Anda di halaman 1dari 78

HUBUNGAN PERILAKU, DUKUNGAN KELUARGA DALAM

PENCEGAHAN COVID-19 TERHADAP KECEMASAN


ORANG TUA PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI DESA MARKANDING MUARO JAMBI
TAHUN 2020

PROPOSAL

Oleh :

SUCI AULIA

NIM : 1714201042

PRODI ILMU KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Hubungan Perilaku,

Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan COVID-19 Terhadap Kecemasan Orang

Tua Pada Anak Usia Sekolah Di Desa Markanding, Muaro Jambi”. Proposal ini

penulis sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga

lebih mudah di pahami.

Dalam penulisan proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada yang terhormat ibu

Ns. Sherly Amelia, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Ns. Rahmiwati,

S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing II yang merupakan pembimbing yang telah

memberikan arahan kritikan dan saran. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat :

Selanjutnya izin penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort

De Kock Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.St, M. Biomed selaku Ketua Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Ibu Ns. Ratna Dewi, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan & Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

i
4. Seluruh dosen Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang

telah membantu dalam penulisan proposal ini.

5. Teristimewa kepada papa, mama, adik, dan semua keluarga besar yang

telah begitu sabar dan membantu, dan memberikan dorongan semangat

bagi saya baik moril, materil, do’a yang tulus dan kasih sayang mereka

kepada saya.

6. Serta semua sahabat dan rekan-rekan senasib seperjuangan yang tidak di

sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan proposal ini.

Dalam menulis proposal ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang di

sebabkan oleh kurang nya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu jika ada kesalahan

dalam penulisan proposal ini dan terdapat hal–hal yang tidak sesuai dengan

harapan, kami dengan senang hati menerima masukan, kritik dan saran dari

pembaca yang sifat nya membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, Januari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
DAFTAR SKEMA...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................10
C. Tujuan Penelitian..................................................................................10
D. Manfaat Penelitian................................................................................11
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan...........................................................................14
B. Konsep Sikap.......................................................................................21
C. Penyakit COVID-19............................................................................26
D. Konsep Dukungan Keluarga................................................................45
E. Konsep Kecemasan.............................................................................48
F. Kerangka Teori....................................................................................54
BAB III. KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep................................................................................55
B. Defenisi Operasional………………………………………………....55
C. Hipotesa Penelitian…………………………………………………...57
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................59
B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................59
C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................60
D. Instrumen Data....................................................................................62
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................63
F. Teknik Pengolahan Data.....................................................................64
G. Teknik Analisa Data............................................................................65
H. Etika Penelitian....................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

iii
Nomor Tabel Halaman

3.1 Defenisi Operasional……………………………………………………….56

DAFTAR SKEMA

iv
Nomor Skema Halaman

2.1 Kerangka Teori………………………………………………….…………54

3.1 Kerangka Konsep…………...…………….……………………….............55

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan ( Informed Consent )

Lampiran 2 : Lembar Menjadi Partisipan

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat Balasan Data Awal

Lampiran 6 : Lembar Konsul Pembimbing 1

Lampiran 7 : Lembar Konsul Pembimbing 2

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan wabah virus corona

yang menginfeksi hampir di seluruh Negara di dunia. WHO menyatakan

semenjak januari 2020 dunia masuk dalam darurat global terkait virus ini.

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan

penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui

menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk, pilek,

hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus

jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease

2019 (COVID-19). Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai

2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan

nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease 2019

(COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (WHO,2020).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini

merupakan virus baru dan penyakit sebelumnya tidak dikenal sebelum

terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019 (WHO, 2020).

Pada tanggal 30 januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat yang meresahkan dunia. Penambahan jumlah kasus

1
2

Coronavirus Disease (COVID-19) berlangsung cukup cepat dan sudah

terjadi penyebaran antar Negara.

Kehadiran virus Corona COVID 19 telah merusak tatanan

kehidupan manusia di seluruh dunia. Pendidikan, ekonomi sosial, budaya

dan keberagamaan terdampak akibat virus corona. Misalkan dari segi

pendidikan begitu banyak anak-anak dan guru tidak dapat bersekolah

dengan normal akibat pembatasan interaksi sosial. Pada akhirnya, dengan

fasilitas seadanya mencoba melaksanankan proses pembelajaran jarak jauh

yang belum direncanakan dengan matang tanpa penelaahan mendalam. Di

dalam situasi pandemi Virus Corona, biasanya kecemasan hadir dalam

beragam bentuk diantaranya ketakutan terhadap kematian, hal ini terjadi

karena melihat angka kematian akibat wabah corona yang dari hari ke hari

semakin besar. Ketakutan terinfeksinya virus corona atau menginfeksi

orang lain. Khawatir kehilangan pekerjaan/pendapatan akibat pembatasan

keluar rumah membuat, Pembatasaan Sosial Bersekala Besar

menyebabkan bisnis sepi pembeli, ataupun tempat kerja yang tutup,

Ketakutan ketiadaan bahan makanan pokok akibat kepanikan seluruh

masayarakt yang memborong sembako hingga langka di pasaran (Jarnawi,

2020).

Maka dari itu perlu memperoleh informasi yang akurat

menyangkut corona. Tetap berkomunikasi secara online dengan keluarga,

dan hendaknya memperoleh pendidikan menyangkut COVID-19 serta

penularan, pencegahan dan pemutusan infeksi virus lewat social

distancing, cuci tangan, dan tetap beraktifitas di rumah serta tetap mejaga
3

imunitas tubuh lewat makan yang bergizi, berolahraga intensitas sedang,

dan istirahat yang cukup (Jarnawi, 2020).

Secara global dilaporkan pada 30 November 2020, 63.072.475 orang

terinfeksi, 43.545.829 sembuh dan 1.465.181 meninggal dunia. jumlah kasus

Coronavirus Disease (COVID-19) di luar China telah meningkat 13 kali

lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali

lipat. Sekarang ada 215 negara terjangkit kasus Coronavirus Disease

(COVID-19). Amerika Serikat: 13.750.404 kasus positif, 273.072

meninggal dunia dan 8.107.203 pasien berhasil sembuh. India: 9.432.075

kasus positif, 137.177 meninggal dunia dan 8.847.600 pasien berhasil

sembuh. Brasil: 6.314.740 kasus positif, 172.848 meninggal dunai, dan

5.578.118 pasien berhasil sembuh. Rusia: 2.269.316 kasus positif, 39.527

meninggal dunia, dan 1.761.457 pasien berhasil sembuh. Prancis:

2.218.483 kasus positif, 52.325 meninggal dunia, dan 161.427 pasien

berhasil sembuh. Spanyol: 1.646.192 kasus positif, 44.668 meninggal

dunia, sementara yang berhasil sembuh hari ini belum terkonfirmasi.

Inggris: 1.617.327 kasus positif, 58.245 meninggal dunia, sementara yang

berhasil sembuh hari ini belum terkonfirmasi. Italia: 1.585.178 kasus

positif, 54.904 meninggal dunia dan 734.503 pasien berhasil sembuh.

Argentina: 1.418.807 kasus positif, 38.473 meninggal dunia dan 1.249.843

pasien berhasil sembuh. Kolombia: 1.308.376 kasus positif, 36.584

meninggal dunia dan 1.204.452 pasien berhasil sembuh.

(WHO, 2020).
4

Masalah kesehatan indonesia saat ini masih dalam kondisi yang

memprihatinkan. Di Indonesia pada 02 Maret 2020 Menteri Kesehatan

menjelaskan bahwa terdapat 2 Warga Negara Indonesia di Depok positif

virus corona yakni seorang ibu berumur 64 tahun dan putrinya berumur 31

tahun akibat pernah kontak langsung dengan Warga Negara Jepang. Gugus

Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 merincikan data positif dengan

Jumlah positif sampai 13 September 2020 meningkat dari 218.382 menjadi

558.500 pada 30 November 2020 terinfeksi Coronavirus Disease

(COVID-19). Sedangkan pasien yang dinyatakan sembuh meningkat dari

155.010 menjadi 450.518. Jumlah kasus meninggal bertambah dari 8.723

menjadi 16.945. Indonesia berada di urutan ke 22 negara dengan kasus

COVID-19. Kasus terinfeksi COVID-19 di Indonesia sudah terdata di 34

provinsi dan 505 kabupaten/kota ditanah air (Artikel Kompas.com).

Selanjutnya Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19

merincikan data positif COVID-19 di Indonesia 30 November 2020 yaitu

di Provinsi Aceh 8.255 kasus, Bali 13.681 kasus, Banten 12.648 kasus,

Bangka Belitung 982 kasus, Bengkulu 1.750 kasus, Yogyakarta 5.783

kasus, DKI Jakarta 134.331 kasus. Selanjutnya di Jambi 1.943 kasus, Jawa

Barat 51.548 kasus, Jawa Tengah 52.961 kasus, Jawa Timur 61.071 kasus,

Kalimantan Barat 2.378 kasus, Kalimantan Timur 19.301 kasus,

Kalimantan Tengah 5.775 kasus, Kalimantan Selatan 13.147 kasus, dan

Kalimantan Utara 1.410 kasus. Kemudian di Kepulauan Riau 5.376 kasus,

Nusa Tenggara Barat 4.647 kasus, Sumatera Selatan 9.387 kasus,

Sumatera Barat 19.676 kasus, Sulawesi Utara 6.793 kasus, Sumatera Utara
5

15.420 kasus, dan Sulawesi Tenggara 6.440 kasus. Adapun di Sulawesi

Selatan 20.439 kasus, Sulawesi Tengah 1.769 kasus, Lampung 3.622

kasus, Riau 19.766 kasus, Maluku Utara 2.369 kasus, Maluku 4.469 kasus,

Papua Barat 5.253 kasus, Papua 10.001 kasus, Sulawesi Barat 1.456 kasus,

Nusa Tenggara Timur 1.137 kasus, Gorontalo 3.091 kasus dan dalam

proses verifikasi lapangan 24 kasus. Akumulasi data tersebut diambil dari

hasil uji spesimen sebanyak 107.943 yang dilakukan menggunakan

metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 89 laboratorium. Kemudian

untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 43.434 orang dan

pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 14.052 orang. (Worldmeter,

2020).

Pada kasus di provinsi jambi juga terinfeksi Coronavirus Disease

(COVID-19) pada 15 April 2020 , berjumlah 1.943 orang positif hingga 30

November 2020 dan pasien sembuh berjumlah 1.341 orang, pasien

meninggal 37 orang, kasus terus meningkat sehingga pemerintah provinsi

jambi menghimbau agar masyarakatnya selalu memakai masker dan sering

cuci tangan serta social distancing. Dan di Kabupaten Muaro Jambi ter

infeksi kasus Coronavirus Disease (COVID-19) bertambah menjadi 240

orang positif, sembuh 162, dan meninggal 1 hingga 30 November 2020

(Gugus Tugas Penanganan COVID-19 provinsi jambi, 2020).

Coronavirus Disease (COVID-19) dapat menular dari manusia ke

manusia melalui kontak erat dan droplet (Percikan). Pencegahan penyakit

merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Perawatan

pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan termasuk program


6

pendidikan yang khusus, yang dibuat untuk membantu menurunkan factor

resiko sakit, seperti fenomena sekarang ini perlu di lakukan adanya

pencegahan Coronavirus Disease (COVID-19).

Kasus positif di Indonesia semakin bertambah sehingga diyakini

bahwa di luar masih terjadi penularan, masih ada kasus positif tanpa

gejala, masih ada sebagian yang tidak menyadari bahwa kita rentan

tertular, sehingga masih ada yang belum berjaga jarak, masih belum

memakai masker, belum rajin dan disiplin cuci tangan dengan sabun,''

imbuhnya (Kemenkes, 2020). Langkah pencegahan di masyarakat adalah

dengan menjaga kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika

tangan tidak terlihat kotor. Cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat

kotor (Wulandari et al., 2020). Dan cara mencegah penyebaran

Coronavirus Disease (COVID-19) yaitu dengan selalu cuci tangan secara

teratur, menerapkan etika bersin dan batuk, menghindari kontak secara

langsung dengan ternak hewan liar serta menghindari kontak langsung

dengan orang yang terpapar virus dan menunjukkan gejala pernafasan

seperti bersin dan batuk. Bagi yang sakit menggunakan masker selama

kegiatan (KemenKes, 2020).

Saat ini pemerintah pusat telah melakukan pencegahan agar tidak

adanya penambahan penyebaran COVID-19 yaitu dengan jaga jarak dan

WHO juga merekomendasikan semua orang untuk memakai masker baik

saat sehat maupun sakit. dr. Achmad Yurianto juga mengatakan untuk

memakai masker non medis seperti masker kain, karena masker kain dapat

mencegah penularan. Artikel SieradMu mengatakan bahwa sejumlah


7

tempat masih ditemukan warga yang tidak mengindahkan himbauan

pemerintah untuk mencegah penyebaran Coronavirus Disease (COVID-

19). Selain tidak menggunakan masker banyak warga yang masih

berkerumunan dan tidak jaga jarak.

Penelitian yang dilakukan oleh Deblina,dkk (2020) tentang “Studi

pengetahuan, sikap, kecemasan & kebutuhan perawatan kesehatan mental

yang dirasakan di Populasi India selama pandemi COVID-19”

mengungkapkan bahwa kurangnya kesadaran sering mengarah pada sikap

tidak peduli, yang dapat mempengaruhi kesiapan menghadapi dan banyak

orang mengabaikan pentingnya menjaga jarak social. Sebagian besar

peserta (97%) mengakui bahwa mencuci tangan sering dapat

menghentikan penyebaran infeksi. Hanya 18,2% yang menganggap

demam sebagai gejala COVID-19, yang dikenal sebagai gejala utama.

Sebagian besar (98%) dari peserta berpendapat bahwa jarak sosial sangat

penting untuk menghentikan penyebaran virus. Namun, 88,7% dari

mereka menganggap bepergian di negeri aman selama pandemi. Sekitar

72% dari peserta melaporkan khawatir untuk diri mereka sendiri dan

orang-orang terdekat mereka selama pandemi yang sedang berlangsung.

Hampir 85% setuju bahwa mereka sering mencuci tangan. Hampir

setengah dari peserta merasa panik dengan laporan pandemi COVID-19 di

media elektronik dan cetak selama seminggu terakhir (Roy, Tripathy,

Kumar, & Sharma, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Mujiburrohman, dkk (2020) tentang

“pengetahuan berhubungan dengan peningkatan perilaku pencegahan


8

COVID-19” menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang

pencegahan COVID-19 sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak

86 responden (82.7%). Perilaku responden dalam pencegahan COVID-19

sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 53 responden

(51.0%) disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku pencegahan COVID-19 pada masyarakat. Semakin tinggi

pengetahuan masyarakat, perilaku pencegahan COVID-19 yang

ditunjukkan semakin baik pula (Alhogbi, 2017).

Pengetahuan sangat penting dalam membentuk seseorang.

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit COVID-19 akan menjadi

masalah dalam penyakit ini dengan peningkatan kasus yang terinfeksi oleh

virus. Pengetahuan tentang proses infeksi dan tindakan pencegahannya

mungkin terkait dengan tekad warga untuk mengikuti pedoman

pemerintah tentang tindakan karantina. Perspektif yang sama ini didukung

oleh banyak analisis, di mana dilaporkan bahwa tingkat pengetahuan

secara langsung mempengaruhi persepsi kerentanan terhadap penyakit.

Salah satu studi pertama dan baru-baru ini menganalisis sikap dan

pengetahuan, tentang Coronavirus yang dilakukan di Hubei,

menyimpulkan bahwa sikap terhadap tindakan pemerintah untuk

mengatasi epidemi sangat terkait dengan tingkat pengetahuan tentang

COVID-19 (Acharya et al., 2020). Sikap terhadap tindakan pemerintah

untuk mengatasi epidemi sangat terkait dengan tingkat pengetahuan

tentang COVID-19. Pandemi COVID-19 ini juga membuat masyarakat

khawatir dan cemas karena meningkatnya penyebaran infeksi.


9

New normal  adalah sebuah perubahan budaya hidup yang

dicanangkan pemerintah Republik Indonesia agar masyarakat dapat

terbiasa dengan tatanan hidup normal yang baru untuk menghadapi

penyebaran virus corona . Awal juni mulai diberlakukan new normal

terutama di kabupaten muaro jambi. Beberapa poin kehidupan

bermasyarakat untuk membuka swalayan, rekreasi, rumah makan dan

meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan

kewaspadaan, penerapan jaga jarak dan menggunakan masker diwajibkan

kepada seluruh warga ketika berada di tempat umum, sebab Orang Tanpa

Gejala (OTG) di masa penerapan new normal tentunya bebas berkeliaran,

sehingga masyarakat rentan tertular virus jika tidak hati-hati.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan juni tahun

2020 di Kabupaten Muaro Jambi khususnya di Desa Markanding

kecamatan bahar utara saya melihat masih ada masyarakat tidak memakai

masker ketika keluar rumah dan tidak memakai masker ketika berjualan di

pasar dan masih terdapat tidak diterapkan jaga jarak. Dan sejak

pemerintah menerapkan new normal, banyak warga yang kembali

beraktivitas seperti biasanya dan mengira kondisi COVID-19 sudah

normal kembali seperti sebelumnya. Hal ini mengakibatkan beberapa

warga lalai mematuhi protokol kesehatan seperti tidak menggunakan

masker saat berada di keramaian,  dan tidak mencuci tangan setelah

beraktivitas. Kurangnya pemahaman ini membuktikan bahwa warga belum

benar-benar siap dalam menghadapi era New Normal ini. Tetapi, tidak

sedikit yang tidak memakai masker saat keluar rumah dan masih ada yang
10

khawatir jika terdapat salah satu masyarakat di desa markanding terkena

COVID-19.

Berdasarkan paparan fenomena diatas saya melihat dilapangan

masih terdapat masyarakat yang tidak menerapkan pentingnya pencegahan

COVID-19 sehingga saya tertarik ingin meneliti adakah hubungan

perilaku, dukungan keluarga dalam pencegahan COVID-19 terhadap

kecemasan orang tua pada anak usia sekolah Di desa markanding muaro

jambi Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Hubungan Perilaku, Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan

COVID-19 Terhadap Kecemasan Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Di

Desa Markanding Muaro Jambi.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Perilaku, Dukungan Keluarga Dalam

Pencegahan COVID-19 Terhadap Kecemasan Orang Tua Pada Anak

Usia Sekolah Di Desa Markanding Muaro Jambi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang

pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.

b. Untuk mengetahui distribusi sikap tentang pencegahan COVID-19

di Desa Markanding, Muaro Jambi.


11

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan pencegahan

COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga tentang

pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.

e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kecemasan orang tua

dengan anak usia sekolah tentang pencegahan COVID-19 Di Desa

Markanding, Muaro Jambi.

f. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan

orang tua tentang pencegahan COVID-19 di Desa Markanding,

Muaro Jambi.

g. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kecemasan orang tua

tentang pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro

Jambi.

h. Untuk mengetahui hubungan tindakan pencegahan dengan

kecemasan orang tua tentang pencegahan COVID-19 di Desa

Markanding, Muaro Jambi.

i. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

kecemasan orang tua tentang pencegahan COVID-19 di Desa

Markanding, Muaro Jambi.


12

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu cara menambah wawasan dan meningkatkan

kemampuan peneliti dalam mengimplementasikan ilmu–ilmu yang telah

didapatkan pada saat perkuliahan.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan untuk mengetahui penting nya dilakukan

pencegahan COVID-19.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan untuk memberikan informasi tentang pendidikan

kesehatan terutama infromasi penyakit COVID-19 dalam melakukan

pencegahan.

4. Bagi Akademik

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk

penelitian selanjutnya, serta untuk pengembangan ilmu kesehatan dalam

penelitian tentang hubungan perilaku, dukungan keluarga dalam

pencegahan COVID-19 terhadap kecemasan orang tua pada anak usia

sekolah di Desa Markanding, Muaro Jambi

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di lakukan oleh Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi dengan judul

hubungan perilaku, dukungan keluarga dalam pencegahan COVID-19

terhadap kecemasan orang tua pada anak usia sekolah di Desa


13

Markanding, Muaro Jambi. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel

dependent adalah kecemasan orang tua tentang pencegahan COVID-19,

sedangkan variabel independent adalah pengetahuan, sikap, tindakan

pencegahan dan dukungan keluarga. Penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian

deskripstif analitik. Dalam penelitian teknik pengambilan sampel secara

Systematic Random Sampling dengan teknik berupa kuesioner angket.

Populasi penelitian ini sebanyak 865 KK di Desa Markanding, muaro

jambi dan sampel pada penelitian ini sebanyak 90.


14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge)

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan adalah hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana

penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuatu. Ilmu

pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau

menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis.

Menurut Notoadmodjo (2018) pengetahuan (knowledge) adalah

hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”,

misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Pengetahuan merupakan campuran dari pengalaman, nilai,

informasi kontekstual dan pandangan pakar yang memberikan

kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru

dengan informasi.

2. Cara memperoleh pengetahuan

Sedangkan Notoatmodjo (2018) membagi ke dalam 2 bagian besar

cara untuk meperoleh pengetahuan yaitu:

14
15

a. Cara Non Ilmiah atau Tradisional

Cara yang biasa dilakukan oleh manusia saat sebelum

ditemukan cara dengan metode ilmiah. Cara ini dilakukan oleh

manusia pada zaman dulu kala dalam rangka memecahkan masalah

termasuk dalam menemukan teori atau pengetahuan baru. Cara-

cara tersebut yaitu melalui: cara coba salah (trial and error), secara

kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, pengalaman pribadi, cara

akal sehat, kebenaran melalui wahyu, kebenaran secara intuitif,

melalui jalan pikiran, induksi dan deduksi.

b. Cara Ilmiah atau Modern

Cara ilmiah ini dilakukan melalui cara-cara yang sistematis,

logis dan ilmiah dalam bentuk metode penelitian. Penelitian

dilaksanakan melalui uji coba terlebih dahulu sehingga instrumen

yang digunakan valid dan reliabel dan hasil penelitiannya dapat

digeneralisasikan pada populasi. Kebenaran atau pengetahuan yang

diperoleh betul-betul dapat dipertanggungjawabkan karena telah

melalui serangkaian proses yang ilmiah.

Peneliti dalam melaksanakan penelitiannya harus

menjujung tinggi etika dan moral dan mengedepankan kejujuran.

Hasil penelitian harus dilaporkan apa adanya, tidak boleh

memutarbalikkan fakta penelitian agar sesuai keinginan atau

merekayasa hasil uji statistik sesuai dengan keinginan atau

kepentingan tertentu.
16

Selain menjunjung etika dan moral, seorang peneliti harus

memahami landasan ilmu, yaitu pondasi atau dasar tempat

berpijaknya keilmuan.

Tiga landasan ilmu filsafat tersebut merupakan masalah

yang paling fundamental dalam kehidupan karena memberikan

sebuah kerangka berpikir yang sangat sistematis. Ketiganya

merupakan proses berpikir yang diawali dengan pembahasan “Apa

itu pengetahuan?”, “Bagaimana mendapatkan pengetahuan?”, dan

“Untuk apa pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?”.

Pada dasarnya semua ilmu pengetahuan tidak terlepas dari tiga

problem filosofis tersebut (ontologis, epistemologis dan

aksiologis). Artinya semua ilmu pengetahuan pasti berbicara

tentang apa yang menjadi objek kajiannya, bagaimana cara

mengetahuinya dan apa manfaatnya buat kehidupan manusia.

Oleh sebab itu, maka jelas bahwa ilmu dan penelitian

merupakan hal yang berkaitan untuk memperoleh suatu

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2014) bahwa pengetahuan

adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya. Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung

dari bagaimana penginderaannya masing-masing terhadap objek

atau sesuatu.
17

3. Tingkatan pengetahuan

Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,

2014), yaitu:

a. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan

pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling

rendah. Kemampuan pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti

menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan. Contoh

tahapan ini antara lain: menyebutkan definisi pengetahuan,

menyebutkan definisi rekam medis, atau menguraikan tanda dan

gejala suatu penyakit.

b. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan

sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu

dengan benar. Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau

materi yang telah diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan,

dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah

dipelajarinya tersebut. Contohnya dapat menjelaskan tentang

pentingnya dokumen rekam medis.

c. Aplikasi (application)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat

mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya

pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan


18

assembling (merakit) dokumen rekam medis atau melakukan

kegiatan pelayanan pendaftaran.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), memisahkan dan mengelompokkan,

membedakan atau membandingkan. Contoh tahap ini adalah

menganalisis dan membandingkan kelengkapan dokumen rekam

medis menurut metode Huffman dan metode Hatta.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang

dalam mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang

ada menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan

sintesis ini seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan,

mendesain, dan menciptakan. Contohnya membuat desain form

rekam medis dan menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.

f. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai

proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi

yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.


19

Tahapan pengetahuan tersebut menggambarkan tingkatan

pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melalui berbagai

proses seperti mencari, bertanya, mempelajari atau berdasarkan

pengalaman.

4. Factor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan

yang dimiliki.

b. Informasi/Media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal dapat memberikan pengaruh janga pendek

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap

hal tersebut.

c. Social, Budaya, Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan sesorang tanpa

melalui penalaran sehingga akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya sesuatu fasilitas yang diperlukan untuk


20

kegiatan tertentu sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan kedala individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

sebagian individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

5. Pengukuran pengetahuan

Menurut Sugiyono (2019) untuk pengukuran pengetahuan

menggunakan Rating Scale (Skala Penilaian). Responden menjawab,

senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah-tidak pernah

adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale,


21

responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang

telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitaif yang

telah di sediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel.

B. Sikap (Attitude)

1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian rekasi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek

(Efendi, 2009).

2. Tingkatan Sikap

(Notoatmodjo, 2003) Sikap terdiri dari atas berbagai tingkatan

sebagai berikut :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari


22

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di

pilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Factor Yang Mempengaruhi Sikap

Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

adalah :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulas social.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap,

untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen social yang ikut mempengaruhi sikap kita. seseorang


23

yang kita anggap penting, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita

sadari, kebudayaan telah menanmkan garis pengaruh sikap kita

terhadap berbagai masalah.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi

tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tersebut.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis

pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-

ajarannya.
24

f. Pengaruh factor emosional

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

4. Pengukuran Sikap

Menurut Sugiyono (2019) terdapat skala untuk pengukuran sikap,

sebagai berikut :

a. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau ekelompok orang tentang fenomena

social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan

secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variable penelitian.

Dengan skala likert, maka variable yang akan diukur di

jabarkan menjadi indicator variable. Kemudian indicator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument

yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positf sampai sangat negative, yang

dapat berupa kata-kata antara lain :

1) Sangat setuju
25

2) Setuju

3) Ragu-ragu

4) Tidak setuju

5) Sangat tidak setuju

6) Selalu

7) Sering

8) Kadang-kadang

9) Tidak pernah

b. Skala Guttman

Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas,

yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-

negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data

interval atau rasio dikotomi (dua alternative). Jadi kalau pada skala

likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai

“sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada

dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”.

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan

yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk

pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk ceklist. Jawaban

dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk

jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa

dilakukan seperti pada skala likert.


26

C. Penyakit COVID-19 (Corona Virus Diseases 2019)

1. Pengertian

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis

coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada

manusia mulai dati batuk, pilek hingga yang lebih serius seperti

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit yang

terinfeksi oleh MERS-CoV dapat menderita sindrom gangguan

pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS),

sedangkan manifestasi yang paling umum adalah demam dengan

tremor, batuk, sesak napas, otot yang sakit, dan gejala gastrointestinal

seperti diare, mual, muntah, atau sakit perut. Severe acute respiratory

syndrome (SARS) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-

CoV. Gejala utama SARS termasuk demam, batuk, sakit kepala, nyeri

otot, dan gejala infeksi pernapasan lainnya. Sebagian besar pasien

SARS sembuh dengan atau tanpa perawatan medis.. Coronavirus jenis

baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. (WHO,2020)

COVID-19 (Corona Virus Diseases 2019) adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.  Virus

baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum

mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-

19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara

di seluruh dunia.
27

2. Penyebab COVID-19 (Corona Virus Diseases 2019)

Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus sindrom pernafasan akut

berat 2 (SARS Cov-2 atau severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2). Virus ini menyebar melalui percikan (droplets) dari

saluran pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau bersin

(Heymann & Shindo, 2020).

Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini

karena virus memasuki sel inangnya lewat enzim pengubah

angiotensin 2 (angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2), yang

paling banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-

CoV-2 menggunakan permukaan permukaan sel khususnya yang

mengandung glikoprotein yang disebut "spike" untuk berhubungan

dengan ACE2 dan memasuki sel inang (Letko, Marzi, & Munster,

2020). Berat jenis ACE2 pada setiap jaringan berhubungan dengan

tingkat keparahan penyakit. Diduga, bahwa penurunan aktivitas ACE2

memberikan perlindungan terhadap sel inang karena ekspresi ACE2

yang berlebihan akan menyebabkan infeksi dan replikasi SARS-CoV-2

(Xu et al., 2020) (Zhang, Penninger, Li, Zhong, & Slutsky, 2020).

Beberapa penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda juga

menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan obat

penghambat reseptor angiotensin II akan melindungi sel inang.

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang hal ini (Zheng, Ma, Zhang,

& Xie, 2020). ACE2 juga merupakan jalur bagi virus SARS-CoV-2

untuk menyebabkan kerusakan jantung, karenanya penderita dengan


28

riwayat penyakit jantung memiliki prognosis yang paling jelek (Zheng

et al., 2020).

3. Manifestasi Klinis COVID-19

a. Gejala umum

1) Demam

2) Batuk kering

3) Kesulitan bernafas

b. Gejala lainnya yang jarang ditemukan

1) Nyeri dan sakit

2) Hidung tersumbat

3) Sakit kepala

4) Kongjungtivis

5) Sakit tenggorokan

6) Diare

7) Kehilangan indera rasa atau penciuman

8) Ruam pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki

9) Bersin

10) Pilek

Beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain:

a. Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus

saluran pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk

(kering), sakit tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit

kepala, nyeri otot, atau malaise. Tanda dan gejala penyakit yang
29

lebih serius, seperti dispnea, tidak ada. Dibandingkan dengan

infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-pernapasan seperti diare

sulit ditemukan.

b. Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau

takipnea pada anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia

berat.

c. Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan

pernapasan, takipnea (>30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2

<90% pada udara kamar). Namun, gejala demam harus ditafsirkan

dengan hati-hati karena bahkan dalam bentuk penyakit yang

parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada. Sianosis dapat terjadi

pada anak-anak. Dalam definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan

pencitraan radiologis digunakan untuk mengecualikan komplikasi.

d. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) adalah jenis

kegagalan pernapasan yang ditandai dengan timbulnya cepat

peradangan luas di paru-paru. Gejalanya seperti sesak napas,

sianosis, takipnea. Diantara mereka yang bertahan hidup,

penuruna kualitas hidup relative umum.

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi.

Sindrom ini menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang

serius atau memburuknya gambaran pernapasan yang sudah


30

diidentifikasi. Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan

derajat hipoksia.

4. Mekanisme Penularan COVID-19

a. Penularan percikan pernapasan: Ini adalah cara utama penularan

kontak langsung.

Virus ditularkan melalui percikan-percikan yang muncul

saat pasien batuk, bersin, atau bicara, dan orang-orang yang rentan

mungkin terinfeksi setelah menghirup percikan-percikan tersebut.

b. Penularan kontak tidak langsung:

Virus ini bisa ditularkan melalui kontak tidak langsung

dengan orang yang terinfeksi. Percikan yang mengandung virus

tersimpan di permukaan suatu benda, yang mungkin disentuh oleh

tangan. Virus dari tangan yang terkontaminasi mungkin terbawa ke

saluran mukosa di mulut, hidung, dan mata orang tersebut dan

membuatnya terjangkit.

c. Virus corona yang masih hidup terdeteksi dari tinja pasien

terkonfirmasi, menandakan adanya kemungkinan penularan fecal-

oral.

d. Penularan aerosol

Ketika percikan-percikan bertahan di udara dan kehilangan

kandungan air, patogennya tertinggal dan membentuk inti percikan

(yaitu aerosol). Aerosol-aerosol ini dapat terbang ke lokasi yang

jauh, mengakibatkan penularan jarak jauh. Cara penularan ini


31

disebut penularan aerosol. Belum ada bukti yang menunjukkan

virus corona baru ini dapat ditularkan melalui aerosol.

e. Penularan dari ibu ke anak: Anak dari ibu yang terjangkit COVID-

19

Terkonfirmasi memiliki hasil positif ketika dilakukan tes

usap tenggorokan 30 jam setelah 29 lahir. Ini menandakan bahwa

virus corona baru mungkin bisa menyebabkan infeksi neonatal

melalui penularan ibu ke anak, tapi penelitian dan bukti sains

masih diperlukan untuk mengonfirmasi rute ini.

5. Karakteristik Epidemiologi

a. Orang Dalam Pemantauan (ODP)

Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau

memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu

seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang

terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala juga

dikategorikan sebagai dalam pemantauan.

b. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke

negara yang terjangkit9 pada 14 hari terakhir sebelum timbul

gejala-gejala COVID-19 dan seseorang yang mengalami gejala-

gejala, antara lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang

tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala

klinis dan/atau gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan


32

sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan

tanda menjadi tidak jelas.

Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam

atau ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat

kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau

mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien

konfirmasi COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi

Hubei, memiliki sejarah kontak dengan orang yang memiliki

riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke Provinsi Hubei.

6. Tindakan Pencegahan COVID-19

Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di

pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan

yang paling efektif di masyarakat meliputi:

a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika

tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika

tangan terlihat kotor minimal 20 detik, terutama setelah dari toilet,

sebelum makan, setelah batuk atau bersin.

b. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;

c. Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan

mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu

ke tempat sampah;

d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan

melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker;


33

e. WHO merekomendasikan penggunaan masker kain bagi semua

orang yang terpaksa berkegiatan diluar rumah.

f. Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala

gangguan pernapasan.

7. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan

Pelayanan Kesehatan

Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di

tempat layanan

kesehatan meliputi:

a. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua

pasien

Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua

fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko

infeksi lebih lanjut.

Kewaspadaan standar meliputi:

1) Kebersihan tangan dan pernapasan;

Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan

tangan”, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan

prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan

cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah

bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan

atau barang-barang yang tercemar. Kebersihan tangan

mencakup: 1) mencuci tangan dengan sabun dan air atau


34

menggunakan antiseptik berbasis alkohol; 2) Cuci tangan

dengan sabun dan air ketika terlihat kotor; 3) Kebersihan tangan

juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika

melepas APD. Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan

harus disarankan untuk menerapkan kebersihan/etika batuk.

Selain itu mendorong kebersihan pernapasan melalui galakkan

kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan,

pemberian masker kepada pasien dengan gejala pernapasan,

pasien dijauhkan setidaknya 1 meter dari pasien lain,

pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di

semua area.

2) Penggunaan APD sesuai risiko

Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan

tangan akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Pada

perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman

pada penilaian risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan

tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. APD yang digunakan

merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian Infeksi sesuai

dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne. Jenis alat

pelindung diri (APD) terkait COVID-19 berdasarkan lokasi,

petugas dan jenis aktivitas terdapat pada lampiran. Cara

pemakaian dan pelepasan APD baik gown/gaun atau coverall

terdapat pada lampiran. COVID-19 merupakan penyakit

pernapasan berbeda dengan pneyakit Virus Ebola yang


35

ditularkan melalui cairan tubuh. Perbedaan ini bisa menjadi

pertimbangan saat memilih penggunaan gown atau coverall.

3) Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik

4) Pengelolaan limbah yang aman

Pengelolaan limbah medis sesuai dengan prosedur rutin

5) Pembersihan lingkungan, dan sterilisasi linen dan peralatan

perawatan pasien.

Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan

air dan deterjen serta memakai disinfektan yang biasa digunakan

(seperti hipoklorit 0,5% atau etanol 70%) merupakan prosedur

yang efektif dan memadai.

b. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas

kasus pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19.

1) Kewaspadaan Kontak dan Droplet

a) Batasi jumlah petugas kesehatan memasuki kamar pasien

COVID-19 jika tidak terlibat dalam perawatan langsung.

Pertimbangkan kegiatan gabungan (misal periksa tanda-

tanda vital bersama dengan pemberian obat atau

mengantarkan makanan bersamaan melakukan perawatan

lain).

b) Idealnya pengunjung tidak akan diizinkan tetapi jika ini

tidak memungkinkan. Batasi jumlah pengunjung yang

melakukan kontak dengan suspek atau konfirmasi terinfeksi

COVID-19 dan batasi waktu kunjungan. Berikan instruksi


36

yang jelas tentang cara memakai dan melepas APD dan

kebersihan tangan untuk memastikan pengunjung

menghindari kontaminasi diri.

c) Tunjuk tim petugas kesehatan terampil khusus yang akan

memberi perawatan kepada pasien terutama kasus probabel

dan konfirmasi untuk menjaga kesinambungan pencegahan

dan pengendalian serta mengurangi peluang ketidakpatuhan

menjalankannya yang dapat mengakibatkan tidak

adekuatnya perlindungan terhadap pajanan.

d) Tempatkan pasien pada kamar tunggal. Ruang bangsal

umum berventilasi alami ini dipertimbangkan 160 L/

detik/pasien. Bila tidak tersedia kamar untuk satu orang,

tempatkan pasien-pasien dengan diagnosis yang sama di

kamar yang sama. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan,

tempatkan tempat tidur pasien terpisah jarak minimal 1

meter.

e) Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau

yang dikhususkan untuk pasien tertentu (misalnya

stetoskop, manset tekanan darah dan termometer). Jika

peralatan harus digunakan untuk lebih dari satu pasien,

maka sebelum dan sesudah digunakan peralatan harus

dibersihkan dan disinfeksi (misal etil alkohol 70%).

f) Petugas kesehatan harus menahan diri agar tidak

menyentuh/menggosok–gosok mata, hidung atau mulut


37

dengan sarung tangan yang berpotensi tercemar atau

dengan tangan telanjang.

g) Hindari membawa dan memindahkan pasien keluar dari

ruangan atau daerah isolasi kecuali diperlukan secara

medis. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah bila

menggunakan peralatan X-ray dan peralatan diagnostik

portabel penting lainnya. Jika diperlukan membawa pasien,

gunakan rute yang dapat meminimalisir pajanan terhadap

petugas, pasien lain dan pengunjung.

h) Pastikan bahwa petugas kesehatan yang membawa /

mengangkut pasien harus memakai APD yang sesuai

dengan antisipasi potensi pajanan dan membersihkan

tangan sesudah melakukannya.

i) Memberi tahu daerah/unit penerima agar dapat menyiapkan

kewaspadaan pengendalian infeksi sebelum kedatangan

pasien.

j) Bersihkan dan disinfeksi permukaan peralatan (misalnya

tempat tidur) yang bersentuhan dengan pasien setelah

digunakan.

k) Semua orang yang masuk kamar pasien (termasuk

pengunjung) harus dicatat (untuk tujuan penelusuran

kontak).
38

8. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Isolasi di Rumah

(Perawatan di Rumah)

Isolasi rumah atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang

yang bergejala ringan seperti orang dalam pemantauan dan kontak erat

risiko tinggi yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan

terjadinya perburukan. Pertimbangan tersebut mempertimbangan

kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien. Pertimbangan lokasi

dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat angkut dengan

mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat.

Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan

kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang

diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum

yang dapat digunakan untuk pemantauan harus diidentifikasi dan

dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi

COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas

kesehatan masyarakat. Selama proses pemantauan, pasien harus selalu

proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan

yang melakukan pemantauan menggunakan APD minimal berupa

masker. Berikut rekomendasi prosedur pencegahan dan pengendalian

infeksi untuk isolasi di rumah:

a. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki

ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka).


39

b. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.

Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki

ventilasi yang baik.

c. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang

berbeda, dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1

meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).

d. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang

yang benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain

atau gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan

sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.

e. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak

dengan pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan

sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah

dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika

tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan hand sanitizer, dan

untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.

f. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas

sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa

menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.

g. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker

datar) diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.

h. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan

masker bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan

pasien. Masker tidak boleh dipegang selama digunakan.Jika


40

masker kotor atau basah segera ganti dengan yang baru. Buang

masker dengan cara yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi

mulai dari bagian belakang). Buang segera dan segera cuci tangan.

i. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan

mulut atau pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung

tangan dan masker jika harus memberikan perawatan mulut atau

saluran nafas dan ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran

lain. Cuci tangan sebelum dan sesudah membuang sarung tangan

dan masker.

j. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.

k. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan

sabun dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali).

l. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar

mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat

digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian

larutan pemutih dan 9 bagian air).

m. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun

cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci denga

suhu air 60-90C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada

kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak

langsung kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang

terkontaminasi.

n. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat

membersihkan permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain


41

yang terkena cairan tubuh pasien. Sarung tangan (yang bukan

sekali pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan

sabun dan air dan didekontaminasi dengan larutan NaOCl 0.5%.

Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.

o. Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan

harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang

kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.

p. Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti

sikat gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei).

q. Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah,

maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan

penularan penyakit melalui droplet.

9. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Observasi

Observasi dalam hal ini karantina dilakukan terhadap kontak erat

untuk mewaspadai munculnya gejala sesuai definisi operasional.

Lokasi observasi dapat dilakukan di rumah, fasilitas umum, atau alat

angkut dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi setempat.

Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan

kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang

diperlukan orang tersebut. Idealnya, satu atau lebih fasilitas umum

yang dapat digunakan untuk observasi harus diidentifikasi dan

dievaluasi sebagai salah satu elemen kesiapsiagaan menghadapi

COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas

kesehatan masyarakat.
42

Kontak erat resiko rendah sebaiknya membatasi diri dan tidak

bepergian ke tempat umum. Kontak erat risiko tinggi harus menjaga

jarak sosial.

Setiap akan melakukan observasi maka harus mengkomunikasikan

dan mensosialisasikan tindakan yang akan dilakukan dengan benar,

untuk mengurangi kepanikan dan meningkatkan kepatuhan:

a. Masyarakat harus diberikan pedoman yang jelas, transparan,

konsisten, dan terkini serta diberikan informasi yang dapat

dipercaya tentang tindakan observasi.

b. Keterlibatan masyarakat sangat penting jika tindakan observasi

harus dilakukan.

c. Orang yang di observasi perlu diberi perawatan kesehatan,

dukungan sosial dan psikososial, serta kebutuhan dasar termasuk

makanan, air dan kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan populasi

rentan harus diprioritaskan.

d. Faktor budaya, geografis dan ekonomi mempengaruhi efektivitas

observasi. Penilaian cepat terhadap faktor lokal harus dianalisis,

baik berupa faktor pendorong keberhasilan maupun penghambat

proses observasi.

Pada pelaksanaan observasi harus memastikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tata cara observasi dan perlengkapan selama masa observasi

Tatacara observasi meliputi:


43

1) Orang-orang ditempatkan di ruang dengan ventilasi cukup serta

kamar single yang luas yang dilengkapi dengan toilet. Jika

kamar single tidak tersedia pertahankan jarak minimal 1 meter

dari penghuni rumah lain. Meminimalkan penggunaan ruang

bersama dan penggunaan peralatan makan bersama, serta

memastikan bahwa ruang bersama (dapur, kamar mandi)

memiliki ventilasi yang baik.

2) Pengendalian infeksi lingkungan yang sesuai, seperti ventilasi

udara yang memadai, sistem penyaringan dan pengelolaan

limbah.

3) Pembatasan jarak sosial (lebih dari 1 meter) terhadap orang-

orang yang diobservasi.

4) Akomodasi dengan tingkat kenyamanan yang sesuai termasuk:

a) Penyediaan makanan, air dan kebersihan

b) Perlindungan barang bawaan

c) Perawatan medis

d) Komunikasi dalam bahasa yang mudah dipahami

mengenai: hak-hak mereka; Ketentuan yang akan

disediakan; berapa lama mereka harus tinggal; apa yang

akan terjadi jika mereka sakit; informasi kontak kedutaan.

5) Bantuan bagi para pelaku perjalanan

6) Bantuan komunikasi dengan anggota keluarga

7) Jika memungkinkan, akses internet, berita dan hiburan

8) Dukungan psikososial, dan


44

9) Pertimbangan khusus untuk individu yang lebih tua dan

individu dengan kondisi komorbid, karena berisiko terhadap

risiko keparahan penyakit COVID-19.

b. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Minimal

Berikut langkah-langkah pencegahan dan pengendalian

infeksi yang harus digunakan untuk memastikan lingkungan aman

digunakan sebagai tempat observasi :

Deteksi dini dan pengendalian

1) Setiap orang yang dikarantina dan mengalami demam atau

gejala sakit pernapasan lainnya harus diperlakukan sebagai

suspect COVID-19.

2) Terapkan tindakan pencegahan standar untuk semua orang dan

petugas:

a) Cuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak

dengan saluran pernapasan, sebelum makan, dan setelah

menggunakan toilet. Cuci tangan dapat dilkukan dengan

sabun dan air atau dengan hand sanitizer yang mengandung

alkohol. Peggunaan hand sanitizer yang mengandung

alcohol lebih disarankan jika tangan tidak terlihat kotor.

Bila tangan terlihat kotor, cucilah tangan menggunakan

sabun dan air.

b) Pastikan semua orang yang diobservasi menerapkan etika

batuk.

c) Sebaiknya jangan menyentuh mulut dan hidung.


45

3) Masker tidak diperlukan untuk orang yang tidak bergejala.

Tidak ada bukti bahwa menggunakan masker jenis apapun

dapat melindungi orang yang tidak sakit.

D. Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-

individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur anatara satu

dengan yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling

ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama

(Andarmoyo, 2012).

Dukungan Keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal

yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan

(Friedman, 2010).

2. Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010), keluarga memoliki beberapa bentuk

dukungan yaitu :

a. Dukungan Penilaian
46

Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga

bertindak membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga

diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal

kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat.

c. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai

pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang

pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini

adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

d. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang

aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional

meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian,

pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional.

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


47

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas

sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan dan tingkat

pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang

lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga

kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu

orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan,

afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan

kelas sosial bawah. Faktor lainnya adalah adalah tingkat pendidikan,

semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi

dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit (Friedman, 2010).

4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut Andarmoyo (2012) tugas kesehatan keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas

kesehatan masyarakat.

E. Kecemasan (Anxiety)
48

1. Pengertian

Kecemasan merupakan keadaan emosional negative yang ditandai

dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak

kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.

Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas)

merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang,

dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas

(lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak

nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang

mengancam tersebut terjadi (Diferiansyah, Septa, Lisiswanti,

Kedokteran, & Lampung, 2016).

Kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005:163)

“kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri

keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,

dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”.

Kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak

nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-

samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu

yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas (Annisa & Ifdil,

2016).
49

Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak santai atau samar-

samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui). Perasaaan takut

dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan

tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil

tindakan menghadapi ancaman.

2. Rentang Respon Tingkat Kecemasan

a. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi

belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Ansietas berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya

kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain.


50

d. Tingkat panik

Dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa

diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan

pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan

kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi

menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

1) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya id dan

ego. Id mempunyai dorongan naluri dan impuls primitif

seseorang, sedangkan ego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego adalah mengingatkan

ego bahwa adanya bahaya yang akan datang.

2) Teori Interpersonal

Kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu

yang menimbulkan perasaan takut. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan.


51

Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah

mengalami kecemasan.

3) Teori perilaku

Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus

lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak

produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptif. Penilaian

yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam situasi tertentu

dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi

ancaman merupakan penyebab kecemasan pada seseorang.

4) Teori biologis

Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung

reseptor khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator

inhibisi (GABA) yang berperan penting dalam mekanisme

biologis yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik

dan penurunan kemampuan individu untuk mengatasi stressor

merupakan penyerta dari kecemasan.

b. Faktor presipitasi

1) Faktor Eksternal

a) Ancaman Integritas Fisik

Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan

dasar sehari-hari yang bisa disebabkan karena sakit, trauma

fisik, kecelakaan.
52

b) Ancaman Sistem Diri

Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan

kelompok, sosial budaya.

b) Faktor Internal

(1) Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh

seseorang yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan

individu dengan usia yang lebih tua.

(2) Stressor

Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu

yang disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan.

Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat

mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,

tergantung mekanisme koping seseorang.

(3) Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang biasa dia tempati.

(4) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.

Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih


53

peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi

perasaan cemasnya.

(5) Pendidikan

Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap

informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah

individu dalam menguraikan masalah baru.

(6) Pengalaman masa lalu

Pengalaman di masa lalu dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menghadapi stresor yang

sama.

(7) Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya

kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk

mengatasi masalah yang ada.


54

F. Kerangka Teori

Skema 2.1 : Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2018), Budiman (2013), Azwar (2013),

Friedman (2010)

Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi :


1. Pendidikan
2. Informasi/Media massa
3. Social, Budaya, Ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

Sikap
Kecemasan

Factor yang mempengaruhi :


1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain yang dianggap
penting
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan lembaga
agama
6. Pengaruh factor emosional

Tindakan pencegahan
COVID 19

Dukungan Keluarga

Factor yang mempengaruhi :


1. Social ekonomi
2. Tingkat pendapatan atau pekerjaan
3. Tingkat pendidikan
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara

variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin di

teliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, kerangka konsep

tidak dapat di ukur dan diamati secara langsung. Agar dapat di amati dan

dapat di ukur, maka konsep tersebut harus di jabarkan ke dalam variable–

variable (Notoatmodjo, 2018).

Skema 3.1 : Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN


Pengetahuan

Kecemasan Orang
Sikap Tua

Pencegahan COVID-19

Dukungan Keluarga

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variable-variable diamati/diteliti. Definisi operasional juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

55
56

terhadap variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1 : Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur
1. Variable Adalah Kuesioner Meminta Dinyatakan dalam Ordinal
Dependen perasaaan takut responden tingkatan :
Kecemasan dan cemas untuk mengisi 1. Ringan
responden pernyataan pada jika skor 0-20
terhadap kuesioner E, 2. Sedang
pencegahan Skala Likert jika skor 21-
COVID-19 dan skoring. 27
(Hawari, 2011)
2. Variable Pengetahuan Kuesioner Meminta Dinyatakan dalam Ordinal
Independen adalah segala responden tingkatan :
Pengetahuan sesutau yang untuk mengisi 1. Rendah
yang diketahui pernyataan < nilai mean
responden kuesioner B, 2. Tinggi
mengenai menggunakan
> nilai mean
pencegahan Skala Guttman
COVID-19 dan skoring. (Arikunto, 2010)
3. Sikap Sikap adalah Kuesioner Meminta 1. Negatif Jika Ordinal
penilaian responden nilai < nilai
persepsi untuk mengisi mean
responden pernyataan pada 2. Positif
terhadap kuesioner C, Jika nilai
pencegahan menggunakan > nilai mean
COVID-19 Skala Likert
dan skoring. (Azwar, 2013)
Pertanyaan
terdiri dari
pernyataan
positif dan
negative dengan
pilihan jawaban
:
selalu, sering,
jarang, tidak
pernah.
4. Tindakan Tindakan Kuesioner Meminta Dinyatakan dalam Ordinal
pencegahan pencegahan responden tingkatan :
COVID-19 yang pernah di mengisi 1. Tidak
lakukan pernyaataan dilakukan
responden pada kuesiner Apabila skor
57

dalam COVID- D, nya < nilai


19 menggunakan mean
Skala Likert 2. Dilakukan
dan skoring. Apabila skor
Pertanyaan nya > nilai
terdiri dari mean
pernyataan (Arikunto, 2010)
positif dan
negative dengan
pilihan jawaban
: selalu, sering,
jarang, tidak
pernah.
5. Dukungan Dukungan Kuesioner Meminta Dinyatakan dalam Ordinal
Keluarga keluarga adalah responden tingkatan :
bentuk mengisi 3. Kurang
hubungan pernyaataan Apabila skor
interpersonal pada kuesiner F, nya < nilai
yang meliputi menggunakan mean
sikap, tindakan Skala Likert 4. Baik
dan penerimaan dan skoring. Apabila skor
terhadap Pertanyaan nya > nilai
anggota terdiri dari mean
keluarga dalam pernyataan (Arikunto, 2010)
pencegahan positif dan
COVID-19 negative dengan
pilihan jawaban
: selalu, sering,
jarang, tidak
pernah.

C. Hipotesa Penelitian

Notoatmodjo (2018) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban

sementara dari suatu penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut.

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan orang tua tentang

pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.

2. Ada hubungan sikap dengan kecemasan orang tua tentang pencegahan

COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.


58

3. Ada hubungan tindakan pencegahan dengan kecemasan orang tua

tentang pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.

4. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan orang tua

tentang pencegahan COVID-19 di Desa Markanding, Muaro Jambi.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian kuantitaif

dengan menggunakan rancangan penelitian deskripstif analitik. Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional (Potong

Lintang). Desain Cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data (Notoatmodjo,

2018).

Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian

pada waktu yang bersamaan (sekali waktu). Variabel independen dari

penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, pencegahan COVID-19,

dukungan keluarga dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kecemasan orang tua tentang pencegahan COVID-19.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang “Hubungan perilaku, dukungan keluarga dalam

pencegahan COVID-19 Terhadap Kecemasan Orang Tua pada Anak Usia

Sekolah Di Desa Markanding Muaro Jambi” dipilih berdasarkan tujuan

dari penelitian yang ingin di capai. Lokasi penelitian akan di lakukan di

Kecamatan Bahar Utara Desa markanding pada bulan Februari 2021–April

2021.

59
60

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Dalam survei ini populasinya sebanyak

865 kepala keluarga (KK) atau seluruh masyarakat di Desa markanding,

Muaro jambi.

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2019). Sampel penelitian ini

adalah orang tua pada anak usia sekolah yang ada di Desa Markanding,

Muaro Jambi. Pada penelitian ini pengambilan sampel digunakan dengan

cara Systematic Random Sampling yaitu membagi jumlah atau anggota

populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya

adalah interval sampel (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini pengambilan

sampel dengan melakukan survey kepada 90 responden di Desa

markanding, Muaro jambi. Masing-masing dipilih secara random 2 KK, di

KK terpilih dipilih secara random satu orang yang punya hak pilih laki-

laki/perempuan.

1. Jumlah Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus

Taro Yamane :

n= N

N (d)2+1
61

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan (p)

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa Markanding, Muaro

Jambi. Jumlah populasi sebanyak 865 kepala keluarga (KK) dan

tingkat signifikan 10%. Dengan menggunakan rumus :

n= N

N (d)2+1

n= 865

865 (0,1)2 + 1

n = 865

865 (0,01) + 1

n = 865

9,65

n= 89,637 dibulatkan menjadi 90

2. Kriteria Sampel

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel

yang diambil. Sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi :
62

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Orang tua dengan anak usia sekolah di Desa markanding,

Muaro Jambi

2) Bersedia untuk menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria Eksklusi :

1) Tidak dapat membaca.

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner,

(daftar pertanyaan), formulir observasi dan formulir-formulir lain yang

berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, (2010).

Alat yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

2. Lembaran informed consent atau lembar persetujuan

3. Lembar formulir data responden


63

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan kuesioner yang berisi pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk di jawab. Dimana aspek yang ingin diteliti adalah

hubungan perilaku, dukungan keluarga dalam pencegahan COVID-19

terhadap kecemasan orang tua dengan anak usia sekolah di Desa

Markanding, Muaro Jambi.

Langkah-langkah dalam pengambilan data sebagai berikut :

1. Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi

penelitian.

2. Memberikan penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian

kepada responden.

3. Setelah responden memahami dan bersedia kemudian diminta

menandatangani lembar informant concent.

4. Memberikan lembar kuesioner kepada responden.

5. Setelah itu pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner di jawab,

maka peneliti mengumpulkan data.


64

F. Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode

penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan

komputer.

3. Entri Data

Data entri adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau data base komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang telah dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan data

bersih dari kesalahan sehingga siap dianalisis.


65

G. Teknik Analisa Data

Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap

antara lain :

1. Analisa Univariate

Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk

analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Analisa univariat

digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden

dari data demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan),

variabel dependen dan variabel independen.

2. Analisa Bivariate

Analisa bivariate dilakukan terhadap variable independen dan

variable dependen yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Yaitu

hubungan perilaku, dukungan keluarga dalam pencegahan COVID-19

terhadap kecemasan orang tua pada anak usia sekolah di Desa

Markanding, Muaro Jambi maka uji statistic yang digunakan adalah

uji chi square. Dalam mengambil keputusan uji statistic digunakan

batas bermakna dengan ketentuan apabila p value ≤ 0,05 dan tidak

bermakna apabila p value > 0,05.

H. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjukkan prinsip-prinsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai

dengan publikasi hasil penelitian. Pelaku penelitian atau peneliti dalam

menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya


66

memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada etika penelitian

(Notoadmodjo, 2018). Secara garis besar dalam melakukan penelitian ada

empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni:

1. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For Human

Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan

penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan

kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti seyogianya

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent).

2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian (Respect For

Privacy And Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai indentitas dan kerahasiaan indentitas subjek. Peneliti cukup

menggunakan coding sebagai ganti indentitas responden.

3. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect For Justice An

Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

peneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,


67

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua sebjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan

sebagainya.

4. Mempertimbangkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan

(Balancing Harms And Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek.


DAFTAR PUSTAKA

Acharya, R., Gundi, M., Ngo, T. D., Pandey, N., Patel, S. K., Pinchoff, J., …
Zavier, A. J. F. (2020). COVID-19-related knowledge, attitudes, and
practices among adolescents and young people in Bihar and Uttar Pradesh,
India, 1–6.

Alhogbi, B. G. (2017). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 21–25. Retrieved from
http://www.elsevier.com/locate/scp

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan keluarga. Yogyakarta: Graha illmu.

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut
Usia (Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-
0-00

Arikunto, S (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Budiman, A. R. (2013). Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.


Jakarta : Salemba Medika

Diferiansyah, O., Septa, T., Lisiswanti, R., Kedokteran, F., & Lampung, U.
(2016). Gangguan Cemas Menyeluruh Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung. Jurnal Medula Unila, 5(2), 63–68.

Efendi, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Friedman,M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan


Praktek. Jakarta: EGC.

Gail, Stuart, W. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. P. 144

Hawari, D. 2011. Manajemen Stress, Cemas, Depresi. Jakarta: FKUI

Heymann, D. L., & Shindo, N. (2020). COVID-19: what is next for public
health? The Lancet, 395(10224), 542–545. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(20)30374-3

Jarnawi, J. (2020). Mengelola Cemas Di Tengah Pandemik Corona. At-Taujih :


Bimbingan Dan Konseling Islam, 3(1), 60.
https://doi.org/10.22373/taujih.v3i1.7216
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian (Novel
Coronavirus Diseases 2019) Tahun 2020 . Jakarta

Letko, M., Marzi, A., & Munster, V. (2020). Functional assessment of cell
entry and receptor usage for SARS-CoV-2 and other lineage B
betacoronaviruses. Nature Microbiology, 5(4), 562–569.
https://doi.org/10.1038/s41564-020-0688-y

Lubis Lumongga. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : KENCANA

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Notoatmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Nurdin Ismail, Hartati. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Media


Sahabat Cendekia

Roy, D., Tripathy, S., Kumar, S., & Sharma, N. (2020). Study of knowledge,
attitude, anxiety & perceived mental healthcare need in Indian population
during COVID-19 pandemic Since January 2020 Elsevier has created a
COVID-19 resource centre with free information in English and Mandarin
on the novel coronaviru, (January).

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.


Bandung : ALFABETA

Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L.,
… Prasetio, D. B. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan
Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada
Masyarakat di Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(1), 42. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46

Xu, H., Zhong, L., Deng, J., Peng, J., Dan, H., Zeng, X., … Chen, Q. (2020).
High expression of ACE2 receptor of 2019-nCoV on the epithelial cells of
oral mucosa. International Journal of Oral Science, 12(1), 1–5.
https://doi.org/10.1038/s41368-020-0074-x
Yusuf, Fytriasari, Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keehatan Jiwa.
Jakarta Selatan : Salemba Medika

Zegarra-Valdivia, J. A., Chino-Vilca, B. N., & Ames-Guerrero, R. (2020).


Knowledge, perception and attitudes in Regard to COVID-19 Pandemic in
Peruvian Population. PsyArXiv, (April).
https://doi.org/10.31234/osf.io/kr9ya
Zhang, H., Penninger, J. M., Li, Y., Zhong, N., & Slutsky, A. S. (2020).
Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor:
molecular mechanisms and potential therapeutic target. Intensive Care
Medicine, 46(4), 586–590. https://doi.org/10.1007/s00134-020-05985-9

Zheng, Y. Y., Ma, Y. T., Zhang, J. Y., & Xie, X. (2020). COVID-19 and the
cardiovascular system. Nature Reviews Cardiology, 17(5), 259–260.
https://doi.org/10.1038/s41569-020-0360-5

Anda mungkin juga menyukai