Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN ANAK II PATOFISIOLOGI KELAINAN

PADA SISTEM ENDOKRIN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DIABETES MELITUS TIPE 1 PADA ANAK

DISUSUN OLEH

CINDY NURUL FARADILLA_202001006

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2022
BAB I

KONSEP TEORITIS

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Prabowo, 2017).
Diabetes Mellitus (DM) secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik. Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari
hormon insulin atau gangguan kedua-duanya.
Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes
(IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya
sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah.
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe
ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta
pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi pada tubuh.
2. Etiologi
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
3. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda

1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran


utama untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada
sekelompok penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi
autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease,
pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan
dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun
4. Patofisologi
Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (poligafia) akibat menurunnya simpanan
kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu, akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
5. Pathway DM Tipe 1

Genetik, Proses Autoimun,


Faktor Lingkungan

Merusak sel-sel β
pankreas

Sel β tidak mampu


menghasilkan insulin

Glukoneogenesis dan Metabolisme protein dan


glikogenosis terhambat lemak terganggu

Produksi glukosa oleh hati


dan pemakaian glukosa simpanan kalori Pemecahan lemak
oleh otot
Hiperglikemia Komp: Neuropati BB, Polifagia, Produksi Keton
perifer, penyakit kaki Kelemahan dan
diabetikum kelelahan

penyerapan glukosa
oleh ginjal Ketidakseimbangan
Komp : Ketoasidosis
nutrisi kurang dari
diabetik
kebutuhan tubuh b.d
Ketidakpatuhan b.d keseimbangan
sekresi urine beserta kompleksitas dan insulin, makanan
durasi pengobatan Mk : Ketidakberdayaan
elektrolit, glukosuria dan aktivitas b.d peresepsi
jasmani ketidakmampuan untuk
mencegah komplikasi

Mk : Resiko
Polidipsia dan Poliuria Dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
b.d poliuria dan dehidrasi

6. Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM


umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,
yang sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.

c. Polifagia (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

f. Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang
baik bila tidak diterapi dengan baik.
7. Komplikasi
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi
dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis,
dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan
benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis,
peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.
2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.
Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan
sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik
yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,
ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya
ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi,
berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat
kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala
seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya
terjadi penurunan kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi
memasuki tahun ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal
(nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1),
syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.
Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan,
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi
jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak
timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—
fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa
mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi
penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol
yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-
syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini
berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer
maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas.
Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka
dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik.
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra


dengan keluhan : anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak
kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur,
sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,5 0C,
nadi: 92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali
segara, kulit kering, membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit:
210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan
ibu pasien menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa
depan anaknya. Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah
2x/hari, insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.

A. Pengkajian
Tgl Masuk RS : 05-06-2018
Tgl Pengkajian : 06-06-2018
1. Biodata
- Nama : An.R
- Usia : 10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Tidak ada
- Alamat : Jl. Setia Budi
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 1
- No.RM : 004064

2. Biodata Penanggung jawab


- Nama : Ny.A
- Usia : 32 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : PNS
- Hubungan dengan klien: Ibu Kandung

B. Riwayat Kesehatan
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak
kencing, berat badannya turun, suka mengompol (enuresis).

RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah,
penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah
terserang flu.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien megatakan anaknya tidak pernah mengalami hal yang
serupa sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit DM.
C. POLA KEBUTUHAN DASAR (DATA BIO-PSIKO-SOSIO-KULTURAL-
SPIRITUAL)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika dengan pelayanan kesehatan pasien merasa takut
tapi, akan cepat sembuh.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pasien biasa makan 1 piring nasi dengan lauk dan
sayur (3xsehari). Dan juga biasa minum air putih kurang lebih 6-8
gelas. BB : 30 Kg
- Saat sakit
Pasien mengatakan pola makannya berubah, setelah sakit pasien
makan 1 porsi 4x sehari ditambah makanan ringan saat disekolah. Dan
juga minum air putih 8-10 gelas/hari. BB : 25 Kg.
c. Pola Psiko-sosial
Pasien mengatakan dijauhi teman-temannya karena pasien mudah
marah dan tersinggung.
d. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB normal 1x sehari setiap
pagi dengan konsistensi lembek kecoklatan dan bau khas feses.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perubahan BAB, pasien tetap BAB
normal 1x sehari setiap pagi dengan konsistensi lembek kecoklatan
dan bau khas feses, dan dibantu oleh oranglain.
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa BAK 5-6 x sehari dengan konsistensi
kuning cair dan bau khas urine.

 Saat sakit :
Pasien mengatakan terjadi perubahan frekuensi BAK, pasien BAK
7-10 x sehari.

e. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa melakukan aktivitas sehari
– hari sebagai pelajar.
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit merasakan lemah dan terganggu saat
beraktivitas.
f. Pola kognitif dan Persepsi
Orang tua pasien mengatakan sudah curiga terkait penyakit anaknya
karena ibu pasien mengalami diabetes melitus, tetapi orang tua pasien tetap
merasa cemas terkait masa depan anaknya.
g. Pola Persepsi-Konsep diri
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena penglihatannya sering
kabur dan merasa mudah lelah
h. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit :
Orang tua pasien mengatakan anaknya biasa tidur 6-7 jam perhari dan
tidur dengan nyenyak

- Saat sakit :
Orang tua pasien mengatakan anaknya mengalami gangguan pola tidur,
pasien menjadi sulit tidur karena cemas akan penyakitnya. Pasien tidur
5-6 jam perhari.

i. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungan keluarganya baik, telihat ibu dan ayahnya
menemani pasien bergiliran dan selalu memberi support untuk tetap tenang
agar cepat sembuh dan pulang

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan bahwa mudah tersinggung dan tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa keluarganya beragama islam dan tidak
mengalami gangguan dalam beribadah.
D. PENGKAJIAN FISIK
a. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher :
 Kepala :
- Inspeksi : Rambut hitam, penyebaran rambut merata, rambut
mudah rontok dan tidak ada kebotakan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
 Mata
- Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, tidak ada edema palpebra, pasien tidak dapat mengartikan
objek dengan benar, mata pasien terlihat sayu.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Hidung
- Inspeksi : simetris, penyebaran silia merata, tidak terdapat secret,
tidak ada lesi dan edema.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis, etmoidalis,
maksilaris.
 Telinga :
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada
serumen dan discharge.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kartilago
 Mulut :
- Inspeksi : tidak ada cyanosis, tidak ada karies, tidak ada
stomatitis, bibir simetris, mukosa bibir kering.
2) Dada :
 Paru
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : vokal taktil premitus terasa getaran
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler
 Jantung
- Inspeksi : Iktuskordis tidak tampak
- Palpasi : Teraba iktuskordis di ICS 5
- Perkusi : Dullnes
- Auskultasi : BJ1 dan BJ2 normal
3) Abdomen :
- Inspeksi : simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi
- Perkusi : tidak ada nyeri ketuk pada daerah abdomen maupun
CVA
- Palpasi : tidak ada massa dan pembengkakan
4) Integumen :
- Inspeksi : kulit pasien kering, tidak ada hiperpigementasi
- Palpasi : turgor kulit elastis, kembali < 3 detik.
5) Ekstremitas :
 Atas & Bawah
- Inspeksi : simetris, tidak ada lesi dan pus
- Palpasi : pitting edema (-), CRT < 3 detik
6) Neurologis :
 Status mental dan emosi : mudah tersinggung bila sedang
kelelahan
 Pemeriksaan refleks :
Hammer : Otot bisep dan trisep :+ /+
Patela :+
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium
No Tanggal Jenis Hasil Nilai normal pada
ditemukan pemeriksaan anak

1. 01-11-2018 Hemoglobin 11,2gr/dl 11-16 gram/dL

2. Hematocrit 30% 31-45%

3. Eritrosit 4,0(x106/uL) 3.6-4.8 juta sel/mm3

4. Trombosit 210.000/mm3 150.000 - 450.000


sel/mm3

5. Leukosit 9.500/uL 4500-13.500/mm3

6. Glukosa darah 300mg/dl 70-150mg/dl.

F. TERAPI SAAT INI


1. cek gula darah 2x/hari
2. insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan
DATA FOKUS
Nama Pasien : An.R Dokter : Dr. D
No. RM : 004064 Perawat : C
Dx. Medis : Diabetes Melitus tipe 1 Ruangan: Mawar

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak 1. Keadaan umum : Composmentis


makan dan berat badannya turun GCS : 15
2. Pasien mengatakan banyak minum, 2. Tanda-tanda Vital
banyak kencing Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3. Pasien mengatakan bahwa suka Nadi : 92x/menit
mengompol dimalam hari Suhu : 37,50C
4. Pasien mengatakan sangat cemas dengan Respirasi : 24x/menit
keadaannya
Pemeriksaan fisik
5. Pasien mengatakan tidak bisa perhatian
lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, 3. Mata
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit Inspeksi :

kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan pasien tidak dapat mengartikan objek

mudah terserang flu. dengan benar, mata pasien terlihat

6. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya sayu.

mempunyai riwayat penyakit DM 4. Mulut :

7. Pasien mengatakan pola makannya Inspeksi : mukosa bibir kering

berubah, setelah sakit pasien makan 1 5. Integumen :


porsi 4x sehari ditambah makanan ringan Inspeksi : kulit pasien kering

saat disekolah. Dan juga minum air putih 6. Neurologis (Status mental dan emosi)
8-10 gelas/hari. : mudah tersinggung bila sedang

8. Pasien mengatakan menjadi takut karena kelelahan

dijauhi teman-temannya karena pasien 7. BB sebelum sakit : 30 kg


BB saat sakit : 25 Kg.
mudah marah dan tersinggung 8. Hematokrit: 30%,
9. Pasien mengatakan terjadi perubahan 9. Glukosa darah 300mg/dl.
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari
10. Orang tua pasien mengatakan anaknya
mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
11. Pasien mengatakan bahwa mudah
tersinggung dan tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah
ANALISA DATA
Nama Pasien : An.R Dokter : Dr. D
No. RM : 004064 Perawat : C
Dx. Medis : Diabetes Melitus tipe 1 Ruangan: Mawar
NO DATA PROMBLEM ETIOLOGI

1. DS :

1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan


dan berat badannya turun
2. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya
mempunyai riwayat penyakit DM
3. Pasien mengatakan pola makannya berubah,
setelah sakit pasien makan 1 porsi 4x sehari
ditambah makanan ringan saat disekolah.
Dan juga minum air putih 8-10 gelas/hari.
Ketidakseimbangan
Peningkatan
Nutrisi Kurang
Kebutuhan
DO :
Dari Kebutuhan
Metabolisme
1. Keadaan umum : Composmentis Tubuh
GCS : 15
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. BB sebelum sakit : 30 kg
BB saat sakit : 25 Kg.
4. Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering

2. DS :

1. Pasien mengatakan banyak minum, banyak


kencing
2. Pasien mengatakan bahwa suka mengompol
dimalam hari
3. Pasien mengatakan terjadi perubahan
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari
Penurunan
kemampuan
DO : menyadari tanda-
Gangguan
tanda gangguan
1. Keadaan umum : Composmentis Eliminasi Urin
kandung kemih
GCS : 15
(enuresis)
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. Integumen :
Inspeksi : kulit pasien kering
4. Hematokrit: 30%,
5. Glukosa darah 300mg/dl.
3. DS :

1. Pasien mengatakan sangat cemas dengan


keadaannya
2. Pasien mengatakan menjadi takut karena
teman-temannya menjauhinya karena pasien
mudah marah dan tersinggung
3. Orang tua pasien mengatakan anaknya
mengalami gangguan pola tidur, pasien
menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
4. Pasien mengatakan bahwa mudah
tersinggung dan tidak bisa perhatian lama
Factor keturunan
ketika mengikuti pelajaran sekolah
(tempramen
Ansietas
mudah teragitasi
DO : sejak kecil)

5. Keadaan umum : Composmentis


GCS : 15
6. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
7. Respirasi : 24x/menit Mata
Inspeksi :
pasien tidak dapat mengartikan objek dengan
benar, mata pasien terlihat sayu
8. Neurologis (Status mental dan emosi) :
mudah tersinggung bila sedang kelelahan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Peningkatan Kebutuhan
Metabolisme
2. Gangguan eliminasi urin b.d Penurunan kemampuan menyadari tanda-
tanda gangguan kandung kemih (enuresis).
3. Ansietas b.d Factor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak kecil).

H. INTERVENSI

NO DX Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) TTD

1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


Nutrisi Kurang dari keperawatan selama 3x24
1. Diskusikan dengan
Kebutuhan Tubuh jam diharapkan sejauh mana
pasien mengenai
b.d Peningkatan nutrisi dapat dicerna dan
hubungan antara asupan
Kebutuhan diserap untuk memenuhi
makanan, olahraga,
Metabolisme kebutuhan metabolic sehari-
peningkatan dan
hari pasien dengan KH :
penurunan berat badan.
1. Tidak terjadi 2. Kaji motivasi pasien
penurunan BB (25 untuk mengubah pola
kg) makannya.
2. Pasien dapat 3. Dorong pasien untuk
mempertahankan mengkonsumsi air yang
Berat Badan cukup dalam setiap
3. Intake cairan, harinya.
kalori, nutrisi yang 4. Bantu pasien membuat
sesuai dengan perencanaan dan
kebutuhan konsistensi dengan
metabolic. jumlah energi yang
4. Keseimbangan dibutuhkan setiap
asupan, olahraga dan harinya.
berat badan. 5. Timbang BB secara
berkala (sebelum dan
sesudah makan)
6. Tentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi.
Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk pengaturan
diit sehari-hari.
2. Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Urine b.d Penurunan keperawatan selama 3x24
1. Wawancara pasien untuk
kemampuan jam diharapkan pasien dapat
mendapatkan data
menyadari tanda- mengendalikan
mengenai riwayat toilet
tanda gangguan pengumpulan, pembuangan
training, pola berkemih,
kandung kemih dan eliminasi urine
infeksi saluran kemih.
(enuresis) dikandung kemih dengan
2. Identifikasi faktor apa
KH :
saja penyebab pada
1. Pasien dapat pasien (mis. Urine
mengenali output, pola berkemih,
keinginan untuk fungsi kognitif, dll)
berkemih. 3. Batasi intake cairan 2-3
2. Berkemih pada jam sebelum tidur.
tempat yang tepat 4. Kaji frekuensi, durasi,
3. Pola eliminasi dan pola enuresis.
normal(5-6x sehari). 5. Diskusikan Teknik yang
4. Pasien dapat biasa dilakukan untuk
mengosongkan mengurangi
kandung kemih enuresis(mis. Cahaya
sepenuhnya. redup, membatasi intake
cairan, menjadwalkan ke
kamar mandi secara
rutin)
6. Jelaskan penyebab
terjadinya dan rasional
dari setiap tindakan yang
dilakukan.
7. Monitor eliminasi urine,
volume, frekuensi,
konsistensi, dan bau.
Kolaborasi :

1. Dorong keluarga untuk


menunjukjan kasih
sayang dan
penerimaannya dirumah
jika si anak diejek oleh
temannya.
2. Berikan obat-obatan
yang sesuai untuk
sementara jika
dibutuhkan.
3. Ansietas b.d Factor Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keturunan keperawatan selama 2x24
1. Gunakan pendekatan
(tempramen mudah jam diharapkan tidak terjadi
yang tenang dan
teragitasi sejak kecil) keparahan dari tanda-tanda
meyakinkan.
ketakutan, ketegangan, atau
2. Berikan informasi
kegelisahan yang berasal
factual terkait diagnosis,
dari sumber yang tidak
perawatan dan
dapat diidentifikasi dengan
prognosis.
KH :
3. Dorong keluarga untuk
1. Pasien tidak mendampingi klien
mengalami kesulitan dengan cara yang tepat.
dalam belajar atau 4. Dorong verbalisasi
memahami sesuatu. perasaan, persepsi dan
2. Pasien dapat ketakutan.
menyampaikan rasa 5. Instruksikan klien untuk
takut dan cemasnya menggunakan Teknik
secara lisan. relaksasi.
3. Pasien dapat 6. Bantu pasien untuk
beristirahat. menyelesaikan masalah
4. Pasien dapat dengan cara yang
produktiv kembali. konstruktif.
I. IMPLEMENTASI

Waktu NO
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl Jam DX
12-06- 07.00- 1 Mandiri :
2018 10.00 (1) S : Pasien mengatakan paham
1. Mendiskusikan dengan pasien
akan hubungan antar asupan
mengenai hubungan antara asupan
makan, olahraga.
makanan, olahraga, peningkatan
O : Pasien mendapatkan
dan penurunan berat badan.
penjelasan tentang hubungan
antara makanan dan olahraga.
2. Mengkaji motivasi pasien untuk
(2) S : Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya.
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat
3. Mendorong pasien untuk
O : Pasien mendapatkan
mengkonsumsi air yang cukup
motivasi untuk mengubah
dalam setiap harinya.
pola makannya.
(3) S : Pasien mengatakan minum
4. Membantu pasien membuat
air yang cukup setiap harinya.
perencanaan dan konsistensi
O : Pasien mendapatkan air 8
dengan jumlah energi yang
gelas sehari.
dibutuhkan setiap harinya.
(4) S : Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan
5. Menimbang BB secara berkala
terhadap energi yang
(sebelum dan sesudah makan)
dibutuhkan setiap harinya.
O :Pasien mendapatkan
6. Menententukan jumlah kalori dan
bantuan untuk membuat
nutrisi yang dibutuhkan untuk
perencanaan terhadap
memenuhi persyaratan gizi.
energinya.
Kolaborasi : (5) S : Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi
O : BB pasien tetap dalam
untuk pengaturan diit sehari-hari.
batas normal 25 kg.
(6) S : Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O : Pasien mendapatkan
makanan seimbang kalori dan
nutrisi untuk memenuhi
gizinya.

12-06- 13.00- 2 Mandiri :


2018 15.00 (1) S : - Pasien paham akan
1. Wawancara pasien untuk
penjelasan yang diberikan
mendapatkan data mengenai
riwayat toilet training, pola
O :Pola berkemih pasien
berkemih, infeksi saluran kemih.
kurang dari batas normal.
(2) S : Klien mengeluh jika
2. Identifikasi faktor apa saja
melakukan aktivitas secara
penyebab pada pasien (mis. Urine
berlebih (mencuci, mengepel
output, pola berkemih, fungsi
dsb)
kognitif, dll)

(3) S : Pasien mengatakan tidak


3. Batasi intake cairan 2-3 jam
minum 2 jam sebelum tidur.
sebelum tidur.
O : Membatasi Intake agar
tidak minum air 2-3 jam -----
4. Kaji frekuensi, durasi, dan pola
enuresis. - Pola berkemih pasien mulai
membaik dapam batas
5. Jelaskan penyebab terjadinya dan normal 4-5 dalam sehari.
rasional dari setiap tindakan yang (4) S : Pasien mengatakan
dilakukan. mengetahui tentang setiap
6. Monitor eliminasi urine, volume, tindakan yang dilakukan
frekuensi, konsistensi, dan bau. tim kesehatan
Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk (5) Pasien tampak mengerti saat
menunjukkan kasih sayang dan dijelaskan tentang setiap
penerimaannya dirumah jika si tindakan yang dilakukan tim
anak diejek oleh temannya. kesehatan.

2. Berikan obat-obatan yang sesuai (6) Eliminasi pasien tampak


untuk sementara jika dibutuhkan. membaik kembali dalam
batas normal.

Kolaborasi :
S:
(7) Pasien mengakan ibunya
sangat menyayanginya dan
selalu menyemangatinya
untuk tetap dan sembuh.
O:
(8) Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian
S:
(9) Ibu pasien mengatakan
anaknya mendapatkan
obat-obatan sesuai yang
diresepkan
O:
(10) Pasien terlihat
meminum obat-obatnya

12-06- 16.00- 3 Mandiri : Mandiri :


2028 18.00 1. Gunakan pendekatan yang tenang S :
dan meyakinkan. (11)
O:
(12) Pasien terlihat
tenang dari sebelumnya.
2. Berikan informasi factual terkait S :
diagnosis, perawatan dan prognosis. (13) Pasien
menanyakan tentang
penyakitnya
O:
(14) Perawat
memberikan penejelaskan
tentang penyakitnya
dengan kalimat yang
3. Dorong keluarga untuk mudah dipahami
mendampingi klien dengan cara S :
yang tepat. (15) Ibu pasien
mengatakan menjaga
anaknya secara bergantian
O:
4. Dorong verbalisasi perasaan, (16) Tampak keluarga
persepsi dan ketakutan. pasien bergantian menjaga
pasien
S:
(17) Ibu pasien
mengatakan anaknya
mulai mampu menjelaskan
tentang perasaanya
5. Instruksikan klien untuk O :
menggunakan Teknik relaksasi. (18) Pasien tampak
bercerita kepada ibunya
S:
(19) Pasien mengtakan
dapat lebih tenang setelah
melakukan Teknik
relaksasi
O:
6. Bantu pasien untuk menyelesaikan (20) Pasien
masalah dengan cara yang mendapatkan arahan untuk
konstruktif Teknik relaksasi yang
baik.
S:
(21) Pasien mengatakan
menyelesaikan
masalahnya dengan
bercerita kepada ibunya
O:
(22) Pasien tampak
bercerita kepada ibunya.

EVALUASI
Waktu
DX SOAP
Tgl Jam
12-06- 10.00 Ketidakseimbangan Nutrisi S :
2018 Kurang dari Kebutuhan Tubuh (23) Pasien mengatakan
b/d Peningkatan Kebutuhan paham akan hubungan antar
Metabolisme asupan makan, olahraga.
(24) Pasien mengatakan
akan mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.
(25) Pasien mengatakan
minum air yang cukup setiap
harinya.
(26) Pasien mengatakan
BBnya tidak naik dan tidak
turun.
(27) Pasien sudah dapat
menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya
O:
(28) Pasien mendapatkan
penjelasan tentang hubungan
antara makanan dan olahraga.
(29) Pasien mendapatkan
motivasi untuk mengubah pola
makannya.
(30) Pasien mendapatkan air
8 gelas sehari.
(31) BB pasien tetap dalam
batas normal 25 kg.
(32) Pasien mendapatkan
makanan seimbang kalori dan
nutrisi untuk memenuhi
gizinya.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan

12-06- 15.00 Gangguan Eliminasi Urine b/d S :


2018 Penurunan kemampuan (33) Pasien mengatakan
menyadari tanda-tanda tidak minum 2 jam sebelum
gangguan kandung kemih tidur.
(enuresis) (34) Pasien mengatakan
mengetahui tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan
(35) Ibu pasien mengatakan
anaknya mendapatkan obat-
obatan sesuai yang diresepkan
(36) Pasien mengakan
ibunya sangat menyayanginya
dan selalu menyemangatinya
untuk tetap dan sembuh.
O:
(37) Pola berkemih pasien
kurang dari batas normal.
(38) Klien mengeluh jika
melakukan aktivitas secara
berlebih (mencuci, mengepel
dsb)
(39) Pasien dapat membatasi
intake cairan sebelum tidur.
(40) Pola berkemih pasien
mulai membaik dapam batas
normal 4-5 dalam sehari.
(41) Pasien tampak mengerti
saat dijelaskan tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan.
(42) Eliminasi pasien
tampak membaik kembali
dalam batas normal.
(43) Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian.
(44) Pasien terlihat
meminum obatnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

12-06- 18.00 Ansietas b.d Factor keturunan Mandiri :


2018 (tempramen mudah teragitasi S :
sejak kecil) (45) Pasien menanyakan
tentang penyakitnya
(46) Pasien mengatakan
menyelesaikan masalahnya
dengan bercerita kepada
ibunya
(47) Pasien mengtakan dapat
lebih tenang setelah melakukan
Teknik relaksasi
(48) Ibu pasien mengatakan
anaknya mulai mampu
menjelaskan tentang
perasaanya
(49) Ibu pasien mengatakan
menjaga anaknya secara
bergantian
O:
(50) Pasien terlihat tenang
dari sebelumnya.
(51) Perawat memberikan
penejelaskan tentang
penyakitnya dengan kalimat
yang mudah dipahami
(52) Tampak keluarga
pasien bergantian menjaga
pasien
(53) Pasien tampak bercerita
kepada ibunya
(54) Pasien mendapatkan
arahan untuk Teknik relaksasi
yang baik.
(55) Pasien tampak bercerita
kepada ibunya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh meningkat
nya kadar glukosa darah akibat berkurang nya produksi insulin, gangguan kerja
insulin atau kedua nya. Diabetes Melitus bukan suatu wujud tunggal tetapi agak
nya merupakan kelompok kelainan heterogen yang ada perbedaan pola genetic
serta mekanisme patofisiologi dan etiologi lain yang menyebabkan gangguan
toleransi glukosa, Pada Diabetes Militus terdapat Tipe 1 dan Tipe 2. Komplikasi
yang berkaitan dengan diabetes di klasifikasikan sebagai komplikasi akut dan
kronik. Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
dalam jangka waktu pendek, komponen pengelolaan DM Tipe 1 meliputi
pemberian insulin, pengaturan makan, olah raga, edukasi, dan pemantauan
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2.Jakarta:EGC

Daniel,Bernstein&Shelov,Steven.Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mahasiswa


Kedokteran.Edisi 3.Jakarta:EGC

Yati,Niken Prita dkk.2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1
Pada Anak dan Remaja.Surabaya:UKK

TriExs Team.2009 Having Fun With Diabetes Militus. Bandung:TirEx Media Team.

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions classification


(NIC) (5th ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United state of America: Mosby Elsevier

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Nasional
Indoneia (PPNI)

Anda mungkin juga menyukai