Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELITUS (DM) 1 PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK B

I PUTU DITHA SATRIAWAN (20121110001)


IDA AYU GEDE DIAH ADNYANI (20121110003)
NI PUTU LILA ANANDA (20121110007)
IDA AYU KOMANG TRISNA DEWI (20121110008)
ERNI DAY NGANA (20121110011)
I GEDE BAGAS SUNARYAWAN (20121110013)

PRODI S1 KEPERAWATAN NERS


STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
TAHUN 2021/2022
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.


Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau
gangguan kedua-duanya.
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan
perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup,
perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek
negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat
modern di Indonesia antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian
Diabetes Mellitus (DM) yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing
manis.
Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM,
diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini
diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel
beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan
sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.

B. Etiologi

a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

C. Klasifikasi

Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda

1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok
penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti
Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis.
Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia
sekitar 30 - 50 tahun.

D. Pathway DM Tipe 1
Genetik, Proses Autoimun,
Faktor Lingkungan

Merusak sel-sel β
pankreas

Sel β tidak mampu


menghasilkan insulin

Kekurangan Insulin

Glukoneogenesis dan Metabolisme protein dan


glikogenosis terhambat lemak terganggu

Produksi glukosa oleh


M simpanan Pemecahan lemak
hati m dan pemakaian
kalori
glukosa oleh otot m

Komp: P produksi keton


Hiperglikemia P BB, Polifagia,
Neuropati
Kelemahan dan kelelahan
perifer, penyakit
Komp : Ketoasidosis
kaki diabetikum
Mk : diabetik
P penyerapan
Ketidakseimban
glukosa oleh ginjal
Mk: gan nutrisi
Ketidakpatuh kurang dari Mk : Ketidakberdayaan
an b.d kebutuhan b.d peresepsi
P sekresi urine beserta kompleksitas ketidakmampuan untuk
tubuh b.d
elektrolit, glukosuria dan durasi mencegah komplikasi
keseimbangan
pengobatan insulin,
makanan dan
Polidipsia dan Mk : Resiko
Poliuria Dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
b.d poliuria dan dehidrasi
E. Patofisiologi

Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan


insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati,
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial
(sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke
dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin
bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan
cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka
yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut
merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian
insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.

F. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang
sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c. Polifagia (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus

e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f. Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak
diterapi dengan baik.

G. Komplikasi

Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2


kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a.    Komplikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan
glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton,
peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan
elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat
koma dan meninggal.

2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia
dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya
tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh,
sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan
koma.

b.   Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki
tahun ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer
(neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat
terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan
hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul
sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat
kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak
dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa
dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty
dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf
otonom.

2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan
vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan
insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren
pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka
dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium. Komplikasi
diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk
menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis,
ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

I. Penatalaksanaan

Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa


pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam
tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam jangka
pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines. 2009)
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin,
regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang
diperlukan.
a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat,
kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran
(campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis
insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg berat
badan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur
disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun
penderitanya.
c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional
serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split regimen dapat berupa
pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen
intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus
dibedakan antara insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal
maupun dosis bolus.
d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal
absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas,
lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk
absorpsinya.
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa
hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas
terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi
stress maupun saat sakit.

2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-
55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan
kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang
diberikan selain monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari
sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran
pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan
kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan.
Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat
untuk menentukan dosis pemberian insulin.

3. Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akan
membantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila
menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu
menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap
insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak
DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk
olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan
adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah
90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia.

4. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita
maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya,
patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM, insulin
(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c
yang diinginkan.

5. Monitoring kontrol glikemik


Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah
baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup
pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari.
Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian
insulin, komplikasi yang terjadi, serta pertumbuhan dan perkembangan perlu
dipantau
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra dengan
keluhan : anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat
badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka
sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,5 0C, nadi:
92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segara, kulit
kering, membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb:
11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3, leukosit:
9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan ibu
pasien menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa depan
anaknya. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari, insulin 2 unit
dari U 100 sebelum makan.

I. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata
- Nama : An.L
- Usia : 10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Tidak ada
- Alamat : Bekasi
- Suku : Betawi
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 1
- No.RM : 0xx
- Tanggal masuk : 11-04-2022
- Tanggal pengkajian : 01-04-2022
2. Penanggung jawab
- Nama : Ny.A
- Usia : 32 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : PNS
- Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat
badannya turun, suka mengompol (enuresis).

III. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa perhatian
lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit
kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien megatakan anaknya tidak pernah mengalami hal yang serupa
sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit DM.

IV. POLA KEBUTUHAN DASAR (DATA BIO-PSIKO-SOSIO-KULTURAL-


SPIRITUAL)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika dengan pelayanan kesehatan pasien merasa takut tapi, akan
cepat sembuh.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan sayur
(3xsehari). Dan juga biasa minum air putih kurang lebih 6-8 gelas. BB : 30 Kg
- Saat sakit
Pasien mengatakan pola makannya berubah, setelah sakit pasien makan 1
porsi 4x sehari ditambah makanan ringan saat disekolah. Dan juga minum air
putih 8-10 gelas/hari. BB : 25 Kg.
c. Pola Psiko-sosial
Pasien mengatakan dijauhi teman-temannya karena pasien mudah marah dan
tersinggung.
d. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB normal 1x sehari setiap pagi
dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan BAB, pasien tetap BAB normal 1x
sehari setiap pagi dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas
feses, dan dibantu oleh oranglain.
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi kuning cair
dan bau khas urine.

 Saat sakit :
Pasien mengatakan terjadi perubahan frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x
sehari.

e. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa melakukan aktivitas sehari – hari
sebagai pelajar.
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit merasakan lemah dan terganggu saat
beraktivitas.
f. Pola kognitif dan Persepsi
Orang tua pasien mengatakan sudah curiga terkait penyakit anaknya karena
ibu pasien mengalami diabetes melitus, tetapi orang tua pasien tetap merasa cemas
terkait masa depan anaknya.
g. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena penglihatannya sering kabur
dan merasa mudah lelah
h. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit :
Orang tua pasien mengatakan anaknya biasa tidur 6-7 jam perhari dan tidur
dengan nyenyak

- Saat sakit :
Orang tua pasien mengatakan anaknya mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam
perhari.

i. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungan keluarganya baik, telihat ibu dan ayahnya menemani
pasien bergiliran dan selalu memberi support untuk tetap tenang agar cepat sembuh
dan pulang

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan bahwa mudah tersinggung dan tidak bisa perhatian lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa keluarganya beragama islam dan tidak mengalami
gangguan dalam beribadah.
V. PENGKAJIAN FISIK
a. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala  dan leher :
 Kepala :
- Inspeksi : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, rambut mudah
rontok dan tidak ada kebotakan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
 Mata
- Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
tidak ada edema palpebra, pasien tidak dapat mengartikan objek dengan
benar, mata pasien terlihat sayu.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Hidung
- Inspeksi : simetris, penyebaran silia merata, tidak terdapat secret, tidak
ada lesi dan edema.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, etmoidalis, maksilaris.
 Telinga :
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada serumen dan
discharge.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kartilago
 Mulut :
- Inspeksi : tidak ada cyanosis, tidak ada karies, tidak ada stomatitis, bibir
simetris, mukosa bibir kering.

2) Dada  :
 Paru           
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : vokal taktil premitus terasa getaran
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler
 Jantung
- Inspeksi : Iktuskordis tidak tampak
- Palpasi : Teraba iktuskordis di ICS 5
- Perkusi : Dullnes
- Auskultasi : BJ1 dan BJ2 normal
3) Abdomen        :
- Inspeksi : simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi
- Perkusi : tidak ada nyeri ketuk pada daerah abdomen maupun CVA
- Palpasi : tidak ada massa dan pembengkakan
4) Integumen :
- Inspeksi : kulit pasien kering, tidak ada hiperpigementasi
- Palpasi : turgor kulit elastis, kembali < 3 detik.
5) Ekstremitas :
 Atas & Bawah
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi dan pus
- Palpasi : pitting edema (-), CRT < 3 detik
6) Neurologis     :
 Status mental dan emosi : mudah tersinggung bila sedang kelelahan
 Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela :+
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium
No Tanggal ditemukan Jenis Hasil Nilai normal pada
pemeriksaan anak
1. 01-11-2018 Hemoglobin 11,2gr/dl 11-16 gram/dL
2. Hematocrit 30% 31-45%
3. Eritrosit 4,0(x106/uL) 3.6-4.8 juta sel/mm3
4. Trombosit 210.000/mm3 150.000 - 450.000
sel/mm3
5. Leukosit 9.500/uL 4500-13.500/mm3
6. Glukosa darah 300mg/dl 70-150mg/dl.

VII. TERAPI SAAT INI


1. cek gula darah 2x/hari
2. insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan
DATA FOKUS
Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R
No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus tipe 1 Ruangan : Mawar
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak 1. Keadaan umum : Composmentis
makan dan berat badannya turun GCS : 15
2. Pasien mengatakan banyak minum, 2. Tanda-tanda Vital
banyak kencing Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3. Pasien mengatakan bahwa suka Nadi : 92x/menit
mengompol dimalam hari Suhu : 37,50C
4. Pasien mengatakan sangat cemas dengan Respirasi : 24x/menit
keadaannya Pemeriksaan fisik
5. Pasien mengatakan tidak bisa perhatian 3. Mata
lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, Inspeksi :
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit pasien tidak dapat mengartikan objek
kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan dengan benar, mata pasien terlihat
mudah terserang flu. sayu.
6. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya 4. Mulut :
mempunyai riwayat penyakit DM Inspeksi : mukosa bibir kering
7. Pasien mengatakan pola makannya 5. Integumen :
berubah, setelah sakit pasien makan 1 Inspeksi : kulit pasien kering
porsi 4x sehari ditambah makanan ringan 6. Neurologis (Status mental dan
saat disekolah. Dan juga minum air putih emosi) : mudah tersinggung bila
8-10 gelas/hari. sedang kelelahan
8. Pasien mengatakan menjadi takut karena 7. BB sebelum sakit : 30 kg
dijauhi teman-temannya karena pasien BB saat sakit : 25 Kg.
mudah marah dan tersinggung 8. Hematokrit: 30%,
9. Pasien mengatakan terjadi perubahan 9. Glukosa darah 300mg/dl.
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari
10. Orang tua pasien mengatakan anaknya
mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
11. Pasien mengatakan bahwa mudah
tersinggung dan tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah
ANALISA DATA
Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R
No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus tipe 1 Ruangan : Mawar
NO DATA PROMBLEM ETIOLOGI
1. DS :
1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan
dan berat badannya turun
2. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya
mempunyai riwayat penyakit DM
3. Pasien mengatakan pola makannya berubah,
setelah sakit pasien makan 1 porsi 4x sehari
ditambah makanan ringan saat disekolah.
Dan juga minum air putih 8-10 gelas/hari.

DO : Ketidakseimbangan
Peningkatan
1. Keadaan umum : Composmentis Nutrisi Kurang
Kebutuhan
GCS : 15 Dari Kebutuhan
Metabolisme
2. Tanda-tanda Vital Tubuh
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. BB sebelum sakit : 30 kg
BB saat sakit : 25 Kg.
4. Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering

2. DS :
Penurunan
1. Pasien mengatakan banyak minum, banyak Gangguan kemampuan
kencing Eliminasi Urin menyadari tanda-
2. Pasien mengatakan bahwa suka mengompol
tanda gangguan
dimalam hari
3. Pasien mengatakan terjadi perubahan
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari

DO :
1. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
kandung kemih
2. Tanda-tanda Vital
(enuresis)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. Integumen :
Inspeksi : kulit pasien kering
4. Hematokrit: 30%,
5. Glukosa darah 300mg/dl.
3. DS : Ansietas Factor keturunan
1. Pasien mengatakan sangat cemas dengan (tempramen
keadaannya mudah teragitasi
2. Pasien mengatakan menjadi takut karena sejak kecil)
teman-temannya menjauhinya karena pasien
mudah marah dan tersinggung
3. Orang tua pasien mengatakan anaknya
mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
4. Pasien mengatakan bahwa mudah
tersinggung dan tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah

DO :
5. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
6. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
7. Respirasi : 24x/menit Mata
Inspeksi :
pasien tidak dapat mengartikan objek dengan
benar, mata pasien terlihat sayu
8. Neurologis (Status mental dan emosi) :
mudah tersinggung bila sedang kelelahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R


No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus tipe 1 Ruangan : Mawar

1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Peningkatan


Kebutuhan Metabolisme
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan Penurunan kemampuan menyadari tanda-
tanda gangguan kandung kemih (enuresis)
3. Ansietas berhubungan dengan Factor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak kecil)
NURSING CARE PLAN
Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R
No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1 Ruangan : Mawar
NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Nutrisi Kurang dari keperawatan selama 3x24 1. Diskusikan dengan
Kebutuhan Tubuh jam diharapkan sejauh mana pasien mengenai
berhubungan dengan nutrisi dapat dicerna dan hubungan antara asupan
Peningkatan diserap untuk memenuhi makanan, olahraga,
Kebutuhan kebutuhan metabolic sehari- peningkatan dan
Metabolisme hari pasien dengan KH : penurunan berat badan.
1. Tidak terjadi 2. Kaji motivasi pasien
penurunan BB (25 untuk mengubah pola
kg) makannya.
2. Pasien dapat 3. Dorong pasien untuk
mempertahankan mengkonsumsi air yang
Berat Badan cukup dalam setiap
3. Intake cairan, harinya.
kalori, nutrisi yang 4. Bantu pasien membuat
sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan konsistensi dengan
metabolic. jumlah energi yang
4. Keseimbangan dibutuhkan setiap
asupan, olahraga dan harinya.
berat badan. 5. Timbang BB secara
berkala (sebelum dan
sesudah makan)
6. Tentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pengaturan
diit sehari-hari.
2. Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Urine berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Wawancara pasien untuk
dengan Penurunan jam diharapkan pasien dapat mendapatkan data
kemampuan mengendalikan mengenai riwayat toilet
menyadari tanda- pengumpulan, pembuangan training, pola berkemih,
tanda gangguan dan eliminasi urine infeksi saluran kemih.
kandung kemih dikandung kemih dengan 2. Identifikasi faktor apa
(enuresis) KH : saja penyebab pada
1. Pasien dapat pasien (mis. Urine
mengenali output, pola berkemih,
keinginan untuk fungsi kognitif, dll)
berkemih. 3. Batasi intake cairan 2-3
2. Berkemih pada jam sebelum tidur.
tempat yang tepat 4. Kaji frekuensi, durasi,
3. Pola eliminasi dan pola enuresis.
normal(5-6x sehari). 5. Diskusikan Teknik yang
4. Pasien dapat biasa dilakukan untuk
mengosongkan mengurangi
kandung kemih enuresis(mis. Cahaya
sepenuhnya. redup, membatasi intake
cairan, menjadwalkan ke
kamar mandi secara
rutin)
6. Jelaskan penyebab
terjadinya dan rasional
dari setiap tindakan yang
dilakukan.
7. Monitor eliminasi urine,
volume, frekuensi,
konsistensi, dan bau.
Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk
menunjukjan kasih
sayang dan
penerimaannya dirumah
jika si anak diejek oleh
temannya.
2. Berikan obat-obatan
yang sesuai untuk
sementara jika
dibutuhkan.
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Gunakan pendekatan
Factor keturunan jam diharapkan tidak terjadi yang tenang dan
(tempramen mudah keparahan dari tanda-tanda meyakinkan.
teragitasi sejak kecil) ketakutan, ketegangan, atau 2. Berikan informasi
kegelisahan yang berasal factual terkait diagnosis,
dari sumber yang tidak perawatan dan
dapat diidentifikasi dengan prognosis.
KH : 3. Dorong keluarga untuk
1. Pasien tidak mendampingi klien
mengalami kesulitan dengan cara yang tepat.
dalam belajar atau 4. Dorong verbalisasi
memahami sesuatu. perasaan, persepsi dan
2. Pasien dapat ketakutan.
menyampaikan rasa 5. Instruksikan klien untuk
takut dan cemasnya menggunakan Teknik
secara lisan. relaksasi.
3. Pasien dapat 6. Bantu pasien untuk
beristirahat. menyelesaikan masalah
4. Pasien dapat dengan cara yang
produktiv kembali. konstruktif.
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R
No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1 Ruangan : Mawar
Waktu NO
IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
Tgl Jam DX
17-9- 07.00- 1 Mandiri :
2018 10.00 S:
1. Mendiskusikan dengan pasien
- Pasien mengatakan paham
mengenai hubungan antara asupan
akan hubungan anatar
makanan, olahraga, peningkatan
asupan makan, olahraga.
dan penurunan berat badan.
O:
- Pasien mendapatkan
penjelasan tentang
hubungan antara makanan
dan olahraga.
S:
2. Mengkaji motivasi pasien untuk
- Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya.
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat
O:
- Pasien mendapatkan
motivasi untuk mengubah
pola makannya.
S:
3. Mendorong pasien untuk
- Pasien mengatakan minum
mengkonsumsi air yang cukup
air yang cukup setiap
dalam setiap harinya.
harinya.
O:
- Pasien mendapatkan air 8
4. Membantu pasien membuat
gelas sehari.
perencanaan dan konsistensi dengan
S:
jumlah energi yang dibutuhkan
setiap harinya. - Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan
terhadap energi yang
dibutuhkan setiap harinya.
O:
- Pasien mendapatkan
bantuan untuk membuat
5. Menimbang BB secara berkala perencanaan terhadap
(sebelum dan sesudah makan) energinya.
S:
- Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
O:
6. Menententukan jumlah kalori dan - BB pasien tetap dalam
nutrisi yang dibutuhkan untuk batas normal 25 kg.
memenuhi persyaratan gizi. S:
- Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O:
- Pasien mendapatkan
makanan seimbang kalori
Kolaborasi : dan nutrisi untuk
memenuhi gizinya.
1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi
untuk pengaturan diit sehari-hari.

17-9- 13.00- 2 Mandiri :


2018 15.00
1. Wawancara pasien untuk
S:
mendapatkan data mengenai
-
riwayat toilet training, pola
O:
berkemih, infeksi saluran kemih.
- Pola berkemih pasien
kurang dari batas normal.
2. Identifikasi faktor apa saja S :
penyebab pada pasien (mis. Urine -
output, pola berkemih, fungsi O :
kognitif, dll) - Klien mengeluh jika
melakukan aktivitas secara
berlebih (mencuci,
mengepel dsb)

3. Batasi intake cairan 2-3 jam S :


sebelum tidur. - Pasien mengatakan tidak
minum 2 jam sebelum
tidur.
O:
- Pasien dapat membatasi
intake cairan sebelum
tidur.

4. Kaji frekuensi, durasi, dan pola S :


enuresis. -
O:
- Pola berkemih pasien
mulai membaik dapam
batas normal 4-5 dalam
5. Jelaskan penyebab terjadinya dan sehari.
rasional dari setiap tindakan yang S :
dilakukan. - Pasien mengatakan
mengetahui tentang setiap
tindakan yang dilakukan
tim kesehatan
O:
- Pasien tampak mengerti
saat dijelaskan tentang
setiap tindakan yang
dilakukan tim kesehatan.
6. Monitor eliminasi urine, volume,
frekuensi, konsistensi, dan bau. S:
-
O:
- Eliminasi pasien tampak
membaik kembali dalam
batas normal.
Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk Kolaborasi :
menunjukkan kasih sayang dan S:
penerimaannya dirumah jika si - Pasien mengakan ibunya
anak diejek oleh temannya. sangat menyayanginya dan
selalu menyemangatinya
untuk tetap dan sembuh.
O:
- Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
2. Berikan obat-obatan yang sesuai gantian
untuk sementara jika dibutuhkan. S:
- Ibu pasien mengatakan
anaknya mendapatkan
obat-obatan sesuai yang
diresepkan
O:
- Pasien terlihat meminum
obat-obatnya

17-9- 16.00- 3 Mandiri : Mandiri :


2018 18.00 1. Gunakan pendekatan yang tenang S :
dan meyakinkan. -
O:
- Pasien terlihat tenang dari
sebelumnya.
2. Berikan informasi factual terkait S :
diagnosis, perawatan dan prognosis. - Pasien menanyakan
tentang penyakitnya
O:
- Perawat memberikan
penejelaskan tentang
penyakitnya dengan
kalimat yang mudah
dipahami
3. Dorong keluarga untuk S :
mendampingi klien dengan cara - Ibu pasien mengatakan
yang tepat. menjaga anaknya secara
bergantian
O:
- Tampak keluarga pasien
4. Dorong verbalisasi perasaan, bergantian menjaga pasien
persepsi dan ketakutan. S:
- Ibu pasien mengatakan
anaknya mulai mampu
menjelaskan tentang
perasaanya
O:
- Pasien tampak bercerita
5. Instruksikan klien untuk kepada ibunya
menggunakan Teknik relaksasi. S:
- Pasien mengtakan dapat
lebih tenang setelah
melakukan Teknik
relaksasi
O:
- Pasien mendapatkan
arahan untuk Teknik
6. Bantu pasien untuk menyelesaikan relaksasi yang baik.
masalah dengan cara yang S :
konstruktif - Pasien mengatakan
menyelesaikan
masalahnya dengan
bercerita kepada ibunya
O:
- Pasien tampak bercerita
kepada ibunya.
EVALUASI
Nama Pasien : An.L Dokter : Dr. R
No. RM : 0xx Perawat : Z
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1 Ruangan : Mawar
Waktu
DX SOAP
Tgl Jam
17-09- 10.00 Ketidakseimbangan Nutrisi S :
2018 Kurang dari Kebutuhan Tubuh - Pasien mengatakan paham
berhubungan dengan akan hubungan anatar asupan
Peningkatan Kebutuhan makan, olahraga.
Metabolisme - Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.
- Pasien mengatakan minum air
yang cukup setiap harinya.
- Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan terhadap
energi yang dibutuhkan setiap
harinya.
- Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
- Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O:
- Pasien mendapatkan penjelasan
tentang hubungan antara
makanan dan olahraga.
- Pasien mendapatkan motivasi
untuk mengubah pola
makannya.
- Pasien mendapatkan air 8 gelas
sehari.
- Pasien mendapatkan bantuan
untuk membuat perencanaan
terhadap energinya.
- BB pasien tetap dalam batas
normal 25 kg.
- Pasien mendapatkan makanan
seimbang kalori dan nutrisi
untuk memenuhi gizinya.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan

17-09- 15.00 Gangguan Eliminasi Urine S :


2018 berhubungan dengan Penurunan - Pasien mengatakan tidak
kemampuan menyadari tanda- minum 2 jam sebelum tidur.
tanda gangguan kandung kemih - Pasien mengatakan mengetahui
(enuresis) tentang setiap tindakan yang
dilakukan tim kesehatan
- Ibu pasien mengatakan
anaknya mendapatkan obat-
obatan sesuai yang diresepkan
- Pasien mengakan ibunya
sangat menyayanginya dan
selalu menyemangatinya untuk
tetap dan sembuh.
O:
- Pola berkemih pasien kurang
dari batas normal.
- Klien mengeluh jika
melakukan aktivitas secara
berlebih (mencuci, mengepel
dsb)
- Pasien dapat membatasi intake
cairan sebelum tidur.
- Pola berkemih pasien mulai
membaik dapam batas normal
4-5 dalam sehari.
- Pasien tampak mengerti saat
dijelaskan tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan.
- Eliminasi pasien tampak
membaik kembali dalam batas
normal.
- Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian.
- Pasien terlihat meminum
obatnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

17-9- 18.00 Ansietas berhubungan dengan Mandiri :


2018 Factor keturunan (tempramen S :
mudah teragitasi sejak kecil) - Pasien menanyakan tentang
penyakitnya
- Pasien mengatakan
menyelesaikan masalahnya
dengan bercerita kepada ibunya
- Pasien mengtakan dapat lebih
tenang setelah melakukan
Teknik relaksasi
- Ibu pasien mengatakan
anaknya mulai mampu
menjelaskan tentang
perasaanya
- Ibu pasien mengatakan
menjaga anaknya secara
bergantian
O:
- Pasien terlihat tenang dari
sebelumnya.
- Perawat memberikan
penejelaskan tentang
penyakitnya dengan kalimat
yang mudah dipahami
- Tampak keluarga pasien
bergantian menjaga pasien
- Pasien tampak bercerita kepada
ibunya
- Pasien mendapatkan arahan
untuk Teknik relaksasi yang
baik.
- Pasien tampak bercerita kepada
ibunya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh meningkat


nya kadar glukosa darah akibat berkurang nya produksi insulin, gangguan kerja
insulin atau kedua nya. Diabetes Melitus bukan suatu wujud tunggal tetapi agak nya
merupakan kelompok kelainan heterogen yang ada perbedaan pola genetic serta
mekanisme patofisiologi dan etiologi lain yang menyebabkan gangguan toleransi
glukosa, Pada Diabetes Militus terdapat Tipe 1 dan Tipe 2. Komplikasi yang
berkaitan dengan diabetes di klasifikasikan sebagai komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka
waktu pendek, komponen pengelolaan DM Tipe 1 meliputi pemberian insulin,
pengaturan makan, olah raga, edukasi, dan pemantauan mandiri.

B. Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan/perawatan luka pada
penyakit Diabetes Militus ini baik Tipe 1 maupun Tipe 2, karena akan menjadi fatal
jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan tanda gejala dan makanan apa
saja yang harus dihindari penyakit Diabetes Militus dan bagaimana pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2.Jakarta:EGC

Daniel,Bernstein&Shelov,Steven.Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mahasiswa Kedokteran.Edisi


3.Jakarta:EGC

Yati,Niken Prita dkk.2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 Pada Anak
dan Remaja.Surabaya:UKK

TriExs Team.2009 Having Fun With Diabetes Militus. Bandung:TirEx Media Team.

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification (NIC) (5th
ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indoneia (PPNI)

Anda mungkin juga menyukai