(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp: (021) 7234122, 7207184, Fax: (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
WIB
Conference : pre / post
Hasil penunjang :
- Leukosit 12,4 H rb/mm3 (5-10 rb/mm3)
- HB 10,1 L gr/dl (12,0-14,0 gr/dl)
- Ht 50 H % (36-42 %)
- Tr 124 rb/mm3 (150-400 rb/mm3)
- MCV 84 fl ( 82-92 fl )
- MCH 25 L pg ( 27-31 pg)
- MCHC 32 gr/dl (32-36 gr/dl)
- GDS : 101 mg/dl ( 70-200)
- Ureum: 21 mg/dl (20-50)
- Kreatinin :0,8 mg/dl (0,7-1,2)
- Salmonella thypi O : positif 1/320
- Salmonella parathypi AO : positif 1/160
Pentalaksanaan :
Diet lunak 1500 kkal
Terapi : RL, 24 tpm/8 jam
Paracetamol drip 1 gr, Ceftriaxone
2x2 gr
Ranitidine 2x20 mg
Ondansentron 3x4 mg
Sukralfat 3x1 cth
Diagnosa Keperawatan:
DO :
- Klien tampak lemah
- Mukosa bibir tampak kering
- Mata tampak cekung
- Tugor kulit tampak kurang elastis
- KU : Lemah, Ks : CM
- TTV = TD:125/75 mmHg, N:
89x/menit, RR: 20x/menit, S: 37°C
- Balance cairan
I: 1100 O: 1500 (-400)
- Hasil laboratorium
HB 10,1 L gr/dl (12,0-14,0 gr/dl)
Ht 50 H % (36-42 %)
Observasi
1. Monitor suhu tubuh
Terapeutik
2. Berikan Cairan peroral
3. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami keringat
berlebih
Kolaborasi
4. Kolaborasi Pemberian cairan
IV (NaCl 0,9 % 24 tpm/8 jam)
5. Kolaborasi Pemberian Antipiretik
(Paracetamol drip 100 ml)
Implementasi Keperawatan
4 Dx 1 Nyeri Akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis
1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
3. mengidentifikasi respon nyeri non
verbal Terapeutik
4. memerikan Teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Teknik
relaksasi nafas dalam)
5. memfasilitasi istirahat dan tidur
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian medikasi (analgetik)
Ranitidine 2x20 mg, Ondansentron 3x4 mg,
sukralfat 3x1 cth
Dx. 2 Resiko Hipovolemia Berhubungan Dengan
Kekurangan intake cairan (D.0034)
1. Memeriksa tanda dan gejala Hipovolemia
(miss, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, mukosa bibir kering)
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Memberikan asupan cairan oral
4. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
S:
- Klien mengatakan masih terasa nyeri
bagian ulu hati saat ingin muntah
- P : nyeri pada bagian ulu hati saat muntah
Q: Nyeri Terasa seperti ditusuk tusuk
R: dibagian ulu hati
S: 3
T: tidak tentu, hilang timbul saat muntah
O:
- Klien masih tampak meringis
- Klien tampak masih gelisah
- Klien tampak mengikuti instruksi yang
diberikan perawat pada saat melakukan
terapi relaksasi nafas dalam
- Ku :Lemah KS: CM
- Skala nyeri : 3
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Anjurkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi pemberian medikasi (analgetik)
Ranitidine 2x20 mg Ondansentron 3x4 mg,
sukralfat 3x1 cth
S:
- Klien mengatakan masih mual,mulut
pahit,dan perut tidak enak
O:
- Klien tampak lemah
- Mukosa bibir tampak kering
- Mata tampak cekung
- Tugor kulit tampak kurang elastis
- KU: Lemah, Ks: Cm
- TTV : TD: 120/70 mmHg, HR:
78x/menit, RR 20 x/menit, S: 37.2 oC
- I:1100, O: 1400, (-300)
- Hasil Lab
HT: Ht: 50 H %
A:
Masalah tidak teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan :
- Periksa tanda dan gejala hypovolemia
(frekuensi nadi, turgor kulit, membrane
mukosa, volume urin, Ht)
- Monitor vital sign
- Monitor Intake-Output
- Anjurkan klien memperbanyak asupan
peroral
- Hitung Balance Cairan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
(NaCl 0,9 % 24 tpm/8 jam)
S:
- Klien mengatakan sudah tidak demam
- Klien mengtakan sudah tidak
merasa menggigil
O:
- Ku: Lemah Ks: CM
- Terpasang infus NaCl 0,9 % 24 tpm/8 jam
- TTV TD: 120/70 mmHg, HR: 78x/menit,
RR 20 x/menit, S: 37.2 oC
A:
Masalah sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
6 14.15 Supervise
WIB Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana telah melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah dibuat dan perawat pelaksana sudah
melaporkan kepada ketua tim mengenai kondisi dan
keadaan klien
-
LAPORAN PENDAHULUAN
TYPOID
A. DEFINISI
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A.
Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella ( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim daripenyakit ini adalah
Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut
orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
5. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
6. Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri
dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim
pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke
dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses
tersebut
dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah
dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
C. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan
debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20
menit. Akibat infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodiatau
aglutinin yaitu:
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigenO
(berasal dari tubuh kuman).
2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH
(berasal dari flagel kuman).
3. AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigenVi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita
tifoid (Aru W. Sudoyo, 2009).
E. PATHWAY
hematomegali Splenomegali
Endoktoksin
Mual muntah
Suhu tubuh meningkat
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus
4. Kultur
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
2. Keperawatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
f. Diet
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu
waham pada klien.
g. Pemeriksaan fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-41°C muka
kemerahan. Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
2) Diagnosa Keperawatan
a. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang aktif
3) Intervensi Keperawatan
a. Dx. 1 : hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang
aktif
Tujuan : (L. 03028)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan
status cairan dapat membaik dengan kriteria hasil :