Oleh :
14103084105015
Oleh :
ABSTRAK
Jumlah pasien gangguan jiwa sebanyak 75 orang pada tahun 2017di Wilayah kerja
Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung dengan jumlah pasien gangguan jiwa teran
pada tahun 2017 pasien gangguan jiwa berada pada posisi ketiga dengan jumlah pasien 75
orang di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung. Keluarga sangat berpengaruh terhadap
proses kesembuhan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, oleh karena
keluarga sering merasakan kecemasan dalam merawat anggota keluarganya yang
menderita gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Penelitan ini menggunakan metode corelatif
study. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage sampling melibatkan 48
responden, kemudian diolah menggunakan chi-square test. Hasil uji statistik diperoleh
nilai ρ value = 0,000 (ρ<0,01), maka ada hubungan pengetahuan dengan tingkat
kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hasil uji
statistik diperoleh nilai ρ value = 0,004 (ρ<0,01), maka ada hubungan sikap dengan
tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Kesimpulan dari penelitian ini adanya hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan
tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Disarankan bagi peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitiannya dengan variabel yang berbeda dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
ABSTRACT
The number of patients with mental disorders as many as 75 people in 2017 in the
working area of Health Center Sijunjung Regency Sijunjung with the number of patients
teraty mental disorder in 2017 patients mental disorder is in the third position with the
number of patients 75 people in the Working Area Health Center Sijunjung. Family is
very influential on the healing process of family members who have mental disorders,
because the family often feel anxiety in caring for family members who suffer from mental
disorders. This study aims to determine the relationship of knowledge and attitudes of
families with anxiety levels in caring for family members who have mental disorders. This
research uses corelatif study method. The sampling technique used is multistage sampling
involving 48 respondents, then processed using chi-square test. Statistical test results
obtained value ρ value = 0,000 (ρ<0,01), then there is a relationship of knowledge with
the level of anxiety in caring for family members who have mental disorders. Statistical
test results obtained value ρ value = 0.004 (ρ<0,01), then there is an attitude relationship
with the level of anxiety in caring for family members who have mental disorders. The
conclusion of this research is the correlation between knowledge and attitude family with
the level of anxiety in caring for members of the family experiencing a mental disorder in
the Working Are Sijunjung Health Center, Sijunjung Regency 2018. It is suggested for
subsequent researchers in doing research with different variables in caring for family
members who have mental disorders.
A. Identitas Diri
Agama : Islam
Anak ke : 1 ( Pertama )
C. Riwayat Pendidikan
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Perintis Padang tahun 2018 dengan judul proposal “Hubungan pengetahuan dan
Kabupaten Sijunjung.”
Selama penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang
penulisan proposal ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
Sumatera Barat.
2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana
4. Ibu Ns. Yuli Permata Sari, M.Kep selaku pembimbing II yang juga
5. Bapak dan ibu staf pengajar Prodi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis
Padang.
skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
Tiada satupun di alam semesta ini yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh
karena itu peneliti tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, karena skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 9
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Lahan Penelitian .................................................................. 10
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................. 10
1.4.3 Bagi Peneliti ................................................................................ 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Jiwa ...................................................................................................... 86
PENDAHULUAN
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
dalam kesehatan individu secara keseluruhan yang tidak hanya terbebas dari
gangguan jiwa saja tetapi lebih kepada kualitas untuk menjalani hidup yang
lebih bahagia (Efendi dan Makhfudli, 2009). Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri
Pemerintah dalam hal kesehatan jiwa telah menetapkan aturan dalam bentuk
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
(Melisa, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa dapat dikategorikan sebagai
modren dan industri yaitu gangguan jiwa, meskipun gangguan jiwa tersebut
adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak
mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan
jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan
(sulistyorini 2013).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
gangguan jiwa bertambah. Menurut data WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta
serta 47,5 juta terkena dimensia. Berdasarkan data dari World Health
Organisasi (WHO 2015), ada sekitar 478,5 juta orang didunia yang
Selatan (2,6%), posisi ketiga di Jawa Tengah dan Bali (masing-masing 2,3%),
2013 Provinsi Sumatra Barat berada pada posisi keenam dalam daftar tabel
48.322 kepala keluarga, ada 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan ada 12 pusat
banyak jumlah kunjungan gangguan jiwa pada tahun 2014. Jumlah kunjungan
Pariaman dan Solok tidak ada kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan
kesehatan pada tahun 2014 (Profil kesehatan 2014 Provinsi Sumatra Barat).
dengan pusat kota Muaro Sijunjung. Berdasarkan data yang dihimpun dari
2017. Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung berada pada posisi ketiga (75
orang) setelah Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Gadang (109 orang) yang
berada pada posisi pertama dan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Ampalu
(90 orang) berada pada posisi kedua dengan jumlah pasien gangguan jiwa di
yang ada di Kabupaten Sijunjung yaitu sebanyak 723 orang (Laporan bulanan
pengobatan pada penderita gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip dari
Stuart & Laraia, 2001). Ada beberapa masalah yang teridentifikasi yang
dan sikap keluarga dalam menjaga serta merawat penderita gangguan jiwa dan
2006).
yang salah satu anggota keluarganya berobat jalan di Poliklinik Rumah Sakit
keluarganya, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang
yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan
memberikan kasih sayang dan sikap positif yang diberikan kepada klien,
kepada klien untuk minum obat. Sikap yang baik dan perawatan yang baik
oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gannguan jiwa akan
berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup anggota keluarga yang
yang mengalami gangguan jiwa, untuk mengetahui sikap positif dan negatif
sikap positif terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan 3
2018.
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sebagai data dan hasil penelitian
yang dapat dijadikan dasar atau data yang mendukung untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Bagi Peneliti
ini yang menjadi populasi adalah semua keluarga yang memiliki anggota
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku
yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama, dan
gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik,
perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan
antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010).
yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau
Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
1) Keturunan
3) Temperamen
gangguan jiwa.
rendah diri.
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak
c. Faktor Psikologis
sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan
menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang
d. Faktor Sosio-Kultural
gangguan jiwa.
4) Multiple cause
(Stuart&Sundeen, 2008).
tanpa sebab, mengurung diri, tidak mengenali orang, bicara kacau, bicara
Harga diri rendah dalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
sendiri dan kemampuan diri sendiri. Tanda dan gejala dari harga diri
b. Isolasi sosial
orang lain. Tanda dan gejala dari isolasi sosial yang dapat ditemukan
atau ditolak oleh orang lain; pasien merasa tidak aman dengan orang
lain; pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu; pasien
c. Halusinasi
menakutkan.
seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang lain. Ini
dimensia.
4. Halusinasi Pengecapan : Merasa mengecap rasa seperti rasa seperti
urine.
tanpa bergerak.
d. Waham
kenyataan.
sesuai kenyataan .
perilaku kekerasan.
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah: muka merah dan
bunuh diri, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
(Keliat, 2012).
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
acakan, pakaian tidak kotor dan tidak rapi, pada pasien laki-laki
(Keliat, 2012)
Menurut Wahyu, (2012) dari anggota yang menderita gangguan jiwa bagi
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan
anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka
cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit
dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit
untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini
normal.
b. Stigma
sehari-hari.
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan
menakutkan, dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,
tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang
diluar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak
e. Duka
diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan
spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam suatu rumah tangga yang
mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta
tujuan umum. Ballon dan Maglay (1989) menyatakan keluarga adalah dua
dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yang
(Ali, 2010).
Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, 1986 (dalam Ali, 2010)
terdiri atas:
a. Keluarga inti (Nuclear Family). Terdiri dari orang tua dan anak yang
satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
padanya.
d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu
g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu
h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang
sebagai berikut:
b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
perawatan klien gangguan jiwa yang dapa dipandang dari berbagai segi :
a. Fungsi Afektif
diri positif.
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Ekonomi
masalah kesehatan.
Setiadi 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :
perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
c. Memberikan perawatan
cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua. Perawatan ini dapat
tidak terjadi.
d. Memodifikasi lingkungan
kesehatan.
a. Penolakan
cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit
dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit
untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini
normal.
b. Stigma
sehari-hari.
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan
menakutkan, dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat,
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit
diluar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak
e. Duka
potensi berubah.
diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan
spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi
anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan
1) Pemberian kekuasaan
2) Pendidikan keluarga
Keluarga dalam hal ini, adalah juga sebagai manusia yang juga
karena komentar yang berupa nasihat atau opini dari orang lain
Pada satu sisi, begitu kuatnya memori yang ada mengatakan pada
sehingga ketika perasaan itu muncul tidak ada pilihan lain kecuali
harus menghentikannya(Susana,2007)
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
mental anggota keluarga, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota
yang dihadapi keluarga akan dapat menimbulkan kecemasan dan hal ini
didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley
yakni:
sampai pada tingkat analisi adalah apabila orang tersebut telah dapat
hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulan
(a) Pendidikan
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan
lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil
(b) Persepsi
dan membawa aib bagi keluarga maka hal ini juga akan mempengaruhi
(c) Motivasi
(d) Pengalaman
sebagai berikut:
masa lalu.
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
regard to object”, dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan
gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum
Sikap itu bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan orang lain
dan kelihatannya sikap itu menuntun perilaku kita sehingga kita bertindak
sesuai dengan sikap yang kita ekspresikan (Abraham, 1997). Sikap yang
terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku
oleh para ahli, seperti Gerungan (1996), Abu Ahmadi (1999), Sarlito
yaitu:
d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada
a. Menerima (receiving)
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
c. Menghargai (valuing)
resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko
lainnya.
a. Fungsi instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan
sebaliknya.
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem
nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang
d. Fungsi pengetahuan
Dalam hal ini, sikap yang diambil tersebut individu tersebut akan dapat
a. Secara langsung
1. Langsung berstruktur
Cara ini menggunakan sikap dengan menggunakan pertanyaan-
diteliti.
Contoh:
ekstrem atas.
Charles E. Osgood.
1. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu
luar, serta menentukan apa yang akan diterima dan mana yang tidak.
yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan
minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan
2. Faktor ekternal
Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk
seperti: alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non
elektronik.
individu, yaitu:
a. Adopsi
b. Diferensiasi
c. Integrasi
d. Trauma
e. Generalisasi
keluarga, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat obyektif dan
1) Berduka (grief)
2) Marah (anger)
lagi.
gangguan jiwa itu sendiri semakin lama diderita justru semakin sulit
kesembuhannya, inilah yang menyebabkan keluarga merasa tidak
terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti
salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman
Burn (1998) mengemukakan, emosi atau rasa cemas yang kita rasakan
Skema 2.1
Proses terjadinya kecemasan
(adaptasi Blackburn dan Davidson, 1994)
Menurut Blackburn dan Davidson (1994), secara teoritis terjadinya
kecemasan diawali oleh individu dengan stimulus yang berupa situasi yang
untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif), sehingga respon yang akan
kecemasan.
a. Teori psikoanalitik
kecemasan subsekuen.
1. Kecemasan primer
2. Kecemasan subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis
b. Teori interpersonal
melalui konflik antara dua pilihan yang saling beralwanan dan individu
d. Teori keluarga
sifatnya heterogen.
e. Teori biologis
orang lain.
berikut:
a. Antisipasi
baik.
b. Kecemasan ringan
Pada tingkat ini dikatakan kecemasan normal. Pada tingkat ini individu
c. Kecemasan sedang
dengan memfokuskan.
d. Kecemasan berat
percaya pada orang lain. Tak mampu membuat kaitan yang masuk
akal, tidak sadar bahwa dirinya cemas dan tidak sabar, tidak nyaman.
2008).
e. Panik
2008).
Skema 2.2
Rentang Respon Kecemasan
2.5.7 Cara untuk Mengatasi Kecemasan
Menurut Ramaiah (2003) dalam buku Safaria, 2012 ada beberapa cara
kondisinya.
d. Tidur, yakni tidur yang cukup dengan tidur 6-8 jam pada malam hari
menjaga kesehatan.
salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan
tersinggung.
orang.
bingung.
sepanjang hari.
denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung
hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, merasa
tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4, dengan kategori sebagai
berikut:
skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut (Nursalam, 2013):
14 - 20 : kecemasan ringan
21 - 27 : kecemasan sedang
28 - 41 : kecemasan berat
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin
sebagai berikut :
pengetahuan
Pengetahuan
Tingkat Kecemasan
Sikap
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Devenisi Alat Cara Skala Hasil
No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Independen
1 Pengetahuan Hasil pengindraan Angket Kuesioner Ordinal Tinggi ≥ 9,83
manusia, atau hasil
tahu seseorang Rendah < 9,83
terhadap objek
melalui indra yang
dimiliki.
2 Sikap Respons tertutup Angket Kuesioner Ordinal Negatif ≥ 25,35
seseorang terhadap
stimulus atau objek Positif < 25,35
tertentu , yang sudah
melibatkan faktor
pendapat dan emosi
yang bersangkutan .
Dependen
1 Tingkat Respon individu Angket Kuesioner Ordinal Kecemasan ringan
Kecemasan terhadap suatu dengan skala (skor 14-20)
keadaan yang tidak HARS
menyenangkan dan Kecemasan sedang
dialami oleh semua (skor 21-27)
makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari.
3.3 Hipotesis
hipotesa yaitu hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternative (Ha). Secara
Dalam penelitian ini hipotesa yang akan dirancang oleh peneliti adalah:
2018.
2018.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat
cross sectional yaitu variabel sebab atau resiko (independent variable) dan
akibat atau kasus (dependent varible) yang terjadi pada objek penelitian
4.3.3 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti
Populasi dalam penelitian ini adalah 75 orang pasien gangguan jiwa ada di
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang
d ( N-1) + z.p.q
N = jumlah populasi
q = 1 – p (100% - p)
n= 75 (3,841) . 0,25
0,55 + (3,841) . 0,25
n = 72,018
1,51
n = 47,694
n = 48 responden
adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
(Notoatmodjo, 2012).
Kriteria sampel inklusi adalah:
4.3.3 Sampling
penelitian ini adalah berupa angket, yang digunakan pada 3 variabel yaitu:
kelima 3 responden.
sampai hari kesepuluh. Hari keenam peneliti dan perawat pergi membagi
Pembagian kuesioner dinagari Aie Angek mulai dari hari kesebelas sampai
hari keempat belas. Hari kesebelas peneliti dan perawat pergi membagikan
kuesioner dinagari Kandang Baru mulai dari hari kelima belas dan hari
keenam belas. Hari kelima belas peneliti pergi kerumah responden tanpa
Pembagian kuesioner dinagari Paru mulai dari hari ketujuh belas dan har
belas dan kedua puluh. Hari kesembilan belas peneliti dan perawat pergi
responden.
(Notoatmodjo, 2012)
b. Pengkodean (Coding)
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Penelitian ini untuk
Pada tahap ini peneliti memberikan nilai terhadap setiap jawaban yang
yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
Keterangan:
n = Jumlah responden
Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan
2012). Mean digunakan ketika data yang kita miliki memiliki sebaran
Rumus :
Mean =
Keterangan :
Me = Rata-rata (mean)
N = Jumlah individu
b. Analisa Bivariate
(ρ<0,01)
a. Self Determinant
diri.
b. Anonimity
c. Confidentiality
d. Informed Consent
dengan kondisi responden pada saat itu tanpa pengaruh ataupun paksaan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung
Kabupaten Sijunjung
Tahun 2018
Pengetahuan Frekuensi %
Tinggi 36 75,0
Rendah 12 25,0
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak
gangguan jiwa.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga
Yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Sijunjung Kabupaten Sijunjung
Tahun 2018
Sikap Frekuensi %
Positif 26 54,2
Negatif 22 45,8
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung
Kabupaten Sijunjung
Tahun 2018
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa lebih dari separuh yaitu sebanyak
batasan kemaknaan 0,01 sehingga jika p < 0,01 secara statistik disebut
bermakna dan jika P ≥ 0,01 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung
Kabupaten Sijunjung
Tahun 2018
maka p value < α 0,01 maka ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan tingkat kecemasan. Dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai OR
peluang 0,15 kali untuk memiliki tingkat kecemasan yang sedang dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dibandingkan
Tabel 5.5
Hubungan Sikap Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota
Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung
Kabupaten Sijunjung
Tahun 2018
kecemasan dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai OR = 6,600 artinya
keluarga yang memiliki sikap negatif mempunyai peluang 6,600 kali untuk
sikap positif.
5.2 Pembahasan
5.2.2 Univariat
5.2.1.1 Pengetahuan
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2016),
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lendra
gangguan jiwa.
5.2.1.2 Sikap
negatif , hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak keluarga yang memiliki
Penelitian ini diperkuat oleh teori Newcomb, salah seorang ahli psikologi
kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
obat. Sikap yang baik dan perawatan yang baik oleh keluarga terhadap
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012),
keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit
memiliki sikap positif pada anggota yang mengalami gangguan jiwa dan
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
(88%) memiliki sikap yang baik dan 6 responden (12%) memiliki sikap
jiwa.
Menurut asumsi peneliti bahwa sikap positif akan membantu seseorang
dalam menentukan arah dan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini
sikap positif dapat membuat seseorang itu dapat bertindak dan melalukan
hal dengan lebih baik. Sikap positif yang diberikan keluarga sangat
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sikap yang baik dan perawatan
gannguan jiwa akan berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup
gangguan jiwa.
Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994), memperkuat teori bahwa
kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyengkan (Davison & Neale,
keluarga yang sama sekali tidak mengetahui rencana apa yang harus
Terkadang masalah ini tidak dapat dihadapi dan semakin membuat konflik
lebih dominan.
dibandingkan dengan α = 0,01 maka p value < α 0,01 maka ada hubungan
tinggi. Berdasarka tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa 86,1% responden
didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Brown & Bradley
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2006)
ρvalue = 0,008 dibawah dari nilai α = 0,01. Penelitian ini juga sejalan
0,05.
yang baik tentang gangguan jiwa maka akan membuat keluarga tidak
antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan dari hasil uji statistic juga
Penelitian ini diperkuat dengan teori dari Newcomb, salah seorang ahli
identitas harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2010)
Menurut asumsi peneliti ada hubungan keterkaitan antara sikap keluarga dengan
tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
masyarakat memiliki keluarga yang gangguan jiwa merupakan suatu hal yang
buruk, sehingga keluarga merasa malu, merasa tidak dihargai, tidak lagi diterima
oleh masyarakat. Hal tersebut dilihat dari hasil penelitian yang peneliti lakukan
dengan membagikan kuesioner kepada keluarga dengan hasil lebih dari separoh
keluarga yang dijadikan responden memiliki sikap positif kepada anggota
keluarga rendah. Dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada keluarga
bahwa tidak ada keluarga yang menjawab mengalami kecemasan sangat berat dari
14 item pertanyaan yang ada dikuesioner. Hal tersebut dikarenakan karena sikap
yang baik dan positif yang diberikan kelurga kepada anggota kelurga yang
merasakan kecemasan.
BAB VI
PENUTUP
6.2 Kesimpulan
6.2 Saran
dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan bulanan pelayanan kesehatan jiwa tahun 2017. Data Dinas Kabupaten
Sijunjung.
Profil kesehatan 2014 Propinsi Sumatra Barat, Dinas Kesehatan Sumatra Barat,
diakses tanggal 19 Oktober 2017, dari <http://www.depkes.go.id>
Safaria, T. & Saputra, N. E., (2012) . Manajemen Emosi, Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Bumi Aksara:
Jakarta.
Kepada Yth:
Kabupaten Sijunjung
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Perintis Padang:
Nama : Ika Guswani Pratiwi
Nim : 14103084105015
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan sikap
keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung
Kabupaten Sijunjung tahun 2018”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara
sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed concent) dan melakukan tindakan
yang saya berikan.
Demikian atas kesediaan saudara sebagai responden saya ucapkan terimakasih.
Bukittinggi, Februari 2018
Peneliti
(INFORMED CONSENT)
( )
Lampira 3
KISI-KISI KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN
1. Initial (pasien) :
3. Tanggal Lahir : / /
5. Alamat :
8. Hubungan Keluarga :
Petunjuk pengisian:
Lingkari jawaban yang menurut anda benar!
2. Perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan,
b. Gangguan jiwa
d. Ketidakberdayaan
a. Kekecewaan
c. Hayalan
d. Imajinasi
a. Lingkungan politik
b. Lingkungan sekolah
c. Lingkungan sosial
d. Lingkungan kantor
dihubungkan dengan?
a. hubungan perkawinan
b. Hubungan bertetangga
b. Perubahan perilaku.
d. a dan b benar
ciri-ciri dari?
d. Tidak berkonsentrasi
gangguan dalam..
a. Suasana hati
c. Tidur
a. Muka merah dan tegang; pandangan tajam; bicara kasar; suara tinggi,
b. Diam dan tenang
b. Berhias diri
c. Minum
d. a dan b benar
a. Kulit berdaki
b. Rambut kotor,
14. Dibawah ini yang merupakan hal yang harus dilakukan keluarga, kecuali..
gangguan jiwa
b. Saling menerima, saling mendukung antara keluarga dengan anggota
gngguan jiwa
a. Politik
b. Sosial
c. Kesehatan
d. Ekonomi
III. Kuesioner Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang
Mengalami Gangguan Jiwa
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang dipilih !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu
No SS S RR TS STS
Pernyataan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Keluarga menerima anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
2 Keluarga memberikan perawatan yang baik
kepada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
3 Keluarga yakin anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa bisa sembuh jika
teratur minum obat
4 Keluarga selalu membawa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa ke pelayanan
kesehatan untuk berobat
5 Keluarga selalu mengingatkan angota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa untuk selalu
konsumsi obat secara teratur
6 Keluarga tidak melakukan pemasungan kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa saat mengamuk
7 Keluarga tidak mengasingkan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa
8 Keluarga tidak malu bahwa seseorang di
keluarganya mengalami gangguan jiwa dan
bukan merupakan suatu aib yang harus ditutupi
9 Keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
10 Anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa bisa melakukan pekerjaan seperti orang
normal
11 Keluarga tidak mempedulikan pandangan
negatif orang lain disekitar lingkungan rumah
IV. Kuesioner Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat Anggota
Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang dipilih !
Keterangan :
TA : Tidak ada B : Berat
R : Ringan SB : Sangat Berat
S : Sedang
Saat Ibu/ Bapak merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
apa yang Ibu/ Bapak rasakan?
TA R S B SB
No Pernyataan
(0) (1) (2) (3) (4)
1 Perasaan cemas
o Firasat buruk
o Mudah tersinggung
2 Ketegangan
o Merasa tegang
o Lesu
o Mudah terkejut
o Mudah menangis
o Gemetar
o Gelisah
3 Ketakutan
o Pada gelap
o Ditinggal sendiri
o Pada orang asing
4 Gangguan tidur
o Sukar memulai tidur
o Tidak pulas
o Mimpi buruk
5 Gangguan kecerdasan
o Daya ingat buruk
o Sukar berkonsentrasi
o Sering bingung
6 Perasaan depresi
o Kehilangan minat
o Sedih
o Kaku
o Kedutan otot
o Gigi gemeretak
8 Gejala sensorik
o Telinga berdengung
o Penglihatan kabur
o Merasa lemah
o Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler
o Denyut nadi cepat
o Berdebar-debar
o Nyeri dada
10 Gejala pernapasan
o Rasa tertekan didada
o Perasaan tercekik
11 Gejala gastrointestinal
o Sulit menelan
o Mual muntah
o Perut melilit
o Gangguan pencernaan
12 Gejala urogenital
o Sering kencing
13 Gejalavegetatif/autonom
o Mulut kering
o Muka kering
o Mudah berkeringat
o Pusing/sakit kepala
14 Ibu/bapak merasakan
o Gelisah
o Tidak tenag
o Muka merah