Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN”S” DENGAN DIAGNOSA RESIKO

PERILAKU KEKERASAN (RPK) DI RUANG NAKULA RSJ GRHASIA


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH

ARIF MUNANDAR ( 170300515 )


DODI BARUISMA ASPANA ( 170300521 )
HENDI SUHADAQ ( 170300524 )
MOH. SAHLAN ( 170300532 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :

ARIF MUNANDAR ( 170300515 )


DODI BARUISMA ASPANA ( 170300521 )
HENDI SUHADAQ ( 170300524 )
MOH. SAHLAN ( 170300532 )

Telah diperiksa dan disetujui tanggal

Ci Institusi Ci/Preceptor

( ) ( )

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar belakang masalah.................................................................................................4
B. Tujuan ...........................................................................................................................5
C. Manfaat .........................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................7


A. Pengertian .....................................................................................................................7
B. Etiologi..........................................................................................................................7
C. Faktor prediposisi..........................................................................................................9
D. Faktor presipitasi...........................................................................................................9
E. Manifestasi klinis..........................................................................................................9
F. Proses terjadinya marah...............................................................................................11
G. Mekanismen koping.....................................................................................................11
H. Penatalaksanaan...........................................................................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................20


A. Identitas.......................................................................................................................20
B. Keluhan utama............................................................................................................20
C. Alasan masuk..............................................................................................................21
D. Status mental...............................................................................................................23
E. Analisa data................................................................................................................ 26
F. Nursing care planing...................................................................................................28
G. Implementasi dan evaluasi..........................................................................................29

BAB IV ANALISA JURNAL................................................................................................


A. Pembahasan jurnal................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................


A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau
marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku
kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian
terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini
perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain bisa diperkecil. (Yosep, 2007)

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan respon
kemarahan yang palin maladaftif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan
yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (Keliat, 2010) Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain model teori importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam
membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model
situasionisme, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan lingkungan rumah
sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan
secara manusiawi. Model selanjutnya yaitu model interaksi, model ini menguraikan
bagaimana proses interaksi yang terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon marah terhadap
adanya stress, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan.
Respon ini dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal.Secara internal dapat
berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa
perilaku destruktif 1 agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui 3 cara yaitu
secara verbal, menekan dan menantang. (Keliat, 2010)

World health organization (WHO) Global Campaign for Violence Prevention tahun
2003, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya karena
tindak kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusi antara 15 hingga
44 tahun. Sementara itu, jutan anak-anak di dunia dianiaya dan ditelantarkan oleh orangtua
mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak
kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000, dan anak berusia 0-4
tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak berusia 5-14 tahun yang mengalami
kematian. Terdapat 4-6% lansia mengalami penganiayaan di rumah. Defisir kapasitas
mental tau retardasi mental 34%, disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan
sebagainya 16,2%, sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Hamid, 2009) Menurut
Yosep, Keliat, dan Hamid, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar.

4
RSJ Grhasia merupakan salah satu rumah sakit khusus jiwa yang menggunakan
PPDGJ-III sebagai pedoman dalam penentuan kode diagnosis gangguan jiwa. PPDGJ-III
yang mengacu pada klasifikasi multiaksial yang terdiri dari lima aksis, setiap aksis
memiliki aturan dan ketentuan berbeda dalam pengisiannya. Kelengkapan dan ketepatan
dalam sistem multiaksial memudahkan dalam mengorganisasikan dan
mengkomunikasikan informasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas dari individu
yang menampilkan diagnosis yang sama. Dengan kata lain, walaupun banyak pasien
gangguan jiwa yang memiliki diagnosis sama namun tidak menutup kemungkinan setiap
pasien akan mendapatkan penanganan dan penatalaksanaan yang berbeda.
Peran keluarga terhadap proses penyembuhan pasien gangguan jiwa diantaranya
memberikan bantuan utama terhadap pasien gangguan jiwa, pengertian dan pemahaman
tentang berbagai manifestasi gejala-gejala sakit jiwa yang terjadi pada penderita,
membantu dalam aspek administrasi dan finansial yang harus dikeluarkan dalam selama
proses pengobatan penderita, untuk itu yang harus dilakukan keluarga adalah nilai
dukungan dan kesediaan menerima apa yang sedang dialami oleh anggota keluarganya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin memberikan
asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan pelayanan secara holistik
dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan melakukan asuhan
keperawatan dengan judul gangguan jiwa perilaku kekerasan di RSJ GRHSIA dan
mengidentifikasi sulitnya penanganan dari penderita gangguan jiwa dan tingginya angka
kejadian penderita gangguan jiwa yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Maka
dalam hal ini penulis menyajikan asuhan keperawatan dengan masalah utama gangguan
jiwa perilaku kekerasan

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum :
Mendapatkan gambaran, mengambil keputusan untuk menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
perilaku kekerasan.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa perilaku
kekerasan
e. Melaksanakan penilaian pada klien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan

5
D. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pemecahan masalah keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan jiwa perilaku
kekerasan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan yang diperlukan dan pelaksanaan
praktik pelayanan keperawatan pada keperawatan jiwa khususnya.
b. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan.
c. Bagi Penulis Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan
memperoleh pengalaman khususnya di bidang keperwatan jiwa.
d. Bagi Keluarga Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan
gangguan jiwa terutama pada anggota keluarga khususnya dengan klien yang
mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
1. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang pernah atau mempunyai riwayat
melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau
lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual dan verbal. (Anonim, RS
Grhasian2006)
2. Perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. (Yosep,
2007)
3. Perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang
dapat menciderai orang lain dan lingkungan akibat ketidak mampuan mengendalikan
marah secara konstuktif. (CMHN, 2006)
4. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 2008).
5. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan : bahwa resiko perilaku
kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk
destruktif dan masih terkontrol. (Keliat, 2006)

B. ETIOLOGI
Etiologi resiko perilaku kekerasan pada orang lain dan lingkangan menurut Keliat
(2005) yaitu :
1. Aspek biologi
Respons yang timbul karena kegiatan sistem saraf atonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, tikikardi, wajah merah, pupil melebar
dan frekuensipengeluaran urin meningkat.

7
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya jengkel, frustasi,
dendam ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapat melalui proses intelektual.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu, aspek tersebut
mempengaruhi hubungan individu dan lingkungan.

Sedangkan etiologi resiko perilaku kekerasan pada orang lain dan lingkungan
menurut Harnawati (2008) antara lain :
1. Psikologis (kejiwaan)
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan prustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2. Perilaku reinforcement (penguatan / dukungan)
Yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering meng-observasi kekerasan
dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menghadapi
perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif / agresif) dan control sosial yang
tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan akan menciptakan seolah-olah perilaku
diterima (permissive).
4. Bioneurobiologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan diotak turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.

8
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Teori biologik
1. Neorogik faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti siap neurotrans, mitter,
dendritaxon terminalis, mempunyai peran mefasilitasi atau menghambat rangsangan
dan pasan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif.
2. Genetic faktor, adanya factor gen yang diturunkan oleh orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif.
3. Cycardian rhytm (irama sirkadian tubuh), memegang peranan pada individu.
4. Biochemistry faktor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter diotak (epi-
nephrin, norepinephrin, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari
luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan dan di hantar melalui
neurotransmitter keotak langsung meresponsnya melalui serabut efferent.
5. Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organik, tumor otak, trauma otak penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh dalam berperilaku agresif dan tindak kekerasan.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dapat bersumber dari internal maupun eksternal, yang terdiri dari :
a. Faktor social budaya
Stress dan marah akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, persiapan
dengan orang yang penting.
b. Faktor biologis
Intensitas marah yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya resiko perilaku kekerasan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan resiko perilaku kekerasan pada
orang lain dan lingkungan antara lain (Harnawati, 2008) :
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang

9
F. RENTANG RESPON MARAH
Marah atau rasa setuju yang ditanyakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang
lainakan memberikan kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
Adapun rentang respons marah menurut Stuart (2007) adalah :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Mengamuk

1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri.

G. POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Koping Individu Tidak Efektif

10
H. PROSES TERJADINYA MARAH
Stress , cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
Respons terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :
1. Mengungkapkan secara verbal
2. Menekan
3. Menantang
Kemarahan diawali oleh adanya sressor berasal dari internal atau eksternal.Sressor
internal seperti penykit hormonal, dendam dan kesal.Sedangkan sressor eksternal bisa
berasal dari ledakan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu atau penggusuran,
bencana dan sebagaimana. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan
pada sistem individu (disruption dan loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana
seseorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan
tersebut (personal meaning).
I. MEKANISME KOPING
Menurut Stuart, (2007). Sumber koping individual harus dikaji dengan
pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku.
Mekanisme koping yaitu perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien
dari pengalaman yang menakutkan hubungan dengan respons mal adaptif meliputi :
1. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan resepsi.
3. Isolasi : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan menurut Maramis
(2007) dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :
1. Farmakoterapi
Klien tidak begitu terpengaruh menjadi lebih koopratif. Apabila sarangan baru
pertama kali maka gejala akan menghilang. Dosis dipertahankan 1 bulan lagi, bila
serangan lebih dari 1 kali obat diberi terus 1-2 bulan.

11
2. Psikotherapy
Psikotherapy yang dapat membantu klien adalah terapi suportif individu atau
kelompok serta bimbingan yang peraktis.Seharusnya ditantang atau dibantah secara
langsung.Perawat berusaha agar secara langsung atau berharap kliaen kembali ke
realita.
3. Terapi kelompok
Suatu terapi yang dilakukan atas sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan
diskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang therapist yang
membangkitkan motivasi bagi kemajuan kognitif dan efektif.

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Cara pengkajian berfokus pada 5 (lima) dimensi (Kliat, 2006) yaitu :
a. Fisik
Muka merah.Berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik.Nafas pendek, tekanan
darah meningkat, penyalah gunaan obat.
b. Emosional
Tidak ada kekuatan, rasa terganggu, tidak aman atau marah / jengkel atau
dendam.
c. Sosial
Menarik dari pengasingan, penolakan, kekerasan dan ejekan humor.

d. Spiritual
Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebajikan / kebenaran diri dan
kreativitas terhambat karena tidak dapat dipilih secara rasional.
e. Intelektual
Mendominasi, sakarme, berdebat dan meremehkan.
Data pengkajian lain yaitu :
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan orientasi realitas dipengaruhi oleh multi faktor baik internal
maupun eksternal yang terdiri dari :
a. Faktor perkembangan
Hambatan dalam perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stress dan marah yang dapat berakhir dengan resiko perilaku

12
kekerasan, pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
itelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor bermasyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau
kesepian, yang selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti
resiko perilaku kekerasan.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan marah.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien resiko perilaku kekerasan.
Dapat ditemukan atropi otak, pembesaran ventrikel perubahan besar dalam
bentuk sel kortikal dan limbic
e. Faktor genetik.
Umumnya ditemukan pada pasien resiko perilaku kekerasan. Resiko perilaku
kekerasan ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang anggota keluarganya ada
yang menderita resiko perilaku kekerasan, dan akan lebih tinggi jika kedua orang
tua pernah mengalami perilaku kekerasan.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari internal maupun eksternal, yang terdiri
dari :
c. Faktor social budaya
Stress dan marah akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
persiapan dengan orang yang penting.
d. Faktor biologis
Intensitas marah yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya resiko perilaku kekerasan.
e. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan berkaitan
dengan perubahan : proses piker, efektif, persepsi, motorik, dan sosial.

13
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul :
a. Resiko menciderai diri,orang laindanlingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/amuk
b. gangguan konsep diri harga diri rendah
c. Mekanisme koping tidak efektif

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan SP Pasien
menciderai keperawatan selama SP I
diri,orang prawatan dibangsal 1. Mengidentifikasi penyebab
laindanlingkungan diharapkan pasien dapat PK
berhubungan mengontrol perilaku 2. Mengidentifikasi tanda dan
dengan perilaku kekerasan lain dengan gejala PK
kekerasan/amuk kriteria hasil: 3. Mengidentifikasi PK yang
1. Klien dapat membina dilakukan
hubungan saling 4. Mengidentifikasi akibat PK
percaya 5. Menyebutkan cara
2. Klien dapat mengontrol PK
mengidentifikasi 6. Membantu pasien
penyebab, tanda- tanda, mempraktekkan latihan cara
jenis, akibat dan cara mengontrol fisik I dan II
mengontrol perilaku 7. Menganjurkan pasien
kekerasan memasukan dalam kegiatan
harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol

14
PK dengan cara verbal
3. Menganjurkan pasien
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP III
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol
PK dengan cara spiritual
3. Menganjurkan pasien
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian

SP Keluarga
SP I
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian PK,
tanda dan gejala, serta proses
terjadinya PK
3. Menjelaskan cara merawat
pasien dengan PK
SP II
1. Melatih keluarga

15
memperaktekkan cara erawat
pasien dengan PK
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat lansung kepada
pasien PK
SP III
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat.
2. Menjelaskan foloww up
pasien setelah pulang
2 Gangguan konsep Setelah dilakukan tindakan SP Pasien
diri : harga diri keperawatan selama SP I
rendah prawatan dibangsal 1. Mengidentifikasi kemampuan
diharapkan pasien dan aspek positif yang
memiliki konsep diri yang dimiliki pasien
positif dengan kriteria 2. Membantu pasien menilai
hasil: kemampuanm pasien yang
1. Klien dapat membina masih dapat digunakan
hubungan saling 3. Membantu pasien memilih
percaya dengan kegiatan yang akan dilatih
perawat sesuai dengan kemampuan
pasien
2. Klien dapat 4. Melatih pasien sesuai
mengidentifikasi kemampuan yang dipilih
kemampuan yang 5. Membberi pujian yang wajar
dimiliki teradap keberhasilan pasien
3. Klien dapat 6. Menganjurkan pasien
merencanakan kegiatan memasukan dalam kegiatan
yang sesuai dengan harian pasien
kemampuan yang SP II
dimiliki 1. Mengevaluasi jadwal
4. Klien dapat melakukan kegiatan harian pasien

16
kegiatan sesuai dengan 2. Melatih kemampuan kedua
rencana yang dibuat 3. Menganjurkan pasien
memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian pasien
SP Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian tanda
dan gejala harga diri rendah
yang dialami pasien beserta
prosesnya
3. Menjelaskan cara merawat
pasien harga diri rendah
SP II
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri
rendah
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat lansung kepada
pasien harga diri rendah
SP III
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat.
2. Menjelaskan foloww up
pasien setelah pulang
3 Mekanisme Setelah dilakukan tindakan 1. Amati penyebab tidak
koping tidak keperawatan selama efektifnya penaggulanagn
efektif perawatan dibangsal seperti konsep diri yang

diharapkan mekanisme buruk, kesedihan, kurangnya

koping pasien efektif ketrampilan dalam

17
dengan Kriteria hasil: memecahkan masalah,
kurangnya dukungan, atau
1. Mengungkapkan
perubahan yang ada dalam
kemampuan untuk
hidup.
menaggulangi dan
2. Amati kekuatan seperti
meminta bantuan jika
kemampuan untuk
perlu
menceritakan kenyataan dan
2. Mempertahankan bebas
mengenali sumber tekanan
dari perilaku yang
3. Monitor risiko
destruktif pada diri
membahayakan diri atau
sendiri maupun orang
orang lain dan tangani secara
lain
tepat
3. Mengkomunikasikan
4. Bantu pasien menentukan
kebutuhan dan
tujuan yang realistis dan
berunding dengan
mengenali ketrampilan dan
orang lain untuk
pengetahuan pribadi
memenuhi kebutuhan
5. Gunakan komunikasi
empatik, dan dorong
pasien/keluarga untuk
mengungkapkan ketakutan,
mengekspresikan emosi, dan
menetapkan tujuan
6. Anjurkan pasien untuk
membuat pilihan dan ikut
serta dalam perencanaan
perawatan dan aktivitas yang
terjadwal
7. Berikan aktivitas fisik dan
mental yang tidak melebihi
kemampuan pasien (misal
bacaan, televisi, radio,
ukiran, tamasya, bioskop,
makan keluar, perkumpulan

18
sosial, latihan, olahraga,
permainan)
8. ika memiliki kemampuan
fisik, anjurkan latihan
aerobik yang sedang
9. Berikan informasi perihal
perawatan sebelum
perawatan diberikan
10. Diskusikan tentang
kemampuan pasien
mengubah su\ituasi atau
kebutuhan untuk menerima
situasi
11. Gunakan pendengaran dan
penerimaan aktif dalam
membantu pasien
mengekspresikan emosi
seperti mengangis, bersalah
dll
12. Dorong pasien untuk
menggambarkan tekanan
yang dihadapi sebelumnya
dan mekanisme
penganggulangan yang
digunakan
13. Anjurkan penggunaan
relaksasi perilaku kognitif
(misal terapi musik,guided
imagery)

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Tlp. (0274)434 2288, 434 2277.Fax.(0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

Tanggal Pengkajian : 26 juni 2018


Tanggal Masuk : 21 juni 2018
Ruang : Nakula
I. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. S
Alamat : Purwodinangun. 01/12 Bimomartani
Ngeplak SLEMAN
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 00 02 209
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nn.S
Umur : 54 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : 04/23 Bimomartani Ngeplak SLEMAN
Hubungan dengan Klien : Kakak

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan tidak bisa tidur, mondar mandir, berbicara terus menerus. Klien
mengatakan jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau
jengkel pasien teriak/ bersuara dengan nada tinggi. Klien mengatakan kalau klien
mempunyai anak dan anaknya itu berupa naga putih dan naga merah . Klien
mengatakan klien ingin menjadi seorang tentara Angkatan Udara hanya saja tinggi
pasien tidak mencukupi dan klien mengatakan klien mempunyai teman seorang polisi
bernama dinda, Klien terlihat mudah tersinggung dengan kata – kata temannya.

20
III. ALASAN MASUK
±3 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan
tidak dapat mengontrol diri. Klien juga marah - marah pada orang di
sekelilingnya.Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJ Grhasia DIY untuk
kembali di rawat inap.Klien mengatakan dia sudah sering di rawat di RSJ Grahasia DIY
dan ini bukan yang pertama kali klien mondok melainkan sudah 11 kali.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien mengatakan sudah 11 kali di rawat di rumah sakit jiwa.
2. Klien Tidak mau kontrol, dan putus obat
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – tanda Vital :
1. Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
2. Nadi : 78 x/menit
3. Suhu badan : 36.4 0C
4. Respirasi : 23 x/menit
b. Ukuran
1. Tinggi Badan : 168 cm
2. Berat badan : 70 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik – baik saja dan tidak ada
keluhan fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
A B

21
Keterangan :
A : Orang tua ayah klien : Perempuan
B : orang tua ibu klien : Laki-Laki
C : Ayah klien : Garis Keturunan
D : Ibu klien : Pasien

2. Konsep diri
a) Gambaran Diri
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau
yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya
tampan.
b) Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki – laki dewasa dan belum menikah dan
klien anak ke dua dari lima bersaudara.
c) Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di sayang
dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d) Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat
pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.
e) Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di
percaya adalah ayah dan adiknya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan
adiknya, Didalam keluarganya ayah dan adik adalah orang yang dipercaya oleh
klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan
gotong royong, pengajian, setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan
sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu bangsalnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
setelah di rumah sakit klien sempat bertengkar dengan teman sebangsalnya.

22
4. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin
beribadah dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Klien tampak kurang rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
 Cara berpakaian sudah rapi
 Klien tidak menggunakan sendal.
2. Pembicaraan
Klien bicara cepat, nada suara keras, tinggi, meloncat-loncat dari tema yang
dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat mondar mandir, gelisah
4. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira,
saat sedih klien tampak sedih.
5. Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.
6. Interaksi selama wawancara
Saat diwawancara klien kooperatif
7. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, meloncat-loncat dari inti
pembicaraan (Flight Of Idea)
9. Tingkat Kesadaran
 Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang
ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada
saat di rawat terakhir.
 Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan
klien bias menyebutkan beberapa nama temannya.
10. Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh
ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
11. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik

23
12. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat
atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
13. Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya
karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab
mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien
makan 2x sehari dan porsi makan di habiskan.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ±5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan
baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi,
kebersihan tubuh baik.
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah
sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai
dengan aturan rumah sakit.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan
kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang.
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat dengan bantuan minimal.
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
8. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan aktivitasnya biasa menemani orang tuanya belanja.

IX. MEKANISME KOPING


 Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
 Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan
menyiapkan makanan.
 Klien Mampu mengikuti gerakan senam yang sesuai walaupun tidak sempurna

24
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan (-)
3. Masalah dengan Pendidikan (-)
4. Masalah dengan pekerjaan (Klien susah untuk mendapatkan kerja gangguan jiwa yang di
alaminya).
5. Masalah dengan ekonomi (kebutuhan klien di penuhi oleh keluarganya)

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medis : Skizoafektif tipe manik
Kode ICD : F25.0
Terapi obat :
 Inj. Diazepam : 1 Amp/ 24 jam/ IM
 Trihexiyl Phenidyl : 1-0-1
 Risperidon : 1-0-1
 Clozapin : 2 x 2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Waham
3. Defisit perawatan diri

25
XIII. ANALISA DATA

No Data Masalah
1. DS : Resiko perilaku kekerasan
 Klien mengatakan tidak bisa tidur, mondar mandir,
berbicara terus menerus
 Klien mengatakan jengkel dan marah jika
keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel
pasien teriak/ bersuara dengan nada tinggi.

DO :
 Tatapan mata klien tajam saat berbicara
 Klien berbicara dengan nada tinggi
 Klien mudah tersinggung dengan kata – kata
temannya
2. DS : Waham
 Klien mengatakan kalau klien mempunyai anak dan
anaknya itu berupa naga putih dan naga merah
 Klien mengatakan pernah menjadi seorang tentara
dan bekerja sebagai Angkatan Udara
 klien juga mengatakan pernah menjadi seorang polisi
militer

26
DO :
 Klien berbicara terlalu berlebihan seperti klien
mempunyai anak naga putih dan naga merah

3. DS: Defisit perawatan diri


 Klien mengatakan jarang mandi dan tidak
menggosok gigi
DO:
 Klien terlihat kurang bersih, rambut tidak rapi dan
gigi terlihat kuning

27
XIV.INTERVENSI

No Tanggal Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
1. Resiko perilaku TUM : kriteria hasil : 1. .Beri salam/panggilan
kekerasan: gangguan Klien tidak Mencederai a. klien mau membalas salam nama.
psikologis diri sendri b. klien mau menjabat tangan 2. Sebutkan nama perawat
TUK 1 : c. klien mau menyebutkan b.Jelaskan maksud
1. klien dapat membina nama hubungan interaksi
hubungan saling percaya d. klien mau tersenyum 3. Jelaskan akan kontrak dan
e. klien mau kontak mata sikap empati
f. klien mau mengetahui 4. Beri rasa aman dan sikap
nama perawat empati
5. Lakukan kontak singkat
tapi sering
TUK 2 : Kriteria hasil 1. berikan kesempatan untuk
1. pasien dapat a. klien dapat mengungkapkan
mengidentifikasi penyebab mengungkapkan perasaanya perasaanyan
perilaku kekerasan b. klien dapat 2. bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/kesal (diri perasaan jengkel
sendiri, orang lain,
lingkungan).

28
1. Anjurkan klien
TUK 3 : Kriteria hasil mengungkapkan apa yang
1. klien dapat a. klien dapat dialami dan dirasakan saat
mengidentifikasi tanda dan mengungkapkan perasaan marah/ jengkel
gejala perilaku kekerasan. saat marah/jengkel 2. Observasi tanda dan gejala
b. klien dapat menyimpulkan perilaku kekerasan pada
tanda dan gejala jengkel/kesal klien.
yang dialaminya
TUK 4: Kriteria hasil 1. anjurkan klien untuk
1. Klien dapat a. klien dapat mengungkapkan perilaku
mengindentifikasikan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
perilaku kekerasan yang kekerasan yang biasa dilakukan klien
biasa dialami dilakukan 17 (verbal,pada orang
b. klien dapat bermain peran lain,pada lingkungan dan
sesuai perilaku kekerasan diri sendiri.
yang diasa dilakukan 2. bantu klien bermain peran
sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
TUK 5: Kriteria hasil 1. Bicarakan akibat dari cara
1. Klien dapat a. Klien dapat menjelaskan yang dilakukan klien
mengindentifikasi akibat akibat dari cara yang 2. Bersama klien
perilaku kekerasan digunakan klien menyimpulkan akibat dari
cara yang dilakukan oleh

29
klien
3. Tanyakan kepada klien
“apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat.
TUK 6: Kriteria hasil 1. Diskusikan kegiatan fisik
1. Klien dapat 1) Klien dapat menyebutkan yang biasa dilakukan klien
mendemontrasikan cara contoh pencegahan perilaku 2. Beri pujian atas kegiatan
fisik untuk mencegah kekerasan secara fisik: fisik klien yang biasa
perilaku kekerasan a. Tarik nafas dalam digunakan
b. Pukul kasur atau bantal
TUK 7: Kriteria hasil 1. Diskusikan cara bicara
1. Klien dapat a. Klien dapat menyebutkan yang baik dengan klien
mendemontrasikan cara cara bicara verbal yang baik 2. Beri contoh bicara yang
sosial untuk mencegah dalam mencegah perilaku baik
perilaku kekerasan kekerasan 18 3. Meminta klien mengikuti
b. klien dapat contoh cara bicara yang
mendemontrasikan cara baik
verbal yang baik 4. Minta klien mengulangi
sendiri
5. Beri pujian atas
keberhasilan klien.

30
XV.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. 26/6/2018 SP I Alan,arif,
Jam 10.00 WIB SP I : S: klien mengatakan namanya Rusli suka dodi,hendy
1.membina hubungan saling percaya dipanggil sigit.
O: klien bicara lancar, tampak gelisah dan
tidak terfokus
A: dapat terbina hubungan saling percaya
P: lanjutkan intervensi 2

2.mendiskusikan bersama klien S: klien mengatakan pernah memukul


penyebab marah,tanda dan gejala temanya di kamar. Klien merasa bersalah
PK, PK yang dilakukan saat dan meminta diajari cara
marah, akibat PK, cara kontrol PK mengontrolmarah,
O: klien kooperatif, tatapan mata tajam,
tampak tegang, klien dapat memahami
perilaku kekerasan
A: PK dapat terpahami oleh klien
P: lanjutkan intervensi 3

3.mengajarkan cara kontrol PK dengan S: klien mengtakan bisa tenang setelah


Fisik I ( tarik nafas dalam ) tarik nafas dalam dan akan mencobanya
ketika hendak marah.

31
4.membimbing pasien memasukkan O:klien kooperatif, Klien mampu
dalam jadwal kegiatan harian mendemonstrasikan cara fisik I( tarik nafas
dalam) .
A:dapat terkontrol PK dengan tarik nafas
dalam
P: lanjutkan intervensi SP2
- bimbing klien dalam memasukkan
teknik kontrol marah ke jadwal kegiatan
harian
- ajarkan teknik kontrol marah dengan
fisik 2 (pukul batal )

26/6/2018 SP II: Alan,arif


Jam 11.00 WIB 1. 1. Memvalidasi masalah. S: klien mengatakan dapat mengontrol dodi,hendy
2. 2. melatih cara kontrol PK dengan Fisik emosinya dengan cara fisik II(pukul
II ( pukul bantal ) bantal)dan berusaha melakukannya saat
3. 3. membimbing pasien memasukkan sedang marah.
dalam jadwal kegiatan harian O: klien tampak senang, klien mampu
mendemontrasikan cara fisik II dengan
baik tanpa bimbingan.
A: SP II tercapai.
P: Lanjutkan SP III ( cara control PK
dengan cara verbal).

32
27/6/2018 SP III S : klien mengatakan masih ingat Alan,arif
10.00 WIB 1. 1. Memvalidasi masalah cara control marah yang sudah diajarkan dodi,hendy
2. melatih kontrol PK dengan cara (tarik nafas dalam dan pukul bantal), klien
verbal mengatakan sudah sering berdo’a dan
3.membimbing pasien memasukkan shalat di RSJ
dalam jadwal kegiatan harian O: klien tampak senang, kontak mata baik,
klien bersedia membicarakan dengan baik
– baik ketika marah
A: SP III tercapai
P: lanjutkan SP IV (dengan cara spiritual)

27/6/2018 SP IV S : klien mengatakan sudahdapat Alan,arif


12.00 WIB 1. 1. memvalidasi masalah mengontrol emosi, dan akan mencoba cara dodi,hendy
2. 2.melatih kontrol PK dengan cara control marah dengan berdo’a dan shalat
spiritual O: klien tampak senang
3. 3.Membimbing pasien memasukkan A: SP II belum optimal
dalam jadwal kegiatan harian P: lanjutkan SP V (dengan cara minum
obat teratur)

28/6/2018 SP V S : klien mengatakan sudah teratur dalam Alan,arif


10.00 WIB 1. 1. Memvalidasi masalah meminum obat dodi,hendy
2. 2. menjelaskan cara kontrol PK O: klien tampak tenang dan senang, klien
dengan minum obat teratur kooperatif

33
3. 3. membimbing pasien memasukkan A: dapat menggunakan obat secara teratur
dalam jadwal kegiatan harian P: pertahankan kondisi pasien
4.
4
4f4.melatih pasien menggunakan sistem
dukungan kelompok

34
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A, (2008) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC

Maramis, WF. (2007)Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya :Airlangga University Press.

Stuart GW, Sundeen, (2008) Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book

35

Anda mungkin juga menyukai