Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

DI SUSUN OLEH:

DHIA ISTIQOMAH

1814401012

TINGKAT 2 REGULER 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien
yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik
(Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Menurut  Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah,
urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa, adanya
resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang berulang,
individu korban kekerasan, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan Lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan
pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Stresor Presipitasi
Biologis merupakan salah satu stresor yang mungkin adalah gangguan dalam umpan balik
otak yang mengatur jumlah informasi yang dapat diperoleh dari waktu tertentu. Pengolahan
informasi normal terjadi dalam serangkaian aktivitas saraf yang telah ditetapkan. Rangsangan visual
dan pendengaran awal-awalnya diskrining dan disaring oleh talamus serta dikirim untuk diproses
oleh lobus frontal. Jika terlalu banyak informasi yang dikirim sekaligus, lobus frontal mengirim
informasi yang berlebihan pada ganglia basis. Penurunan fungsi lobus frontal mengganggu
kemampuan untuk melakukan umpan balik ini. Hasilnya adalah pengolahan informasi berlebihan
dan respons neurobiologis (Stuart, 2016).
Stresor biologis lain yang mungkin adalah mekanisme gating tidak normal. Gating adalah
proses listrik yang melibatkan elektrolit. Hal ini berhubungan dengan hambatan dan rangsangan
pada potensial aksi saraf serta umpan balik yang terjadi salam sistem saraf yang berhubungan
penyelesaian transmisi saraf (Stuart, 2016).
c. Penilaian terhadap stresor
Model diatesis stres menyampaikan bahwa gejala skizofrenia berkembang berdasarkan pada
hubungan antara jumlah stres yang dialami oleh seseorang dan ambang batas toleransi stres internal.
Model ini penting karena hal tersebut mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, dan sosial
budaya. Meskipun tidak ada penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa stres menyebabkan
skizofrenia, jelas bahwa skizofrenia adalah gangguan yang tidak hanya menyebabkan stres, tetapi
menjadi lebih buruk oleh stres (Van Os Et Al, 2010 dalam Stuart 2016).
d. Sumber koping
Proses penyesuaian setelah ganguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat berlangsung
mungkin selama 3-6 tahun (Moller & Zausniewsky, 2011 dalam Stuart 2016).
1) Disonansi kognitif: disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk
menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah kenyataan dari
ketidaknyataan setelah episode pertama, hal ini dapat memakan waktu 6-12 bulan.
2) Pencapaian wawasan : permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan
terhadap kenyataan yang dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6-18 bulan dan tergantung pada
keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
3) Kognitif yang konstan: kognitif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang normal
dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan
bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun.
4) Bergerak menuju prestasi kerja/ tujuan pendidikan: tahap ini termasuk kemampuan untuk secara
konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan
sebelum gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun.
e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pasien dengan halusinasi meliputi:
1) Regresi
Regresi beruhubungan dengan proses informasi dan upaya yang digunakan untuk
mengelola ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien
menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2) Proyeksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
3) Menarik diri
Pasien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
4) Pengingkaran
Mekanisme koping ini sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seseorang
menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan ansietas.
C. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Halusinasi Ds:
1. Klien mengatakan mendengar suara orang
bicara tanpa melihat orangnya.
2. Klien mengatakan melihat benda,orang,atau
sinar tanpa objeknya.
3. Klien mengatakan menghirup bau-bauan yang
tidak sedap,seperti bau badan padahal tidak.
4. Klien mengatakan merasakan pengecapan yang
tidak enak.
5. Klien mengatakan merasakan rabaan gerakan
badan
Do:
1. Bicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke satu arah
4. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasinya

D. Pohon Masalah
Menurut Damaiyanti (2012), adapun masalah keperawatan yang muncul dengan masalah utama
halusinasi yaitu resiko perilaku kekerasan sebagai akibat dari halusinasi, isolasi sosial dan harga diri
rendah sebagai penyebab halusinasi sebagaimana tergambar di pohon masalah pada gambar berikut:
Resiko perilaku kekerasan
(diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan verbal )

Gangguan persepsi sensori:


halusinasi

Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal).
F. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

No Perencanaan
Tgl Dx Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Diskusikan dengan klien tentang halusinasi yang dialami
Gangguan TUK 1 : 1. Klien menyatakan mengalami  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
sensori persepsi: Klien dapat mengenal halusinasi (halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap)
halusinasi halusinasinya dan  Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
(lihat/dengar/ latihan menghardik hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
penghidu/raba/ haluninasi mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa
kecap) menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal
yang sama.
2. Klien menyebutkan halusinasi  Katakan bahwa perawat akan membantu klien
yang dialami: 2. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang
o Isi adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien:
o Waktu  Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,

o Frekunsi siang, sore, malam atau sering dan kadang –

o Situasi dan kondisi yang kadang )


 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
menimbulkan halusinasi
3. klien menyatakan yang 3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
dialkukan saat halusinasi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan
muncul perasaannya.
 Marah
 Takut
 Sedih
 Senang
 Cemas
 Jengkel
4. klien menyampaikan apa yang
4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk
dilakukan untuk mengatasi
mengatasi perasaan tersebut.
perasaan tersebut
 Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
 Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
kerugian cara tersebut
5. klien menyampaikan dampak
5. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila
yang akan dialaminya bila klien
klien menikmati halusinasinya
menikmati halusinasinya
6. Klien mampu mengenal cara
6. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
baru untuk mengontrol halusinasi
bercakap-cakap, melakukan kegiatan
7. Klien mampu latihan cara
7. Latih cara mengontrol halusinasi dg menghardik:
menghardik
 Katakan pada diri sendiri bahwa “ini tidak nyata!,
saya tidak mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba
/kecap”
 Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan
menghardik, beri pujian
TUK 2 : 1. Klien mampu menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
Klien dapat mengotrol kemampuan mengahrdik 2. Latih cara mengontrol halusinasi dg obat, jelaskan:
dengan obat 2. klien mampu  jenis,
menyampaikan/praktekkan cara  guna,
obat  dosis,
 frekuensi,
3. klien mampu merencanakan/  cara,
jadwal minum obat  kontinuitas minum obat
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
TUK 3 : 1. Klien mampu menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan menghardik dan minum obat. Beri
Klien dapat mengotrol kemampuan mengahrdik dan pujian
dengan bercakap- minum obat 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
Cakap 2. klien mampu untuk mengontrol halusinasi:
menyampaikan/praktekkan cara  meminta orang lain untuk bercakap-cakap
bercakap-cakap  menyampaikan manfaat bercakap-
3. klien mampu merencanakan/ 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
jadwal bercakap-cakap menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
TUK 4 : 1. Klien mampu menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
Klien dapat mengotrol kemampuan mengahrdik, minum bercakap-cakap. Beri pujian
dengan melaukan obat dan bercakap-cakap
aktifitas terjadwal 2. klien mampu menyampaikan dan 2. Latih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan
praktekkan aktifitas yang dapat harian (mulai 2 kegiatan):
dilakukan  diskusikan dengan klien kegiatan yang dapat
3. klien mampu merencanakan/ dilakukan
jadwal aktifitas yang akan  anjurkan klien memilih dua untuk dilatih
dilakukan  latih dua cara yang dipilih
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan
harian
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
bercakap-cakap & kegiatan harian. Beri pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol
5. Klien mendapatkan 5.1. Keluarga menyampaikan 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien,
dukungan keluarga masalah dalam merawat pasien jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya
untuk mengontrol halusinasi (gunakan booklet)
halusinasi: keluarga  Jelaskan pengertian, tanda & gejala, penyebab dan
mengenal masalah proses terjadinya halusinasi
halusinasi dan  Tindakan yang telah dilakukan klien selama di
melatih klien rumah sakit dalam mengontrol halusinasi dan
menghardik kemajuan yang telah dialami oleh klien
halusinasi  Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol
5.2. Menjelaskan cara-cara halusinasi
membantu klien dalam 2. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu
mengontrol halusinasi dilakukan keluarga dalam mengontrol halusinasi :
 Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan 4 cara, yaitu:
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan akifitas
 Ingatkan klien waktu : menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan akifitas
 Bantu jika klien mengalami hambatan dalam
mengontrol halusinasi
5.3. Keluarga mempraktekan cara  Berikan pujian atas keberhasilan klien
menghardik 3. Latih cara merawat : menghardik dan anjurkan
membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
6. Klien mendapatkan 6.1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dukungan keluarga kemampuan dalam merawat/melatih pasien menghardik. Beri pujian
untuk mengontrol merawat/melatih pasien
halusinasi: keluarga membersihan diri 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
melatih minum obat 6.2. keluarga menyiapkan sarana  jenis,
berhias klien: sisir, bedak &  guna,
Lipstik (wanita), alat cukur (laki-  dosis,
laki),  frekuensi,
 cara,
 kontinuitas minum obat)
6.3. Menjelaskan cara-cara 3. Diskusikan dan latih keluarga cara
membantu klien dalam berhias memberikan/membimbing minum obat:
 contohkan cara mendampingi klien minum obat dan
minta keluarga mengulangi
 Ingatkan klien waktu minum obat.
 Bantu jika klien mengalami hambatan dalam minum
obat
 Berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4. Keluarga mempraktekan cara
4.Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
berhias pada klien
memberikan pujian
7. Klien mendapatkan 7.1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dukungan keluarga kemampuan dalam merawat/melatih pasien menghardik dan
untuk mengontrol merawat/melatih bercakap-cakap memberikan obat. Beri pujian
halusinasi: keluarga dan melakukan kegiatan
melatih bercakap- 7.2. Menjelaskan cara-cara
cakap dan membantu klien bercakap-cakap 2. Diskusikan Jelaskan cara bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinas:
 Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan cara
melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinas
 Ingatkan klien waktu cara bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan.
 Bantu jika klien mengalami hambatan dalam cara
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinas
 Berikan pujian atas keberhasilan klien
7.3. Keluarga mempraktekan cara 3. Latih dan sediakan waktu untuk bercakap-cakap
berhias pada klien terutama saat halusinasu, anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian
8. Klien mendapatkan 8.1. Keluarga menyampaikan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
dukungan keluarga kemampuan dalam pasien menghardik, memberikan obat, bercakap-cakap dan
untuk mengontrol merawat/melatih pasien melakukan kegiatan. Beri pujian
halusinasi: keluarga menghardik, memberikan obat,
melatih bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan
2. Latih cara mengontrol halusinasi : menghardik, minum
8.2. Keluarga mempraktekan cara
obat, bercakap-cakap dan melakukan aktifitas terjadwal
mengevalusi kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi
Keluarga mampu Keluarga dapat menyebutkan cara  Evaluasi kegiatan keluarga dalam menghardik, minum
merawat pasien secara mengontrol halusinasi klien obat, bercakap-cakap dan melakukan aktifitas
mandiri terjadwal. Beri pujian
 Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
 Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM
 Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
DAFTAR PUSTAKA
Struart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Struart, 1
Indonesia Edition, by Budi Anna Keliat and Jesika Pasaribu. Singapore : Elsevier

NANDA. (2011). Nursing Diagnoses: Definictions & Classification 2009-2011.


Philadelphia: NANDA International

Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta : FK-UI

Anda mungkin juga menyukai