Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

S DENGAN DBD DI RUANG ANAK


RS.RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2020

Disusun Oleh :
NI’MAH AULIYA NAHDA
NPM : 202011012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas metode penulisan
KTI.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini,terutama kepada dosen MK Metode Penulisan KTI yang telah membimbing kami.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.Semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jambi,07 September 2020

Ni’mah Auliya Nahda

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum.................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................. 3
1. Manfaat Bagi Masyarakat ............................................................................... 3
2. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Keperawatan.......... 3
3. Manfaat Bagi Penulis........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
A. Konsep Teori DBD .................................................................................................. 4
1. Definisi ............................................................................................................... 4
2. Etiologi ............................................................................................................... 5
3. Tanda dan gejala............................................................................................... 5
4. Patofisiologi........................................................................................................ 5
5. Pengobatan......................................................................................................... 6
6. Pencegahan ........................................................................................................ 7
B. Askep Keperawatan Teoritis .................................................................................. 7
1. Pengkajian.......................................................................................................... 7
2. Rencana Asuhan keperawatan......................................................................... 11
3. Implementasi...................................................................................................... 19
4. Evaluasi .............................................................................................................. 19
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................... 20
A. TINJAUAN KASUS ................................................................................................ 20
1. Pengkajian............ ............................................................................................. 20
2. Analisa data ....................................................................................................... 29
3. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 30
4. Intervensi ............. ............................................................................................. 30
ii
5. Implementasi dan Evaluasi .............................................................................. 32
B. PEMBAHASAN KASUS......................................................................................... 35
BAB IV PENUTUP.............. ............................................................................................. 41
A. Kesimpulan ................. ............................................................................................. 41
B. Saran ........................... ............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit DBD adalah penyakit yang sering muncul dikalangan masyarakat,terutama
pada anak – anak.Di era modern seperti sekarang ini perhatian masyarakat terhadap
lingkungan sekitar sangatlah kurang,banyak orang tua yang tidak memperhatikan
lingkungan disekitar nya akibatnya perkembangbiakan nyamuk akan menjadi lebih cepat.
Di Indonesia, DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi
konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di Jakara, kasus pertama dilaporkan
pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung (1972),
Yogyakarta (1972). Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada
tahun 1974 epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada
tahun 1993, DBD telah menyebar ke seluruh Propinsi di Indonesia. Pada saat ini DBD
sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah
berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati
urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di
Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983), dan
mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk dengan jumlah
penderita sebanyak 72.133 orang. Pada saat ini DBD sudah menyebar luas di kawasan
Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Demam dengue adalah contoh penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia yaitu oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah tropis dan berkembang biak pada sumber air
yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013). Sebelum tahun 1970,
hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit
endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania
Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang memiliki kasus tertinggi DBD (WHO, 2014
dalam Infodatin Situasi DBD di Indonesia, 2016).
Peningkatan dan penurunan kasus DBD disebabkan oleh faktor host, lingkungan,
demografi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Faktor host yang dimaksud adalah
kerentanan tubuh dan respon imun. Faktor lingkungan, yaitu kondisi geografis
(ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembapan, dan musim. Faktor
1
demografi yaitu kepadatan, mobilitas, perilaku dan adat istiadat. Dan faktor perilaku
hidup bersih dan sehat yakni kebersihan diri dan lingkungan dari setiap individu.
Berdasarkan data di atas telah dilakukan berbagai upaya pencegahan penyakit DBD, yaitu
pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M Plus, penemuan dini kasus DBD dan
pengobatan segera yang merupakan bagian dari tatalaksana kasus di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan lanjutan serta pelaksanaan surveilans vektor Aedes spp.
untuk memantau dinamika vektor untuk mengantisipasi dan mencegah peningkatan
populasi Aedes spp. (Kemenkes RI, 2016).
Peran perawat dalam kasus DBD adalah memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh bagi penderita DBD dimulai dari tindakan promotif seperti memberikan
penyuluhan kesehatan di masyarakat tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif seperti mencegah terjadinya DBD dengan merubah kebiasaan sehari-hari seperti
menggantung pakaian, menjaga kebersihan lingkungan dan tempat penampungan, kuratif
seperti memberi perawatan secara cepat dan tepat terhadap penderita DBD dengan tujuan
memulihkan dan mencegah terjadinya komplikasi dan rehabilitative seperti pemulihan
kesehatan pasien DBD dan mencegah penularan ke orang lain.Jadi pentingnya perawat
melakukan asuhan keperawatan ialah membantu individu mengembangkan potensi untuk
memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memelihara kesehatannya.
Melihat masalah di atas dan peran perawat dalam menangani masalah DBD, maka
penulis tertarik untuk melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada anak dengan
masalah DBD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana
penatalaksanaan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.S DENGAN DBD DI
RUANG ANAK RS.RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2020”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue.
c. Membuat intervensi keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue.
2
d. Melaksanakan implementasi dari intervensi keperawatan pada anak dengan demam
berdarah dengue.
e. Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan implementasi yang telah dibuat pada
anak dengan demam berdarah dengue
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi RSUD Raden Mattaher Jambi
Hasil studi kasus ini di harapkan dapat memberikan manfaat khususnya agar dapat
menambah referensi perpustakaan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan keperawatan anak
dengan masalah kesehatan DBD.
3. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Studi kasus ini dapat dijadikan pedoman bagi pasien dan keluarga terutama bagi orang
tua untuk mengetahui gejala, pencegahan dan penanganan penyakit DBD pada anak.
4. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Keperawatan
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam
keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan profesional terutama dalam
penatalaksanaan DBD pada anak dan upaya-upaya pencegahan dan sebagai bahan
acuan bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan penulisan lanjutan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori DBD
1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi
yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (Kemenkes RI, 2011).Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam
Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini
juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Ambarwarti dan Nasution,
2012).
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi virus dengue akut disebabkan oleh virus
dengue, virus dengue ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty atau nyamuk aedes
albopictus, yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitannya (Ronald H. Sitorus, 1996
dalam Wijaya dan Putri, 2013). Demam dengue adalah contoh penyakit yang
disebarkan oleh vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui
populasi manusia yaitu oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini hidup di daerah
tropis dan berkembang biak pada sumber air yang mandek (Sezanne C. Smeltzer dan
Brenda G. Bare, 2013).
Demam berdarah Dengue adalah penyakit berpotensi KLB/wabah yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektornyamuk Aedes Aegypty.
Penykait ini menyerang sebagian besar anak usia <15 tahun, namun dapat juga
menyerang orang dewasa (Dinkes, 2015).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthtopod-Bone Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Jadi, demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi oleh virus yang disebakan
oleh virus dengue yang tergolong Arthtopod-Bone Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. Virus ini ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty atau nyamuk aedes
albopictus melalui gigitannya
4
2. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016).
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2016)
3. Tanda Dan Gejala
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :
a. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari
di kebanyakan kasus.
b. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
c. Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
4. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala demam berdarah. Pasien
akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada DBD seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi
yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus
yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbulah the secondary heterologous infection
atau the sequental infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi
anamnetik atibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi

5
(kompleks virus antibodi) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam
sirkulasi darah akan mengakibatkan :
a. Kompleks virus antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorfosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh
sistem retikuloendetelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan.
Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histimin dan
serotinin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan
trombosit faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular.
c. Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII adalah faktor koagulasi yang
beredar dalam sirkulasi darah) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan
intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi
plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin
menjadi fibrinogen degradation product.Di samping itu aktivasi akan merangsang
sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah.
5. Pengobatan
Penatalaksanaan medic
a. Pemberian Antipiretik jika terdapat demam
b. Berikan antikoavulsan jika kejang
c. Pemberian terapi IVFD, jika pasien mengalami kesulitan minum dan hematokrit
cenderung meningkat
Penatalaksanaan keperawatan

a. Minum banyak 1,5 sampai 2 L/hari dengan air teh, gula, atau susu,Hal ini karena
pasien dengan DBD beresiko tinggi mengalami kekurangan volume cairan
berlebih. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan.
b. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat,Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital
(kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, CRT)
c. Memberikan nutrisi secara adekuat.Berikan makanan yang disertai suplemen
nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi

6
d. Mensupport koping keluarga yang adaptif.Ijinkan orangtua dan keluarga untuk
memberikan respons secara panjang lebar, dan identifikasi faktor yang paling
mencemaskan keluarga.
e. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.Ukur tanda-tanda vital : suhu dan
ajarkan keluarga dalam mengukur suhu tubuh. Suhu tubuh normal 360C sampai
370C
6. Pencegahan
Dengan 3 M yaitu :
a. Menguras
Menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali untuk memutuskan mata rantai
kehidupan nyamuk aedes aegypti
b. Menutup
Menutup tempat penampungan air sehingga nyamuk tidak bisa bertelur disana.
c. Mengubur
Mengubur barang-barang bekas sehingga tidak terisi oleh air hujan yang bisa
dijadikan nyamuk sebagai tempat bertelur
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Wawancara
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
7
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
h. Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun.
i. Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
DHF grade III-IV bisa terjadi melena
Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada rongga
mulut, terjadi perdarahan gusi.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri telan
i. Dada
1) Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
8
2) Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
3) Perkusi : Sonor
4) Palpasi : taktil fremitus normal
j. Abdomen :
1) Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
2) Auskultasi : bising usus 8x/menit
3) Perkusi : tympani
4) Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
m. Sistem integument
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab. Kuku sianosis atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa
perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya
infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji Ig M Elisa
e. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test secara
langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate
Analisa Data
No. Data Patofisiologi Masalah
1 Ds: Invasi virus melalui gigitan Hipertermi berhubungan
- Klien/keluarga nyamuk dengan proses infeksi irus
mengatakan suhu tubuh
meningkat dan terasa Beredar dalam aliran darah
panas
Do: Mengkativasi sistem

9
- Peningkatan suhu kompemen
tubuh >36,5o
- Tubuh teraba panas Mengganggu hipotalamus
- Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh

2 Ds: invasi virus ke dalam aliran Kekurangan volume cairan


- Keluarga/klien darah b.d perpindahan cairan dari
mengatakan klien intravaskuler ke
lemah & Pucat Permeabilitas membran ekstravaskuler
meningkat
Do: Renjatan hipovolemik dan
- Klien tampak pucat hipotensi
- Penurunan turgor kulit
- Membran mukosa Kebocoran plasma
kering
- Peningkatan frekuensi Ekstravarsi cairan seluler
nadi

3 Ds: Invasi virus Ketidakseimbangan nutrisi


- Keluarga/Klien kurang dari kebutuhan
mengatakan merasa Viremia tubuh
mual dan muntah
- Klien tidak nafsu Stimulasi RES
makan
Hepatomegali
Do:
- Klien tampak lemah Meendesak rongga abdomen
- Muntah
- Tidak menghabiskan Mual muntah
porsi makan

10
- Penurunan berat badan Nafsu makan menurun

2. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa (NANDA) NOC NIC


1 Hipertermi Thermoregulation: 1) Fever treatment
Definisi :suhu tubuh  Suhu tubuh Aktivitas
meningkat melebihi batas dalam rentang normal. · Monitor suhu
normal  Nadi dan RR sesering mungkin.
Batasan karakteristik: dalam rentang normal. · Monitor warna dan
 konvulsi suhu kulit.
 Tidak ada
 kulit memerah · Monitor nadi dan
perubahan warna kulit.
 peningkatan suhu RR.
tubuh diatas normal · Lakukan tapid
 kejang sponge.
 takikardi · Berikan cairan
 takipnea intravena.
 diraba hangat · Tingkatkan
sirkulasi udara.
· Kolaborasikan
pemberian
antipiretik.
· Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam.

2) Monitor TTV
Aktivitas
 Ukur tekanan darah,
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan, jika
diperlukan
 Pertahankan suhu

11
alat pengukur, jika
diperlukan

 Pantau dan mencatat


tanda dan
gejala hypothermia dan
hyperthermia

 Memnatau tingkatan
irama cardiac
 Memantau tingkat
dan irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)

 Mengukur warna
kulit, temperature, dan
kelembaban
 Memantau sianosis
pusat dan perifer
 Memantau sisi kuku

 Meneliti
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital

2 Kekurangan Volume Cairan a) Keseimbangan 1) Manajemen Cairan


berhubungan dengan cairan Aktivitas :
Kehilangan Volume Cairan Defenisi : · Mempertahankan
Secara Aktif keseimbangan keakuratan catatan
Definisi : penurunan cairan cairan di intake dan output
Intravaskuler, Interstisial, dan intraselluler dan · Memonitor status
atau Intrasel. Diagnosis ini ekstraselluler di hidrasi (kelembaban
mengacu pada dehidrasi yang dalam tubuh membran mukosa,

12
merupakan kehilangan cairan Indikator : nadi, tekanan darah
saja tanpa perubahan dalam · Tekanan darah ortostatik ), jika
natrium. dalam batas diperlukan
Batasan Karakteristik : normal · Memonitor vital
· Perubahan status mental · Keseimbangan sign
· Penurunan tekanan intake dan output · Memonitor hasil
darah selama 24 jam labor yang sesuai
· Penurunan volume/ · Turgor kulit dengan retensi cairan
tekanan nadi baik (BUN, Ht,
· Penurunan turgor kulit/ · Membran osmolalitas urin)
lidah mukosa lembab · Memonitor
· Pengisian vena · Hematokrit masukan makanan/
menurun dalam batas cairan dan hitung
· Membran mukosa/ kulit normal intake kalori harian
kering · Berkolaborasi untuk
· Peningkatan hematokrit b) Hidrasi pemberian cairan IV
meninggi Definisi : 2) Monitor Cairan
· Peningkatan denyut kecukupan cairan di Aktivitas :
nadi intraselluler dan · Menentukan faktor
· Konsentrasi urine ekstraselluler di resiko dari
meningkat dalam tubuh ketidakseimbangan
· Kehilangan berat badan Indikator : cairan (polyuria,
seketika · Turgor kulit muntah, hipertermi)
· Kehausan baik · Memonitor intake
· Kelemahan · Membran dan output
mukosa lembab · Memonitor serum
· Intake cairan dan jumlah elektrolit
dalam batas dalam urin
normal · Memonitor serum
· Pengeluaran albumin dan jumlah
Urin dalam batas protein total
normal · Memonitor serum
dan osmolaritas urin

13
· Mempertahankan
keakuratan catatan
intake dan output
· Memonitor warna,
jumlah dan berat
jenis urin.
3) Terapi Intravena
Aktivitas :
· Periksa tipe, jumlah,
expire date, karakter
dari cairan dan
kerusakan botol
· Tentukan dan
persiapkan pompa
infuse IV
· Hubungkan botol
dengan selang yang
tepat
· Atur cairan IV sesuai
suhu ruangan
· Kenali apakah pasien
sedang penjalani
pengobatan lain yang
bertentangan dengan
pengobatan ini
· Atur pemberian IV,
sesuai resep, dan
pantau hasilnya
· Pantau jumlah tetes
IV dan tempat infus
intravena
· Pantau terjadinya
kelebihan cairan dan

14
reaksi yang timbul
· Pantau kepatenan IV
sebelum pemberian
medikasi intravena
· Ganti kanula
IV, apparatus, dan
infusate setiap 48
jam, tergantung pada
protocol
· Perhatikan adanya
kemacetan aliran
· Periksa IV secara
teratur
· Pantau tanda-tanda
vital
· Batas kalium
intravena adalah 20
meq per jam atau
200 meq per 24 jam
· Catat intake dan
output
· Pantau tanda dan
gejala yang
berhubungan
dengan infusion
phlebitis dan infeksi
lokal

3 Ketidakseimbangan Nutrisi : 1) Status nutrisi 2) Manajemen Nutrisi


Kurang Dari Kebutuhan Defenisi : sejauh Aktivitas :
Tubuh berhubungan dengan mana tingkat ·Mengkaji adanya
Ketidakmampuan Untuk nutrisi yang pasien alergi
Mengabsorbsi Nutrisi tersedia untuk terhadap makanan

15
Definisi : intake nutrisi tidak dapat memenuhi ·Berkolaborasi dengan
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan proses ahli gizi untuk
kebutuhan proses metabolik. metabolik. menentukan jumlah
Batasan Karakteristik : Indikator : kalori dan jenis gizi
 Nafsu makan menurun  Intake nutrisi yang dibutuhkan
 Berat badan menurun adekuat untuk memenuhi

(20% atau lebih dibawah  Intake makanan kebutuhan gizi

ideal) adekuat pasien


· Mengatur pola
 Kelemahan/ kerapuhan  Intake cairan
makan dan gaya
pembuluh kapiler dalam batas normal
hidup pasien
 Penurunan berat badan  Energi cukup
· Mengajarkan pasien
dengan intake makanan yang  Indeks masa
bagaimana pola
cukup tubuh dalam batas
makan sehari- hari
 Kurangnya informasi normal
yang sesuai dengan
 Konjungtiva dan kebutuhan
membran mukosa pucat 2) Status nutrisi : · Memantau dan
 Tonus otot buruk asupan makanan mencatat masukan
dan cairan
 Melaporkan intake kalori dan nutrisi
Definisi : jumlah
makanan yang kurang dari ·Timbang berat badan
kebutuhan makanan yang makanan dan pasien dengan
cairan dalam tubuh
tersedia interval yang sesuai
selama waktu 24 · Memberikan
jam. informasi yang tepat
Indikator : tentang kebutuhan
 Intake makanan nutrisi dan
melalui oral
bagaimana cara
adekua Intake cairan memenuhinya
melalui oral adekuat · Membantu pasien
 Intake cairan untuk menerima
melalaui intravena program gizi yang
dalam batas normal dibutuhkan
3) Therapy nutrisi

16
3) Status nutrisi : Aktivitas :
intake nutrisi · Memantau makanan
Definisi : intake dan minuman yang
nutrisi yang dimakan dan hitung
dibutuhkan untuk intake kalori sehari
memenuhi proses yang sesuai
metabolic · Memantau ketepatan
Indikator : anjuran diet untuk
· Intake kalori memenuhi
dalam batas kebutuhan nutrisi
normal sehari- hariyang
·Intake protein sesuai
dalam batas ·Berkolaborasi dengan
normal ahli gizi untuk
· Intake lemak menentukan jumlah
dalam batas kalori dan jenis gizi
normal yang dibutuhkan
·Intake untuk memenuhi
karbohidrat kebutuhan gizi
dalam batas pasien
normal ·Memberikan makanan
·Intake serat sesuai dengan diet
dalam batas yang dianjurkan
normal ·Memantau hasil labor
·Intake mineral Memberikan
dalam batas ·Mengajari kepada
normal keluarga dan pasien
secara tertulis contoh
diet yang dianjurkan
4) Monitor Gizi
Aktivitas :
· Memantau berat
badan pasien

17
· Memantau turgor
kulit
· Memantau mual dan
muntah
· Memantau albumin,
total protein, Hb,
hematokrit, dan
elektrolit
· Memantau tingkat
energi, lemah, letih,
rasa tidak enak
·Memantau apakah
konjungtiva pucat,
kemerahan, atau
kering
· Memantau intake
nutrisi dan kalori

18
3. Implementasi
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2018 bahwa
pelaksanaan atau tindakan keperawatan yang dikenaldengan implementasi
keperawatan merupakan suatu perilaku atau aktivitas spesifik yang dilakukan oleh
perawat dalam mengimplementasikan intervensi keperawatan(Yusuf,2019).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan suatu tahapan akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.Pada dasarnya,evaluasia dalah
suatu perbandingan status kesehatan pasian antara sebelum melakukan asuhan
keperawatan dengan setelah melakukan asuhan keperawatan yang dapat dilihat dari
hasil implementasi keperawatan,sejauh mana tujuan tercapai dan umpan balik dari
tindakan yang diberikan(Tartowo&Wartonah,2015).

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
TANGGAL PENGKAJIAN : 13-07-2020 NAMA MAHASISWA: NI’MAH
AULIYA NAHDA
TANGGAL MASUK : 12-07-2020
JAM MASUK : 19.00 NIM : 202011012
RUANGAN/KELAS : Ruang anak TANDA TANGAN :
NO REGISTER :-
DIAGNOSA MEDIS : DHF

2. IDENTITAS
a. Nama bayi/anak : An.S
b. Umur : 7 tahun
c. Berat badan : 22 Kg
d. Nama ayah : Tn.A
e. Umur : 50 tahun
f. Pendidikan : Sarjana
g. Pekerjaaan : PNS
h. Agama : Islam
i. Alamat : Jl Kapten Pattimura

j. Nama ibu : Ny.M


k. Umur : 49 tahun
l. Pendidikan : Sarjana
m. Pekerjaan : PNS
n. Agama : Islam
o. Alamat : Jl Kapten Pattimura

3. KELUHAN UTAMA ( CHIEF COMPALIAN )


Keluarga mengatakan An. S masuk ke RSUD Raden Mattaher melalui IGD pada tanggal
21 Mei 2017 pada jam 19.00 dengan keluhan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut

20
terasa sakit,nyeri pada persendian, sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seleruh
tubuh. Tanda- tanda vital: S: 39,1oC HR: 80 x/i.
4. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pengkajian dilakukan pada hari senin pada tanggal 22 mei 2017 10.00. Keluarga
mengatakan kondisi An. S sekarang demam sudah berkurang, badan teraba hangat,
tampak lemah, nafsu makan berkurang dan kurang minum. Tampak bintik-bintik merah di
seluruh tubuh masih ada.
5. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
A. ANTENATAL (PRENATAL)
1. Kesehatan ibu : Ibu dalam keadaan sehat
2. Beberapa kali berkunjung : 9 kali
3. Adakah dalam pengobatan :
a. Diet :-
b. Infeksi :-
4. Adakah dilakukan RO : Tidak
5. Adakah tanda tanda preeklamsia : Tidak
6. Tempat pemeriksaan kehamilan : Di fasilitas kesehatan/ klinik bidan
7. Ketergantungan obat-obatan : Tidak
B. NATAL
a. Usia kehamilan : 9 bulan
b. Berat badan lahir : 2800 gr
c. Jenis dan lama persalinan : Normal dan spontan
d. Keadaan anak setelah lahir
a. Segera menangis : Iya
b. Resusitasi :
c. Kuning :
C. NEONATAL ( POST NATAL )
a. Apgar score :9
b. Kelainan kongenital : Tidak ada
c. Warna kulit : Kemerahan
d. Sianosis : Tidak
e. Pucat : Tidak
f. Kuning : Tidak
d. Panas :-
21
e. Kejang :-
f. Adakah kesulitan dalam menelan,menghisap atau minum : Tidak ada
g. Mengukur perkembangan
g. Motorik halus : Baik
h. Motorik kasar : Baik
i. Bahasa : Jelas

5. KEBUTUHAN DASAR
A. Sewaktu di rumah
1) Makanan :
a. Jenis Minum (ASI/PASI) : Air putih dan susu
b. Interval minum : Banyak
c. Waktu yang dibutuhkan untuk minum : Susu pagi dan malam
d. Jumlah minum (sekali minum) : 6 gelas/perhari,susu 2x sehari
e. Waktu untuk pengenalan makanan :-
f. Tambahan :Makan 2x sehari dengan komponen
nasi,lauk pauk dan juga sayur
g. Napsu makan : Kuat
h. Makanan yang disukai :-
i. Alergi : Tidak ada
j. Kebiasaan makan :-
k. Pantangan : Tidak ada
l. Alat yang digunakan :-
2) Pola Tidur : Teratur
a. Berapa Jam
- Malam : keluarga mengatakan klien tidur teratur 8 jam/ perhati dengan
nyenyak
- Siang : keluarga mengatakan klien sering tidur pada sore hari
skitar pukul 16.30
b. Gangguan saat tidur : Tidak ada
c. Hal yang memudahkan tidur (Boneka/Dongeng/Selimut/Bantal dll) : -
3) Bermain dan istirahat
a. Berapa jam istirahat : 4 jam
b. Bermain : Ya
22
c. Waktu : Pada siang hari
d. Jenis : Klien sering bermain boneka barbie
e. Teman :Teman seusianya terkadang bermain bersama
neneknya
f. Tempat : Di rumah
g. Hubungan dengan teman : Baik,keluarga mengatakan anaknya sangat mudah
bergaul
4) Hygiene :
a. Berapa kali mandi : 2x sehari
b. Berapa kali gosok gigi : 2x sehari
c. Mandi pakai apa : Menggunakan sabun dan air bersih
d. Kebersihan rambut/kuku : Klien keramas 2x sehari,dan memotong kuku
semingu sekali
5) Eliminasi :
a. Berapa Kali BAK : 5x/perhari
b. Konsistensi : cair,dan bewarna kuning transparan
c. Waktu/saat :-
d. Berapa Kali BAB : 1x sehari
e. Konsistensi : padat,bau khas dan warnanya kekuningan
f. Waktu/saat : Pagi hari
B. Setelah di rumah sakit
1) Makanan
a. Jenis Minum (ASI/PASI) : Air putih
b. Interval minum : Sedang
c. Waktu yang dibutuhkan untuk minum :-
d. Jumlah minum (sekali minum) : 4-5 gelas sehari
e. Waktu untuk pengenalan makanan :-
f. Tambahan : Mendapat diit ML, kadang makan 1-2
sendok, kadang tidak makan
g. Napsu makan : Berkurang
h. Makanan yang disukai :-
i. Alergi : Tidak ada
j. Kebiasaan makan :-
k. Pantangan :-
23
l. Alat yang digunakan :-
2) Pola tidur
a. Berapa jam :
Malam : Klien tidur kurang lebih 8 jam/hari
Siang : Klien sering tidur kurang lebih 2 jam/hari
b. Gangguan saat tidur : Sering terbangun dan kurang nyenyak
c. Hal yang memudahkan tidur (Boneka/Dongeng/Selimut/Bantal dll
3) Bermain dan istirahat
a. Berapa jam istirahat :
b. Bermain : Tidak
c. Waktu :-
d. Jenis :-
e. Teman : Klien ditemani oleh orang tuanya
f. Tempat : Di rumah sakit
g. Hubungan dengan teman : Baik
4) Hygiene :
a. Berapa kali mandi : 1x sehari
b. Berapa kali gosok gigi : 1x sehari
c. Mandi pakai apa : Air hangat
d. Kebersihan rambut/kuku :-
5) Eliminasi :
a. Berapa Kali BAK : 6-7x/perhari
b. Konsistensi : cair
c. Waktu/saat :-
d. Berapa Kali BAB : 1x sehari
e. Konsistensi : padat,bau khas dan warnanya coklat kehitaman
f. Waktu/saat : Pagi hari
6. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit waktu kecil / yang lampau : Demam biasa,batuk serta pilek
b. Pernah dirawat / tidak : Tidak
c. Obat-obatan :
d. Pernah dioperasi / tidak : Tidak
e. Alergi : Tidak ada
f. Kecelakaan : Tidak
24
g. Lain-lain :-
7. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Penyakit waktu kecil / yang lampau : Keluarga mengatakan An. S tidak ada pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit lain maupun sakit yang sama.
b. Pernah dirawat / tidak : Tidak pernah
c. Obat-obatan :-
d. Pernah dioperasi / tidak : Tidak
e. Alergi : Tidak
f. Kecelakaan :-
g. Lain-lain :-
8. IMMUNISASI
a. Dasar : Lengkap
b. Ulangan : Lengkap
9. TEST PERKEMBANGAN
a. Motorik kasar : Perkembangan baik
b. Motorik halus : Perkembangan baik
c. B a h a s a : Bahasa jelas
10. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
-NadI : 84x/menit
- S uh u : 38’C
- Pernapasan : 19x/menit
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Keadaan Umum : Sedang
- Penampilan : wajah tampak kemerahan dan tampak bintik merah.
- Kesadaran : Composmentis
- Tinggi Badan :-
- Berat Badan : 22 Kg
- Ciri-ciri tubuh : Berkulit putih
c. K e p a l a
- Struktur : Normal,simetris
- Ram but : Lurus dan bewarna hitam
- kulit Kepala : Tampak bersih
- Nyeri / Pusing : Tidak
25
- Keluhan lain : Tidak ada
d. Mata / Penglihatan
- Ketajaman : Baik
- S chl e r : Tidak ikterik
- P up i l : Isokor
- Konjungtiva : Anemis
- Gerakan bola mata : Normal
- Lapangan Pandang : Luas
- Peradangan : Tidak ada
- Reflex Kornea : Positif
- Alat bantu : Tidak ada
- Lain-lain :-
e. Penciuman / Hidung
- Struktur : Normal
- F un g s I : Normal
- Pendarahan : Tidak ada
- Lain-lain :-
f. Telinga / Pendengaran
- Struktur : Normal,simetris kiri dan kanan
- Fungsi : Baik
- Alat Bantu : Tidak ada
- Nyeri : Tidak
- Cerumen :-
- Cairan Telinga : Tidak ada
- Uji Pendengaran : Baik
- Lain-lain :-
g. Mulut / Pengecapan
- Keadaan gigi : Lengkap
- Keadaan Lidah : Bersih
- Bicara : Jelas
- Fungsi Mengunyah : Baik
- Fungsi Mengecap : Baik
- Lain-lain : Ada pendarahan gusi,mukosa bibir tampk kemerahan
h. L e h e r
26
- Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran
- Sub Mandibularis :-
- Lain-lain :-
i. Pernapasan
- Kualitas napas : Normal
- Pola pernapasan : Teratur
- Bunyi napas : Normal
- Batuk : Tidak ada
- Sputum : Tidak ada
- Struktur dada : Simetris,tampak bintik merah
- Pemeriksaan RO : -
- Lain-lain :-
j. Abdomen
- Nyeri Tekan : Tidak ada
- Bising usus : Bising usus (+)
- Benjolan : Tidak ada
- Keadaan hati : Normal
- Keadaan Limpa : Normal
- Gembung : Tidak
- Keadaan lainnya : Tampak bintik merah pada abdomen
k. Kardiovaskuler / Sirkulasi
- Ukuran jantung : Normal
- Nyeri dada : Tidak ada
- Palpitasi :-
- Denyut jantung : Normal
- Bunyi jantung : Irama jantung reguler
- Edema : Tidak ada
- Ascites :-
- Sianosis :-
- Jari-jari tabuh : Lengkap tidak ada kelainan
- Lain-lain : Iktus cordis teraba
l. Muskulo skeletal

27
- Kekuatan otot : Ekstremitas atas : Capillary refill kurang dari 3 dtk,data lain
yang ditemukan terpasang IVFD RL 20 tts/i,tampak bintik merah pada kedua
tangan,tidak edema,tidak ada sianosis,nyeri pada otot dan persendian.
- Tonus otot : Normal
- Kecacatan : Tidak ada
- Nyeri : Tidak
- Trauma : Tidak
- Keterbatasan gerak :-
- Lain lain :-
m. Keadaan neurologi
- Tingkat kesadaran : Compos mentis
- Koordinasi :-
- Memori (daya ingat) : Baik
- Orientasi : Baik
- Tremor : Tidak
- Gg motoric/lumpuh : Tidak ada
- Kejang : Tidak ada
- Gg sensasi : Tidak ada
- Lain-lain :-
n. Perasaan terhadap rangsangan
- Nyeri : Klien dapat mengindari rangsangan nyeri
- Suhu :-
- Raba : Klien terasa saat diraba
o. Kulit
- Turgor : Kembali cepat
- Lesi : Tidak ada
- Kelembaban : Kering
- Lain-lain : Tampak bintik merah pada seluruh tubuh,kulit tampak
kemerahan dan teraba hangat
p. Hasil pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : Hasil pemeriksaan hematologi Pada tanggal 29
Oktober 2020 Hemaglobin : 11,1 g/dl (10-16 g/dl)
Lekosit : 4.200/ mm3 (9.000-12.000/mm3)
Hekamtokrit : 34 % (33-38 %)
28
Trombosit : 126.000/mm3 (200.000-400.000/mm3)
- X-Ray/ECG :-
- Lain-lain :-
q. Program pengobatan dokter :
r. Catatan tambahan : Terapi medis : Paracetamol syr 3x11/2 sth
- Puyer 3x1

Yg melakukan pengkajian

(Ni’mah Auliya Nahda)


NPM 202011012

2. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Peningkatan laju metabolisme Hipertermi
- Keluarga mengatakan
An. S badan teraba hangat
dan kulit kemerahan
DO:
- Suhu: 38o C
- Tampak wajah kemerahan
- Kulit teraba hangat
- Lekosit:: 4.200/ mm3

2. DS: Trombisitopenia Resiko pendarahan


- Keluarga mengatakan
An.S tampak bintik merah
sejak hari minggu
-Keluarga mengatakan
BAB
An. S berwarna coklat
kehitaman
DO:
- Suhu : 38o C, RR : 21
x/m, HR
: 81 x/m
- Hemobglobin: 11,1 g/dl
- Trombosit: 126.000/mm3
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak

29
kemerahan
- Adanya tampak bintik
merah
pada seluruh tubuh

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Keperawatan
1 13-07-2020 Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism

2 13-07-2020 Resiko perdarahan berhubungan dengan trombisitopenia

4. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NIC NOC
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Perawatan Demam
Defenisi : peningkatan keperawatan diharapkan a Pantau suhu dan tanda
suhu termoregulasi normal dengan tanda vital lainnya
tubuh diatas kisaran kriteria hasil: b Monitor warna kulit dan
normal a. Tidak ada suhu
peningkatan suhu c Berikan obat atau cairan
Batasan karakteristik : tubuh IV (misalnya, antipiretik,
a.Kunvulsi b. Tidak ada hipertermia agenantibakteri, dan agen
b. Kulit kemerahan c. Tidak ada sakit kepala anti menggil)
c. Peningkatan suhu d. Tidak ada sakit otot d Monitor penurunan
tubuh diatas kisaran e. Tidak ada perubahan tingkat kesadaran
normal warna kulit e Tutup pasien dengan selimut
d. Kejang f. Tidak ada dehidrasi atau pakaian ringan,
e. Takhikardi tergantung pada fase demam (
f. Takhipnea yaitu:memberikan selimut
g. Kulit terasa hangat hangat untuk fase dingin,
menyediakan pakaian atau
Faktor yang linen tempat tidur untuk
berhubungan demam
dengan : f Dorong konsumsi cairan
a. Anastesia g Fasilitasi istirahat
b. Penurunan respirasi h Kompres hangat pasien
c. Dehidrasi pada lipat paha dan aksila
d. Pemajanan
lingkungan
yang panas
e. Penyakit
f. Peningkatan laju
metabolisme

Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan pendarahan


Definisi : keperawatan diharapkan a Monitor ketat tanda-tanda

30
Beresiko mengalami keparahan kehilangan darah pendarahan
penurunan volume tidak terjadi dengan b Monitor nilai labor
darah yang dapat Kriteria hasil : c Monitor status cairan yang
mengganggu kesehatan a. Tidak ada kehilangan darah meliputi intake dan output
yang terlihat d Observasi adanya darah
Faktor resiko b. Tidak ada hematuria dalam sekresi cairan tubuh
a. Aneurisme c. Tidak ada keluar darah dari e Instruksikan pasien untuk
b. Defisiensi anus meningkatkan makanan
pengetahuan d. Tidak ada hematemesis yang kaya vitamin K
e. Tidak ada penurunan tekanan f Instruksikan keluarga untuk
darah sistolik memonitor tanda-tanda
f. Tidak ada penurunan tekanan pendarahan dan mengambil
darah diastolic tindakan yang tepat jika
Setelah dilakukan tindakan terjadi pendarahan (Lapor
keperawatan diharapkan kepada perawat )
koagulasi darah membaik
dengan kriteria hasil:

a Tidak ada deviasi dari


kisaran normal pembentukan
bekuan

b Tidak ada deviasi dari


kisaran normal waktu
prtrombin (PT)

c Tidak ada deviasi dari


kisaran normal waktu parsial
tromboplastin (PTT)

d Tidak ada deviasi dari


kisaran normal
hematokrit (Hct)

e Tidak ada deviasi dari


kisaran normal
hemoglobin (Hb)

f Tidak ada peradarahan

g Ringan petekie

h Tidak ada ekimosis

i Tidak ada BAB


berdarah

j Tidak ada hematuria

k Tidak ada

31
hematemesis

l Tidak ada gusi darah

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan
dan Keperawatan
Tanggal
Senin Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda S:
13-07- vital  Keluarga mengatakan
2020 lainnya(38o c) badan An. S sudah tidak
2. Monitor warna kulit panas lagi
(kemerahan)dan suhu O:
3. Berikan obat atau cairan IV  S: 37o C, RR: 21x/I, HR: 80
(paracetamol syrup jam 12.00 x/i
dan IVFD RL 20 tts/i/12 jam)  Tampak kulit kemerahan
4. Menganjurkan keluarga untuk  Kulit teraba hangat
memberikan pakaian yang  Intake: minum 1250ml
longgar  Leokosit: 4200/mm3
5. Dorong konsumsi cairan setiap A:
jam  masalah termogulasi belum
(air putih, susu, dll) 1,5-2 liter/
teratasi
24jam. P: intervensi dilanjutkan
6. Kompres hangat pasien pada
 Pantau suhu
lipat
 Berikan obat
paha dan aksila menggunakan
handuk  Dorong konsumsi cairan
kecil setiap jam
 Kompres hangat

Resiko 1. Monitor ketat tanda-tanda S:


pendarahan perdarahan (BAB berwarna  Keluarga mengatakan
coklat kehitaman) BAB
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, berwarna kehitaman
Trombosit) O:
3. Monitor status cairan yang  Tampak bintik merah di
meliputi intake dan ouput seluruh
4. Observasi adanya darah dalam tubuh
sekresi cairan tubuh  Hb: 11,1 g/dl
5. Instruksikan pasien untuk  Trombosit: 126.000/mm3
meningkatkan makanan yang  Mukosa bibir masih
kaya vitamin K (kacang tampak kemerahan
kacangan, anggur) A: masalah belum teratasi
6. Instruksikan keluarga untuk P: intervensi dilanjutkan
memonitor tanda-tanda  Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan dan mengambil perdarahan
tindakan yang tepat jika terjadi  Monitor nilai labor (Hb,

32
perdarahan (misalnya: lapor Ht,Trombosit)
kepada perawat)  Instruksikan keluarga
untuk memonitor tanda-
tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi
perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)

Selasa Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda S:


14-07- vital lainnya (36,8o c)  Keluarga mengatakan
2020 2. Monitor warna kulit badan An. N
(kemerahan)dan suhu sudah tidak panas lagi
3. Berikan obat atau cairan IV O:
(paracetamol syrup jam 12.00  S: 36,5o C, RR: 20x/I, HR:
dan IVFD RL 20 tts/i/12 92 x/i
jam)  Tampak masih kemerahan
4. Menganjurkan keluarga untuk  Kulit tidak teraba hangat
memberikan pakaian yang  Intake: minum 1500ml
longgar  Leokosit: 3900/mm3
5. Dorong konsumsi cairan setiap A: masalah termogulasi
jam (air putih, susu, dll) 1,5-2 teratasi
liter/ 24jam P: intervensi dilanjutkan

Resiko 1. Monitor ketat tanda-tanda S:


pendarahan perdarahan(BAB berwarna  Keluarga mengatakan
coklat kehitaman, gusi BAB berwarna kehitaman
berdarah) dan gigi berdarah
2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, O:
Trombosit)  Tampak bintik merah di
3. Monitor status cairan yang seluruh tubuh
meliputi intake dan ouput  Tampak gusi berdarah
4. Observasi adanya darah dalam  Hb: 11,4 g/dl
sekresi cairan tubuh  Trombosit: 106.000/mm3
5. Instruksikan pasien untuk  Mukosa bibir masih
meningkatkan makanan yang tampak kemerahan
kaya vitamin K (kacang A: masalah belum teratasi
kacangan, anggur) P: intervensi dilanjutkan
6. Instruksikan keluarga untuk
 Monitor ketat tanda-tanda
memonitor tanda-tanda perdarahan
perdarahan dan mengambil
 Monitor nilai labor (Hb,
tindakan yang tepat jika terjadi
Ht,Trombosit)
perdarahan (misalnya: lapor
 Instruksikan keluarga
kepada perawat)
untuk memonitor tanda-
tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi
perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)

33
 Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan
yang kaya vitamin K
(kacang-kacangan,anggur)

Rabu Resiko 1. Monitor ketat tanda-tanda S:


15-07- pendarahan perdarahan (gusi berdarah)  Keluarga mengatakan
2020 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, BAB berwarna masih
Trombosit) kehitaman sudah tidak ada
3. Monitor status cairan yang dan gigi berdarah masih
meliputi intake dan ouput O:
4. Observasi adanya darah dalam  Tampak bintik merah di
sekresi cairan tubuh seluruh tubuh masih
5. Instruksikan pasien untuk  Tampak masih gusi
meningkatkan makanan yang berdarah sudah berkurang
kaya vitamin K (kacang  Hb: 11,0 g/dl
kacangan, anggur)  Trombosit: 125.000/mm3
6. Instruksikan keluarga untuk  Mukosa bibir sudah
memonitor tanda-tanda tampak tidak kemerahan
perdarahan dan mengambil lagi
tindakan yang tepat jika terjadi A: masalah belum teratasi
perdarahan (misalnya: lapor P: intervensi dilanjutkan
kepada perawat)  Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan
 Monitor nilai labor (Hb,
Ht,Trombosit)
 Instruksikan keluarga
untuk memonitor tanda-
tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang
tepat jika terjadi
perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat
 Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan
yang kaya vitamin K
(kacang-kacangan,
anggur)

Kamis Resiko 1. Monitor ketat tanda-tanda S:


16-07- pendarahan perdarahan (gusi berdarah)  Keluarga mengatakan
2020 2. Monitor nilai labor (Hb, Ht, BAB berwarna masih
Trombosit) kehitaman sudah tidak ada
3. Monitor status cairan yang dan tidak ada lagi gigi
meliputi intake dan ouput berdarah
4. Observasi adanya darah dalam  Keluarga mengatakan An.
sekresi cairan tubuh S dibolehkan pulang

34
5. Instruksikan pasien untuk O:
meningkatkan makanan yang  Tampak bintik merah di
kaya vitamin K (kacang seluruh tubuh masih
kacangan, anggur)  Tampak gusi beradarh
6. Instruksikan keluarga untuk tidak ada lagi
memonitor  Hb: - g/dl
tanda-tanda perdarahan dan  Trombosit: -mm3
mengambil tindakan yang tepat  Mukosa bibir sudah
jika terjadi perdarahan tampak tidak kemerahan
(misalnya: lapor kepada lagi
perawat) A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

B. PEMBAHASAN KASUS
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas teori dengan
aplikasi atau prakrek asuhan keperawatan pada An. S dengan kasus yang telah dilakukan
sejak tanggal 13 – 16 Juli 2020. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Pada partisipan An.S didapatkan demam sudah 5 hari yang lalu, mual, perut terasa
sakit, nyeri pada persendian,sakit kepala dan ada tampak bintik merah pada seluruh
tubuh
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejalagejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan
gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.
Hasil analisa peneliti, kasus yang ditemukan pada An. S sesuai
dengan teori karena pada teori mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh
demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala
dan perut dan adanya bentuk perdarahan.

35
Partisipan 1 An. S keluarga mengatakan di rumah menggunakan ember
tidak menggunakan bak mandi. Tetangga sebelah rumah pasien juga sudah
mengalami DBD sebelumnya. Pola tidur An. S sering tidur pada sore hari
sekitar pukul 16.30.
Pemeriksaan fisik pada An. S didapatkan pemeriksaan fisik ada nya petekie di seluruh
tubuh, gusi berdarah, nyeri ulu hati dan persendian. Susilaningrum dkk (2013) Gejala
khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura,
perdarahan konjungtiva, epistaksis,ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,
hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai
dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga
berupa peradarahan spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam
dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai
epistaksis dan peradarahan gusi. Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada
anak DBD sama dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya
pembuluh darah kapiler,gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus An. S yaitu Pada An. S diagnosa yang muncul yaitu hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko perdarahan
berhubungan trombositopenia.
Menurut NANDA (2015) terdapat 8 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
hipertermia , resiko perdarahan, kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko
syok, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.
Pada An. S diagnosis keperawatan yang tidak ada sesuai dengan
teori diantaranya kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko syok,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, ketidakefektifan pola napas.
a. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskular,
interstisial, dan atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi. Faktor risiko :
perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan nadi,
penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering,
kulit kering, peningkatan suhu tubuh (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan kekurangan
36
volume cairan karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. S seperti
tidak ada penurunan tekanan darah, tidak ada penurunan tekanan nadi, penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering, dan tidak terjadi peningkatan
hematokrit.
b. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul aibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Batasan
karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekspresikan
perilaku, masker wajah, gangguan tidur (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan nyeri akut
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. S seperti tidak adanya
meringis dan menangis, keluarga mengatakan tidak terganggunya tidur An. S
karena nyeri ulu hati.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Batasan
karakteristik: berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal,
bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat,
ketidakmampuan memakan makanan, nyeri abdomen.
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena tidak ditemukan
batasan karakteristik pada An. S seperti berat badan 20% atau lebih dibawah
rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk mengunyah, kelemahan otot
untuk menelan, kehilangan rambut berlebihan, membran mukosa pucat, dan
ketidakmampuan memakan makanan.
d. Resiko syok adalah berisiko terhadap ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang
mengancam jiwa. Dengan faktor resiko hipotensi, hipovolemia, hipoksemia,
hipoksia, infeksi, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik (Nanda, 2015)Menurut
analisa peneliti tidak munculnya diagnose resiko syok pada An. S
karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada An. N seperti penurunan
tekanan darah, hipovolemia, hipoksemia, hipoksia, dan infeksi.

37
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Batasan karakteristik: tidak
ada nadi, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (warna,
elastisitas, kelembapan, kuku, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, warna tidak kembali ke tungkai saat diturunkan, kelambatan
penyembuhan luka perifer, penurunan nadi, edema, nyeri ekstremitas,
pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit,
warna kulit pucat saat elevasi (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena tidak ditemukan batasan
karakteristik pada An. S seperti tidak ada nadi, perubahan tekanan darah, adanya
edema, pengisian capillary refill >2 detik, tidak adanya akral dingin dan tidak
ada sianosis.
f. Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik: perubahan kedalaman
pernapasan, perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,
bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,
penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, pernapasan
cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, takipnea (Nanda, 2015).
Menurut analisa peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan
ketidakefektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan karakteristik pada
An. S seperti tidak ada sesak napas, pernapasan An. S dalam batas normal, tidak
adanya dilakukan pemeriksaan rontgen dada.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan kasus An. S, tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme rencana tindakan terdiri dari
pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu, berikan
obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti
menggil), dorong konsumsi cairan, kompres hangat pasien pada lipat paha dan
aksila.
Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi
adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,
berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti
38
menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu: memberikan selimut
hangat untuk fase dingin, menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk
demam, dorong konsumsi cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat pasien pada
lipat paha dan aksila.Berdasarkan analisi peneliti, rencana tindakan yang dilakukan
untuk diagnosa hipertemi belum sama dengan teori. Didalam teori rencana tindakan
yang tidak di lakukan adalah pemberian selimut hangat pada pasien karena di
ruangan belum ada fasilitas untuk selimut hangat, diruangan hanya diberikan selimut
tebal biasa saja.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
pada kedua partisipan tindakan keperawatan yang dilakukan kompres hangat
pasien pada lipat paha dan aksila. Menurut penelitian Sri Purwanti, dkk (2008)
pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien anak
hipertermia di ruang rawat inap, setelah memberi tindakan kompres hangat selama
10 menit dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh. Menurut peneliti melakukan kompres hangat terhadap pasien
yang mengalami hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres denga air
hangat akan membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan keluar dan
bukan masuk lagi ke dalam tubuh.
Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat atau cairan IV
(paracetamol, cairan IV RL 20 tts/i/12 jam), dorong konsumsi cairan setiap jam
11 /2 -2 liter dalam 24 jam (air putih, teh manis, susu).
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada
anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi
suportif pada penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat
terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan
kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II
jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%.
Sedangkan untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah
satunya terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian
menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol sebanyak 58
penderita (78.38%).

39
Ngastyah (2014) mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya
bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi
seperti paracetamol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5-
2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus
muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
atau hematokrit yang cenderung meningkat.Berdasarkan analisa peneliti,
pelaksanaan implementasi dorong pasien untuk minum dan kolaborasi pemberian
obat dan cairan intra vena (IV) sesuai dengan teori.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada An. S dengan masalah keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dapat teratasi pada hari ke 3
rawatan dengan kriteria hasil data keluarga mengatakan An. S tidak demam lagi
dan badan tidak teraba hangat lagi, data objektif S: 36o C, kulit tidak teraba
hangat lagi, tidak ada tanda dehidrasi dan hasil leokosit 4500/mm3 .
56.Menurut penelitian Suciwati (2014) kriteria hasil tercapai pada diagnosis
hipertermi pada hari rawatan ketiga yaitu suhu dalam batas normal 36 o C. pada
penelitian suciwati pasien masuk pada demam hari kelima. Menurut soedjas
(2011) mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi pada hari ke-6 atau
ke-7, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam sudah turun
sebagai bagian dari rekasi tahap ini.
Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis hipertermi sesuai dengan
teori karena pada kedua partisipan menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-
7.Diagnosis keperawatan hipertermi pada An. S sudah teratasi pada hari ke 4 (hari
ke 7 demam) dan hari ke 3 (hari ke 7 demam) pelaksanaan asuhan keperawatan.
Fase penyembuhan terjadi pada hari ke-6 atau ke-7 dimana virus sudah mulai
melemah, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik, nafsu makan sudah ada dan
demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

40
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. S dengan demam berdarah
dengue (DBD) di Ruang Anak RSUD Raden Mattaher peneliti dapat mengambil
kesimpulan:
1. Hasil pengkajian pada An. S didapatkan data mengalami DBD
dengan gejala yaitu demam dengan suhu 38’C.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul Pada An.S diagnosa yang muncul pada kasus An.
S yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan resiko
perdarahan berhubungan trombositopenia.
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi pada
pasien yaitu pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik,
agenantibakteri, dan agen anti menggil), dorong konsumsi cairan, kompres
hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari, Implementasi sesuai
dengan intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan pada An. S teratasi pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak
ada hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, tidak ada
perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUD Raden Mattaher Jambi
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan palatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
penerapan asuhan keperawatan lainnya.
3. Bagi Pasien Dan Keluarga
41
Keluarga disarankan untuk tetap menjaga kesehatan pasien dan selalu
mendampingi pasien.
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Keperawatan
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi ilmu pengetahuan tambahan dan disarankan
kepada perawat untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan asuhan
keperawatan anak dengan DBD

42
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekeskupang.ac.id/335/1/Studi%20Kasus%20Ade%20Rooslianta%20Bor
u%20Saragi%20pdf.pdf (diakses pada tanggal 29-10-2020)
http://dwianrini.blogspot.com/2018/12/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-dbd.html
(diakses pada tanggal 29-10-2020)
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., Swanson, Elizabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

43

Anda mungkin juga menyukai