Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

STASE KEPERAWATAN JIWA

NAMA : ENI ISNA UMAMI

NPM :18190100064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN

I . KASUS (MASALAH UTAMA)


Halusinasi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan
antara ransang yang timbul dari sumber internal seperti perasaan, pikiran, sensasi,
somatik dengan impulsif dan stimulus eksternal persepsi mengacu pada respons
reserptor sensori terhadap stimulus eksternal persepsi sehingga gangguan persepsi
dapat terjadi pada proses sensasi dari pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan atau pengecapan. Gangguan ini bersifat ringan, berat atau sementara, lama
(Harsir,Nudis 1987).
Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu obyek gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan) (Cook & Fonntare,1987)
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi pancaindra tanpa
adaanya rangsang dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaann dimana
terjadi pada saat individu itu penuh atau baik. Dengan kata lain klien berespons
terhadap rangsang yang tidak nyata dan hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
ditentukan oleh yang lain (Wilson,1983).
Jadi Halusinasi adalah keadaan dimana pancaindra tidak dapat membedakan
rangsangan interna dan eksterna yang menimbulkan respons yang tidak sesuai
dengan jumlah (interpretasi yang datang).
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Proses Prediposisi
Pada pasien dengan halusinasi (Stuart and Lumala,1998) adalah faktor
perkembangan yaitu jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungn
interpersonal yang terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Dan
faktor sosio kultural di masyarakat seperti kemiskinan, ketidakharmonisan sosial
budaya, hidup terisolasi dan stres yang menumpuk. Selanjutnya faktor biokimia yang
menyebabkan terjadinya pelepasan zat-zat halusinogen (bupatin dan simotil
transerase) yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam proses informasi dan
penurunan kemampuan menanggapi rangsangan.

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi menurutStuart and Sundeen,1998 adalah stressor
sosial dimana stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dari orang sangat penting atau diasingkan oleh
kelompok masyarakat.Faktor biokimia dimana karena klien kurang berinteraksi
dengan kelompok lain, suasana terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stres
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat halusigenik.
Kemudian masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi antara
lain adalah harga diri rendah dan isolasi sosial. Akibat kurangnya ketrampilan
berhubungan sosial, klien jadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi lebih
dominan dibandingkan dengan stimulus internal.
C. Rentang Respons
Rentang respons neurobiolgical

Adaptif Ilusi Maladaptif


- Pemikiran - Reaksi emosional - Kelainan pikiran
Logis berkembang/lebih - Halusinasi
- Emosi konsisten - Perilakunya - Ketidakmampuan
dengan pengalaman ganjil emosi
- Perilakunya - Menarik diri - Ketidakteraturan
Sesuai Isolasi sosial
- Hubungan sosial

D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen,1998,hal 33). Mekanisme
koping merupakan upaya langsung dalam mengatasi stres yang berorientasi pada
tugas yang meliputi upaya pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada.
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi adalah
regresi yaitu berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, klien jadi malas beraktifitas sehari-hari. Proyeksi yaitu
upaya untuk menyelesaikan kehancuran persepsi dan mencoba menjelaskan
gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggungjawab kepada orang lain atau suatu
benda. Denial adalah menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan
mengabaikan dan mengakui adanya kenyataan ini.

E. Fase –fase Halusinasi


Menurut Stuart and Laraia,1998, halusinasi dibagi menjadi 4 fase yaitu :
1. Fase pertama :
Individu mengalami stres, cemas, perasaan terpisah kecuali kesepian klien
mungkin melamun dan memfokuskan pada hal-hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stres. Hal ini menolong sementara integrasi
pemikirannya meningkat tetapi masih bisa mengontrol kesadaran dan
mengenal pikirannya.
2. Fase kedua :
Ketakutan meningkat dipengaruhi oleh pengalaman berada pada tingkat
pendengaran halusinasi pikiran internal menjadi menonjol. Halusiansi sensori
dapat berupa bisikan yang tidak jelas dan suara aneh tetapi klien takut bila
orang lain mendengar atau memperhatikannya, perasaan klien tidak efektif
untuk mengontrol dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan
pengalaman sehingga seolah-olah halusinasi datangnya dari tempat lain.
3. Fase ketiga :
Halusinasi semakin menonjol menguasai dan mengontrol klien menjadi lebih
terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya tersebut memberi
kemungkinan dan rasa aman sementara.
4. Fase keempat :
Klien merasa tidak berdaya dan terpaku untuk melepaskan dirinya dan kontrol
yang sebelumnya menyenangkan menjadi memerintah, memarahi,
mengancam dirinya, klien tidak behubungan dengan orang lain karena terlalu
sibuk dengan halusinasinya. Mungkin klien berada dalam dunia menakutkan.
Bila tidak dilakukan intervensi secepatnya proses tersebut bisa menjadi
kronik.
F. Klasifikasi jenis dan sifat masalah
Adapun jenis dan sifat halusinasi menurut Wilson & Kneils,1998 yaitu :
a. Halusinasi dengar (Auditarik dan Akustik) yaitu suara atau ucapan yang
didengar oleh klien tetapi tidak ada obyek realita, merupakan proyeksi
ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dirinya yang dihubungkan
dengan kekuatan ketakutan luar yang kadang-kadang suara tersebut memaki-
maki, menghina orang lain, menertawakan dan mengancam.
b. Halusinasi lihat (Visual) yaitu bayangan visual atau sensasi yang dialami oleh
klien tanpa adanya stimulus, klien mungkin melihat bayangan dari figure obyek
atau kejadian orang lain tidak melihat obyek tersebut.
c. Halusinasi kecap (Eustatorik) yaitu halusinasi rasa yang terjadi bersama-sama
dengan halusinasi bau, klien merasa mengecap sesuatu bau atau rasa di dalam
mulitnya. Halusinasi hirup atau bau (Olfaktori) yaitu klien mengalami atau
mengatakan mencium bau-bauan seperti bunga, kemenyan dan bau-bau lain yang
sebenarnay tidak ada sumbernya.
d. Halusinasi raba (Taktil) yaitu klien merasa ada seseorang yang memegang,
meraba, memukul klien. Halusinasi septik yaitu klien merasakan rabaan yang
merupakan rangsangan seksual.
Dari semua tipe halusinasi tersebut dapat terjadi sendiri atau secara
kombinasi halusinasi dapat menimbulkan perubahan yang jelas pada perubahan
lingkungan yang nyata, sehingga klien dapat sulit diajak bicara, komunikasi
mengenai diri dan lingkungannya serta mengukur efek yang terdapat pada klien
tersebut.

III . A. POHON MASALAH

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan Sensori
Gangguan PersepsiPersepsi:
SensoriHalusinasi
: Halusinasi

Isolasi Sosial
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
Data Subyektif
 Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga.
 Klien mengatakan sering melihat sesuatu
Data Obyektif
a. Klien tampak ketakutan
b. Klien tampak bicara sendiri
c. Klien tampak marah tanpa sebab
d. Klien kadang tertawa sendiri
e. Klien sering menyendiri
f. Klien tampak mondar-mandir

IV . DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi

V . RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Terlampir
Daftar Pustaka

Carpeneto – Lynda Juall 1998 Diagnosa Keperawatan, “ Jakarta : EGC

Kaliat, B. A. 2006. “ Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart and Sudeen. 1998 “ Buku Saku Keperawatan Jiwa “ Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai