Anda di halaman 1dari 26

POPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU

TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MAHASISWA FKM UMI

ANGKATAN 2020

Disusun Oleh:

Kelompok I

1. Zulkifli : 14120180015
2. S. Nur Fauziyah Massee : 14120180088
3. Wahyuni Widowaty : 14120180098
4. Nur Annisa : 14120180228
5. Andi Dhini Salsabila : 14120180238
6. Sahrani : 14120180265

Kelas: C51

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia

Makassar

2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak

akan menyadari begitu banyak nikamat yang telah di dapatkan dari Allah

SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah

mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan

penulisan tugas mata kuliah Survai Epidemiologi. Kami mengucapkan

banyak terimah kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam

penyusunan proposal ini.

Kami menyadari proposal ini masih begitu banyak kekurangan dan

kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami

sangat mengharap kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian

hari.

Demikian semoga proposal ini memberikan manfaat umumnya

pada para pembaca dan khususnya bagi kami.

Makassar, 5 Desember 2020

i
Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan Penelitian.................................................................................3

D. Manfaat Penelitian...............................................................................4

BAB II...........................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5

A. Demam Berdarah Dengue...................................................................5

B. Pengetahuan........................................................................................9

C. Sikap..................................................................................................12

D. Perilaku..............................................................................................14

ii
BAB IV........................................................................................................15

METODOLOGI...........................................................................................15

A. Rancangan Penelitian........................................................................15

B. Tempat dan Waktu.............................................................................15

C. Populasi dan Sampel.........................................................................16

D. Bahan dan Instrumen Penelitian........................................................17

E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering

dijumpai di daerah tropis yang disebabkan oleh virus dan disebarkan

oleh nyamuk Aedes aegypti secara umum namun juga dapat di

transmisikan oleh nyamuk Aedes albopictus walaupun lebih jarang.

Nyamuk Aedes aegypti lebih sering ditemukan pada daerah tropis dan

telur nyamuk tersebut tidak dapat hidup pada musim dingin. Nyamuk

Aedes aegypti yang menggigit manusia adalah nyamuk wanita untuk

mendapatkan darah sebagai nutrisi untuk bertelur, dan pada umumnya

beraktivitas pada pagi hingga siang hari (CDC, 2016).

Secara global, DBD telah menjadi endemik pada lebih dari 100

negara dimana angka kejadian kasus yang dilaporkan semakin tinggi

dari tahun ke tahun dan bahkan telah meningkat 30 kali lipat dalam 5

dekade terakhir, dengan distribusi resiko penyakit lebih banyak terlihat

pada bumi bagian selatan dengan iklim tropis (WHO, 2012).

Indonesia merupakan Negara di Asia Tenggara yang paling banyak

ditemukan kasus dengue pada tahun 2009 yaitu sebanyak 156.052

kasus (WHO, 2011). Sejak pertama kali ditemukan tahun 1968 di

Surabaya, kasus DBD terus meningkat dan menyebar di Indonesia, dan

sekarang seluruh provinsi di Indonesia dilaporkan memiliki kasus DBD.

1
Penderita DBD yang mengalami kematian di Indonesia tidak sedikit,

bahkan pada tahun 1968 CFR DBD di Indonesia mencapai 41,30

(Pangribowo dan Tryadi, 2010). Meskipun tahun 2013 telah dilaporkan

penurunan CFR menjadi 0,77, namun angka kejadiannya masih cukup

tinggi yaitu 45,85 per 100.000 penduduk, bahkan ini sangat jauh di atas

target angka kesakitan DBD tahun 2007, 2008 dan 2009 yaitu kurang

dari 20 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015).

Demam berdarah merupakan penyakit yang salah satunya

dipengaruhi oleh lingkungan, seperti misalnya suhu, curah hujan, iklim

dan lain sebagainya (WHO, 2011). Namun sayangnya, aspek

lingkungan sulit untuk diubah. Pengetahuan, sikap dan praktik

merupakan faktor yang banyak mempengaruhi Demam Berdarah selain

lingkungan, namun paling bisa untuk diubah (Supriyanto, 2011). Oleh

karena pengetahuan, sikap dan praktik adalah hal yang dimiliki oleh

masyarakat, sehingga pada dasarnya masyarakatlah yang memiliki

peranan yang paling besar untuk mengurangi kasus Demam Berdarah.

Pengetahuan, sikap, dan praktik pada masyarakat merupakan hal

yang saling berkaitan, sehingga ketika ada salah satu saja yang tidak

baik meskipun yang lainnya baik hal itu tidak memiliki makna

(Notoatmodjo, 2003). Oleh sebab itu perlu diketahui sejauh mana

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya di wilayah kerja

Puskesmas Bebandem tentang pencegahan DBD sehingga kemudian

dapat diketahui apa saja yang kurang dari masyarakat tersebut tentang

2
pencegahan DBD apakah pengetahuannya, sikap, praktik ataukah

ketiganya. Hal ini akan bermanfaat sehingga pemegang kebijkan atau

program di bidang pencegahan penyakit khususnya DBD dapat

melakukan intervensi ke masyarakat yang tepat dalam pencegahan dan

pemberantasan DBD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam rumusan latar belakang di atas

maka masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiwa FKM UMI

angkatan 2020 tentang pencegahan DBD

2. Bagaimana gambaran sikap mahasiswa FKM UMI angkatan

2020 tentang Pencegahan DBD.

3. Bagaimana gambaran Perilaku mahasiswa FKM UMI angkatan

2020 tentang Pencegahan DBD.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan

perilaku mahasiswa FKM UMI angkatan 2020 dalam upaya

pencegahan DBD.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa

FKM UMI angkatan 2020 dalam upaya pencegahan DBD.

3
b. Untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa FKM UMI

angkatan 2020 dalam upaya pencegahan DBD.

c. Untuk mengetahui gambaran perilaku mahasiswa FKM UMI

angkatan 2020 dalam upaya pencegahan DBD.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa FKM UMI

angkatan 2020 terhadap upaya pencegahan DBD.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dilanjutkan untuk bahan

penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian lain yang memakai

penelitian ini sebagai bahan acuan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk (Pratamawati, 2012).

2. Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,

family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN1,

DEN2, DEN3, dan DEN4. Keseluruhan serotipe tersebut

ditemukan di Indonesia. Seseorang dapat terinfeksi 3 atau 4

serotipe dan serotype yang banyak ditemukan menginfeksi dan

menunjukkan manifestasi klinis yang

berat adalah serotipe 3. (Hanim, 2013)

3. Vektor

Vektor sebagai penyebar virus dengue adalah nyamuk

Aedes aegypti dan beberapa vektor lain seperti Aedes albocpitus.

Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok

5
Indonsesia. Ciriciri nyamuk aedes aegypti mempunyai dasar hitam

dengan bintikbintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya.

Siklus normal infeksi DBD terjadi antara manusianyamuk aedes-

manusia. Nyamuk aedes aegypti betina mulai menghisap darah

manusia pada siang hari sampai sore hari. Nyamuk menghisap

darah seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus

dengue kemudian di dalam tubuh nyamuk, virus tersebut akan

berkembang biak dengan cara membelah diri selama 810 hari dan

menyebar keseluruh bagian nyamuk, yang sebagian besar virus

tersebut berada dalam kelenjar liur nyamuk (Suhardiono, 2005).

Nyamuk tersebut tinggal dan berkembang biak pada tempat

yang gelap, lembab, bak mandi, kaleng kosong dan tempat lain

yang kondisinya tidak terawat. Di tempat tersebut pula nyamuk

betina akan meletakkan telurnya untuk proses pematangan. Telur

tersebut akan menetas menjadi larva/jentik dalam waktu 2 hari,

selanjutnya berkembang menjadi nyamuk dewasa yang berukuran

lebih kecil dibandikan dengan rata-rata nyamuk jenis lain

(Kusumawardani, 2012).

4. Epidemiologi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jumlah penderita

dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring

dengan meningktanya mobilitas dan kepadatan penduduk. World

6
Health Organization mengestimasi 50 juta orang terinfeksi setiap

tahunnya. (CDC, 2011). Diperkirakan sekitar 70% atau 1,7 miliar

popuasi beresiko dengue terbnyak berada di regional Asia

tenggaraPasifik bagian barat, seperti Indonesia, Thailand,

Myanmar, Sri Lanka dan sisanya sebanyak 30% populasi beresiko

lainnya tinggal di Benua Afrika, Amerika Latin, dan Amerika

Selatan. Di Indonesia penyakit ini selalu meningkat pada setiap

awal musim hujan dan menimbukan kejadian luar biasa di

beberapa wilayah. Penyakit tersebut juga menyebabkan wabah

lima tahunan di Indonesia, dimana wabah lima tahunan terakhir

terjadi ada tahun 2003/2004. Dari jumlah keseluruhan kasus

tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun. Tahun

2007 jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 158.115, tahun

2008 sebanyak 137.469 kasus, tahun 2009

sebanyak 158.912 kasus dengan kota terjangkit sebanyak 382 kot

a. (WHO, 2011).

5. Pencegahan

Demam berdarah merupakan penyakit yang menyebabkan

kematian, beban ekonomi dan sosial dan perlu adanya tindakan

pencegahan. Pencegahannya dapat dilakukan pada diri sendiri

dan pada lingkungan. Beberapa prinsip dalam

pencegahan DBD adalah sebagai berikut :

7
a. Memutus rantai penularan dengan mengendalikan vector yaitu

nyamuk aedes aegypti.

b. Melakukan pemberantasan pada sarang nyamuk di pusat

daerah penyebaran dan penularan DBD yang tinggi seperti di

lingkungan rumah dengan penduduk yang padat.

Berdasarkan data yang didapat dari WHO, terdapat beberapa

cara yang dapat dilakukan untuk mencegah DBD, yang terdapat

dalam Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention

and Control (WHO,2016).

1. Manajemen berbasis lingkungan

Semua perubahan yang dilakukan dalam upaya

mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vector,

sehingga kontak manusia dengan vector dapat berkurang.

Adapula beberapa kegiatan berbasis lingkungan yang dapat

dilakukan seperti program PSN dengan 4M Plus. Pada

program 4M Plus kita dapat yang dapat kita lakukan yaitu

menguras secara teratur seminggu sekali, menutup rapatrapat

tempat penampungan air serta menimbun sampahsampah

yang berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik dan

mengubur kalengkaleng bekas, plastik, dan barang bekas

lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak

menjadi sarang nyamuk, dan terakhir adalah maemantau

tempattempat yang dapat menampung air. Untuk plus nya

8
yang dapat dilakukan adalah menaburkan bubuk abate pada

bak penampungan air yang sulit kita jangkau, tidak

membiasakan menggantung baju sembarangan agar nyamuk

tidak berkembang disana, memakai lotion nyamuk tidak hanya

malam hari, memakai kelambu saat tidur, menggunakan

insektisida pada ruangan, memasang kawat kasa di jendela

dan ventilasi. (WHO,2005)

2. Kontrol biologis

Untuk memutus siklus hidup nyamuk dapat dilakukan

dengan membasmi vector pada tahap larva. Kegiatan yang

dapat dilakukan denga menggunakan ikan pemakan larva

nyamuk.

3. Manajemen secara kimiawi

Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan dilakukan

pengasapan/fogging yang berguna untuk membunuh nyamuk

dewasa, sedangkan untuk membunuh jentik nyamuk

menggunakan abate.

B. Pengetahuan

1. Definisi Tingkat Pencegahan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

9
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusi diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman,

juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru,

orang tua, teman, buku, dan surat kabar (Notoadmojo, 2003).

Menurut Wahid et al (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan sesorang antara lain pendidikan, pekerjaan, umur,

minat, pengalaman, dan informasi.

2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkatan yang beragam (Notoadmojo, 2003).

Dalam domain kongnitif mempunyai 6 tingkatan pengetahuan

yaitu:

a. Tahu

Tahu diartikan mengingat kembali apa yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa

seseorang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami

Memahami adalah suatu kemampuan untuk

menjelaskan dengan benar tentang suatu objek sehingga

10
dapat menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila seseorang dapat

menggunakan objek yang telah dipelajari pada situasi yang

sebenarnya. Contohnya adalah dengan menggunakan

metode, prinsip atau yang lainnya pada situasi yang berbeda.

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan komponenkomponen yang terdapat dalam suatu

masalah namun masih berkaitan satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk

menghubungkan komponenkomponen di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasiformulasi yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu

11
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri ataupun kriteria

yang telah ada sebelumnya.

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut Purwanto 1998 (dalam Wawan, 2011) sikap

merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki

kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Sikap

juga diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti senangtidak

senang, setujutidak setuju, baiktidak baik dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport 1954 (dalam Notoatmodjo, 2003)

menjelaskan bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek

yaitu bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak. Artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

12
perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-

ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.

3. Tingkatan Sikap

Sepertinya halnya dengan pengetahuan, sikap juga

mempunyai tingkattingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai

berikut (Notoatmodjo, 2003) :

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima

stimulus yang diberikan.

b. Menanggapi

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai

Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai

positif terhadap objek atau stimulus seperti mengajak atau

13
mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk

merespon.

d. Bertanggung Jawab

Sikap yang paling tinggi tingakatnya ialah

bertanggunga jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu yang

didasai oleh keyakinannya, dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang lain yang

membicarakan keburukannya ataupun ada resiko yang lain.

D. Perilaku

Suatu sikap tidak langsung terwujud dalam suatu tindakan.

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan

faktor pendukung yakni suatu kondisi yang memungkinkan seperti

fasilitas maupun dorongan dari petugas kesehatan atau yang lainnya.

Perubahan nyata yang dilakukan oleh suatu subjek itulah yang disebut

dengan praktik. Seperti halnya pengetahuan, praktik ini mempunyai

beberapa tingkatan : (Notoatmodjo, 2003).

1. Persepsi

14
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2. Respons terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme

Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sudah menjadi sebuah kebiasaan.

4. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang

dengan baik yakni tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

BAB IV

METODOLOGI

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuantitatif denggan menggunakan desain cross

sectional yang berarti semua variabel yang diteliti diukur dan diamati

hanya satu kali, pada satu waktu. Penelitian ini hanya akan

memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi berdasarkan

15
hasil dari pengamatan langsung tanpa memberikan intervensi pada

variabel subjek penelitian sehingga nantinya dapat dijadikan data

dasar untuk penelitian yang lebih konklusif.

B. Tempat dan Waktu

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FKM UMI dengan sasaran angkatan

2020.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan proses perancangan tema,

penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan

analisis data, serta pembuatan laporan hasil penelitian yang

dilaksanakan pada tanggan 23 November 2020 sampai dengan

tanggal 7 Desember 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia angkatan

2020 terhitung dari kelas A1 adalah 15 orang, B1 adalah 19

orang, B2 adalah 19 orang, B3 adalah 19 orang, B4 adalah 19

orang, B5 adalah 20 orang, B6 adalah 19 orang, B7 dalah 18

16
orang dan B8 adalah 22 orang. Jadi jumlah seluruh populasi pada

mahasiswa FKM UMI angkatan 2020 yakni berjumlah 170 orang.

2. Sampel Penelitian

a. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara

menggunakan rumus Slovin (1960) menentukan ukuran

sampel dari suatu populasi, disebabkan oleh keterbatasan

waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti. Dari seluruh

mahasiswa FKM UMI angkatan 2020 yakni berjumlah 170

mahasiswa setelah itu maka dari populasi mahasiswa tersebut

ditentukan besaran sampelnya menggunakan rumus Slovin.

b. Besaran Sampel

N
n=
1+ N ( e 2 )

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus

Slovin, dimana:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = batas kesalahan

Berdasarkan rumus diatas maka besaran sampel dapat

dihitung:

170
n= =119,29 atau119
1+170 ( 0,05 2)

17
Jadi, berdasarkan perhitungan sampel di atas, jumlah

sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 119

mahasiswa terhitung dari kelas A1, B1, B2, B3, B4, B5, B6,

B7, dan B8.

D. Bahan dan Instrumen Penelitian

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang

dibuat oleh peneliti yang sudah diuji realibilitasnyya dengan

menanyakan kepada 3 orang yang berbeda dan dilakukan bergantian

oleh ketiga peneliti, kemudian validitasnya diuji dengan melihat

kuesioner penelitian lain yang mirip. Kuesioner terdiri dari empat

bagian yaitu bagian pertama (identitas responden), bagian kedua

(kuesioner tingkat pengetahuan mengenai pencegahan DBD), bagian

ketiga (kuesioner sikap) dan bagian keempat (kuesioner perilaku).

Pada kuesioner tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku

menggunakan pertanyaan tertutup dengan opsi a-e yang salah

satunya akan dipilih oleh reponden berdasarkan yang mereka ketahui.

a. Identitas Reponden

Kuesioner ini terdiri dari email, nama lengkap, NIM dan

kelas.

b. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

18
Kuesioner tingkat pengetahun berisi 8 pertanyaan tertutup

tentang DBD dan pencegahan penyakit DBD meliputi

penyebab, transmisi vector, tanda dan gejala, cara

penyebaran, tempat penyebaran, dan pencegahan DBD.

c. Kuesioner Sikap

Kuesioner sikap berisi 10 pertanyaan tertutup tentang

sikap responden mengenai pencegahan DBD.

d. Kuesioner Perilaku

Kuesioner sikap berisi 5 pertanyaan tertutup tentang

sikap responden mengenai pencegahan DBD.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode email, maka sebelumnya peneliti mengumpulkan

seluruh email mahasiswa yang bersedia megikuti penelitian

atau mengisi kuesioner.

2. Kuesioner dibuat dalam bentuk google form kemudian dikirim

ke masing-masing responden.

3. Peneliti mengirimkan kuesioner ke email masing-masing

responden.

19
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. 2011. Dengue Atlanta:Centers for Disease

Control and Prevention. [Online] Tersedia di:

http//www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html [diunduh:21 maret 2016 ]

Center for Disease Control and Prevention.Dengue and The Aedes Aegypti Mosquito.(di

akses di http://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/aegyptifactsheet.pdf pada

tanggal 20 Juni 2016)

Hanim D. 2013. Program Pengendalian Penyakit menular Demam Berdarah

Dengue. Surakarta:Fakultas Kedokteran UNS.Hal 151.

Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 20152019.

Jakarta: Kemenkes RI.

Kusumawardani E. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Ibu dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue.

[Skripsi].Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Notoadmodjo. 2003. PrinsipPrinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Cet. Ke2.

Jakarta: Rineka Cipta

Pangribowo S dan Tryadi A. 2010. Jendela Epidemiologi Vol. 2 Agustus. Jakarta:

Pusat data dan surveilans epidemiologi Kemenkes RI .

Pratamawati, DA. 2012.Peran Juru Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Demam

Berdarah Dengue di Indonesia.Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol.6,No.6.
Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Helvetia Tengah,Medan Tahun 2005.

Mutiara Kesehatan Indonesia. Vol.1.Hal 4865.

Supriyanto. 2011. Hubungan atara pengetahuan, sikap, praktek keluarga tentang

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di

wilayah kerja puskesmas Tlogosari Wetan kota Semarang.

[Artikel Karya Tulis Ilmiah] Semarang: Universitas Diponegoro.

Wawan A, Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Jakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. 2010. Situation Update Of Dengue In the SEA Region,2010.

World Health Organization SouthEast Asian Region [Internet]. Tersedia di:

http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Dengue_update_SEA_2010.

pdf. [diunduh:21 Mart 2016 ]

WHO. 2011. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and

dengue haemorrhagic fever. New Delhi: WHO Regional office for South East Asia.

World Health Organization.Global Strategy For Dengue Prevention and Control 2012-

2020.France:World Health Organization, 2012.

Anda mungkin juga menyukai