Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN


MEMBUAT KERAJINAN KONEKTOR MASKER

OLEH:

EKA DIAN PRATIWI


NIM. 2030030

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN


MEMBUAT KERAJINAN KONEKTOR MASKER

Mengetahui,

Pembimbing Institusi I Pembimbing Institusi II

Lela Nurlela, S.Kep.,Ns., M.Kep Yoga Kertapati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.,Kom


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia dengan Membuat Kerajinan
Konektor Masker” dengan tepat waktu.
Proposal ini disusun untuk melengkapi tugas Studi Prodi Profesi Ners
Stase Keperawatan Gerontik. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Pembimbing Institusi yang sudah membantu dalam proses penyusunan proposal
TAK ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan proposal ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Surabaya, 12 November 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degeneratif misal hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker
(Hermiyanty, Bertin & Sinta, 2017). Secara biologis lansia adalah proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
(Prahastin, 2016). Batasan umur pada lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dalam Sya’diyah (2018), lanjut usia meliputi: usia pertengahan (middle
age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah kelompok diatas usia 90 tahun.
Kemeterian Kesehatan memprediksi bahwa Indonesia akan terus mengalami
peningkatan jumlah penduduk lansia setiap tahunnya. Pada tahun 2019, jumlah
lansia di Indonesia mencapai 25,9 juta jiwa atau 9,7 persen dari 18 juta jiwa lansia
pada tahun 2010 lalu. Peningkatan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah
hingga tahun 2035, yang jumlahnya bisa menjadi 48,2 juta jiwa atau 15,77%
(Alfi, 2019). Menurut data dari Badan Statistik Penduduk Lanjut Usia Di
Indonesia tahun 2019 mengatakan bahwa adanya peningkatan umur harapan hidup
yang akan diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia sendiri dari 18
juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun
2019. Diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta
jiwa (15,77%) (Maylasari et al., 2019).
Adanya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) ini akan
memberikan dampak negatif seperti meningkatnya angka ketergantungan apabila
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas kesehatan masing – masing individu
lansia. Lansia yang mampu mempertahankan status kesehatannya dengan baik
akan tetap menjadi individu produktif di masa – masa senja walaupun telah
mengalami berbagai penurunan fungsi tubuh. Tanda – tanda masa tua disertai
adanya kemunduran – kemunduran kemampuan panca indera, kemunduran
kemampuan berpikir, gangguan fungsi alat tubuh, perubahan psikologi serta
adanya berbagai penyakit (Abdurrahman, 2013). Berdasarkan dari data tersebut
diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu instrumen atau
parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Terapi tentunya harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini
sangat individual sekali dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh
hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan latihan –
latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara runtin dan
berkesinambungan (Maylasari et al., 2019).
Oleh karena itu penulis ingin memberikan terapi aktivitas kelompok pada
lansia dengan pencapaian agar lansia memiliki usaha sendiri dan menjadi lansia
yang produktif. Usaha yang memiliki kualitas bagus, maju dan berkembang
dibutuhkannya pendampingan mahasiswa dalam berperan untuk memberikan
solusi atau masukan dalam pembuatan produk dan pemasaran di lingkungan
sekitar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti aktivitas kelompok diharapkan lansia merasa senang serta
terhindar dari stress dan rasa jenuh. Serta lansia memiliki kegiatan yang
bermanfaat dan mampu mengembangkan citra diri positif dalam dirinya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan produktivitas pada lansia.
2. Meningkatkan kreativitas pada lansia.
3. Mengembangkan konsep positif melalu kemampuan diri pada lansia.
4. Menghilangkan perasaan jenuh pada lansia.
5. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
6. Meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman dan
merubah perilaku antar lansia.
1.3 Manfaat
1. Bagi Lansia
a. Meningkatkan kemampun diri lansia agar lebih produktif dan kreatif
dalam mengembangkan diri pada lansia.
b. Merasa lebih diakui dan dihargai eksistensinya dalam kegiatan
produktif.
c. Mengubah perilaku lansia yang maladaptif.
2. Bagi Terapis
a. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh
lansia.
b. Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan
strategi pelaksanaan kegiatan dan asuhan keperawatan pada lansia.
3. Bagi Instansi Akademik
Proposal TAK ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang terapi aktivitas kelompok
stimulasi pada lansia dan dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek
mahasiswa keperawatan.
4. Bagi Pembaca
Proposal ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi tentang
terapi aktivitas kelompok (TAK) pada lansia.
BAB 2
RANCANGAN KEGIATAN TAK

2.1 Topik
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Lansia dengan Membuat
Kerajinan Konektor Masker.
2.2 Bentuk Kegiatan
Terapi yang akan diberikan adalah usaha kerajinan dengan skala kecil
pemula yang terbuat dari Kain. Pembuatan konektor dari kain ini didasarkan
karena sekarang masih new normal dan sering memakai masker pembuatan
konektor ini berguna untuk yang memakai hijab agar tidak kesulitan
memakai masker.
2.3 Metode
Diskusi dan ceramah.
2.4 Media Bahan Baku
1. Kain
2. Gunting
3. Jarum
4. Benang
5. Kancing baju
2.5 Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Jum’at, 13 November 2020
Jam : 09.00 - selesai
Tempat : Rumah Ny. M
2.6 Proses Pembuatan Produksi
Konektor dari kain setelah itu digunting memanjang lalu dijahit
pinggirannya dan diberi kancing baju di setiap pojoknya.
2.7 Pemasaran
Pemasaran produk dilakukan di wilayah sekitar.
2.8 Rancangan Biaya Produksi

No Nama Harga Jumlah


.
1. Jarum 3 buah x 2.000 6.000
2. Benang 3 buah x 1.000 3.000
3. Kancing Baju 4 buah x 500 2000
TOTAL 11.000

2.9 Pengorganisasian
1. Leader : Eka Dian Pratiwi
2. Co-leader : Eka Dian Pratiwi
3. Fasilitator : Eka Dian Pratiwi
4. Observer : Eka Dian Pratiwi
2.10 Tugas Pengorganisasian
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co-Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan infromasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
3. Peran Fasilitator
a. Memfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara atau kegiatan
d. Dapat mengatasi hambatan – hambatan yang terjadi dari dalam atau
luar kelompok
4. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non-verbal selama kegiatan berlangsung
d. Mencatat tanggapan – tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
f. Membuat laporan hasil kegiatan

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


SESI 1: MEMBUAT KONEKTOR MASKER
A. Tujuan:
1. Meningkatkan produktivitas pada lansia.
2. Meningkatkan kreativitas pada lansia.
3. Mengembangkan konsep positif melalu kemampuan diri pada lansia.
4. Menghilangkan perasaan jenuh pada lansia.
5. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
6. Meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman dan
merubah perilaku antar lansia.
B. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
C. Alat dan Bahan:
1. Kain
2. Gunting
3. Jarum
4. Benang
5. Kancing baju
D. Metode:
1. Diskusi peran dan ceramah
E. Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi kooperatif, yaitu klien yang
tidak memiliki gangguan fisik, mudah mendengarkan dan mampu
mempratekkan tahanpan selama proses kegiatan.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien lansia
b. Evaluasi atau Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu membacakan tahapan pembuatan produk.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 15 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu untuk
membuat konektor masker
b. Terapis memulai dengan membagikan bahan-bahan
c. Menggunting kain bentuk memanjang
d. Lakukan penjahitan disisi yang perlu dijahit
e. Pasang kancing baju di pojok
f. Kemudian uji coba apakah berhasil atau tidak.
g. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
h. Simpulkan perasaan klien dari kegiatan ini.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan dengan
membuat kreasi yang lebih baru.
2) Membuat jadwal kreasi berikutnya.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
2) Menyepakati waktu dan tempat.
F. Evaluasi dan Dokumentasi:
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensori umum sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah klien dapat menghasilkan karya konektor masker,
meningkatkan kemampuan positif diri lansia, menghasilkan penghasilan
sendiri, dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain saat
mengikuti kegiatan dari awal hingga sampai selesai.

Sesi 1: TAK Stimulasi Sensori Umum


Kemampuan meningkatkan kreativitas dan membuat menjadi
produktif

Kriteria Penilaian Nama Klien

Memperkenalkan diri
Memberi tanggapan terhadap pendapat
klien lansia yang lainnya
Mengikuti kegiatan sampai selesai

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan dan perasaan perasaan saat
berlangsungnya kegiatan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda
(-) jika klien tidak mampu.

G. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
sensori umum dengan membuat konektor masker.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian


Lansia Dalam Pemenuhan Aktifitas Sehari-Hari Di Rt 03 / Rw 04 Kelurahan
Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi.
Hermiyanty, Bertin, W. A. & Sinta, D. (2017). Lansia Radikal Bebas. Journal of
Chemical Information and Modeling. 8(9). pp. 1–58.
Maylasari, I. et al. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia di Indonesia 2019.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Prahastin, F. (2016). Dampak Kehilangan Gigi Terhadap Citra Diri dan Harga
Diri Lansia Di Desa Randegan Kecamatan Wangon Tahun 2016. Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP. pp. 23–52.
Sya’diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai