Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

AMPUTASI

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dibuat Oleh:

Wulan Apriliani

2018 11 005

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI

T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang
melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah
psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi Tindakan amputasi dapat dilakukan pada
kondisi Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki, Kehancuran
jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki, Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas
yang berat,Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
lainnya,Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif Deformitas
organ.

Adanya kecenderungan yang terus naik setiap tahunnya atas penderita kecacatan yang
mengalami amputasi di Indonesia Pada akhir tahun 2009 menunjukkan data terjadinya kasus
amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per tahunnya, yang terbagi untuk
amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above knee amputation (AKA) sebesar 18% dan
amputasi dibawah lutut atau prothese jenis below knee amputation (BAK) sebesar 7%.
Sedangkan kejadian amputasi pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%, yang terbagi
amputasi dibawah siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA) sebesar
10% dan amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation (AEA)
sebesar 5%. 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Medis

2.1.1 Defenisi

Amputasi adalah pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan

Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic

Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

2.1.2 Klasifikasi Amputasi  :

a. Berdasarkan  Ekstremitas :

Amputasi ektremitas bawah : Amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi lutut, Amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syne.

Amputasi ekstremitas atas : Amputasi Atas Siku (AS), Amputasi Bawah Siku (BS)

b. Berdasarkan sifat :

1.  Amputasi terbuka : dilakukan untuk infeksi berat, ini meliputi pemotongan tulang dan
jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi, dan luka dibiarkan
terbuka untuk mengalir.

2.   Amputasi tertutup : menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang
kira-kira dua inchi lebih pendek daripada kulit dan otot

2.1.3 Anatomi Fisiologi

Anatomi

Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka
masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum  dimana
terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum  mengikat tulang dengan
benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu
korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan
sangat kuat  yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem
terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang
disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat
osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal
Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan
saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang
mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.

Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya
terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-
sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang
memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang
terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism
Syndrom (FES).

b.      Fisiologi

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan  sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan  osteoklast adalah sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat  oleh
elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang
kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai
media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan
pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan
fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan  aliran darah dalam tulang antara 200 –
400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.

Tulang Panjang Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya
bundar dan sering menahan beban berat.

Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula
tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi
kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah
pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin.

Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang.
Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis.
Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang  selama masa pertumbuhan. Periosteum
merupakan penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis

Fungsi Tulang

1)      Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

2)      Tempat melekatnya otot.

3)      Melindungi organ penting.

4)      Tempat pembuatan sel darah.


5)      Tempat penyimpanan garam mineral.

2.1.5 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan
kongenital.

2.1.6 Manifestasi klinis   

Adapun pengaruhnya meliputi :

          1. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi
simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan
metabolisme basal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien
sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus
posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3. Sistem respirasi

a. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme
(karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c. Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi
mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris
normal.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada
keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b. Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

c. Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula
tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi
sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi
menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur
serta dapat juga merasakan pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan
nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme
akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d. Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6. Sistem Pencernaan

a. Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b. Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras
dan orang sulit buang air besar.

7. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak
menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

-  Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.

- Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat
menyebabkan ISK.

8. Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal
ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada
pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan
infeksi pada semua pembedahan ; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka
setelah amputasi traumatic, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
2.1.7  Penatalaksanaan

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.

Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :

1. Rigid dressing

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak. Bila
tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan
konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang
menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat
posisi berdiri.

Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi
setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah stump
sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini dipertimbangkan juga
faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya perawat yang terampil, therapist dan
prosthetist serta kerelaan dan kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program
perawatan. Rigid dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi
atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

2. Soft dressing

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang
rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan
penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump
dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal
bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka
diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft
dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan.
Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut,
penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

2.2 Tinjauan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Aktivitas Istirahat

Gejala : Keterbatasan aktual/ antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/ amputasi

b. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain,
perasaan putus asa, tidak berdaya.

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu.

c. Seksualitas

Gejala : Masalah tentang keintiman

d. Interaksi sosial

Gejala : Masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi, Masalah tentang peran fungsi, reaksi
orang lain.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual ataupun
potensial.

            Adapun diagnosa keperawatan menurut (Marilynn E Doeges) adalah sebagai berikut :

1.     Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan
factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut
penolakan/ reaksi orang lain.

2.     Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak
psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh.

3.     Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/
arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.

4.     Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek,
jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan
status nutrisi.

5.     Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama


ekstremitas bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa
keseimbangan.

6.     Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
2.2.3 Perencanaan/ Pelaksanaan/ Evaluasi

Diagnosa Keperawatan I :

Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan faktor bio
fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi
orang lain.

Tujuan : Menerima situasi dengan realistis

Kriteria hasil : Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat
tanpa harga diri negative.

Perencanaan/ Penatalaksanaan :

a. Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe prospese bila
tepat ( segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi, termasuk control nyeri dan
rehabilitasi

Rasional :

Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai


menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.

b. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/ peran fungsi yang biasanya.

Rasional :

Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
pemecahan masalah. Sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian, kemampuan bekerja dan
sebagainya.

c. Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/


merawat puntung menggunakan waktu untuk menunjukan tanda positif penyembuhan.

Rasional :

Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan


puntung dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun melihat puntung dan mendengar pernyataan positif ( dibuat dengan cara, waktu yang
normal).

d. Dorong/berikan kunjungan orang-orang yang telah diamputasi, khususnya seorang yang


telah diamputasi.

Rasional :

Teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan
dapat juga memberikan pernyataan juuga harapan untukpemulihan dan masa depan normal.
Evaluasi :

Dukung penilaian psikologis dan fisiologi

Diagnosa Keperawatan II :

Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi
terhadap kehilangan bagian tubuh

Tujuan :

Nyeri hilang/terkontrol

Kriteria hasil :

Menyatakan nyeri hilang/terkontrol

Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Perencanaan/Pelaksanaan :

a. Catat lokasi dan intesitas nyeri (skala 0-10) selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh
kebas, kesemutan.

Rasional :

Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keektifan intervensi. Perubahan dapat


mengindikasikan terjadinya komplikasi , contoh nekrosis/infeksititif.

b. Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunakan
bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.

Rasional :

Mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan


kelelahan otot dan tekanan kulit/jaringan.

c. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan aktivitas
teraupetik.dorong penggunaan teknik manajemen stress (contoh latihan nafas dalam,
visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan teraupetik.

Rasional :

Mengfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan


koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri fantom tungkai.

d. Berikan pijatan lembutan pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.

Rasional :
Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot.

e. Berikan obat sesuai indikasi, contoh analgesic, relaksan otot, intruksi pada APD.

Rasional :

Menurunkan nyeri/spasme otot.catatan: APD menentukan obat tepat waktu yang mencegah
feluktuasi nyeri sehubungan denga tegangan/spasme.

Evaluasi :

Hilangkan rasa nyeri.

Diagnosa Keperwatan III :

Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/
arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.

Tujuan :

Komplikasi tercegah atau minimal

Kriteria hasil :

Mempertahankan perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba dan kulit
hangat/ kering.

Perencanaan / Pelaksanaan :

a. Lakukan pengkajian neuro vaskuler periodic, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit
dan suhu.

Rasional :

Edema jaringan pasca operasi pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat
mengganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosis jaringan.

b. berikan tekanan langsung pada sisi pendarahan, bila terjadi pendaran. Hubungi dokter
dengan segera.

Rasional :

Tekanan langsung pada pendarahan dapt diteruskan dengan penggunaan balutan serat
pengaman dengan balutan elastis bila pendarahan terkontrol.

c. Evaluasi tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adnya inflamasi, tanda human positif.

Rasional :
Peningkatan insiden pembentukan thrombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer
sebelumnya/ perubahan diabetic.

d. Berikan cairan IV / produk darah sesuai indikasi

Rasional :

Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan

Evaluasi :

Tidak terjadinya komplikasi.

Diagnosa Keperawatan IV :

Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan
traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status
nutrisi.

Tujuan :

Mobilitas/ fungsi ditingkatkan kembali atau dikompensasi.

Kriteria hasil :

Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema ; dan tidak
demam.

Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas

Perancanaan/ Pelaksanaan :

a. pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/ merawat luka.

Rasional :

Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri

b. Infeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase.

Rasional :

Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan
mencegah kuomplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)

c. Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.

Rasional :
Hemovac, drain jakson-pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyebuhan luka
dan mnurunkan resiko infeksi.

d. Tutup balutan dengan plastic bila menggunakan pispot atau bila inkontinensia

Rasional :

Mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai bawah

e. Berikan antibiotic sesuai indikasi

Rasional :

Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara profilaktif atau terapi antibiotic mungkin
disesuaikan terhadap organisme khusus.

Evaluasi :

Meningkatkan mobilitas/kemampuan fungsi.

Diagnosa Keperawatan V :

Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas


bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan.

Tujuan :

Mempertahankan posisi fungsi.

Kriteria hasil :

Menunjukkan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.

Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan.

Perancanaan /Pelaksanaan :

a. Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara
dini pada tahap pasca operasi.

Rasional :

Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat
memperlambat penggunaan prostese.

b. Dorong latihan aktif/ isometric untuk paha atas dan lengan atas.

Rasional :

Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ ambulasi.


c. intruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya dua
kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.

Rasional :

Menguatkan otot ekstensor dan mencegah kontrakrur fleksi pada panggul

d. Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasi

Rasional :

Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawah

e. Tunjukkan atau Bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze,
kruk atau walker.

Rasional :

Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah
cedera abrasi dari kulit karena lari cepat.

Evaluasi :

memberikan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas

Diagnosa Keperawatan VI :

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.

Tujuan :

Prosedur bedah, prognosis, dan program terapetik dipahami.

Kriteria hasil :

Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan.

Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.

Perencanaan /pelaksanaan :

a. Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk semua


semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat.

Rasional :

Meningkatkan perawatan diri kompeten ; membantu penyembuhan dan pemasangan prostese


dan menurunkan potensial untuk komplikasi.

b. Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/ pemasangan


ulang periodic.
Rasional :

Dorong pemasangan tepat, menurunkan resiko komplikasi dan memperpanjang hidup


prostese.

c. tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat.

Rasional :

Memenuhi kebutuhan nutrient untuk regerasi jaringan/ penyembuhan, membantu dalam


mempertahankan volume sirkulasi dan fungsi organ normal, dan mempertahankan berat tepat
(berat badan mengubah pengaruh pemasangan prostese).

d. Anjurkan penghentian merokok.

Rasional :

Merokok berpotansi untuk vasokonstriksi verifier, gangguan sirkulasi juga oksigenasi


jaringan.

Evaluasi :

Memberikan informasi tentang prosedur bedah atau prognosis dan kebutuhan pengobatan

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1  Identitas klien

Nama               :           Tn. F

Tanggal lahir   :           20 Maret 1995

Jenis kelamin   :           Laki-laki

Klien ke           :           1 dari 2 bersaudara

Umur               :           15 tahun

Agama             :           Islam

Suku bangsa     :           Batak-Indonesia

Tanggal masuk :           23 Nonvember 2010

No RM            :           00.45.26.40

Alamat            :           Rantau Prapat

Ruang rawat    :           Ruang RB 3 kamar 1 RSUP HAM

Identitas Orang Tua/Penanggung jawab

Nama               :           Tn. B

Umur               :           38 tahun

Pekerjaan         :           Pegawai negri

Suku bangsa     :           Batak-Indonesia

Pendidikan       :           SMA

Alamat            :           Rantau Prapat

3.1.2 Alasan Masuk Ke Rumah Sakit.

Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari ini, sebelum masuk rumah sakit
awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas, riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah
(-), pingsan (-).
3.1.3  Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang, klien sedang menjalani perawatan post operasi amputasi yang
dilakukan pada tanggal 24 November 2010. klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas lutut
tepat pada lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga mengganggu ketenangan
klien.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu, klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius seperti
asma, dan penyakit menular lainnya, klien tidak pernah di rawat di rumah sakit.

3.1.4        Genogram

3.1.5 kebiasaan Sehari-hari.

A. Biologis

            1. Nutrisi

a.    Sebelum masuk rumah sakit

Sebelum masuk rumah sakit pola makan klien 3 x  sehari, makanan yang di sukai adalah nasi
goreng dan klien tidak mempunyai pantangan makanan.

b.    Sesudah masuk Rumah Sakit

Pola makan klien 3 x sehari, nafsu makan menurun,klien hanya makan ¾ dari satu
porsi  yang di sajikan

            2. Minum

a.   Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum 5-6 gelas perhari dengan jumlah 1500-2000
cc/hari, dengan jenis air putih, minuman yang disukai adalah teh manis.

b.  Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ± 1500
cc/hari, dengan jenis air putih.

            3. Tidur

a.    Sebelum masuk Rumah Sakit

klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk tidur
b.    Sesudah masuk Rumah Sakit

klien tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan
waktu tidur akibat nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat dan
mengubah posisi menyandar (semi fowler)

            4.  Eliminasi (BAK DAN BAB)

BAK

a.    Sebelum masuk ke Rumah Sakit

frekuensi BAK klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning
jernih tidak ada kelainan dan baunya khas.

b.    Sesudah masuk Rumah Sakit

frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 1200-1300     cc/hari, warna kuning
jernih tidak ada kelainan dan baunya khas.

BAB

a.    Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan warna
kuning  kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek dan tidak ada kelainan.

b.    Sesudah masuk ke RS, frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, warna kuning kecoklatan,
bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas

            5.  Aktivitas

Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan
perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki kirinya yang diamputasi.

            6. Personal Hygiene

a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit

     klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci  rambut 3 x/minggu, potong kuku
1x/minggu

b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari,
cuci    rambut 1x/minggu, potong kuku 1x/minggu

Klien tidak ada mengalami kesulitan dalam personal hygiene

7.     Rekreasi

Klien sering menonton TV dan  mendengarkan musik, klien jarang berolah raga karena klien
beranggapan bahwa pekerjaanya sudah menyerupai olah raga dan klien jika ada kesempatan
pergi ke tempat hiburan
B. Psikologis

-       Persepsi klien, klien percaya penyakitnya akan segera sembuh

-       Konsep Diri, Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang.

-       Emosi, kondisi emosi klen stabil, mampu mem

-       Adaptasi, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah sakit

-      Mekanisma Pertahan Diri, Klien berdoa kepada ALLAH SWT agar penyakit
yang  dideritanya cepat sembuh

C. Sosial

Hubungan klien dengan keluarga harmonis, setiap saat orang tua dan saudara kandungnya
menjaganya di rumah sakit, dalam kesehariannya. Dalam  klien memperhatikan pada saat
berbicara dengan lawan bicaranya (koheren). Dalam kesehariannya klien menggunakan
bahasa daerah (batak)

D. Spiritual

Selama sakit klien jarang beribadah, hal ini disebabkan keterbatasan gerak klien, dan klien
yakin bahwa dirinya akan segera sembuh.

3.1.6  Pemeriksaan Fisik

A. Tanda-Tanda Vital.

1. Keadaan Umum Klien          : Klien tampak lemah dan pucat

2. Kesadaran                            : Compos Mentis

3. Suhu Tubuh                         : 37 ºC

4. Tekanan Darah                    : 130/80 mmHg

5. Nadi/Denyut Jantung          : 82 x/i

6. Pernafasan                           : 22 x/i

                                                 (  √  ) Normal  (   ) Dangkal

7. Tinggi Badan/Berat Badan   : 163 cm/50 kg.

8. Penampilan                          :  Klien tampak lemas dan kurang rapi.


 Ciri-Ciri Tubuh                      :  Klien berbadan kurus tinggi

B. Pemeriksaan Head To Toe

1. Kepala

Kepala berbentuk bulat, ukurannya normal, posisinya Simetris dan kulit kepala beersih tidak
ada ketombe

2. Rambut

 Klien berambut lurus pendek, hitam dan rambut kurang tetata rapi

3. Mata/ Penglihatan

Posisi bola mata simetris, fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca dengan jarak 30 cm,
pupil normal, refleks cahaya baik dan klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

4.Hidung /Penciuman

 Bentuk dan posisi hidung simetris, Sekret tidak ada, fungsi penciuman bagus, dapat
membedakan bau obat dan  balsam , tidak terdapat perdarahan dan peradangan mukosa dan
klien tidak menggunakan alat Bantu penciuman

5. Telinga/Pendengaran

Bentuk dan posisi telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen atau cairan
apapun, tidak terdapat perdarahan dan peradangan pada telinga klien dan klien tidak
mengunakan alata bantu  pendengaran.

6. Mulut

Rongga mulut  bersih, bentuk bibir simetris, tidak ada bau, kebersihan gigi baik tidak terdapat
cries pada gigi klien, peradangan pada tonsil tidak ada, fungsi  pengecapan kurang baik,
mulut klien terasa pahit.

7. Leher

Bentuk leher simetris, tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening maupun tiroid,
tekanan vena jugularis 16 cm H2O

8. Neurosensori

No Nervus Nama saraf Keterangan

1. Nervus I Olfaktorius (+)Baik, Dapat Membedakan Bau


Dan Aroma

(+)baik, tidak ada kelainan


2. Nervus II Optikus
(+)Baik, Dapat Menggerakkan
3. Nervus III Okulomotorius Bola Mata

(+)Baik, dapat menggerakkan


kelopak mata
4. Nervus IV Troklearis

(+)Baik, dapat menggerakkan


5. Nervus V Trigeminus kelopak mata atas
    Nervus (+)Baik, dapat mengangkat rahang
oftalmikus atas, palatum

(+)Baik, dapat mengangkat rahang


    Nervus Maxilaris bawah dan lidah

(+)Baik, dalam menggoyangkan


    Nervus
sisi mata
Mandibularis
(+)Baik, dalam menggerakkan
lidah dan rongga mulut

(-)Kurang baik, dalam rangsangan


6. Nervus VI
Abdusen pendengaran 

(-)Rangsangan cita rasa kurang


7. Nervus VII baik, lidah, terasa pahit
Fasialis
(+)Baik, faring, laring, paru-paru
dan esofagus
8. Nervus VIII
Auditoris (+)Baik, dalam menggerakkan
leher
9. Nervus IX (+) Kurang Baik, dalam
Glasofarigeus
rangsangan atau rasa, lidah terasa
pahit
10. Nervus X
Vagus

11. Nervus XI
Asesorius

12. Nervus XII


Hipoglosus
9. Thorax dan fungsi pernafasan

 Bentuk thorax simetris, frekuensi 22x/I, bunyi nafas vesikuler, irama  teratur (regular), tidak
ditemukan adanya sputum

10.Jantung

Tidak adanya pembesaran jantung, tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, bunyi jantung
normal tidak ada bunyi jantung tambahan, Capila Refill 1 x/i

11. Abdomen

Turgor kulit baik, jika diambil elastis, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan limfe, peristaltik usus 20x/i

12.Reproduksi/alat kelamin

Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran/pembengkakan didaerah penis. Dan tidk terpasang
kateter.

13.Ekstremitas

Pada ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah kiri yang menyebabkan klien
kesakitan skala nyeri 5 sedang, dan disekitar luka terjadi odema.

3.1.7 Pemeriksaan Penunjang

A.        Diagnosa Medis : Above Knee Amputasi

B.         Pemeriksaan Laboratorium :

            Tanggal : 24 November 2010

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin 6,10 gr/dL 13-16 gr/dL

Eritrosit 2,40 /mm3 4,5-6,5 juta/mm3

Leukosit 3,00/mm3 4000-10000/mm3

Ht 18.60 % 37-47 %

tombosit 119 mg/dL £ 200

MCV 77.50 fL 82 – 92 fL

MCH 25,40 pg 27 – 31 pg
MCHC 32,80 g% 32 – 36 g/dl

Limfosit 17,70 % 20,0 – 40,0

Monosit 1,00 % 2,0 – 8,0

Eosinofil 0,30 % 1,0 – 3,0

basofil 0,000% 0,0 – 1,0%

3.1.9 Therapi

Tanggal : 24, 25 dan 26 November 2010

IVFD RL/ NaCl 0.9%/ dekstro 5% : 20 tts/i

Ceftriaxon : 1 gr / 12 jam

Gentamisin 80 mg/ 12 jam

Ketorolak 30 mg/12 jam

Ranitidin 50 mg/ 12 jam

Transfusi 2 bag/ hari selama 2 hari

 Diet MB

3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjek: Penekanan pembuluh Gangguan rasa


saraf nyaman nyeri
Klien mengatakan nyeri pada
kaki kiri (puntungnya)

Data objek:

Klien tampak meringis


kesakitan, lemas dan gelisah.
Skala nyeri 5(sedang)

TD;  130/80 mmHg, HR: 82


x/i, RR: 22 x/i

2 Data subjek: Terputusnya Gangguan


kontiniunitas jaringan mobilitas fisik
Klien mengatakan tidak dapat
berjalan dan kehilangan kaki
kirinya dan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-
hari

Data objek:

-  Terpasang infuse dengan


cairan NaCl 0.9%/20 tts/i

-  Ada perban elastis dikaki


kiri klien

-  Kaki kirinya sudah


diamputasi

-  Seluruh aktivitas klien di


bantu oleh keluarga dan
perawat (skala otot 2 pada
ekstremitas kanan bawah)

3 Data subjek: Salah interpretasi Kurang


informasi pengetahuan
Klien mengatakan kurang tentang kondisi
mengerti tentang penyakitnya prognosis dan
Data objek: kebutuhan
pengobatan
Klien tampak bingung, dan
sering bertanya tentang
penyakit yang dideritanya
3.3  Prioritas Diagnosa keperawatan

           

1.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai
dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang)

2.    Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai
dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah
kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan
perawat.

3.    Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti
tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang
penyakit yang dideritanya.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama   : Tn. F

Umur   : 15 tahun

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


1 Gangguan rasa nyaman Tujuan: -  Tinggikan dan -  meningkatkan aliran
nyeri ber hubungan dengan dukung balik vena, menurunkan
Penekanan pembuluh saraf -  Menyatakan nyeri ekstremitas yang edema dan menurunkan
di tandai dengan Klien hilang         Rasa nyaman nyeri terkena nyeri.
tampak meringis kesakitan, terpenuhi
lemas dan gelisah. Skala - Anjarkan pasien - membantu klien
Kriteria Hasil : tekhnik napas meringankan rasa sakit
nyeri 5 (sedang)
-  menunjukkan tindakan santai, dalam
-  mempengaruhi
mampu berpartisipasi dalam -  Evaluasi pilihan/pengawasan
aktivitas/tidur/istirahat dengan keluhan keefektifan intervensie
tepat nyeri/ketidak
nyamanan -  membantu
-  menunjukkan penggunaan menghilangkan ansietas,
keterampilan relaksasi dan -  Dorong klien klein dapat merasakan
aktivitas terapeutik sesuai untuk kebutuhan untuk
indikasi untuk situasi individual mendiskusikan menghilangkan
masalah dengan pengalaman kecelakaan
cedera
-  Diberikan untuk
-  Berikan obat menurunkan nyeri atau
sesuai dengan spasme otot
indikasi ;
antibiotic dan
analgesik non
narkotik

2 Gangguan mobilitas fisik Tujuan : -  Kaji derajat -  Klien mungkin


berhungan imobilitas yang di dibatasi oleh pandangan
dengan  kerusakan rangka -  hasilkan oleh diri/ persepsi diri
neuromuskular  ditandai Meningkatkan/mempertahankan cedera/ tentang keterbatasan
dengan  Seluruh aktivitas mobilitas pada tingkat paling pengobatan dan fisik aktual,
klien di bantu oleh keluarga tinggi yang mungkin perhatikan memerlukan informasi/
dan perawat Terpasang persepsi klien intervensi untuk
infus dengan cairan NaCl terhadap meningkatkan kemajuan
0.9%/20 tts/I, Kriteria : imobilitas kesehatan

-   Memepertahankan posisi -  Intruksikan


fungsional. klien untuk bantu
dalam rentang -  Meningkatkan aliran
-   Meningkatkan kekeuatan/ darah ke otot dan tulang
gerak klien aktif
fungsi yang sakit dan untuk meningkatkan
pada ekstremitas
mengkompensasi tonus otot,
yang sakit dan
yang tidak sakit memepertahankan gerak
-   Menunjukan teknik yang
sendi, mencegah
memampukan aktivitas
kontraktur/ atrofi dan
-  Bantu / dorong reabsorbsi kalsium
peran diri/ karena tidak di gunakan
kebersihan
(contoh :mandi, -  Meningkatkan
mencukur) kekuatan otot dan
sirkulasi, meningkatkan
kontrol klien dalam
situasi dan
-  Beri bantu meningkatkan kesehatan
dalam mobillitas diri langsung
dengan kursi
roda, kruk, -  Mobilisasi dini
tongkat, sesegera menurunkan komlikasi
mungkin tira baringa(flebitis)dan
meningkatkan
penyembuhan dan
-  Awasi TD nomalisasi fungsi organ
dengan -  Hipotensi posturak
melakukan adalah masalah umum
aktifitas menyertai tirah baring
lama dan dapat
memerlukan intervensi
khusus.

3 Kurang pengetahuan Tujuan : -  Beri penguatan -  Banyak amputasi


tentang kondisi prognosis metode mobilitas memerlukan pergantian
dan pengobatan -  Menyatakan pemahaman dan ambulasi perban selama proses
berhubungan dengan salah kondisi, dan pengobatan. sesuai intruksi penyembuhan
interpretasi informasi Kriteria : dengan terapi
ditandai dengan klien fisik bila
mengatakan kurang Melakukan dengan benar diindikasikan
mengerti tentang penyakit prosedur yang di lakukan dan
yang dideritanya, klien menjelaskan alasan tindakan. -  Buat daftar -  penyusunan aktivitas
tampak bingung dan sering aktivitas dimana sekitar kebutuhan dan
bertanya tentang penyakit klien dapat yang memerlukan
yang dideritanya. melakukan secara bantuan
mandiri dan yang
memerlukan
bantuan

-  Identifikasi
tersedianya
sumber pelayanan
di masyarakat
-  memeberi bantuan
untuk memudahkan
perawatan diri dan
mendukung
kemandirian

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddath, 2002, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, edisi 3, Jakarta: EGC

Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan.


Yakarta: EGC
Jakart Laksmana, 2005, Kamus Kedokteran, djambatan, Jakarta:EGC

Mansjoer Arief,2000. Kapita selekta kedokteran, jakarta: Media Aesculapius

Pearce, C Evelyn,2000. Anatomi Fisiologi untuk Para Medis, Jakarta: EGC

Priharjo, Roberto,2000.Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta: EGC

Syaifudin,2000. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta: EGC

Wikinson, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7

Anda mungkin juga menyukai