Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


“Stroke”

Dosen Pembimbing :
Mimi Amaludin, Ns., Kep

Disusun Oleh:
Nurhillah (821181009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah III tentang Kelainan pada Sistem
Saraf (Stroke).
Makalah Kelainan pada Sistem Saraf ( Stroke ) ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Medikal Bedah III tentang
Kelainan pada Sistem Saraf (Stroke) ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh.

Pontianak, 13 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................... 5
D. Metode Penulisan.................................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6


A. Definisi ....................................................................................................................8
B. Klasifikasi ...............................................................................................................8
C. Faktor Resiko ........................................................................................................13
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................ 14
E. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 14
F. Penatalaksanaan Medis ........................................................................................ 14
G. Komplikasi ........................................................................................................... 15
H. Asuhan Keperawatan .............................................................................................19

BAB III SAP....................................................................................................................... 31


BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 38
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 38
B . Saran ...................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Diperkirakan 7 juta
orang di atas usia 20 di Amerika Serikat pernah mengalami stroke, dengan 795.000
orang terkena setiap tahun.1 Dengan populasi yang menua, peningkatan lebih lanjut
dalam kejadian stroke dapat diperkirakan. Namun, stroke bisa terjadi pada semua usia.
Sekitar 28% stroke terjadi pada orang yang berusia di bawah 65 tahun (Lewis, dkk,
2014).
Stroke adalah penyebab kematian keempat paling umum di Amerika Serikat, setelah
kanker, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru. Lebih dari 275.000 kematian terjadi
setiap tahun akibat stroke. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk meninggal
akibat stroke karena lebih banyak wanita di atas usia 65.1 Stroke adalah penyebab utama
kecacatan jangka panjang yang serius. Dari mereka yang selamat dari stroke, 50% hingga
70% mandiri secara fungsional, dan 15% hingga 30% hidup dengan kecacatan permanen
(Lewis, dkk, 2014).
Stroke atau brain attack merupakan keadaan yang timbul karena terjadi akibat suplai
oksigen dan nutrien ke otak terganggu karena pembuluh darah tersumbat atau pecah.
Prevalesi stroke di dunia, setiap 2 detik 1 orang menderita stroke sehingga 16% populasi
dunia mengalami strok dalam hidupnya dan tiap 4 detik 1 orang meninggal karena
stroke. 90% kasus stroke dapat dicegah dengan tatalaksana faktor resiko dengan baik
(Mesiano, 2017).
Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic stroke) dan stroke
hemoragik (hemorrhagic stroke). Stroke iskemik sebagian besar merupakan komplikasi
dari penyakit vaskular, yang ditandai dengan gejala penurunan tekanan darah yang
mendadak, takikardia, pucat, dan pernafasan yang tidak teratur. Sementara stroke
hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial dengan gejala
peningkatan tekanan darah sistole >200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada
normotonik, bradikardia, wajah keunguan, siannosis, dan pernafasan mengorok
(Batticaca, 2008).
Peran perawat sangant penting dalam memberikan asuhan keperawatan individu
yang sesuai dengan diagnosis masalah sederhana sampai yang komplek. Sehubungan
dengan masalah diatas maka peran perawat yang digunakan yaitu memberikan asuhan

4
keperwatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan termasuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku kelompok lansia dalam menangani ganggaun mobilitas fisik
tersebut tidak teratasi dengan baik dan benar maka akan mengganggu aktivitas fisik klien
(Hidayah, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan Utama
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang penyakit Stroke, Asuhan Keperawatan
Stroke dan SAP (satuan acara penyuluhan) Stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Penyakit Stroke
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Stroke
c. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang SAP (satuan acara penyuluhan) &
Leaflet Stroke

C. Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang
meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, yaitu
hanya pada lingkup seputar kelainan sistem saraf (Stroke). Ruang lingkup yang dibahas
dalam makalah ini mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Konsep dasar penyakit Stroke
2. Untuk mengatahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Stroke
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang SAP & Leaflet Stroke

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan menggunakan studi
keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi online maupun edisi cetak, dan
artikel ilmiah yang bersumber dari internet.

E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini dipergunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

5
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus, Ruang
lingkup, Metode penulisan, serta Sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II Pembahasan
Bab ini berisi tentang Konsep Dasar Penyakit Stroke dan Asuhan Keperawatan Stroke
Teoritis.

BAB III PenKes


Bab ini berisi tentang Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Leaflet & Materi pendidikan
Stroke

BAB IV Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari aplikasi sistem pakar yang telah
dibuat serta untuk pengembangan yang lebih lanjut.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


Stroke
1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak akibat pasokan
darah ke suatu bagian otak sehingga peredaran ke otak terganggu. Kurangnya aliran
darah dan oksigen dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak sehingga
menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, dan penurunan
kesadaran [ CITATION Sud17 \l 1057 ].
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum. Istilah yang lebih lama dan masih digunakan
adalah serebrovascular accident (CVA) (Price & Lorraine, 2005 dalam Hidayah,
2019).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut
Hadak (1996) dalam Batticaca, 2008; stroke adalah defisit neurologis yang
mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat
Cardiovascular disease (CVD)[ CITATION Fra08 \l 1057 ].
2. Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai iskemik atau hemoragik berdasarkan penyebab dan
temuan patofisiologis [CITATION Sha16 \l 1057 ]
a. Stroke Iskemik (Strok Non Hemoragik)
Stroke iskemik terjadi akibat aliran darah yang tidak memadai ke otak dari
sumbatan sebagian atau keseluruhan arteri. Hampir 80% stroke bersifat iskemik.
Stroke iskemik dibagi lagi menjadi stroke trombotik dan emboli (Lewis, dkk,
2014).
1) Stroke Trombotik

7
Stroke trombotik terjadi akibat cedera pada dinding pembuluh darah dan
pembentukan bekuan darah. Lumen pembuluh darah menyempit dan, jika
tersumbat, terjadi infark. Trombosis berkembang dengan mudah di mana
plak aterosklerotik telah menyempitkan pembuluh darah. Stroke trombotik,
yang merupakan akibat dari trombosis atau penyempitan pembuluh darah,
adalah penyebab tersering dari stroke, terhitung sekitar 60% dari stroke. Dua
pertiga dari stroke trombotik berhubungan dengan hypertensi atau diabetes
mellitus, keduanya mempercepat aterosklerosis. Pada 30% sampai 50%
individu, stroke trombotik didahului oleh TIA (Lewis, 2014).
Luasnya stroke tergantung pada kecepatan onset, ukuran area yang
rusak, dan adanya sirkulasi kolateral. Kebanyakan pasien stroke iskemik
tidak mengalami penurunan tingkat kesadaran dalam 24 jam pertama, kecuali
karena stroke batang otak atau kondisi lain seperti kejang, peningkatan TIK,
atau perdarahan. Gejala stroke iskemik dapat berkembang dalam 72 jam
pertama seiring dengan peningkatan infark dan edema serebral (Lewis,
2014).
2) Stroke Embolik
Stroke emboli terjadi ketika embolus masuk dan menyumbat arteri
serebral, mengakibatkan infark dan edema pada area yang disuplai oleh
pembuluh yang terlibat Embolisme adalah penyebab tersering kedua dari
stroke, terhitung sekitar 24% dari stroke.Sebagian besar emboli berasal dari
lapisan endokard (dalam) jantung, dengan plak yang terlepas dari
endokardium dan memasuki sirkulasi. Emboli berjalan ke atas ke sirkulasi
otak dan bersarang di mana pembuluh menyempit atau bercabang (terbelah).
Kondisi jantung yang terkait dengan emboli termasuk fibrilasi atrium, infark
miokard, endokarditis infektif, penyakit jantung rematik, prostesis katup, dan
defek septum atrium. Penyebab emboli yang kurang umum termasuk udara
dan lemak dari patah tulang panjang (misalnya tulang paha) (Lewis, 2014).
Penderita stroke emboli umumnya memiliki gejala klinis parah yang
terjadi secara tiba-tiba. stroke emboli dapat mempengaruhi setiap kelompok
usia. Penyakit jantung rematik merupakan salah satu penyebab stroke emboli
pada dewasa muda hingga paruh baya. Emboli yang timbul dari plak
aterosklerotik lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua (Lewis,
2014).

8
Tanda-tanda peringatan lebih jarang terjadi pada emboli dibandingkan
dengan stroke trombotik. Stroke emboli sering terjadi dengan cepat,
memberikan sedikit waktu untuk menampungnya dengan mengembangkan
sirkulasi kolateral. Pasien biasanya tetap sadar, meskipun dia mungkin
mengalami sakit kepala. Prognosis berhubungan dengan jumlah jaringan otak
yang kehilangan suplai darahnya. Efek emboli awalnya ditandai dengan
defisit neurologis yang parah, yang dapat bersifat sementara jika gumpalan
pecah dan memungkinkan darah mengalir. Emboli yang lebih kecil kemudian
terus menghalangi pembuluh yang lebih kecil, yang pada gilirannya
melibatkan bagian otak yang lebih kecil dengan catatan defisit yang lebih
sedikit. Kekambuhan stroke emboli sering terjadi kecuali penyebab yang
mendasari ditangani secara agresif (Lewis, 2014).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin pendarahan
subrakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin,
2008).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh
darah arteri, vena, dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994) dalam (Muttaqin,
2008). Perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Penngkatan TIK
yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi dijumpai
di daerah putamen, talamus, pons, dan serebellum (Muttaqin, 2008).
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dan menyebabkan sekitar 10%
dari semua stroke. Prognosis pasien dengan perdarahan intraserebral buruk,

9
dengan angka kematian 30 hari pada 40% sampai 80%. Lima puluh persen
kematian terjadi dalam 48 jam pertama (Lewis, 2014).
Hipertensi adalah penyebab paling umum dari perdarahan intraserebral.
Penyebab lain termasuk malformasi vaskular, gangguan koagulasi, obat
antikoagulan dan trombolitik, trauma, tumor otak, dan pecahnya aneurisma.
Perdarahan biasanya terjadi selama periode aktivitas. Paling sering ada
gejala tiba-tiba, dengan perkembangan dari menit ke jam karena perdarahan
yang sedang berlangsung (Lewis, 2014).
Perdarahan di pons adalah yang paling serius karena fungsi dasar
kehidupan (mis., Respirasi) terpengaruh dengan cepat. Perdarahan pada
pons dapat ditandai dengan hemiplegia yang menyebabkan kelumpuhan
total, koma, postur tubuh yang tidak normal, pupil tetap (ukurannya kecil),
hipertermia, dan kematian (Lewis, 2014).
2) Stroke Subrakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willis dan
cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkin otak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang subrakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri dan vasopasme pembuluh darah serebri
yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya)
(Muttaqin, 2008).
Mayoritas aneurisma berada di lingkaran Willis. Penyebab lain SAH
termasuk trauma dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (kokain).
Sekitar 40% orang yang mengalami stroke hemoragik akibat pecahnya
aneurisma meninggal selama episode pertama. Lima belas persen meninggal
akibat perdarahan berikutnya. Insidensi meningkat seiring bertambahnya
usia dan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria (Lewis, 2014).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dpat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan O2 sehingga jika ada kekurangan
atau kerusakan aliran darah otak walau sebentar akan menyababkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai baha
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan

10
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai
70% akan terjadi gejala disfungsi (Muttaqin, 2008).

3. Faktor Resiko
Faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah sebagai berikut:
a. Keturunan
Para ahli kesehatan meyakini terdapat hubungan antar resiko stroke dengan
faktor keturunan, walaupun secara tidak langsung, risiko stroke meningkat pada
seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayatle keluarga
stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi. Hal ini lmendukung
hipotesa bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke
adalah akibat diturunkannya faktor resiko stroke.
b. Jenis kelamin
Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki-laki lebih berisiko terkena
stroke tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita. Namun, menurut laporan
American Heart Association Subcommittee (2007) menyebutkan bahwa
kematian akibat stroke banyak dijumpai pada wanita dari pada laki-laki.
c. Umur
Mayoritas stroke menyerang semua orang berusia diatas 50 tahun. Namun,
dengan pola makan dan jenis makanan yang ada sekarang ini tidak menutup
kemungkinan stroke bisa menyerang mereka yang berusia muda (Amira, 2020).
Faktor resiko ada yang bisa diubah, berikut ini resiko penyebab stroke yang dapat
diubah:
a. Merokok
b. Minum alkohol
c. Kadar kolestrol darah yang tinggi
d. Tubuh kurang bergerak
e. Makan makanan tinggi garam dan lemak
f. Makan makanan tinggi
g. stress
Yang perlu diperhatikan untuk mencegah serangan stroke adalah menghindari
resiko penyebab stroke di atas (Dharma, 2018).

11
4. Patofisologi
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan otak iskemik. Iskemik yang terjadi di dalam wakru yang kurang dari
10-15 menit dapat menyebakan defisit sementara dan bukan defisit permanen.
Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan mati
permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Baticaca, 2008).
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang
terkema. Otak darah yang terkena akan menggambarkam pembuluh darah otak yang
terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri
serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal permanen tidak dapat
diketahui jika klien pertama kali mengalami otak iskemik total yang dapat teratasi
(Baticaca, 2008).
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli,
maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan
oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti
kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih
lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron neuron. Area yang mengalami
nekrosis disebut infark (Baticaca, 2008).
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme
sel neuron, di mana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga
kebutuhan metabolisme tergantung dari glukona dan oksigen yang terdapat pada
arteri-arteri yang ada di otak(Baticaca, 2008).
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau
ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan terjadinyaaya penebalan
dan degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya ateri serkral
sehingga perdarahan penyakit dengan cepat dan mengubah perubahan lokal serta
iritasi pada pembuluh darah orak. Perdarahan biasanya berhenti karena
pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan tekanan jaringan. Setelah 3 mingga,
darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan risiko serius yang terjadi
sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama (Baticaca, 2008).
Ruptur ulangan menunjukkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu,
menimbulkan iskemik fokal, dan infark jaringan otak. Hal-hal yang dapat
menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran, peningkatan tekanan cairan

12
serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang
serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak
(Baticaca, 2008).
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan
tekanan intrakranial yang mengancam jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan
intrakranial yang tidak mengobati herniasi unkus atau serebellum. Di samping itu,
terjadi bradikandia, hipertensi iskemik, dan gangguan pernapasan (Baticaca, 2008).
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa. darah
dapat mengiritasi pembulah darah, meningen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang
dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunya perfusi serebral.
Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah
kejadian perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme
merupakan kompikasi yang mengakibatkan penurunan fokal neurologis, iskeimik
otak, dan infark (Baticaca, 2008).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
a. Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa;
1) Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodmoral yang terjadi pada
saat istiharat atau bangun pagi,
2) Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
3) Terjadi terutama pada usia >50tahun
4) Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya (Baticaca, 2008).
b. Gejala klinis pada stroke iskemik/akut/ non hemoragik
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
2) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik)
3) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor,
atau koma).
4) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
5) Disartria (bicara pelo atau cadel)
6) Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran).
7) Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala) (Baticaca, 2008)
6. Pemeriksaan Diagnostik

13
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis
klien stroke meliputi:
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subrakhnoid atau peredaran pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanta proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
d. Magnetic imaging resonance (MRI)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat hemoragik
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
(Muttaqin, 2008).
7. Penatalaksanaan medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
1) Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan pengisapan
lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan traekostomi, membantu pernapasan;

14
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin.
posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan – latihan gerak pasif
(Muttaqin, 2008).
8. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2006) dalam Murti, Setya (2014, hal.8),
meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera,
embolisme.
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Luasnya area cidera
d. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subyektif dan obyektif yang harus diperoleh dari pasien dengan leukemia
disajikan [ CITATION Sha14 \l 1057 ].
a. Data Subjektif
1) Informasi Kesehatan
- Riwayat kesehatan masa lalu: Hipertensi; stroke sebelumnya, TIA,
aneurisma, penyakit jantung (termasuk infark miokard baru), disritmia,
gagal jantung, penyakit katup, endokarditis infektif; hiperlipidemia,
polisitemia, diabetes, asam urat; cedera kepala sebelumnya, riwayat
keluarga hipertensi, diabetes, stroke, atau penyakit arteri koroner.
- Pengobatan: Kontrasepsi oral; penggunaan dan kepatuhan terhadap terapi
antihipertensi dan antikoagulan; zat ilegal dan penggunaan narkoba
(kokain).
2) Pola Kesehatan Fungsional
- Persepsi kesehatan - manajemen kesehatan: Riwayat stroke dalam keluarga
yang positif; penyalahgunaan alkohol, merokok, penyalahgunaan narkoba
15
- Nutrisi-metabolik: Anoreksia, mual, muntah; disfagia, indera perasa dan
penciuman yang berubah
- Eliminasi: Perubahan pola usus dan kandung kemih Aktivitas-latihan:
Kehilangan gerakan dan sensasi; sinkop; kelemahan di satu sisi; kelemahan
umum, mudah lelah
- Kognitif-perseptual: Mati rasa, kesemutan pada satu sisi tubuh; kehilangan
ingatan; perubahan dalam berbicara, bahasa, kemampuan memecahkan
masalah; rasa sakit; sakit kepala, mungkin mendadak dan parah
(perdarahan) gangguan penglihatan; penolakan penyakit
b. Data Objektif
1) Umum
Labilitas emosional, lesu, apatis atau mudah berperang, demam
2) Pernapasan
Hilangnya refleks batuk, sesak atau pernapasan tidak teratur, takipnea, ronki
(aspirasi), sumbatan saluran napas (lidah), apnea, batuk saat makan atau batuk
tertunda.
3) Hipertensi
Kardiovaskular, takikardia, bising karotis
4) Gastrointestinal
Kehilangan refleks muntah, inkontinensia usus, suara usus berkurang atau
tidak ada, konstipasi
5) Perkemihan
frekuensi, urgensi, inkontinensia
6) Neurologis
Motorik kontralateral dan defisit sensorik, termasuk kelemahan, paresis,
paralisis, anestesi; murid yang tidak sama, cengkeraman tangan; akinesia,
afasia (ekspresif, reseptif, global), disartria (bicara cadel), agnosias, apraxia,
defisit visual, gangguan persepsi atau spasial, perubahan tingkat kesadaran
(mengantuk hingga koma) dan tanda Babinski, ↓ diikuti oleh refleks tendon
dalam ↑ , flacciditas diikuti oleh spastisitas, amnesia, ataksia, perubahan
kepribadian, kaku kuduk, kejang
7) Temuan Diagnostik yang Mungkin

16
CT, CTA, MRI, MRA, atau scan neuroimaging positif lainnya yang
menunjukkan ukuran, lokasi, dan jenis lesi; ultrasonografi dan angiografi
Doppler positif menunjukkan stenosis

2. Diagnosa Keperawatan & Rencana Keperawatan


Diagnosis keperawatan untuk orang yang mengalami stroke mungkin termasuk,
tetapi tidak terbatas pada, yang disajikan dalam Rencana Asuhan Keperawatan
[ CITATION Sha14 \l 1057 ]:
a. Penurunan kapasitas adaptasi intrakranial
b. Risiko aspirasi
c. Mobilitas fisik yang terganggu
d. Komunikasi verbal terganggu
e. Pengabaian sepihak
f. Eliminasi urin terganggu
g. Gangguan menelan
h. Harga diri rendah situasional

Dx. Tujuan & P


N
Kepera Kriteria Intervensi (NIC) & Rasional r
o.
watan Hasil (NOC) f
1. Penuru Tujuan: Promosi Perfusi Otak
nan 1. Menunjuk a. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan
Kapasit kan tanda- parameter hemodinamik, dan pertahankan parameter
as tanda hemodinamik dalam kisaran ini.
adaptas perfusi b. Pantau status neurologis untuk mendeteksi perubahan
i serebral yang menunjukkan kondisi yang memburuk atau
intrakra yang stabil membaik.
nial atau c. Hitung dan pantau tekanan perfusi serebral (CPP)
membaik untuk mendeteksi perubahan kondisi.
KH: d. Pantau status pernapasan (misalnya, kecepatan, ritme,
a. Perfusi dan kedalaman pernapasan; tingkat PaO2, PaCO2,
Jaringan: pH, dan bikarbonat) karena PaCO2 yang tinggi dan
Otak
konsentrasi ion hidrogen yang tinggi (asidosis) adalah
- Tekana
n vasodilator kuat yang meningkatkan aliran darah
intrakra

17
nial otak.
_____ e. Pantau respons ICP dan neurologis pasien terhadap
- Tekana
aktivitas perawatan, karena perubahan posisi dan
n darah
sistolik gerakan dapat meningkatkan ICP.
_____ f. Pantau faktor penentu pengiriman oksigen jaringan
- Tekana
(misalnya, PaCO2, SaO2, kadar hemoglobin, dan
n darah
diastoli curah jantung) untuk memastikan oksigenasi serebral
k yang adekuat.
_____
g. Berikan dan titrasi obat vasoaktif, sesuai pesanan,
Skala
Penguku untuk mempertahankan parameter hemodinamik.
ran h. Hindari fleksi leher atau fleksi pinggul atau lutut
1= Parah yang ekstrem untuk menghindari obstruksi aliran
2=
Substans darah arteri dan vena.
ial
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
- Kegelis
ahan
_____
- Penuru
nan
tingkat
kesadar
an
_____
- Ganggu
an
kognisi
_____
- Ganggu
an
refleks
neurolo
gis
_____
Skala

18
Penguku
ran
1 =
Parah
2 =
Substans
ial
3 =
Sedang
4 =
Ringan
5 =
Tidak
ada
2. Resiko Tujuan: Tindakan Pencegahan Aspirasi
aspirasi 1. Menunjuk 1. Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks
berhub kan muntah, dan kemampuan menelan untuk menentukan
ungan kemampua kemampuan pasien menelan makanan tanpa aspirasi.
dengan n menelan 2. Hindari cairan atau gunakan zat pengental untuk
penuru makanan memudahkan menelan.
nan oral tanpa 3. Beri makan dalam jumlah kecil sampai pasien tidak
tingkat aspirasi lagi berisiko untuk aspirasi.
kesadar 2. Menjaga 4. Tawarkan makanan atau cairan yang bisa dibentuk
an dan jalan menjadi bolus sebelum menelan.
penuru napas Manajemen Jalan Nafas
nan tetap 1. Lakukan auskultasi suara napas, catat area dengan
atau bersih penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya
tidak KH: suara adventif untuk mengidentifikasi obstruksi jalan
adanya - Status napas dan akumulasi sekret.
muntah Pernafasan 2. Keluarkan sekresi dengan mendorong batuk atau
dan : Patensi dengan menyedot untuk membersihkan jalan napas.
refleks Jalan 3. Dorong pernapasan dalam dan lambat; berputar; dan
menela Nafas batuk untuk meningkatkan klirens jalan napas tanpa
n  Kedala meningkatkan ICP.
man 4. Bantu dengan spirometer insentif untuk membuka
inspiras alveoli yang kolaps, meningkatkan pernapasan dalam,
i _____ dan mencegah atelektasis.

19
 Kemam 5. Pertahankan NPO pasien sampai evaluasi menelan
puan selesai untuk mencegah aspirasi.
untuk
membe
rsihkan
sekresi
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
 Suara
nafas
yang
sulit
_____
 Akumu
lasi
sputum
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah

20
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
3. Gangg Tujuan : Terapi Latihan: Kontrol Otot
uan 1.Menunjuk 1. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik, pekerjaan, dan
kan
mobilit rekreasional dalam mengembangkan dan
peningkatan
as fisik kekuatan melaksanakan program latihan untuk menentukan
yang otot dan sejauh mana masalah dan merencanakan intervensi
kemampuan
berhub yang sesuai.
untuk
ungan bergerak 2. Tentukan kesiapan pasien untuk terlibat dalam
dengan 2.Mengguna aktivitas atau protokol latihan untuk menilai tingkat
kan
ganggu partisipasi yang diharapkan.
peralatan
an adaptif untuk 3. Pasang bidai untuk mencapai stabilitas sendi
neurom meningkatka proksimal yang terkait dengan keterampilan motorik
uskuler n mobilitas halus untuk mencegah kontraktur.
KH:
dan - Mobilitas 4. Dorong pasien untuk mempraktikkan latihan secara
kogniti  Keseimb mandiri untuk meningkatkan rasa kontrol pasien.
f angan 5. Menerapkan instruksi yang diberikan kepada pasien
_____
tentang cara yang tepat untuk melakukan latihan
 Gerakan
otot untuk meminimalkan cedera dan memaksimalkan
_____ efektivitas.
 Gerakan 6. Berikan lingkungan yang tenang untuk pasien setelah
sendi
_____ periode latihan untuk memfasilitasi penyembuhan.
 Mentrans
fer
kinerja
____
 Berjalan
_____

21
Skala
Pengukura
n
1= Parah
2=
Substansia
l
3= Sedang
4= Ringan
5= Tidak
ada
4. Gangg Tujuan: Peningkatan Komunikasi: Defisit Ucapan
1. Mengguna
uan 1. Dengarkan dengan penuh perhatian untuk
kan
komuni Teknik menyampaikan pentingnya pikiran pasien dan untuk
Komunika
kasi mendorong lingkungan yang positif untuk belajar.
si Lisan
verbal Dan 2. Berikan penguatan dan pujian positif untuk
Tertulis
terkait membangun harga diri dan kepercayaan diri.
Yang
afasia Efektif 3. Gunakan kata-kata sederhana dan kalimat pendek
2. Menunjuk
yang untuk menghindari kesabaran yang berlebihan dengan
kan
dibukti Kesesuaia rangsangan verbal.
n
kan 4. Lakukan terapi wicara-bahasa preskriptif selama
Komunika
dengan si Verbal interaksi informal dengan pasien untuk memperkuat
Dan
penola terapi yang diresepkan.
Nonverbal
kan KH: 5. Berikan petunjuk dan pengingat verbal untuk
- Komunika
membantu pasien mengekspresikan diri.
si
 Penggu
naan
Bahasa
Lisan
_____
 Penggu
naan
Bahasa
Tertulis
_____
 Penggu
naan
Bahasa
Nonver
bal
_____

22
 Bertuka
r Pesan
Secara
Akurat
Dengan
Orang
Lain
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
5. Pengab Tujuan: Manajemen Pengabaian Sepihak
1.Merawat
aian 1. Pantau respons abnormal terhadap tiga jenis
kedua sisi
sepihak tubuh rangsangan: sensorik, visual, dan pendengaran untuk
dengan
terkait menentukan keberadaan dan derajat pengabaian
tepat
dengan 2.Mengguna sepihak (misalnya, ketidakmampuan untuk melihat
kan
visual objek di sisi yang terkena, meninggalkan makanan di
strategi
untuk piring yang sesuai dengan sisi yang terkena ,
meminima
kurangnya sensasi di sisi yang terkena).
lkan
pengabaia 2. Anjurkan pasien untuk memindai dari kiri ke kanan
n sepihak
untuk memvisualisasikan seluruh lingkungan.
KH:
- Perhatian 3. Posisikan tempat tidur di kamar sehingga individu
dari Sisi
mendekati dan merawat pasien pada sisi yang tidak
yang
Terkena terpengaruh.
Dampak
4. Tata ulang lingkungan untuk menggunakan bidang
 Menga
kui sisi visual kanan atau kiri; memposisikan barang-barang
yang pribadi, televisi, atau bahan bacaan dalam tampilan di
terpeng
aruh sisi yang tidak terpengaruh untuk mengkompensasi
sebagai defisit bidang visual.
bagian
integral 5. Sentuh bahu yang tidak terpengaruh saat memulai
dari diri

23
sendiri percakapan untuk menarik perhatian pasien.
_____
6. Secara bertahap pindahkan barang dan aktivitas
 Melind
ungi pribadi ke sisi yang terkena saat pasien menunjukkan
sisi kemampuan untuk mengkompensasi pengabaian.
yang
terpeng 7. Libatkan pengasuh dalam proses rehabilitasi untuk
aruh mendukung upaya pasien dan membantu perawatan
saat
memosi untuk mempromosikan reintegrasi dengan seluruh
sikan tubuh.
_____
 Melind
ungi
sisi
yang
terkena
saat
berjalan
_____
 Melaku
kan
aktivita
s
kehidup
an
sehari-
hari ke
sisi
yang
terkena
_____
 Mengat
ur
lingkun
gan
untuk
mengi
mbangi
defisit
fisik
atau
sensori
k _____
 Mengg
unakan
pemind
aian
visual
sebagai

24
strategi
kompen
sasi
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
6. Gangg Tujuan: Pelatihan Kebiasaan Berkemih
uan 1. Merasakan 1. Simpan catatan spesifikasi kontinensi selama 3 hari
buang dorongan untuk menetapkan pola berkemih dan merencanakan
air untuk intervensi yang sesuai.
kecil berkemih, 2. Tetapkan interval jadwal buang air awal (berdasarkan
berhub melepaska pola buang air kecil dan rutinitas biasa) untuk
ungan n pakaian memulai proses perbaikan fungsi kandung kemih dan
dengan untuk ke peningkatan tonus otot.
ganggu toilet, dan 3. Bantu pasien ke toilet dan minta buang air kecil pada
an mengguna interval yang ditentukan untuk membantu pasien
impuls kan toilet beradaptasi dengan jadwal toilet baru.
2. Menunjuk 4. Ajarkan pasien untuk secara sadar menahan kencing
kan sampai waktu toilet yang dijadwalkan untuk
kemampua meningkatkan tonus otot.
n buang 5. Diskusikan catatan harian kontinuitas dengan staf
air kecil untuk memberikan penguatan dan mendorong
saat kepatuhan dengan jadwal toilet.
keinginan 6. Berikan umpan balik positif atau penguatan positif
muncul kepada pasien ketika dia buang air pada waktu toilet
atau yang dijadwalkan, dan jangan berkomentar ketika
dengan pasien mengompol, untuk memperkuat perilaku yang
jadwal diinginkan.

25
yang
diatur
waktunya
KH:
- Urin
konsisten
 Menga
kui
keingin
an
untuk
membat
alkan
_____
 Mempe
rtahank
an pola
berkem
ih yang
dapat
dipredi
ksi
_____
 Menan
ggapi
dorong
an
secara
tepat
waktu
_____
 Memul
ai dan

26
menghe
ntikan
streami
ng
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada
7. Gangg Tujuan: Terapi Menelan
uan Menunjukka 1. Berkolaborasi dengan anggota lain dari tim perawatan
menela n cara kesehatan (misalnya, terapis okupasi, ahli patologi
n menelan wicara, ahli diet) untuk memberikan kesinambungan
terkait yang efektif dalam rencana rehabilitasi pasien.
dengan tanpa 2. Bantu pasien untuk duduk dalam posisi tegak
kelema tersedak, (sedekat mungkin 90 derajat) untuk makan / olah raga
han batuk, atau guna memberikan posisi yang optimal untuk
atau aspirasi mengunyah dan menelan tanpa melakukan aspirasi.
kelump KH: 3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala dalam
uhan - Status fleksi ke depan sebagai persiapan untuk menelan
otot Menelan ("chin tuck").
 Menjag
yang 4. Bantu pasien untuk mempertahankan posisi duduk
a
terkena makana selama 30 menit setelah selesai makan untuk
yang n di mencegah regurgitasi makanan.
mulut
dibukti 5. Beri tahu pasien atau pengasuh tentang tindakan

27
kan _____ darurat untuk tersedak untuk mencegah komplikasi di
dengan  Menan pengaturan rumah.
gani
air liur, 6. Periksa mulut apakah ada kantong makanan setelah
sekresi
kesulita oral makan untuk mencegah pengumpulan dan
n _____ pembusukan makanan dan / atau aspirasi.
 Kemam
menela 7. Memberikan perawatan mulut sesuai kebutuhan
puan
n, untuk untuk meningkatkan kenyamanan dan kesehatan
terseda membe mulut.
k rsihkan 8. Pantau berat badan untuk mengetahui kecukupan
rongga
mulut asupan gizi.
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada

Tersedak
_____
• Batuk
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan

28
5= Tidak
ada
8. Harga Tujuan: Peningkatan Harga Diri
diri 1. Mengeksp 1. Pantau pernyataan harga diri pasien untuk
rendah resikan menentukan efek stroke terhadap harga diri.
situasio perasaan 2. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
nal positif untuk memfasilitasi pasien pengakuan nilai intrinsik.
terkait tentang 3. Membantu dalam menetapkan tujuan yang realistis
dengan harga diri untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi.
aktual 2. Berpartisi 4. Hargai atau puji kemajuan pasien dalam mencapai
pasi dalam tujuan.
perawatan 5. Mendorong peningkatan tanggung jawab diri untuk
diri untuk meningkatkan rasa kepuasan, kemandirian, dan
bagian kendali, dan untuk mengurangi frustrasi.
tubuh 6. Pantau tingkat harga diri dari waktu ke waktu untuk
yang menentukan penyebab stres atau situasi yang memicu
terkena harga diri rendah dan untuk mengajarkan mekanisme
KH: koping.
- Harga diri
 Verbali
sasi
peneri
maan
diri
_____
 Pemeli
haraan
perawat
an dan
kebersi
han
_____
 Peneri
maan
pembat
asan
diri
_____
 Deskrip
si diri
_____

29
 Perasaa
n
tentang
harga
diri
_____
Skala
Pengukur
an
1= Parah
2=
Substansi
al
3=
Sedang
4=
Ringan
5= Tidak
ada

30
BAB III

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Stroke
Sasaran : Warga Siantan Tengah
Tanggal Pelaksanaan : 15 Oktober 2020
Waktu : 1 x 30 menit
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Aula Kantor Lurah Siantan Tengah

1. Tujuan Instruksional Umum


Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu warga
Siantan Tengah RT 02 s/d RT 05 mengetahui dan mengerti tentang Stroke.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, warga Siantan
Tengah RT 02 s/d RT 05, dapat menyebutkan:
a. Pengertian Stroke
b. Pembagian Stroke
c. Penyebab Stroke
d. Tanda dan gejala Stroke
e. Cara mencegah Stroke

3. Materi Pengajaran
1. Pengertian Stroke
2. Pembagian Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Cara mencegah Stroke

31
4. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Diskusi/ Tanya jawab

5. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
1. 5 Menit Pembukaan :
1. Memberi salam  Menjawab salam,
2. Menjelaskan tujuan mendengarkan dan
pendidikan kesehatan memperhatikan
3. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan
disampaikan
4. Menggali
pengetahuan/apresepsi warga
tentang Stroke
2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi pendididikan  Memperhatikan dan
kesehatan secara berurutan dan merespon
teratur.
Materi :  Memperhatikan dan
1. Pengertian Stroke menyimak materi
2. Pembagian Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Cara mencegah Stroke
Memberi kesempatan kepada klien
untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan klien  Menanyakan hal
dengan tepat dan mudah yang belum jelas
dimengerti  Mendengar dan
memperhatikan
3. 10 menit Penutup :
1. Menyimpulkan materi yang  Mendengar dan

32
telah disampaikan memperhatikan
2. Mengajukan pertanyan pada  Merespon
klien tentang materi yang pertanyaan
sedang disampaikan
3. Menutup pertemuan dan  Memperhatikan dan
mengucapkan salam penutup. menjawab salam

6. Media Pengajaran
a. LCD
b. Laptop (PPT)
c. Leaflet

7. Setting Tempat dan Waktu


a. Setting Tempat

Keterangan :
A B
A : Penyaji
C C
B : Pembawa Acara/ Moderator
C : Peserta
D
D : Observer

b. Waktu
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB
Lokasi : Aula Kantor Lurah Siantan Tengah

c. Evaluasi
Metode Evaluasi              : Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan               : Lisan (Langsung)
Jumlah Soal                      : 5 soal
1) Pengertian Stroke
2) Pembagian Stroke
3) Penyebab Stroke

33
4) Tanda dan gejala Stroke
5) Cara mencegah Stroke
Jenis soal : Menguraikan secara lisan

B. MATERI SAP (STROKE)


1. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak akibat pasokan darah
ke suatu bagian otak sehingga peredaran ke otak terganggu. Kurangnya aliran darah
dan oksigen dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak sehingga
menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, dan penurunan
kesadaran [ CITATION Sud17 \l 1057 ].
2. Klasifikasi
a. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan).
Serangan yang sering terjadi pada usia >50 tahun dan terjadi pada malam hingga
pagi hari.
1) Trombosis pada pembuluh darah
2) Emboli pada pembuluh darah otak
b. Stroke hemoragik (perdarahan).
Serangan yang sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul setelah
beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
1) Perdarahan Intraserebral
2) Pendarahan subrakhnoid
3. Tanda dan gejala
Berikut tanda dan gejala serangan stroke:
a. Wajah tidak simetris
b. Ekstremitas lemah atau tidak dapat digerakkan yang terjadi secara tiba-tiba
c. Sulit berbicara atau bicara pelo
d. Pusing yang berat, muntah, menurunnya kesadaran, pingsan, dan tiba-tiba jatuh.
4. Faktor resiko
Faktor resiko yang bisa di ubah
a. Merokok
b. Minum alkohol
c. Kadar kolestrol darah yang tinggi
d. Tubuh kurang bergerak

34
e. Makan makanan yang tinggi akan garam dan lemak
f. Makan makanan yang tinggi gula.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Keturunan
b. Usia
c. Jenis kelamin
5. Cara mencegah faktor resiko
- Kontrol teratur tekanan darah
- Berhenti merokok
- Menurunkan konsumsi gula dan garam
- Menghindari minum alkohol
- Rajin berolahraga
- Cegah obesitas
- Mencegah penyakit jantung
- Menerapkan pola makan dan hidup sehat

bagian otak
Stroke adalah MACA
sehingga M
gangguan
peredaran ke STROK
fungsi saraf E
otak
yang terjadi Stroke
terganggu. Iskemik
mendadak
Serang
akibat an
pasokan darah yang
sering
ke suatu STROKE
terjadi
padaNurhillah
KEPERAWATAN S1
35
STIKES YARSI PONTIANAK
usia >50 karena
tahun dan psikolog
terjadi pada is
malam (mental)
hingga pagi
hari.

Stroke
Hemoragi
k
Serangan
yang
sering
terjadi
pada usia
20-60
tahun dan
biasanya
timbul
setelah
beraktivita
s fisik
atau
36
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang bisa di ubah
- Merokok
- Minum alkohol
- Kadar kolestrol darah yang tinggi
- Tubuh kurang bergerak
- Makan makanan yang tinggi akan CARA MENCEGAH
garam dan lemak STROKE
- Makan makanan yang tinggi gula.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
- Kontrol teratur tekanan darah
- Keturunan
TANDA DAN GEJALA - Berhenti merokok
- Usia
- Jenis kelamin - Menurunkan konsumsi gula dan
Berikut tanda dan gejala serangan
stroke: garam
- Wajah tidak simetris - Menghindari alkohol
- Ekstremitas lemah atau tidak - Rajin berolahraga
dapat digerakkan yang terjadi
- Cegah obesitas
secara tiba-tiba
- Mencegah penyakit jantung
- Sulit berbicara atau bicara pelo
- Pusing yang berat, muntah, - Menerapkan pola makan dan
menurunnya kesadaran, pingsan, 37
hidup sehat
dan tiba-tiba jatuh.
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang terjadi mendadak akibat pasokan darah
ke suatu bagian otak sehingga peredaran ke otak terganggu. Kurangnya aliran darah dan
oksigen dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak sehingga menyebabkan
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, dan penurunan kesadaran [ CITATION
Sud17 \l 1057 ]. Tanda dan gejalanya yang sangat mempengaruhi yaitu Usia terutama
usia yang lebih dari 50 tahun dan yan berpengaruh juga akan terjadinya stroke ialah
faktor genetik/keturunan.

B. Saran
Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca dan
untuk mahasiswa/i semoga dapat memahami isi dari makalah tentang Stroke atau
kekurangan dalam SAP (Satuan Acara Penyuluha) nya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Selemba Medika.
Dharma, Klana Kusuma. 2018. Pemberdayaan Keluarga Untuk Mengoptimalkan
Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke. Yogyakarta : Deepublish.
Dewanto & Riyanto. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC.
Fransisca, B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Selemba Medika.
Johan, Rita & Esti Amira. 2020. Keperawatan Keluarga Askep Stroke. Sumatra Barat :
Pustaka Galeri Mandiri.

39

Anda mungkin juga menyukai