Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN. L DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


DI RUANGAN MERPATI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Disususn Oleh Kelompok 2:


Margaretha Juni Sara (891221065)
Normalia (891221035)
Sri Wahyuni (891221060)
Yuliana (891221058)
Zumardi Azzra (891221064)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI)
PONTIANAK
2022
Latar Belakang

- Penderita gangguan jiwa di dunia sekitar 20 juta jiwa termasuk skizofrenia (WHO, 2019). Secara global,
kontributor terbesar beban penyakit skizofrenia sebesar 14,4%. Kondisi untuk Asia Tenggara tidak
berbeda dengan kondisi global, sama-sama memiliki kontributor terhadap penyakit skizofrenia yaitu
13,5% (KemenKes, 2019, hal: 2).
- Hasil Riskesdas menunjukkan Skizofrenia sejak rentang usia (15-24 tahun), dengan prevalensi 6,2%.
Pola prevalensi Skizofrenia semakin meningkat seiring bertambahnya usia, tertingii pada umur 75+ tahun
sebesar 8,9%, 65-74 tahun sebesar 8,0% dan 55-64 tahun sebesar 6,5% (KemenKes, 2019, hal:3).
Tinjauan teori

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada


individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghidungan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Keliat & Akemat,2019, hal: 109).
Jenis halusinasi
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana
pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang,
biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu (Fresa, Rochmawati, & Arif, 2015).

Pengelihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran


geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau fese
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau demensia

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, atau feses

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang


jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati,
atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine

Kinesthetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak


Tanda dan Gejala
• Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien menurut Hafizudiin (2021) :
• Menyerangi atau tertawa yang tidak sesuai
• Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
• Gerakan mata cepat
• Menutup telinga
• Respon verbal lambat atau diam
• Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
• Terlihat bicara sendiri
• Menggerakkan bola mata dengan cepat
• Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
• Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
• Disorientasi (waktu, tempat, orang)
• Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
• Perubahan perilaku dan pola komunikasi
• Gelisah, ketakutan, ansietas
• Peka rangsang
• Melaporkan adanya halusinasi
Proses Terjadinya Masalah
Faktor Predisposisi
Menurut yusuf (2016: 122), menyebutkan ada beberapa faktor penyebab terjadinya halusinsasi antara lain :
Faktor perkembangan
Faktor sosial budaya
Faktor psikologis
Faktor biologis
Faktor genetik
 
Faktor Presipitasi (Pencetus)
Menurut yusuf (2016: 123),menyebutkan ada beberapa faktor penyebab terjadinya halusinsasi antara lain:
Stresor sosial budaya
Faktor biokimia
Faktor psikologis
Perilaku
Lanjutan

. 1. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan.

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi.

Isolasi sosial: menarik diri.


PEMBAHASAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Ruang Rawat : Melati Tanggal Dirawat : 16 September 2021
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. L (L) Tanggal Pengkajian : 25 Januari 2023
Umur : 32 Tahun RM No. : 009XX

ALASAN MASUK DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Klien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Jiwa


dengan keluhan mengamuk, marah, dan memukul  Gangguan Persepsi Sensori
orang tua, Pada saat dikaji klien mengatakan Pendengaran : Halusinasi
mendengar suara suara yang menyuruh klien untuk  Resiko Perilaku Kekerasan
memukul, marah dan menggigit bahkan sampai untuk  Koping individu tidak efektif
membunuh, Frekuesi Gangguan bisikan muncul selama  Regimen terapeutik
3-4 menit Jenis halusinasi yang dirasakan yaitu  Koping keluarga tidak efektif
halusinasi pendengaran Halusinasi dirasakan pada saat  Distress spiritual
malam hari menjelang tidur dan terkadang saat  Defisit pengetahuan
beraktifitas.
I. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan effect

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Cor problem

Isolasi sosial : Menarik diri causa

Koping individu tidak efektif Distress Spiritual

Regumen terapeutik infektif

Koping keluarga tidak efektif

Defisit pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
Resiko Perilaku Kekerasan
Koping individu tidak efektif
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN
KELOLAAN
A. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif : Gangguan Persepsi Sensori
- “Ada suara bisikan menyuruh untuk Halusinasi Pendengaran.
memukul orang lain sampai menyuruh
membunuh keluarga terdekat, suara
bisikan muncul pada malam hari
menjelang tidur.’’
Data objektif :
- Klien tampak gelisah
- Kontak mata kurang.
- Halusinasi terjadi dalam waktu 10-15
menit pada malam hari.
2 Data subjektif : Resiko Perilaku Kekerasan
- “Sering merasa kesal, marah dan
memiliki keinginan memukul orang
lain.”
Data objektif:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien berbicara nadaa tinggi.
- Klien tampak kontak mata tajam.
- Klien berbicara lantang
- Klien tampak meluapkan emosinya
terkadang memukul dinding sekuat
tenaga
3 Data subjektif: Koping Individu Tidak Efektif
- “Lebih senang menutupi masalahnya
dari keluarganya.”
- Klien mengatakan kurang percaya
pada orang lain.
- Klien tidak mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Data objektif
- Klien awalnya menolak untuk
melakukan perawatn di RSJ.
- Klien tidak mampu menyelesaikan
masalah.
- Klien tampak kurang bersemangat.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Gangguan Persepsi Sensori Setelah dilakukan intervensi keperawatan Strategi pelaksanaan 1 (SP 1)untuk klien
Halusinasi Pendengaran selama 4 kali pertemuan diharapkan 1. Membina hubungan saling percaya.
membaik (L.09083) 2. Membantu pasien mengenal
Dengan kriteria hasil : halusinasi.
1. Verbalisasi mendengar bisikan 3. Menjelaskan cara mengotrol
meningkat. halusinasi.
2. Verbalisasi melihat bayangan 4. Mengajarkan pasien mengotrol
meningkat. halusinasi dengan menghardik.
3. Verbalisasi merasakan seseuatu Strategi pelaksanan 2 (SP 2) untuk klien
melalui indra perabaan meningkat. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
4. Verbalisasi merasakan sesuatu indra harian klien.
penciuman meningkat. 2. Melatih klien mengendalikan
5. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui halusinasi dengan cara bercakap-
indra perabaan meningkat. cakap dengan orang lain.
6. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui 3. Mengajurkan pasien memasukan
indra pengecapan meningkat. dalam jadwal kegiatan harian.
7. Distorsi sensori meningkat. Strategi Pelaksana 3 (SP 3) untuk pasien
8. Perilaku halusinasi meningkat. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
9. Menarik diri meningkat. harian klien.
10. Melamun diri meningkat. 2. Melatih klien menngotrol halusinasi
11. Melamun menurun. dengan melaksanakan aktivitas
12. Curiga menurun terjadwal.
13. Mondar mandir menurun. 3. Menganjurkan klien memasukan
14. Respons seseuai stimulus membaik dalam jadwal kegiatan harian.
15. Konsentrasi membaik. Strategi Pelaksana 4 (SP 4) untuk pasien
16. Orientasi membaik. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2. Memberikan Pendidikan kesehtan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3. Mengajurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
Hari /
Tindakan Evaluasi (S O A P) Paraf
Tgl
Rabu, Strategi pelaksanaan 1 (SP S:
25 1)untuk klien - Ada suara bisikan menyuruh untuk
jan 1. Membina hubungan saling memukul orang lain sampai menyuruh
2023 percaya. membunuh keluarga terdekat, suara
(10.00) 2. Membantu pasien mengenal bisikan muncul pada malam hari
halusinasi. menjelang tidur.
3. Menjelaskan cara O:
mengotrol halusinasi. - Halusinasi terjadi dalam waktu 10-
4. Mengajarkan pasien 15 menit pada malam hari.
mengotrol halusinasi - Klien mampu melakukan cara
dengan menghardik. mengontrol halusinasi menghardik
dengan diarahkan
A:
Masalah gangguan presepsi
sensori: halusinasi belum terastasi
P :
- Melatih klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
- Mengajarkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
- Evaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
Kamis, Strategi pelaksanan 2 (SP 2) S :
26 untuk klien - “Semalam masih mendengar suara
jan 1. Melatih klien bisikan.”
2023 mengendalikan halusinasi - “Tadi pagi ngobrol dengan teman
(09.00) dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. halusinasi berkurang dengan
2. Mengajurkan pasien bercakap-cakap.
memasukan dalam jadwal O :
kegiatan harian - Klien tampak tenang
3. Mengevaluasi cara - Halusinasi terjadi dalam waktu 10-
mengontrol dengan 15 menit pada malam hari.
menghardik - Kontak mata kurang
- Klien mampu mengontrol
halusinasi bercakap-cakap dengan
diarahkan
- Klien mampu menghardik dengan
cara mandiri.
A:
masalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran belum teratasi
P :
intervensi dilanjutkan
Strategi Pelaksana 3 (SP 3) untuk pasien
- Melatih klien menngotrol halusinasi
dengan melaksanakan aktivitas
terjadwal.
- Evalusi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
- Evaluasi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
Jumat Strategi Pelaksana 3 (SP 3) S:
27 untuk pasien - “Masih mendengar suara bisikan tetapi
Jan 1. Melatih klien menngotrol sudah berkurang”.
2023 halusinasi dengan - “Saat suara bisikan muncul saja
(10.00) melakukan aktivitas mencoba dengan menghardik tetapi
terjadwal. masih ada bisikan.”
2. Evalusi ulang cara O:
mengontrol halusinasi - Kontak mata kurang
dengan menghardik - Klien mampu mengontrol halusinasi
3. Evaluasi ulang cara melakukan aktivitas terjadwal dengan
mengontrol halusinasi diarahkan
dengan bercakap-cakap. - Klien mampu mengontrol
halusinasi bercakap-cakap dengan
cara mandiri
- Klien mampu menghardik dengan
cara mandiri.
-
A: masalah gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Strategi Pelaksana 4 (SP 4) untuk pasien
- Evalusi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
- Evaluasi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Evaluasi ulang mengotrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal.
- Memberikan pendidikan kesehatan
Sabtu Strategi Pelaksana 4 (SP 4) untuk S:
28 pasien - “Semalam tidak bisa tidur karena
Jan 1. Mengevaluasi jadwal masih mendengar bisikan.”
2023 kegiatan harian klien. O:
(11.00) 2. Memberikan Pendidikan - Klien tampak tenang
kesehtan tentang - Kontak mata kurang
penggunaan obat secara - Klien mampu mengontrol halusinasi
teratur. dengan penggunaan obat secara teratur
3. Mengajurkan klien A: Masalah gangguan persepsi sensori:
memasukan dalam jadwal halusinasi teratasi.
kegiatan harian. P: Lanjutkan Intervensi sesuai perencanaan
- Evalusi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
- Evaluasi ulang cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
- Evaluasi ulang mengotrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas terjadwal.
- Memberikan pendidikan kesehatan
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA PASIEN KELOLAAN
Pengkajian
pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi pasien secara langsung. Tidak ditemukan hambatan
dalam mengumpulkan data pengkajian pasien. Pengkajian pada Tn L dengan gangguan harga diri rendah
yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 Januari 2023 di ruang Melati RS Jiwa Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis, kepada Tn L dengan metode anamnesa diperoleh
data subjektif dan data objektif yang sesuai dengan prioritas masalah yang dialami oleh Tn L yaitu halusinasi
didukung dengan data subjektif : Pada saat dikaji klien mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh
klien untuk memukul, marah dan menggigit bahkan sampai untuk membunuh, Frekuesi Gangguan bisikan
muncul selama 3-4 menit Jenis halusinasi yang dirasakan yaitu halusinasi pendengaran Halusinasi dirasakan
pada saat malam hari menjelang tidur dan terkadang saat beraktifitas.
. Data objektif :tanpak gelisah kontak mata kurang
Anlisa data

Dari hasil pengkajian didapatkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu gngguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran, resiko perilaku kekerasan, koping individu kurang efektif
berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatsi masalah, regimen
terapeutik, ketidakmampuan koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan
orang terdekat mengungkapkan perasaan, distress spiritual gangguan pada keyakinan, defisit
pengetahuan topik tertentu.
Intervensi
Intervensi keperawatan yang digunakan bersumber dari Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) DAN SDKI, SIKI, SLKI, Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari dengan
cara kelompok mengajak TN R berbincang-bincang selama 30 menit dikursi depan ruangan,
dengan membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
pasien.
intervensi

Intervensi keperawatan yang digunakan bersumber dari Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) DAN SDKI, SIKI, SLKI, Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari dengan
cara kelompok mengajak TN R berbincang-bincang selama 30 menit dikursi depan ruangan,
dengan membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
pasien.
Sedangkan tindakan keperawatan yang pertama dilakukan adalah membina hubungan saling
percaya dengan menerapkan komunkasi terapeutik untuk membantu klien mengenal
halusinasinya dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi, waktu halusinasi,
frekuensi halusinasi, kapan halusinasi muncul, situasi penyebab halusinasi muncul dan perasaan
klien saat halusinasi itu muncul. Tindakan selanjutnya adalah melatih klien untuk mengontrol
halusinasi dengan 4 cara yaiu : menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi
muncul, melakukan kegiatan yang terjadwal, dan minum obat secara teratur Pada saat pembuatan
rencana tindakan keperawatan pada Tn. R telah disesuaikan dengan data kondisi klien saat ini
sehingga rencana tindakan dibuat berdasarkan apa yang terjadi pada klien saat ini dan tindakan
yang diberikan juga tepat sasaran
implementasi
pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien
lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering dialihkan
dengan aktivitas fisik. Pada Tn. KL penulis mengajak Tn.L berkomunikasi dengan klien lain setiap kali Tn. H
tampak melamun. Selain itu juga mengajak klien untuk melakukan aktivitas fisik seperti merapikan tempat tidur
dan menyapu. Selama penulis melakukan implementasi klien tampak kooperatif mengikuti arahan dari penulis
sehingga penulis tidak kesulitan berkomunikasi dengan klien. Selain itu, klien juga tampak kooperatif mengikuti
arahan perawat ruangan karena perawat ruangan juga menerapkan komunikasi terapeutik pada klien sehingga
terjalin hubungan yang baik antara perawat dan klien. Kemudian penulis telah mengajarkan pada klien cara
mengontrol harusinasi pendengaran dengan empat cara yaitu menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan kegiatan terjadwal dan minum obat secara teratur.
Evaluasi
Pada kasus ini penulis menggunakan evaluasi proses atau formatif. Pada pertemuan pertama Tn.
L berhasil mengenal halusinasi yang dialaminya yakni halusinasi pendengaran dan berhasil
menyebutkan isi, frekuensi serta waktu terjadinya halusinasi, akan tetapi Tn. Lbelum berhasil
memperagakan secara mandiri cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik sehingga
klien belum mencapai tujuan rencana keperawatan yang telah dibuat dan penulis menganalisa
bahwa masalah belum teratasi maka pertemuan selanjutnya akan dilatih kembali SP 1 halusinasi
yaitu dengan cara menghardik.
Pada pertemuan kedua penulis mengevaluasi kegiatan yang telah diajarkan dan klien tampak
sudah mampu menyebutkan dan memperagakan SP 1 halusinasi dengan cara menghardik.
Sehingga penulis menganalisa bahwa masalah sudah teratasi dan dilanjutkan dengan SP 2 yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada pertemuan ketiga klien dapat melakukan tindakan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain, walaupun pada saat klien melakukan kegiatan itu
halusinasinya tidak timbul. Sehingga penulis menganalisa bahwa masalah teratasi karena klien
sudah mencapai tujuan tindakan yaitu melakukan bercakap- cakap dengan orang lain dan
tindakan dapat dilanjutkan dengan SP 3 halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Sehingga
penulis menganalisa bahwa masalah teratasi karena klien sudah mencapai tujuan tindakan yaitu
melakukan kegiatan terjadwal dan tindakan dapat dilanjutkan SP 4 halusinasi dengan minum obat
secara teratur.klien dapat menyebutkan nama-nama obat yang diminumnya beserta fungsi dari
obat tersebut dan klien tahu kapan jadwal ia harus minum obat. Sehingga penulis menganalisa
bahwa masalah teratasi karena klien sudah mencapai tujuan tindakan yaitu minum obat secara
teratur dan tindakan selanjutnya adalah mengoptimalkan cara mengontrol halusinasi yang telah
diajarkan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai