Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BOUGENVILLE


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Keperawatan 10

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Anastasia Peronika PO.62.20.1.16.120


Anshari PO.62.20.1.16.121
Apriliani PO.62.20.1.16.122
Bertha Silvia Juniasi PO.62.20.1.16.124
Christie PO.62.20.1.16.125
Christina PO.62.20.1.16.126
Desi Natalia PO.62.20.1.16.127
Desi Rinjani PO.62.20.1.16.128
Desty Natalia Damayanthi PO.62.20.1.16.129
Devy Diantie PO.62.20.1.16.130
Dewi Puspitasari PO.62.20.1.16.131
Diah Ayu Mulyani PO.62.20.1.16.132
Eka Setya Pratama R PO.62.20.1.16.133
Erna Wati PO.62.20.1.16.138
Farihatun Nisa PO.62.20.1.16.140

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN REGULER III
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut
mendorong perawat untuk menungkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) mulai dari ketenagaan/klien, penetapan MAKP
dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan klien ini
dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan tingkay kepuasan klien ini dapat
dimulai dengan upaya menggali kebutuhan klien demi tercapainya keberhasilan
asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam
tentang kebutuhan klien adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan
melaksanaan ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah
keperawatan klien melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan
keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klin dan seluruh tim keperawatan
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi
medik). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan
juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata.
Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan
dapat meningktkan kamampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis
dalam peningkatan perawatan secara profesional. Dalam pelaksanaan ronde
keperawatan juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja
sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang
terjadi pada klien (Nursalam, 2014).
Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Pelaksanaan kegiatan ronde
keperawatan ini dapat meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan di Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan, mampu menyelesaikan masalah
keperawatan yang dialamiklien.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistimatis dalampemecahan
masalah keperawatan klien
b. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
d. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalahkeperawatanklien
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.

C. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehinggamempercepat masa
penyembuhan.
b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepadapasien.
c. Memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bagi Perawat
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorperawat.
b. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.

3. Bagi Rumah Sakit


a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanankeperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ronde Keperawatan


1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan,
perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2014)

2. Tujuan Ronde Keperawatan

3. Manfaat Ronde Keperawatan


a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatanyang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar timkesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan modelasuhan keperawatan dengan tepat dan
benar

4. Kriteria Klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
b. Klien dengan kasus baru atau langka

5. Peran Masing-masing Anggota Tim


Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA) :
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

Perawat Konselor :
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasi konsep dan teori yang telah dipelajari

6. Metode
a. Diskusi
b. Bed Side Teaching

7. Alat Bantu
a. Sarana diskusi: alat tulis, handout (materi ronde keperawatan), laptop
b. Status / dokumentasi keperawatan pasien

8. Alur Ronde Keperawatan


Gambar 2.1 : Alur pelaksanaan ronde keperawatan (Nursalam, 2014)

Keterangan :
a. Pra ronde
1) Menentukan kasus dan topik
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literature
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan.
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan

c. Pasca ronde
1) Evaluasi pelaksanaan ronde
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi
keperawatan selanjutnya
3) Revisi dan perbaikan

9. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administrative (alat, informed consent dll)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya

2. Proses
a. Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir
b. Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam
kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan

3. Hasil
a. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien
lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri,
seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel
jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan.
kelainan ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa
membuat kulit seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada
kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian
dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).
SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin
akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang
kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari
penyakit ini bisa bermacam-macam, bersifat sementara, dan sulit untuk
didiagnosis. Karena itu angka yang pasti tentang jumlah orang yang
terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh. SLA menyeranga wanita kira –
kira delapan kali lebih sering dari pada pria. Penyakit ini sering kali
bherawal pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Di amerika ga
Serikat penyakit ini menyerang wanita berkulit hitam tiga kali lebih sering
dar pada wanita berkulit putih jika penyakit ini bermuncul pada uia diatas
60 tahun, biasanya akan lebih mudh untuk diatasi. (Sudoyo, 2009)
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus
yang etiologinya tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma,
polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom sjogren. Gangguan-gangguan
ini sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang tindih satu
dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis
menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi
dari suatu gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan
dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang paling sering ditemukan
adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk
waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE biasanya
dapat memberikan proknosis yang lebih baik. (Albar, 2003)

2. Etiologi
Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk
menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik,
kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan
peranan.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di
kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada
wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara
Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih
dalam kajian.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit
keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu
meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus
Erythematosus (SLE).
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara factor-faktor genetic,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduksi) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan
seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa
kimia atau obat-obatan. Pda SLE, peningkatan produksi autoantibody
diperkirakan terjadi akibat funsi sel T supresor yang abnormal sehingga
timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibody tambahan dan
siklus tersebut berulang kembali.

4. Pathway

faktor genetik Factor lingkungan faktor hormonal Obat-obatan


(sinar ultraviolet) (Hidration)

Keterlibatan gen
Hormon proklatin
Gangguan kulit
Obat
Gen membawa SLE terakumulasi
Merangsang dalam tubuh
pada keturunan
infeksi system imun
selanjutnya

Obat berikatan
Obat-obatan Pembentukan
dengan kompleks
Faktor pemicu tidak cocok kompleks imun
anti bodi
(mengikat
komplemen)
Stres berlebihan Aktivasi Imun kompleks
komplemen

Perubahan reaksi imun

(reaksi Hipersensitivitas dan


Autoimun)
Lupus Eritematosus Sistemik

Kulit akut artritis Efusi pleura kelelahann

Ruam kulit Sendi Pneumonitis lupus Meningkatnya


berbentuk interfalngeal beban kerja
kupu-kupu proksimal
Kompleks
imun pada Merangsang
Eritema dan alveolus system imun
Efusi sendi
purpura

Reaksi inflamasi pembekakan sesak Pembentukan


nyeri komples antibodi

nyeri nyeri
Gangguan
Anemia
mobilitas

MK : gg. MK : intoleransi
Integritas aktivitas
kulit Mk : gg rasa nyaman
(nyeri kronik)

5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorim
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan :
1) Hematologi
Ditemukan anemia, leukopenia, trombosittopenia
2) Kelainan Imunologis
Ditemuka sel LE, antibodi antinuklir, komplemen serum
menurun, anti DNA, faktor reumatitoid, krioglobulin, dan uji
lues yang positif semu.
b. Histopatologi
1) Umum :
Lesi yang dianggap karakteristik untuk SLE ialah badan
hematoksilin, lesi onion-skin pada pembuluh darah limpa dan
endokarditis verukosa Libman-Sacks.
2) Ginjal :
2 bentuk utama ialah glomerulus proliferatif difus dan nefritis
lupus membranosa
3) Kulit
Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukkan deposit igG
granular pada dermo-epidermal junction, baik pada lesi kulit
yang aktif (90%) maupun pada kulit yang tak terkena (70%).
Yang paling karakteristik untuk SLE ialah jika ditemukan pada
kulit yang tidak terkena dan terpanjan.

6. Manifestasi klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan
pada penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang
tidak diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena
itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita.
Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai
penyakit yang berat.
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas
gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit,
lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan
organ lainnya.
a. Sistem muskuloskeletal
1) Artralgia
2) Artritis (sinovitis)
3) Pembengkakan sendi,
4) Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan rasa kaku pada
pagi hari.
b. Sistem integument (kulit)
1) Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pangkal hidung serta pipi
2) Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
c. Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
d. Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
e. sistem vaskuler
1) Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
2) Eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan
berlanjut nekrosis.
f. Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
g. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup
seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lupus tidak mudah. Penyakit ini memiliki banyak
manifestasi dan setiap orang memiliki pola tersendiri yang berubah dari
waktu ke waktu, yang terkadang berlangsung cepat. Secara umum, pasien
dengan lupus berat, misalnya lupus ginjal atau sistem saraf pusat (SSP), dan
mereka yang menderita lebih dari satu jenis penyakit autoantibodi
cenderung memiliki gejala yang serius dan menetap. Pasien yang memiliki
gejala ringan dapat terus mengalami gejala ringan atau berkembangmenjadi
lebih serius. Sehingga penting untuk memperhatikan semua gejala baru
yang timbul sebagai manifestasi dari penyakit tersebut karena
penatalaksanaan lupus sangat berkaitan dengan gejala klinis dan organ
tubuh yang terkena.
1. Penilaian Aktivitas Penyakit
Penilaian klinis aktivitas penyakit sama pentingnya dengan hasil
tes laboratorium. Kelelahan, demam atau perubahan emosi dapat
menjadi indikasi aktifnya lupus, seperti juga munculnya ruam atau
nyeri sendi. Pemantauan aktifitas penyakit sangat diperlukan untuk
menentukan agresifitas penatalaksanaan lupus dan dosis obat yang
dibutuhkan. Hal ini dapat dimonitor dari banyaknya organ tubuh
pasien yang terkena dan tes laboratorium yang sesuai untuk memantau
aktifitas penyakit misalnya pemeriksaan tes fungsi ginjal,atau fungsi
paru, jumlah sel darah putih (leukosit), sel darah merah (hemoglobin)
atau bahkan laju endap darah (LED).
Berbagai indeks penilaian derajat penyakit telah dikembangkan
dan digunakan oleh para spesialis, namun aktivitas penyakit yang
terus berubah dan kerusakan jaringan yang terjadi menyulitkan untuk
membedakan pengaruh dari peradangan aktif atau akibat kerusakan
yang terbentuk. Sehingga pada prakteknya, lupus dibagi menjadi 3
tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat, sesuai dengan berat
ringannya gejala yang muncul.
2. Lupus Ringan
Manifestasi yang umum adalah nyeri sendi, ruam, sensitif terhadap
cahaya matahari, sariawan di mulut, Raynaud’s syndrome (perubahan
warna pada ujung jari akibat suhu dingin), rambut rontok, dan
kelelahan. Seringkali gejala tersebut cukup dikontrol oleh analgesik
dan mengurangi paparansinar matahari dengan menggunakan tabir
surya. Hidroksikloroquin umumnya digunakan dalam gejala ini.
Kelelahan merupakan gejala lain dari tingkatan ini yang terkadang
menjadi alasan digunakannya steroid dosis rendah, walaupun hasilnya
kadang tidak maksimal. Nyeri sendi atau ruam kulit dapat juga
menggunakan dosis tersebut. Dosis steroid yang tinggi harus dihindari
jika resiko efek samping yang timbul cenderung lebih besar dari
manfaatnya. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam membuat
keputusan pemberian steroid karena efek samping obat lebih umum
terjadi pada orang dengan lupus dibandingkan populasi lainnya. Pola
hidup sehat (makanan sehat dan olah raga ringan yang teratur) juga
sangat dianjurkan.
3. Lupus Sedang
Tingkatan ini meliputi pleuritis (radang selaput paru), perikarditis
(radang selaput jantung), ruam berat dan manifestasi darah seperti
trombositopenia atau leukopenia. Dalam kasus ini, terapi steroid
biasanya sudah dibutuhkan, namun dengan penggunaan dosis yang
cukup untuk mengendalikan penyakit dan kemudian menguranginya
menjadi dosis pemeliharaan serendah mungkin. Agak sulit untuk
menstandarisasi dosis, namun pada umumnya Pleuritis dapat dikontrol
dengan 20mg prednisolon per hari, kelainan darah membutuhkan
dosis 40mg atau lebih.
Hidroksikloroquin sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi
kadang obat imunosuppressan juga dibutuhkan seperti: Azathioprine,
dan Methotrexate. Siklosporin juga dapat digunakan khususnya dalam
pengobatan trombositopenia, tetapi karena kecendrungan
menyebabkan hipertensi dan merusak fungsi ginjal harus digunakan
secara hati-hati. Obat- obat immunosupresan ini membutuhkan waktu
1-3 bulan sampai efeknya muncul,sehingga dalam periode tersebut
steroid masih dibutuhkan dalam dosis yang cukup untuk mengontrol
penyakit. Jika pasien sudah dapat distabilkan dengan obat
imunosupresan, dosis steroid harus segera diturunkan ke dosis
terendah untuk pengendalian penyakit.
4. Lupus Berat
Ginjal, SSP, dan manifestasi kulit berat atau kelainan darah berat
termasuk ke dalam tingkatan ini. Steroid sangat dibutuhkan dalam
tahap ini dengan tambahan obat immunosupresan. Prednisolon atau
metal prednisolon intravena mungkin dibutuhkan untuk
mengendalikan penyakit ini. Azathioprin, methotrexate, atau
mychophenolate dapat digunakan sebagai imunosupresif dan dapat
mengurangi dosis steroid yang diperlukan. Pengobatan dapat dibagi
menjadi 2 fase yaitu: induksi awal dimana penyakit aktif dikendalikan,
dan fase pemeliharaan agar penyakit tetap terkontrol.
Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus berat meliputi
immunoglobulin intravena, plasma exchange dan antibodi monoclonal
(agen biologi). mengalami penurunaan penggunaannya dibandingkan
waktu yang lalu tapi banyak yang masih percaya bahwa pengobatan
tersebut sangat membantu pada lupus akut, penyakit berat, dan
sebagian lupus yang mengenai otak. Antibodi monoklonal, terutama
rituximab sangat menjanjikan dan cenderung memainkan bagian
penting dalam pengelolaan penyakit sedang dan berat.
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien Ny.
Waktu : 10.00 WIB
Hari/tanggal : Kamis, 11 April 2019

B. Tujuan Ronde Keperawatan


1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi

2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain dan
tim kesehatan yang lain
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intrevensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien

C. Pengorganisasian
Penanggung jawab :
Kepala ruangan :
Perawat Primer 1 :
Perawat Associate :
Perawat Konselor :

D. Materi
Diabetes Melitus
E. Metode
1. Diskusi
2. Bed side teaching

F. Media
1. Laptop
2. LCD
3. Status pasien
4. Materi yang disampaikan secara lisan

G. Mekanisme Kegiatan
No Tahap Waktu Penanggung Jawab Tempat
1 Pra Ronde: 11 April
1) Menentukan kasus & topik 2018 Kepala Ruangan Ruang
2) Menentukan Tim ronde Kepala Ruangan Pertemuan
3) Informed Consent PP
4) Membuat Pra planning PP
5) Diskusi PP
6) Mencari Sumber Literatur PP & Konselor
2 Ronde : 11 April
1) Salam pembukaan 2018 Kepala Ruangan Ruang
2) Memperkenalkan tim ronde Kepala Ruangan Pertemuan
dan menjelaskan tujuan
kegiatan ronde PP
3) Mempersilahkan PP1
menyampaikan kasusnya
menyampaikan identitas
klien, masalah keperawatan,
prioritas masalah yang perlu
didiskusikan, data
penunjang, intervensi yang PP, dokter, ahli gizi,
sudah dilakukan, evaluasi perawat konselor
keberhasilan dan dasar
pertimbangan dilakukan Kepala ruangan Bed
ronde. Pasien
4) Klarifikasi data
PP2
Validasi data Dokter
1) Memberi salam dan Ahli gizi
memperkenalkan tim ronde Perawat
kepada pasien dan keluarga Konselor Ruang
2) Validasi data yang telah Kepala Ruangan Pertemuan
disampaikan oleh PP Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
3) Diskusi multidisiplin
4) Pemberian justifikasi
tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
5) Menentukan tindakan pada
masalah prioritas
3 Post Ronde : 11 April
Evaluasi Pelaksanaan Ronde Karu, perawat Ruang
Dan rekomendasi intervensi konselor, Pertemuan
keperawatan pembimbing
Penutup supervisor

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pelaksanaan ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Bougenville
RSUD Doris Sylvanus
b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
c. Menyusun proposal
d. Menetapkan kasus
e. Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan ronde keperawatan

2. Evaluasi Proses
a. Kelancaran kegiatan
b. Peran serta perawat yang bertugas
c. Pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang
telah ditentukan

3. Evaluasi Hasil
a. Klien puas dengan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
b. Masalah klien dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Lampiran
SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No.KTP/SIM/lainnya :
Alamat :

Untuk : ( ) Diri sendiri ( ) Isteri ( ) Suami ( ) Anak ( ) Orang Tua ( )


Lainnya
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Ruangan :
Rekam Medis No. :

Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah :


Memberikan Persetujuan dan telah mendapatkan penjelasantentang
maksud dan tujuan dilakukannya Ronde Keperawatan.
Demikianlah persetujuan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Palangkaraya,

Perawat Yang Menerangkan Pasien

_________________ _________________

Saksi-saksi : Tanda Tangan


1. …………………………….. 1. ……………………
2. …………………………….. 2..………………........
Lampiran
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Ruangan :
Nomor Rekam Medis :
Diagnosa Medis :
Dokter yang Merawat :

II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN


1. ............................................................................................................
2. ............................................................................................................
3. ............................................................................................................
4. ............................................................................................................
5. ............................................................................................................

III. SARAN
No. Sumber Isi Saran

Palangkaraya, .............................2018

Kepala Ruangan Perawat Primer

_____________

Anda mungkin juga menyukai