DISUSUN OLEH
TAHUN 2022
BAB I
KONSEP TEORITIS
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Prabowo, 2017).
Diabetes Mellitus (DM) secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik. Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari
hormon insulin atau gangguan kedua-duanya.
Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes
(IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya
sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah.
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe
ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta
pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi pada tubuh.
2. Etiologi
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
3. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
Merusak sel-sel β
pankreas
penyerapan glukosa
oleh ginjal Ketidakseimbangan
Komp : Ketoasidosis
nutrisi kurang dari
diabetik
kebutuhan tubuh b.d
Ketidakpatuhan b.d keseimbangan
sekresi urine beserta kompleksitas dan insulin, makanan
durasi pengobatan Mk : Ketidakberdayaan
elektrolit, glukosuria dan aktivitas b.d peresepsi
jasmani ketidakmampuan untuk
mencegah komplikasi
Mk : Resiko
Polidipsia dan Poliuria Dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
b.d poliuria dan dehidrasi
6. Manifestasi Klinis
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
f. Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang
baik bila tidak diterapi dengan baik.
7. Komplikasi
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi
dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis,
dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis,
peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.
2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.
Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan
sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik
yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,
ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya
ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi,
berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat
kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala
seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya
terjadi penurunan kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi
memasuki tahun ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal
(nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1),
syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.
Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi
jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak
timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—
fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa
mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi
penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol
yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-
syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini
berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer
maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas.
Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka
dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik.
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
A. Pengkajian
Tgl Masuk RS : 05-06-2018
Tgl Pengkajian : 06-06-2018
1. Biodata
- Nama : An.R
- Usia : 10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Tidak ada
- Alamat : Jl. Setia Budi
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 1
- No.RM : 004064
B. Riwayat Kesehatan
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak
kencing, berat badannya turun, suka mengompol (enuresis).
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah,
penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah
terserang flu.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien megatakan anaknya tidak pernah mengalami hal yang
serupa sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit DM.
C. POLA KEBUTUHAN DASAR (DATA BIO-PSIKO-SOSIO-KULTURAL-
SPIRITUAL)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika dengan pelayanan kesehatan pasien merasa takut
tapi, akan cepat sembuh.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan
sayur (3xsehari). Dan juga biasa minum air putih kurang lebih 6-8
gelas. BB : 30 Kg
- Saat sakit
Pasien mengatakan pola makannya berubah, setelah sakit pasien
makan 1 porsi 4x sehari ditambah makanan ringan saat disekolah. Dan
juga minum air putih 8-10 gelas/hari. BB : 25 Kg.
c. Pola Psiko-sosial
Pasien mengatakan dijauhi teman-temannya karena pasien mudah
marah dan tersinggung.
d. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB normal 1x sehari setiap
pagi dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses.
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan BAB, pasien tetap BAB
normal 1x sehari setiap pagi dengan konsistensi lembek kecoklatan
dan bau khas feses, dan dibantu oleh oranglain.
2) BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi
kuning cair dan bau khas urine.
Saat sakit :
Pasien mengatakan terjadi perubahan frekuensi BAK, pasien BAK
7-10 x sehari.
- Saat sakit :
Orang tua pasien mengatakan anaknya mengalami gangguan pola tidur,
pasien menjadi sulit tidur karena cemas akan penyakitnya. Pasien tidur
5-6 jam perhari.
i. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungan keluarganya baik, telihat ibu dan ayahnya
menemani pasien bergiliran dan selalu memberi support untuk tetap tenang
agar cepat sembuh dan pulang
kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan pasien tidak dapat mengartikan objek
saat disekolah. Dan juga minum air putih 6. Neurologis (Status mental dan emosi)
8-10 gelas/hari. : mudah tersinggung bila sedang
1. DS :
2. DS :
H. INTERVENSI
Waktu NO
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl Jam DX
12-06- 07.00- 1 Mandiri :
2018 10.00 (1) S : Pasien mengatakan paham
1. Mendiskusikan dengan pasien
akan hubungan antar asupan
mengenai hubungan antara asupan
makan, olahraga.
makanan, olahraga, peningkatan
O : Pasien mendapatkan
dan penurunan berat badan.
penjelasan tentang hubungan
antara makanan dan olahraga.
2. Mengkaji motivasi pasien untuk
(2) S : Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya.
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat
3. Mendorong pasien untuk
O : Pasien mendapatkan
mengkonsumsi air yang cukup
motivasi untuk mengubah
dalam setiap harinya.
pola makannya.
(3) S : Pasien mengatakan minum
4. Membantu pasien membuat
air yang cukup setiap harinya.
perencanaan dan konsistensi
O : Pasien mendapatkan air 8
dengan jumlah energi yang
gelas sehari.
dibutuhkan setiap harinya.
(4) S : Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan
5. Menimbang BB secara berkala
terhadap energi yang
(sebelum dan sesudah makan)
dibutuhkan setiap harinya.
O :Pasien mendapatkan
6. Menententukan jumlah kalori dan
bantuan untuk membuat
nutrisi yang dibutuhkan untuk
perencanaan terhadap
memenuhi persyaratan gizi.
energinya.
Kolaborasi : (5) S : Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi
O : BB pasien tetap dalam
untuk pengaturan diit sehari-hari.
batas normal 25 kg.
(6) S : Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O : Pasien mendapatkan
makanan seimbang kalori dan
nutrisi untuk memenuhi
gizinya.
Kolaborasi :
S:
(7) Pasien mengakan ibunya
sangat menyayanginya dan
selalu menyemangatinya
untuk tetap dan sembuh.
O:
(8) Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian
S:
(9) Ibu pasien mengatakan
anaknya mendapatkan
obat-obatan sesuai yang
diresepkan
O:
(10) Pasien terlihat
meminum obat-obatnya
EVALUASI
Waktu
DX SOAP
Tgl Jam
12-06- 10.00 Ketidakseimbangan Nutrisi S :
2018 Kurang dari Kebutuhan Tubuh (23) Pasien mengatakan
b/d Peningkatan Kebutuhan paham akan hubungan antar
Metabolisme asupan makan, olahraga.
(24) Pasien mengatakan
akan mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.
(25) Pasien mengatakan
minum air yang cukup setiap
harinya.
(26) Pasien mengatakan
BBnya tidak naik dan tidak
turun.
(27) Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O:
(28) Pasien mendapatkan
penjelasan tentang hubungan
antara makanan dan olahraga.
(29) Pasien mendapatkan
motivasi untuk mengubah pola
makannya.
(30) Pasien mendapatkan air
8 gelas sehari.
(31) BB pasien tetap dalam
batas normal 25 kg.
(32) Pasien mendapatkan
makanan seimbang kalori dan
nutrisi untuk memenuhi
gizinya.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan
Yati,Niken Prita dkk.2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1
Pada Anak dan Remaja.Surabaya:UKK
TriExs Team.2009 Having Fun With Diabetes Militus. Bandung:TirEx Media Team.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional
Indoneia (PPNI)