value <0,01.
Saputri Imanuel Bandar cara Simpel Random Didapatkan p value KIPI
Lampung. Sampling dan dilakukan pemberian vaksin tahap I
pengisian kuisioner sebesar (p=0,43) dan pada
terhadap 124 orang. pemberian vaksin tahap II
sebesar (p=0,43). KIPI pada
responden dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lokal dan
sistemik. Berdasarkan
analisis statistik didapatkan
p value KIPI pada pemberian
vaksin tahap I sebesar (p =
0,76) dan tahap II sebesar
(p = 0,44).
7. Peningkatan Tujuan dari Metode yang dipilih adalah 40 sampel Setelah kegiatan pemberian Pemberian edukasi sangat
Pengetahuan kegiatan ini adalah pemberian materi edukasi, terdapat perubahan penting untuk dilakukan
Masyarakat tentang meningkatkan menggunakan media tingkat pengetahuan dari meningkatkan persepsi positif
Vaksinasi Covid-19 pengetahuan leaflet dan video edukasi. partisipan. Sebelum dan motivasi masyarakat

38
melalui Edukasi masyarakat Media ini dianggap tepat diberikan pendidikan dalam melakukan vaksinasi
tentang Kejadian tentang KIPI untuk mengurangi kesehatan, 25 orang (62.5%) COVID-19.
Ikutan Pasca vaksinasi COVID- interaksi antar manusia memiliki pengetahuan baik,
IMUNISASI (KIPI) 19 di Puskesmas tetapi memiliki ruang 13 orang (32.5%) memiliki
Abiansemal 1 lingkup luas. pengetahuan cukup dan 2
Theresia Anita Badung. orang (5%) memiliki
Pramesti, Ni Wayan pengetahuan kurang.
Trisnadewi, Ketut Setelah diberikan informasi
Lisnawati, Sri kesehatan, 32 orang (80%)
Idayani, I Gusti Putu memiliki pengetahuan baik, 8
Agus Ferry Sutrisna orang (20%) memiliki
pengetahuan cukup dan
tidak ada partisipan yang
memiliki pengetahuan
kurang. 
8. Gambaran Kipi Tujuan penelitian Jenis penelitian ini Sampel Hasil penelitian didapat Gambaran KIPI vaksin Sinovac
(Kejadian Ikutan ini adalah untuk deskriptif dengan dalam kan sebanyak 54,5% dari diharapkan dapat membantu
Pasca Imunisasi) mengetahui pengambilan data secara penelitian ini responden mengalami program imunisasi dan dapat
Pada Karyawan gambaran KIPI prospektif. ada 85 gejala KIPI Sinovac, memperkuat keyakinan
Rumah Sakit Yang pada karyawan orang sedangkan sebanyak 45,5% masyarakat akan pentingnya
Mendapatkan rumah sakit yang Populasi adalah semua melaporkan tidak mengalami imunisasi sebagai upaya
Imunisasi Dengan mendapatkan karyawan yang gejala KIPI. pencegahan penyakit Covid-19
Vaksin Sinovac Di imunisasi dengan mendapatkan imunisasi yang efektif.
RSUD Kota vaksin Sinovac di dengan vaksin Sinovac
Yogyakarta RSUD Kota pada bulan Januari -Maret
Yogyakarta 2021 sebanyak 572 orang
Adriyanto Rochmad yang memenuhi syarat
Basuki, inklusi dan eksklusi
Gita Mayasari, dengan metode purposive
Esti Handayani sampling.

Pengambilan data
dilakukan dengan
menggunakan kuisioner

39
google form yang
disampaikan ke masing-
masing responden.
Pengolahan data
dilakukan dengan
Analisa univariate.
9. Kejadian Ikutan Mengetahui faktor- Jenis penelitian dengan Puskesmas Didapatkan berdasarkan Tidak ada hubungan antara
Pasca Imunisasi faktor yang rancangan kohort Tapos usia, mayoritas adalah orang jenis kelamin, riwayat infeksi
(KIPI) Vaksinasi menyebabkan prospektif. Penelitian Depok dewasa yaitu 26-45 tahun. covid-19, status vaksinasi
COVID-19 Kejadian Ikutan dilakukan dengan sejumlah Kebanyakan dari mereka yang didapat dengan KIPI baik
Pasca Imunisasi melakukan pemantauan 329 adalah perempuan, tidak hari pertama dan hari keenam
(KIPI) Vaksin terhadap responden yang responden memiliki riwayat terinfeksi setelah vaksin di Puskesmas
COVID-19 diberikan suntik vaksin dan Covid-19. Jenis KIPI seperti Tapos Depok Jawa Barat.
COVID-19 jenis Puskesmas pembengkakan di tempat Namun yang ada hubungan
CoronaVac diikuti KIPI Pamulang suntikan, gatal-gatal, dan pada variabel usia dan
pada hari pertama pasca sejumlah diare. Hasil analisis bivariat kecemasan dengan KIPI pada
vaksin. Penelitian 491 menunjukkan bahwa tidak hari keenam setelah
dilakukan di dua tempat responden. ada hubungan antara jenis pemberian vaksin.
yaitu Puskesmas Tapos kelamin, riwayat Covid-19,
Depok sejumlah 329 status vaksinasi yang
responden dan didapat, dan kecemasan
puskesmas pamulang dengan KIPI hari pertama
sejumlah 491 responden. setelah vaksin dan KIPI hari
Variabel dalam penelitian keenam setelah vaksin.
ini yaitu usia, jenis
kelamin, riwayat terinfeksi
COVID-19, status vaksin,
tingkat kecemasan, dan
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) hari
pertama pasca vaksinasi
dan hari ke-6 pasca
10. Karakteristik Penelitian ini Metode: penelitian ini 690 Hasil: 690 responden telah Kesimpulan: gejala AEFI
kejadian Ikutan bertujuan untuk adalah observasional responden divaksinovac dengan dosis Sinovac dan pendorong

40
Pasca Imunisasi menentukan deskriptif menggunakan telah 1, 678 telah divaksin Moderna dapat sembuh
(KIPI) sinovac dan karakteristik AEFI kuesioner yang diberikan divaksinovac terhadap dosis Sinovac 2, dengan sendirinya dengan
Moderna Booster di Sinovac dan langsung dan melalui dengan dan 352 telah divaksinasi sebagian besar gejala yang
Fakultas Kedokteran Moderna booster bentuk google. Penelitian dosis 1, 678 dengan pendorong Moderna. berlangsung selama 1-2 hari
Universitas di fakultas ini dilakukan pada bulan telah Pada dosis Sinovac 1, gejala untuk Sinovac dan 2-3 hari
Sriwijaya. kedokteran, November 2021 desember divaksin AEFI yang paling umum untuk dukungan Moderna.
universitas 2021. Penelitian ini dibagi terhadap adalah kelembutan, nyeri di Reaksi serius terhadap vaksin
Rahma Sriwijaya. menjadi dua populasi, dosis lengan yang disuntik, dan Sinovac dan Moderna memiliki
Allisa and Salim, yaitu yang divaksinovac Sinovac 2, kelelahan. Pada dosis persentase yang sangat kecil.
Eddy dan pendorong Moderna, dan 352 Sinovac 2, gejala AEFI yang
Mart and Oktariana, dengan menggunakan telah paling umum adalah
Desi teknik sampling total. divaksinasi kelembutan, nyeri di lengan
dengan yang disuntik, dan kelelahan.
pendorong Di Moderna booster, gejala
Moderna. AEFI yang paling umum
adalah kelembutan, rasa
sakit di lengan disuntikkan,
dan malaise.
11. Program vaksin Penelitian ini Kami melakukan studi mahasiswa identifikasi 144 mahasiswa Singkatnya, vaksin CoronaVac
COVID-19: bertujuan untuk lintas-sectional kedokteran juru tulis medis. Pusat SARS-COV-2 memiliki
berbahaya Peristiwa menggambarkan menggunakan kuesioner di Program vaksinasi SARS-CoV-2 yang beberapa gejala ringan AEFI
setelah imunisasi dan menganalisis untuk menilai AEFI setelah clerkship di paling umum adalah Nyeri dan tidak berkordasi Jenis
(AEFI) Di antara kejadian-kejadian divaksinasi CoronaVac Di Soebandi lokal di tempat suntikan kelamin. Namun demikian,
mahasiswa staf yang merugikan antara mahasiswa juru General selama dosis pertama tindak lanjut setelah vaksinasi
medis Jember, setelah imunisasi tulis medis. Sebuah tes Hospital dengan 25 (45 %) laporan Diperlukan untuk mencegah
Indonesia (AEFI) vaksinasi chi-persegi dengan 95% Jember, dan dosis penguat dengan respon imun yang mungkin
COVID-19 pada CI digunakan untuk Indonesia 34 (67%) Laporan. Terjadi pada beberapa pasien.
Supangat, dkk. mahasiswa menentukan apakah yang Kemudian diikuti oleh
kedokteran dalam gender Berhubungan menjalani malaise, dosis pertama
program clerkship. dengan gejala AEFI. vaksinasi dengan laporan 20 (36 %)
COVID-19. dan dosis pendorong dengan
21 (41%) laporan. Gejala lain
seperti sakit kepala, demam,
menggigil, mengantuk, mual,

41
dissphagia, dan demam juga
dilaporkan.
12. Sebuah studi Tujuan dalam Sebuah studi lintas alam Total sampel Total 626 tanggapan Efek samping yang dilaporkan
retrospektif lintas penelitian ini untuk dilakukan pada platform 626 dikumpulkan. Dari antaranya, setelah menerima vaksin
alam menilai menilai kejadian- media sosial dan responden 623 dipilih berdasarkan Oxford-AstraZeneca
kejadian-kejadian kejadian yang elektronik dengan jawaban lengkap dan (Covishield) mirip dengan yang
merugikan diri merugikan jangka memberikan kuesioner digunakan untuk analisis. dilaporkan dalam uji klinis,
sendiri berdasarkan pendek setelah online di antara orang- Sebagian besar responden menunjukkan bahwa vaksin
imunisasi (AEFI) imunisasi (AEFIs) orang yang telah berusia antara 30-60 tahun, tersebut memiliki jendela terapi
dari vaksin COVID- di Bangladesh. mengambil setidaknya dan 40.4% adalah wanita. yang aman. Selain itu,
19 di Bangladesh. satu dosis vaksin COVID- Kami mendapati bahwa total penelitian lebih lanjut
19. Data yang terkumpul 8,5% dari total responden diperlukan untuk menentukan
Alifa Sultana, dkk kemudian dianalisis untuk telah terinfeksi virus SARS- khasiat vaksin yang ada dalam
mengevaluasi berbagai CoV-2. Survei kami mencegah infeksi SARS-CoV-
parameter yang berkaitan mengungkapkan bahwa dari 2 atau rawat inap sesudah
dengan AEFIs responden. 623 relawan, 317 infeksi.
melaporkan berbagai efek
samping setelah mengambil
vaksin, yang sekitar 50,88%
dari total peserta. Mayoritas
partisipan (37,07%, 231/623)
melaporkan pembengkakan
dan rasa sakit di tempat
injeksi dan demam (25.84%,
162/623); Ini adalah
beberapa gejala umum dan
umum setelah administrasi
vaksin COVID-19.
13. Efek samping vaksin Tujuan dari Penelitian itu 522 sampel Jumlah total 522 peserta Sebagian besar pekerja
berbasis mrna, penelitian ini menggunakan kuesioner disertakan dalam studi ini, perawatan kesehatan slovakia
COVID-19: studi adalah untuk yang divalidasi sendiri yang 77% adalah (91,6%) yang menerima vaksin
berskala nasional IV mencari tahu efek yang menanyakan perempuan, 55,7% berusia COVID-19 berbasis di mri,
di Slovakia. samping dari informasi demografis antara 31 dan 54 tahun, dan BNT162b2, melaporkan
vaksin berbasis peserta, tenaga medis, 41,6% adalah dari Banska setidaknya satu efek samping.

42
Abanoud Riad, dkk mrna COVID-19 anamitis terkait Covid-19, Bystrica. Sebagian besar Sesuai dengan studi tahap
dan efek samping lokal, peserta (91,6%) melaporkan sebelumnya III dan IV, rasa
terkait sistem, lisan, dan setidaknya satu efek sakit pada situs injeksi adalah
kulit setelah menerima samping. Rasa sakit pada yang paling umum efek
vaksin BNT162b2. Jumlah situs injeksi (85,2%) samping lokal, dan kelelahan,
total 522 peserta merupakan efek samping sakit kepala, nyeri otot, dan
disertakan dalam studi ini yang paling umum, menggigil adalah efek samping
sedangkan kelelahan yang paling umum secara
(54,2%), sakit kepala sistemik. Efek samping yang
(34,3%), nyeri otot (28,4%), dilaporkan bersifat ringan
dan menggigil (26,4%) (99,6%) tidak memerlukan
adalah efek samping yang perawatan medis dan durasi
paling umum secara yang singkat, karena sebagian
sistemik. Efek samping yang besar dari mereka (90,4%)
dilaporkan bersifat ringan diselesaikan dalam waktu tiga
(99,6%) tidak memerlukan hari.Para betina dan orang
perawatan medis dan durasi dewasa muda (berusia 18-30
yang singkat, karena tahun) lebih cenderung
sebagian besar dari mereka melaporkan efek samping
(90,4%) diselesaikan dalam pasca-vaksinasi; Temuan
waktu tiga hari. seperti itu juga konsisten
dengan apa yang baru-baru ini
dilaporkan di berbagai bagian
dunia. Peran penyakit kronis
dan perawatan medis dalam
insiden efek samping pasca
vaksinasi membutuhkan
penyelidikan yang lebih kuat di
kalangan kelompok penduduk
yang besar. Penelitian
mendatang pada keamanan
vaksin COVID-19 harus
mendapat manfaat dari
metodologi standar untuk

43
eksekusi dan pelaporan untuk
memfasilitasi perbandingan
antar vaksin.
14. Hubungan Penelitian ini penelitian ini Jumlah partisipasi dari vaksinasi MR campak adalah penyakit
Pengetahuan Ibu bertujuan untuk menggunakan riset sampel adalah 48 responden (80%) menular yang sangat mudah
Tentang Kejadian menganalisis observasional dengan adalah 60 dukungan keluarga adalah menular dan disebabkan oleh
Ikutan Pasca hubungan antara desain Sectional Cross. responden 48 responden (80%). virus. Pengetahuan tentang
Imunisasi (Kipi) Dan pengetahuan ibu Penelitian ini berlangsung Dudukan dari KIPI adalah 59 imunisasi dan pasca-imunisasi
Dukungan Keluarga tentang pasca- di area kerja pusat responden (98,3%). Tidak akan membentuk keyakinan
Terhadap Minat imunisasi (KIPI) kesehatan Kartasura, ada korelasi antara sang ibu dan mengurangi
Keikutsertaan dan dukungan pada bulan November pengetahuan ibu tentang tingkat kecemasan ibu pada
Vaksinasi Mr keluarga terhadap 2017. Sampel ini KIPI terhadap partisipasi dari bayinya selama vaksinasi.
(Measles Rubella) partisipasi bapak menggunakan contoh vaksinasi MR di puskesmas Pendidikan tentang KIPI
Di Puskesmas vaksinasi di Cluster. Jumlah sampel Kartasura pnilai > 0,05. Ada kepada orang tua sangat
Kartasura puskesmas(pusat adalah 60 responden. korelasi antara dukungan penting untuk meningkatkan
kesehatan) Penelitian ini keluarga terhadap partisipasi pengetahuan, hal itu dapat
Bellina Kartasura. menggunakan teknik dari vaksinasi MR di memotivasi para ibu dalam
Claudianawati, dkk analisis bivariat yaitu Kartasura (0.004) <0,05. merawat bayinya jika
Fisher. mengandung KIPI. Bayi-bayi
ini memiliki kekebalan yang
rendah, sehingga untuk
memperoleh imunisasi atau
vaksinasi pada balita
diperlukan peranan sebagai
ibu dan keluarga.
15. Hubungan Faktor Tujuan penelitian Desain penelitian yang Sampel Pada variabel kehalalan, p Terdapatnya hubungan
Kehalalan, Ekonomi, ini adalah untuk digunakan adalah analitik dalam value dari variabel kehalalan pengetahuan ibu, anggapan
Pendidikan, KIPI meneliti hubungan observasional dengan penelitian sebesar 0,050, yang berarti ibu akan kehalalan vaksinasi,
dan Pengetahuan antara beberapa pendekatan cross berjumlah signifikan. Pada variabel dan riwayat pernah atau
Ibu Terhadap faktor yang sectional. Populasi dalam 50 orang pengetahuan,p value dari tidaknya mengalami Kejadian
Cakupan Vaksinasi disebutkan diatas penelitian ini adalah diambil variabel pengetahuan Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
di Puskesmas terhadap cakupan seluruh ibu dengan anak secara sebesar 0,015 (< 0,05) yang terhadap cakupan vaksinasi di
Medan Johor. vaksinasi di yang sudah atau belum di cluster berarti signifikan . Pada Puskesmas Medan
Pane, Aulia dan wilayah kerja vaksinasi. Sampel dalam sampling variabel KIPI, p value yang Johor..Dalam penelitian ini,

44
Nanda Haritsyah Puskesmas penelitian berjumlah 50 didapatkan adalah sebesar pengetahuan ibu tentang
Medan Johor, orang diambil secara 0,031(> 0,05) yang berarti vaksinasi menjadi variabel
Medan. cluster sampling. KIPI berpengaruh secara yang paling signifikan
Instrumen penelitian signifikan. Pada variabel mempengaruhi cakupan
berupa kuesioner.Analisis pendidikan memiliki p value vaksinasi di Puskesmas
data dengan analisis 0,221 ( > 0,05) pada uji Medan Johor.
univariat, bivariat, dan seleksi kedua, hal ini berarti
multivariate dengan uji secara statistik tidak
regresi logistic. mempunyai hubungan
signifikan. Variable status
ekonomi dengan p value
0,962 pada uji seleksi
pertama yang berarti tidak
berhubungan signifikan (sig
>0,25). Kesimpulan.

45
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka pemikiran

merupakan model konseptual tentang hubungan antara teori dengan

berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

COVID-19 merupakan varian virus terbaru yang baru saja

terjadi pada tahun 2019 dan baru ditemukannya vaksin pada tahun

2021. Fungsi Vaksin sendiri ialah untuk menghasilkan kekebalan aktif

terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah serta mengurangi

pengaruh infeksi oleh virus atau organisme alami.

Namun seiring berjalannya waktu proses vaksinasi mengalami

problematika yaitu mengalami efek samping. Efek samping yang

sering muncul adalah demam (suhu diatas 37,8˚C), flu, nyeri pada

bagian lengan di area suntikan, sakit kepala, rasa lelah, menggigil.

Dengan kata lain efek samping tersebut biasa disebut KIPI (Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi) yang merupakan respon tubuh terhadap

vaksin yang disuntikkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan

pustaka, maka telah diidentifikasikan variabel dalam kerangka konsep

penelitian ini, baik variabel dependen (variabel terikat) yaitu kejadian

KIPI, serta variabel independent (variabel bebas) yaitu pengetahuan,

Sikap, dan tindakan.


B. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran variabel yang dirumuskan maka

disusunlah konsep penelitan sebagai berikut:

Pengetahuan

Kejadian Ikutan Pasca


Sikap Imunisasi (KIPI)

Tindakan

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah

segala sesuatu yang diketahu responden tentang KIPI vaksin

sinovac.

47
Kriteria Objektif:

a. Pengetahuan baik = Apabila skor responden ≥ 50%

dari jumlah skor tertinggi

b. Pengetahuan kurang = Apabila skor responden ≤ 50%

dari jumlah skor tertinggi

pengetahuan dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari

koesioner yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 1,0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10 x 1

= 10

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

48
Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% -50%

= 50%

2. Sikap

Sikap dalam penelitian ini adalah bentuk tanggapan atau

reaksi siswa berdasarkan pendapat atau keyakinannya tentang

segala sesuatu mengenai KIPI vaksin sinovac.

Kriteria Objektif:

a. positif = apabila skor responden ≥62,5%

b. negatif = apabila skor responden ≤62,5%

Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang

dinyatakan dalam kategori respon dengan metode likert dan

dilakukan skoring pada masing-masing item yaitu sangat setuju = 4,

setuju = 3, tidak setuju = 2, ragu = 1, dengan jumlah pertanyaan 6.

Cara menentukan:

Skor tertinggi (x) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=6x4

= 24 (100%)

Presentase skor tertinggi = 24/24 x 100% = 100%

Skor terendah (y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=6x1

49
= 6 (100%)

Presentase skor terendah = 6/24 x 100% = 25%

Range (R) = X –Y

= 100% - 25% = 75%

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus :

I = R/K

Dimana: I = Interval

R = Range

K = Jumlah kategori (2 kategoti : positif dan negatif)

Sehingga : I = 75%/2

= 37,5%

Standar skor yang digunakan = skor tertinggi – skor terendah

= 100% - 37,5%

= 62,5%

3. Tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

bagaiaman tindakan penanganan responden terhadap penanganan

gejala KIPI yang muncul pasca menerima vaksin.

Kriteria Objektif:

a. Tindakan baik = Apabila skor responden ≥ 50% dari

jumlah skor tertinggi

b. Tindakan kurang = Apabila skor responden ≤ 50% dari

jumlah skor tertinggi

50
Tindakan dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari

kuesioner yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 6 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 1,0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=6x1

=6

Presentase skor tertinggi = 6/6 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

=6x0

= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% -50%

= 50%

51
4. Gejala KIPI vaksin sinovac dosis 1 & 2

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pasca

vaksinasi dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah siswa atau

responden mengalami gejala KIPI atau efek samping pasca

vaksinasi jenis sinovac dosis 1 maupun dosis 2.

Kriteria Objektif:

a. Kondisi baik = Apabila skor responden ≥ 45%

dari jumlah skor tertinggi

b. Kondisi kurang = Apabila skor responden ≤ 45%

dari jumlah skor tertinggi

Variabel ini dapat di ukur dengan memberikan jawaban dari

koesioner yang telah diberi bobot.

Skala pengukuran dihitung menggunakan skala Guttman.

Jumlah pertanyaan = 10 pertanyaan

Range nilai jawaban responden = 1, 0

Skor tertinggi =1

Skor terendah =0

Jumlah skor tertinggi = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 10 x 1

= 10

Presentase skor tertinggi = 10/10 x 100% = 100%

Jumlah skor terendah = jumlah pertanyaan x skor terendah

= 10 x 0

52
= 0%

Rumus umum = I = R/K

Range (R) = skor tertinggi–skor terendah

= 100% – 0%

= 100%

Kategori (K) = 1 (Baik) & 0 (Kurang)

Interval (I) = 100/2

= 50%

Skor standar = 100% - 50%

= 50%

53
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa terhadap kejadian KIPI

pasca vaksinasi sinovac pada siswa di SMA Negeri 7 Luwu Utara

Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2022

dan untuk pengumpulan data dilanjutkan pengolahan data.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 7 Luwu

Utara Kecaman Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara.

C. Populasi

Populasi merupakan suatu subjek atau objek

dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 7 Luwu Utara

Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu Utara, yaitu 705

siswa dimana jumlah siswa kelas X Ipa ada 167 siswa (L=101 &

P=66) sedangkan Ips ada 103 siswa (L=61 & P=23) total jumlah
siswa kelas X sebanyak 270 siswa, jumlah siswa kelas XI Ipa

berjumlah 143 siswa (L=71 & P=72) sedangkan XI Ips berjumlah 93

siswa (L=50 & P=43) total jumlah siswa kelas XI ada 236 siswa,

dan jumlah kelas XII Ipa sebanyak 157 siswa (L=88 & P=69)

sedangkan XII Ips sebanyak 42 siswa (L=22 & P=20) total siswa

kelas XII sebanyak 199 siswa. Lokasi penelitian yang dipilih ini

dikarenakan lokasinya yang strategis berada di sebuah pedesaan

yang tak jauh dari kota masamba yang merupakan kecamatan dari

kabupaten Luwu Utara, di lokasi tersebut juga belum ada penelitian

mengenai KIPI vaksin COVID-19 serta pengetahuan mengenai KIPI

vaksin COVID-19 di daerah tersebut masih sangat asing ditelinga

masyarakat terkhusus pada pelajar sekolah menengah, untuk itu

peneliti mengambil lokasi peneleitian di SMA Negeri 7 Luwu Utara

dengan populasi 705 siswa di SMA Negeri 7 Luwu utara.

D. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa

dari jumlah populasi.

Menurut Izzac dan Michael jumlah sampel pada tiap

kelompok dapat diketahui dengan menggunakan rumus

(Sugiono, 2013). Adapun rumus pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu menggunakan rumus Lameshow:

55
2
N . Z p .q
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z . p . q

Ket: n = besar sampel

N = besar populasi

Z = standar deviasi = 1,96

p = 30% = 0,3

q = 1 – p = 1 – 0,3 = 0,7

d = derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05

Berdasarkan rumus tersebut maka sampel dalam

penelitian ini adalah:

2
705 . 1,96 0,3 . 0,7
n=
0,05 ( 705−1 )+1,96 2 . 0,3. 0,7
2

705 . 3,84 . 0,3 .0,7


n=
0,0025. 704+3,84 .0,3 . 0,7

568,512
n=
1,76+ 0,806

568,512
n=
2,564

n=221

Dari hasil perhitungan sampel di atas, sampel berjumlah

221 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah Purposive sampling disebut sebagai sampel penilaian atau

56
pakar adalah jenis sampel non-probabilitas. Tujuan utama dari

Porposive Sampling untuk menghasilkan sampel yang secara logis

dapat dianggap mewakili populasi karena sampel diambil adalah

siswa yang mengikuti vaksinasi di SMA Negeri 7 Luwu utara.

Adapun kriteria inklusi untuk menentukan sampel dalam

penelitian ini yaitu:

a. Tercatat sebagai siswa SMA Negeri 7 Luwu Utara yang

mengikuti vaksinasi di sekolah tersebut.

b. Sudah melakukan vaksinasi dosis 1 & 2.

c. Memiliki sertifikat vaksin.

d. Merupakan anggota osis, anggota PMI, anggota Pramuka,

maupun anggota ekstrakurikuler lainnya yang diadakan di SMA

Negeri 7 Luwu Utara.

e. Bersedia menjadi reponden dalam penelitian ini.

E. Sumber Data

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang berasal dari sampel

penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan

juga dengan wawancara dengan salah satu pengajar di SMA

Negeri 7 Luwu Utara yang dilakukan oleh peneliti.

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data yang

dikirimkan dari sekolah terkait serta literature lainnya seperti

57
internet, jurnal, dan skripsi penunjang yang terkait dengan

penelitian ini.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan akan

diolah menggunakan program SPSS versi 21 dengan prosedur

pengolahan sebagai berikut:

a. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan

dilakukan dengan memeriksa ulang jumlah, kelengkapan

data, kesesuaian, dan ketepatan dalam pengisian lembar

kuesioner.

b. Coding

Kegiatan coding kuesioner ini dilakukan untuk

memudahkan pengolahan data dan mempercepat entry

data. Semua hasil yang diperoleh dan disederhanakan

dengan memberikan simbol tertentu pada setiap kriteria.

c. Entry Data

Selanjutnya, memasukkan data yang diperoleh

dari kuesioner dalam lembar kerja program SPSS.

d. Cleaning Data

Cleaning data dilakukan untuk mengecek kembali

apakah pada data yang telah di masukkan terdapat

58
kesalahan atau tidak. Serta mengetahui data yang hilang

variasi data dan konsistensi data. Kemudian data missing

dibersihkan dengan menginput data yang benar.

e. Tabulasi Data

Dengan bantuan program SPSS, proses

pengolahan data dapat dengan mudah dilakukan sesuai

dengan variabel.

2. Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis

menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel, selanjutnya

akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai

interpretasinya untuk dibahas pada hasil penelitian.

3. Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan cara

mendeksripsikan tiap variabel penelitian untuk mendapatkan

gambaran umum dengan melihat distribusi frekunsi dari

variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan narasi.

G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Pembuatan dan penyetoran surat untuk perizinan pengambilan

data awal di SMA Negeri 7 Luwu Utara Kecamatan Baebunta

Selatan Kabupaten Luwu Utara.

59
2. Pengambilan data awal.

3. Perumusan masalah dan tujuan penelitian.

4. Penentuan populasi dan sampel.

5. Penentuan metode dan analisis data penelitian.

6. Pembuatan dan penyetoran surat izin penelitian di SMA Negeri

7 Luwu Utara Kecamatan Baebunta Selatan Kabupaten Luwu

Utara.

7. Proses pembuatan data penelitian dengan kuesioner di SMA

Negeri 7 Luwu Utara Desa Lara Kecamatan Baebunta Selatan

Kabupaten Luwu Utara.

8. Proses pengolahan data dengan aplikasi SPSS.

9. Proses analisis data.

10. Penyajian hasil penelitian.

H. Organisasi Penelitian

1. Nama : S. Nur Fauziyah Masse

2. NIM : 14120180088

3. Pembimbing I : Dr. Fatmah Afrianty Gobel, SKM., M.Epid

4. Pembimbing II : Hasriwiani Habo Abbas, SKM., M.Kes., Ph.D

60
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, A. (2021). Covid-19 : Epidemiologi, Virologi, Penularan, Gejala


Klinis, Diagnosa, Tatalaksana, Faktor Risiko Dan Pencegahan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 3(November), 653–660.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
%0ACOVID-19
Ayu Kurniawati, K. R., Santosa, F. H., & Bahri, S. (2020). Sosialisasi Hidup
Sehat di Tengah Wabah Virus Corona. JPMB : Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Berkarakter, 3(1), 58–65.
https://doi.org/10.36765/jpmb.v3i1.225
Budiyanti, R. T., Nandini, N., Jati, S. P., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y.
(2021). Pemberdayaan kader dalam manajemen KIPI pada vaksinasi
Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo. Journal of
Community Development, 2(2), 76–81.
covid19.sulselprov. (2022). Data Pantauan COVID-19 Di Sulawesi
Selatan. Sulsel Tanggap COVID-19.
https://covid19.sulselprov.go.id/data. Diakses pada 15 Januari 2022
Covid19hotline. (2022). Situasi COVID-19 di Indonesia (Update per 14
Maret 2022). Covid19.Go.Id.
https://covid19.go.id/artikel/2022/03/14/situasi-covid-19-di-indonesia-
update-14-maret-2022. Diakses pada 14 Maret 2022
Dinas Kesehatan Kab Luwu Utara. (2022). Vaksinasi Luwu Utara.
https://dinkes.luwuutarakab.go.id/. Diakses pada 14 Januari 2022
dr. Pittara. (2022). Virus Corona. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/virus-corona. Diakses pada 14 Januari
2022
dr. Rizal Fadli. (2021). Coronavirus. Halodoc.Com.
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus. Diakses pada 14
Januari 2022
Dwi Zain Musofa. (2021). KIPI adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi,
Ketahui Jenis dan Reaksinya. Merdeka.Com.
https://www.merdeka.com/sehat/kipi-adalah-kejadian-ikutan-pasca-
imunisasi-ketahui-jenis-dan-reaksinya-kln.html. Diakses pada 14
Januari 2022
Exda Hanung Lidiana, Hanif Mustikasari, Krisnanda Aditya Pradana, &
Andria Permatasari. (2021). Gambaran Karakteristik Kejadian Ikutan
Pasca Vaksinasi Covid-19 Pada Tenaga Kesehatan Alumni
Universitas ’Aisyiyah Surakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(Mei),
11–17.
Hafizzanovian, H., Oktariana, D., Apriansyah, M. A., & Yuniza, Y. (2021).
Peluang Terjadinya Immunization Stress-Related Response (Isrr)
Selama Program Vaksinasi Covid-19. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 8(3), 211–222. https://doi.org/10.32539/jkk.v8i3.13807
humas.sulselprov. (2022). Vaksinasi Covid-19 Capai 85%, 6 Juta Lebih
Warga Sulsel Telah Divaksin. Humas.Sulselprov.Go.Id.
https://humas.sulselprov.go.id/index.php/tag/vaksinasi-covid-19/.
Diakses pada 15 Maret 2022
kemenkes. (2022). Apakah Coronavirus dan COVID-19 itu?
Kemenkes.Go.Id.
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html.
Diakses pada 14 Januari 2022
Kemkes. (2021). Penguatan Sistem Kesehatan dalam Pengendalian
COVID-19. P2p.Kemkes.Go.Id. http://p2p.kemkes.go.id/penguatan-
sistem-kesehatan-dalam-pengendalian-covid-19/
Kristiningtyas, W., & Purwandari, K. P. (2020). Jurnal Kebidanan http : //
www . ejurnal . stikeseub . ac . id Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Ketepatan Dasar Puskesmas Factors Related To The
Timeliness Of Basic Immunization At Wonogiri 1 Public Health Center
Pendahuluan Untuk secara upaya opti. XII(02), 129–145.
Lin, Y., & He, Y. (2012). Ontology representation and analysis of vaccine
formulation and administration and their effects on vaccine immune
responses. Journal of Biomedical Semantics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/2041-1480-3-17
Litbangkes Baturaja. (2021). Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Pada
Vaksinasi COVID-19. Litbangkes Baturaja.
https://www.balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id/read-kejadian-ikutan-
paska-imunisasi-kipi-pada-vaksinasi-covid19. Diakses pada 15
Januari 2022
Makmun, A., & Hazhiyah, S. F. (2020). Tinjauan Terkait Pengembangan
Vaksin Covid 19. Molucca Medica, 13, 52–59.
https://doi.org/10.30598/molmed.2020.v13.i2.52
Mcintosh, A. K., Editor, M., Hirsch, M. S., Editor, M., & Bloom, A. (2021).
B001-COVID19-Epidemiology-virology-and-prevention. 2(figure 1).
Noviana, U., Hasinuddin, M., Ngudia, S., & Madura, H. (2019). Review
Penanganan Kipi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Di Sdn Petemon.
1, 26–33.
Nurida, A. (2020). Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Konteks COVID

62
19. Seminar Online Updates on COVID-19 Prosiding Multidiciplinary
Perspective, 156–164.
Our World In Data. (2022). Coronavirus (COVID-19) Vaccinations. Our
World in Data.Org. https://ourworldindata.org/covid-vaccinations?
country=~OWID_WRL. Diakses pada 15 Maret 2022
Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 705.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.1010
Rauf, A., Abu-izneid, T., Olatunde, A., Khalil, A. A., Alhumaydhi, F. A.,
Tufail, T., Shariati, M. A., & Rebezov, M. (2020). COVID-19
Pandemic : Epidemiology , Etiology , Conventional and Non-
Conventional Therapies.
Ritunga, I., Lestari, S. H., Santoso, J. L., Effendy, L. V., Charles, S., Tua,
P., Lindarto, W. W., & Nurhadi, S. (2021). Penguatan Program
Vaksinasi Covid-19 Di Wilayah Puskesmas Made Surabaya Barat.
5(1), 45–52.
Sari, M. K. (2021). Edukasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Terhadap
Tingkat Kecemasan Remaja Menghadapi Vaksinasi Covid-19. 5,
542–546.
Tanjung, M. S., & Sitepu, R. (2021). Epidemiologi Deskriptif Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia Pada Tahun 2020. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran, 20(2), 179–191.
Timur, P. K. (n.d.). Pelaksanaan vaksinasi covid-19 prov. kalimantan
timur.
UNICEF. (2021). Vaksin COVID-19 & KIPI. Unicef.
https://www.unicef.org/indonesia/id/media/9896/file/Booklet_Vaksin_C
OVID-19_%26_KIPI.pdf. Diakses pada 15 maret 2022
WHO. (2020a). Pertimbangan untuk karantina individu dalam konteks
penahanan untuk penyakit coronavirus (COVID-19).
WHO. (2020b). Preparing countries for COVID-19 Vaccine Introduction.
September, 3–4.
WHO. (2022a). COVID-19 Monthly Update | February 2022. World Health
Organization.
WHO. (2022b). Modul 2: Jenis-Jenis Vaksin Dan Reaksi Simpang. WHO.
https://in.vaccine-safety-training.org/overview-and-outcomes-2.html.
Diakses pada Januari 2022
WHO. (2022c). Sebaran Kasus COVID-19 Di Inndonesia. World Health

63
Organization. https://covid19.who.int/region/searo/country/id. Diakses
pada 15 Januari 2022
KUESIONER

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) VAKSIN


COVID-19 PADA SISWA DI SMA NEGERI 7 LUWU UTARA
KECAMATAN BAEBUNTA SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA
TAHUN 2022
No. Responden :
Hari/Tanggal :
I. Karakteristik Responden
1. Nama : ____________________________
2. Usia : ____________________________
3. Jenis kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan
4. Alamat : ____________________________
5. Kelas : ____________________________
6. Vaksin : a) ke-1 b) ke-2 c) Belum vaksin
7. Riwayat penyakit : ____________________________
(asma, hipertensi, TBC,…..)

II. Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Kejadian Ikutan Pasca


Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID-19
Petunjuk pengisian : Berilah tanda centang (√) pada jawaban anda
Jawaban
No. Pertanyaa
Benar Salah
1. Demam, batuk, dan sesak napas bukan
merupakan gejala yang timbul setelah
melakukan vaksinasi baik vaksin dosis 1
maupun dosis 2.
2. Yang diberikan saat vaksin adalah virus
yang dilemahkan.
3. Vaksin COVID-19 yang akan diadakan
pemerintah, tidak akan menimbulkan
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
seperti demam, flu dan batuk, dll
4. Individu dengan penyakit bawaan (seperti
DM,Hipertensi) akan sangat berpengaruh

64
pada saat setelah melakukan vaksinasi.
5. Setelah melakukan vaksinasi bukan
berarti kita tidak akan terkena virus
corona.
6. Imunisasi dan Vaksinasi mempunyai
tujuan yang sama yaitu menghasilkan
antibodi yang meningkatkan imunitas
tubuh sehingga dapat mencegah infeksi
virus.
7. Gejala yang muncul setelah vaksinasi
merupakan satu hal yang wajar dan
bersifat sementara.
8. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI),
keluhan atau efek samping yang muncul
pasca vaksinasi COVID-19 tidak ada
kaitannya dengan infeksi virus corona.
9. KIPI atau efek samping setelah melakukan
vaksinasi dapat disembuhkan dengan
mengonsumsi air kelapa muda.
10. KIPI apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian.

III. Gambaran Sikap Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca


Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID-19
Petunjuk pengisian : Berilah tanda centang (√) pada jawaban anda
a) Sangat Setuju = SS c) Tidak Setuju = TS
b) Setuju =S d) Sangat Tidak Setuju = STS
No Jawaban
Pertanyaan
. SS S TS STS
Saya merasa vaksinasi sangat penting
1.
di era pandemi ini.
Saya merasa KIPI dapat terjadi akibat
2. ketakutan dan kecemasan karena takut
di suntik.
Gejala atau efek samping pasca
vaksinasi seperti nyeri, lelah, letih, lesu,
3.
demam, sakit kepala, sifatnya
sementara
Saya merasa efek samping dari vaksin
4. tidak akan muncul apabila
mengonsumsi air kelapa muda.
5. Saya merasa efek samping atau gejala

65
KIPI muncul setelah melakukan
vaksinasi dosis 1
Saya merasa efek samping atau gejala
6. KIPI muncul setelah melakukan
vaksinasi dosis 2
IV. Gambaran Tindakan Responden Tentang Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID-19
Petunjuk pengisian : berilah tanda centang (√) pada kolom “ya”
apabila
anda melakukan tindakan tersebut, tanda (√) pada kolom “tidak”
apabila tidak melakukan tindakan tersebut.
No Jawaban
Pertanyaan
. Ya Tidak
Saya mengonsumsi obat pada saat
mengalami gejala KIPI (sakit kepala,
1. nyeri pada lengan bekas suntikan,
mual, muntah, lemas, demam, serta flu
dan batuk)
Setelah melakukan vaksinasi saya rutin
melakukan aktfitas fisik seperti
2. senam/olahraga untuk mencegah
terjadinya gela KIPI atau efek samping
dari vaksinasi
Saat mengalami gejala KIPI atau efek
samping dari vaksinasi saya hanya
3. melakukan istirahat yang cukup tanpa
mengonsumsi obat dan melakukan
olahraga.
Melakukan pengompresan saat merasa
4. nyeri dan bengkak pada bekas
suntikan.
Saya mengonsumsi air kelapa muda
setelah melakukan vaksinasi dosis 1 &
5.
2 agar terhindar dari KIPI atau efek
samping vaksin.
Melakukan isoman saat mengalami
6. gejala KIPI seperti demam, flu dan
batuk.

66
V. Gejala KIPI vaksin COVID-19 (sinovac)
Petunjuk pengisian : berilah tanda centang (√) pada kolom “ya”
apabila
anda mengalami reaksi, tanda (√) pada kolom
“tidak” apabila tidak mengalami reaksi.
Keterangan : V1 : Gejala dialami setelah melakukan vaksin dosis 1
V2 : Gejala dialami setelah melakukan vaksin dosis 2
Jawaban Dosis
No. Pernyataan
Ya Tidak V1 V2
1. Demam (suhu di atas 37,8˚C)
2. Mual atau muntah
3. Rasa Lelah
4. Sakit Kepala
5. Nyeri otot dan Sendi
6. Bengkak pada area bekas
suntikan

67

Anda mungkin juga menyukai