Disusun Oleh:
YESI OLINDA
21317151
A. DEFINISI
Kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer and
Bare,2000). Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan
denan defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai
dengan ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita,
2011) dalam (Inukai, 2012).
B. ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus dalam
(Raharjo, 2018), yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulangen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM
dalam (Raharjo, 2018), yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah:
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Menurut (Corwin, EJ. 2009) dalam (Raharjo, 2018):
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hatimeskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebutmuncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
DM tipe I DM tipe II
Defisiensi insulin
Intoleransi aktifitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam jurnal (Raharjo, 2018)
adalah:
a. Pemeriksaan darah
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah,
menurut Sujono& Sukarmin (2008) antara lain:
1) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik
untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan.
Atau > 140 mg/dl disertai gejalaklasik hiperglikemia atau IGT
115-140 mg/dl.
2) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk
skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic.
3) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining
bukan diagnostik.
4) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1
jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
5) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal
yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
6) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak
bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa
abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah
140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
7) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih
dari 3 bulan.
8) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah
pemberian glukosa.
9) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120
mu/ml, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia
atau dalam penelitian diabetes.
b. Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine:
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0027 (Ketidakstabilan kadar gula darah)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan
2. D.0056 (Intoleransi Aktivitas)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
3. D.0032 (Resiko defisit nutrisi)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
Edukasi
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
Terapeutik
2. - Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri)
jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
YESI OLINDA
21317151
TANGERANG – BANTEN
14
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA
( PHYSICAL ASSESSMENT )
BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 40 th
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 1234
5. Alamat : jl. Perintis, Tangerang
6. Status : Menikah
7. Keluarga terdekat : Ibu
8. Diagnosa Medis : DM tipe II
9. Tanggal Pengkajian : 10 Noveember 2021
A. ANAMNESE
1. Keluhan Utama :
Di Rumah Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan bahwa ia mengidap DM tipe II, Pasien mengatakan
bahwa orang tua klien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak memiliki
riwayat DM.
15
A. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN: BAIK, TIDAK ADA
KELUHAN
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : 1 – 2 x/hari
b. Nafsu makan : (√) Baik ( ) Tidak Nafsu
Alasan : -
c. Jenis Makanan Rumah : Nasi, lauk pauk, sayur dan kadang
buah-buahan
d. Makanan yang tidak disukai/ Alergi / pantangan : ( ) ada, ( √ )
Tidak Ada.
Bila ada, Sebutkan : -
2. Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi : 5-7 kali/ hari
2) Warna : Kuning Jernih
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -
b. BAB
1) Frekuensi : 1 kali
2) Warna : Kuning
3) Bau : Khas
4) Konsistensi : Lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : -
16
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi : 2-3x/Hari
2) Waktu : ( √ ) Pagi ( ) Sore (√) Malam
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 2-3 x/Minggu
2) Shampoo : ( √ ) Ya ( ) Tidak
17
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : composnentis
b. Keadaan umun : lemas
c. Tekanan darah :-
d. Suhu : 37,8° C
e. Respirasi : 20x/ menit
f. Berat badan : 41 kg
g. Tinggi Badan : 155 cm
2. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Membrane mukosa, hidung, faring Ny. H tampak kemerahan. Ny. H
batuk tampak tidak produktif, kemudian tonsil tampak kemerahan.
Terdapat sekret didalam hidung.
b. Palpasi
Aktal Ny. H teraba dingin, tidak terdapat pembesaran pada kelenjar
limfe pada daerah leher, dan tidak ada pembengkakan pada kelenjar
thypoid.
c. Perkusi
Area paru (-)
d. Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan (ronkhi) saat Ny. H sedang inspirasi
maupun ekspirasi
18
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran (-).
b. Palpasi
Palpasi pada dinding thorak teraba (kuat).
c. Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah:
Batas atas : Normsl (ICS II)
Batas bawah : Nomal (ICS V)
Batas kiri : Normal (ICS V Mid Clavicula Sinistra)
Batas Kanan : Normal (ICS IV Mid Sternalis Dextra)
d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak ada
4. Sistem Pencernaan
Mukosa bibir agak kering, tidak terdapat stomatitis pada mukosa mulut.
Anus tidak lecet dan tidak terdapat haemoroid.
5. Sistem Indera
Terdapat kelopak mata, bulu mata dan asli, tidak terdapat pembengkakan
disekitar area mata. Tidak terdapat masalah dalam penciuman, ibu klien
mengatakan bahwa anaknya belum pernah mimisan. Daun telinga
simetris, tidak terdapat serumen, dan fungsi pendengaran baik.
19
6. Sistem Syaraf
a. Fungsi Serebral
Status orientasi Ny. H baik, daya ingat cukup dan menggunakan
bahasa indonesia, kesadaran composmentis dengan nilai GCS : E:
4, M: 6, V: 5.
b. Fungsi Kranial
1) N I Olfaktorius (Pembau)
Klien dapat membedakan bau kopi dan teh.
2) N II Optikus (Penglihatan)
Lapang pandangnya baik, dapat melihatkesamping dan kedepan
dengan lirikan.
3) N III (Okulomotoris)
4) IV (Trokhleris)
5) VI (Nervus Abdusen): Gerakan bola mata keatas, kebawah, dan
kesamping , pupil isokor.
6) N V Thrigeminus
Klien dapat menggerakan rahang, pasien dapat merasakan
setuhan kapas pada pipi, dan kelopak mata.
7) N VI (Abdusen)
Klien dapat memejamkan mata.
8) N VII Facialis
Klien dapat tersenyum, dapat menjulurkan lidah,untuk dapat
membedakan gula dan garam.
9) N VIII Auditorius
Klien dapat mendengar suara detik jam.
10) N IX Glosopharingeal
Klien dapat membedakan rasa manis dan asam.
11) N X Vagus
20
Klien dapat menelan. Akan tetapi saat ini sedang sakit
tenggorokan.
12) N XI Accessorious
Klien dapat menggerakkan bahu
13) N XII Hyppoglosal
Klien dapat menjulurkan dan mengerakan lidahke kiri dan kanan,
artikulasi bicara jelas.
7. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala bulat, dapat miring kanan dan kiri, gaya berjalan normal,
tidak terdapat pembengkakan dan tidak terdapat kekakuan pada lutut,
kaki maupun tangan.
8. Sistem Integumen
Ny. H memiliki rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut. Kulit
sawo matang, termperatur kulit teraba hangat, terdapat bulu kulit pada
tangan tipis dan pendek, tidak terdapat ruam, texsture kulit halus,
kelembapan kulit agak kering. Kuku berwana merah muda putih,
permukaan kuku rata, tidak mudah patah, dan kuku bersih.
9. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kalenjar tiroid, terdapat peningkatan suhu
tubuh, tidak terdapat keringat berlebih, dan tidak ada riwayat air seni
dikelilingi oleh semut. Sistem Perkemihan Tidak terdapat
pembengkakan pada kandung kemih.
21
11. Sistem Imun
Ibu klien mengatakan An. L tidak memiliki alergi terhadap cuaca, debu,
bulu binatang, dan zat kimia. Serta tidak memiliki penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca.
2) Reflek pathology
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu
a) Reflek babinski : tidak terkaji
b) Reflek chaddok : tidak terkaji
c) Reflek schaeffe : tidak terkaji
d) Reflek Oppenheim : tidak terkaji
22
e) Reflek Gordon : tidak terkaji
f) Reflek bing : tidak terkaji
g) Reflek gonad : tidak terkaji
Keluhan lain yang terkait dengan Px.Neurologis: Tidak
ada
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
23
4. □ Nyeri Berat Pasien mengatakan nyeri tidak
dapat ditahantidak dapat ditahan
atau berat.
24
2) Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : Orang tua klien
3) Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif), Apakah tipe
kepribadian klien (terbuka).
g. Pola Pertahanan
1) Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi
masalahnya: Klien menghadapi masalah dengan cara bercerita
tentang perasaan yang ia rasakan sekarang.
25
d. Analisa gas darah
Masalah Keperawatan: tidak terkaji
26
tetapi tidak ada riwayat
DM
DO :
- Pasien tampak lemas
- Kulit tampak sianosis
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Kreatinin: 2,0
2. DS: Keadekuatan (D.0008) penurunan curah
- Pasien mengatakan jantung jantung
badannya lemas tidak memompa darah Kategori: fisiologi
berdaya untuk memenuhi Subkategori: sirkulasi
- Pasien mengatakan ia kebutuhan
batuk berdahak metabolisme
- Pasien mengatakan ia tubuh
sesak nafas serta mual
- Pasien mengatakan
nyeri kepala terus
menerus
- Pasien mengatakan
orangtuanya memiliki
riwayat hipertensi akan
tetapi tidak ada riwayat
DM
DO :
- Pasien tampak lemas
27
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- BB: 60 kg
- TB: 150 cm
- GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Kreatinin: 2,0
- Cot tidak mebesar
- Sinus dan diafragma
normal
- Tidak tampak
kardiomegali
3. DS: Respon fisiologis (D.0056) intoleransi aktifitas
- Pasien mengatakan terhadap aktivitas Kategori: fisiologis
badannya lemas tidak yang Subkategori: aktivitas/
berdaya membutuhkan istirahat
- Pasien mengatakan ia tenaga
sesak nafas serta mual
DO:
- Pasien tampak lemas
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- Warna kulit sianosis
28
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
29
Edukasi
Anjurkan
memonitor kadar
gula darah secara
mandiri
Anjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Ajaran pengelolaan
diabetes
(penggunaan
insulin, obat oral,
monitor asupan
cairan pengganti
karbohidrat, dan
bantuan profesional
kesehatan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberan insulin
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian kalium,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
30
2. (D.0008) Setelah dilakukan (I.02075) perawatan jantung
penurunan curah tindakan keperawatan
jantung selama 3 x 24 jam Tindakan
Kategori: fisiologi diharapkan curah Observasi
Subkategori: jantung meningkat Identifikasi
sirkulasi dengan kriteria hasil: tanda/ gejala
- Kekuatan nadi primer penurunan
perifer meningkat curh jantung
- Takikardia (dispnea,
menurun kelelahan)
- Lelah menurun Identifikasi tanda/
- Dispnea menurun gejala sekunder
- Sianosis menurun penurunan curah
- Batuk menurun jantu g
- Berat badan (peningkatan
menurun berat badan,
- Tekanan darah ronkhi basah,
membaik batuk, kulit
pucat)
Minitor tekanan
darah
Monitor berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah aktivitas
31
Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum
pemberian ob\at
(beta blocker,
ACE inhibitor,
digoksin)
Terapeutik
Posisikan pasien
semi fowler/ fowler
Fasilitasi pasien
dan keluarga untuk
memodifikasi gaya
hidup sehat
Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
SpO2 > 94%
Edukasi
Anjurkan
beraktifitas fisik
32
sesuai toleransi
Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap
Ajarkan pasien dan
keluarga pasien
mengukur berat
badan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. (D.0056) Setelah dilakukan (I.05178) manajemen
intoleransi aktifitas tindakan keperawatan energi
Kategori: fisiologis selama 3 x 24 jam
Subkategori: diharapkan toleransi Tindakan
aktivitas/ istirahat aktifitas meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: Identifikasi
- Keluhan lelah gangguan fungsi
menurun tubuh yang
- Dispnea menurun mengakibtakan
- Perasaan lemah kelelahan
menurun Monitor
- Sianosis menurun kelelahan fisik
- Warna kulit dan emosional
membaik
33
- Tekanan darah Terapeutik
membaik Sediakan
- Frekuensi nafas lingkungan yang
membaik nyaman dan rendah
stimulus
Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
Anjurkan tirah
baring
Anjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidk
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
34
cara meningkatkan
asupan makana
35
CATATAN PERKEMBANGAN
36
- Menganjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Kolaborasi
- Berkolaborasi
pemberian insulin jika
perlu
37
darah dan frekuensi - Posisikan klien dalam
nadi sebelum dan keadaan fowler/ semi fowler
sesudah aktivitas - Monitor tekanan darah,
Memeriksa tekanan frekuensi nadi, RR
darah dan frekuensi - Berikan terapi O2 kanul nasal
nadi sebelum 4 lpm
pemberian ob\at - Kolaborsikan pemberian obat
(beta blocker, ACE oral untuk darah tinggi
inhibitor, digoksin) dengan dokter
Terapeutik - Kolaborsikan pemberian obat
Memposisikan pasien oral untuk mengatasi batuk
semi fowler/ fowler berdahak
Memfasilitasi pasien - Kolaborsikan pemberian obat
dan keluarga untuk oral untuk mengatasi mual
memodifikasi gaya - Kolaborasikan pemberian
hidup sehat obat antibiotik
mengurangi stress
Memberikan oksigen
untuk
mempertahankan SpO2
> 94%
Edukasi
MengAnjurkan
beraktifitas fisik sesuai
toleransi
38
MengAnjurkan
beraktifitas fisik secara
bertahap
MengAjarkan pasien
dan keluarga pasien
mengukur berat badan
harian
Kolaborasi
- MengKolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- MeRujuk ke program
rehabilitasi jantung
(D.0056) (I.05178) Manajemen Energi S: Yesi
intoleransi Tindakan - Klien mengatakan masih
aktifitas Observasi lemas danengap setelah
Kategori: - Mengidentifikasi beraktivitas atau kepasar
fisiologis gangguan fungsi tubuh O:
Subkategori yang mengakibatkan - klien masi terlihat lemas
: aktivitas/ kelelahan - klien masi terlihat lemas
istirahat - Memonitor kelelahan - TD: 145/ 91 mmHg
fisik dan emosional - R: 29 x/mnt
- Memonitor pola dan - N: 82 x/mnt
jam tidur - T: 36,5oC
Terapeutik - GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Menyediakan
- Kreatinin: 2,0
lingkungannyaman dan
A:
rendah stimulus (mis.
- masalah intoleransi
cahaya, suara,
aktivitas teratasi sebagian
lingkungan)
39
- Memberikan aktivitas P:
distraksi yang - lanjutkan intervensi
menenangkan (Berikan distraksi yang
Edukasi menenangkan)
- Menganjurkan tirah
baring
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makan
40
CATATAN PERKEMBANGAN
41
insulin 0-10 menit sebelum
makan
(D.0008) Memonitor tekanan S: Yesi
penurunan darah - Klien mengatakan masih
curah Memposisikan pusing, engap, mual dan
jantung pasien semi fowler/ lemas
Kategori: fowler - Pasien mengatakan masih
fisiologi Memberikan oksigen batuk dan berdahak
Subkategori untuk O:
: sirkulasi mempertahankan - klien masi terlihat lemas
SpO2 > 94% - TD: 130/ 91 mmHg
MengKolaborasi - R: 22 x/mnt
42
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk darah tinggi
dengan dokter
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi batuk
berdahak
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi mual
- Kolaborasikan pemberian
obat antibiotik
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi pusing,
nyeri
- Kolaborasikan pemberian
obat melalui IV
(D.0056) - Memonitor aktivitas S: Yesi
intoleransi pasien secara bertahap - Klien mengatakan masih
aktifitas lemas dan engap setelah
Kategori: beraktivitas
fisiologis O:
Subkategori - klien masih terlihat lemas
: aktivitas/ - TD: 130/ 91 mmHg
istirahat - R: 22 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- GDS: 421 mg/dl
- SGPT: 18
- Kreatinin: 2,0
A:
- masalah intoleransi aktivitas
43
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
(Berikan distraksi yang
menenangkan)
44
CATATAN PERKEMBANGAN
45
darah
- Monitor pasien dalam
melakukan penyuntikan
insulin 0-10 menit sebelum
makan
(D.0008) Memonitor tekanan S: Yesi
penurunan darah - Klien mengatakan masih
curah Memposisikan pusing, engap, mual dan
jantung pasien semi fowler/ lemas
Kategori: fowler - Pasien mengatakan masih
fisiologi Memberikan oksigen batuk dan berdahak
Subkategori untuk O:
: sirkulasi mempertahankan - klien masi terlihat lemas
SpO2 > 94% - TD: 127/ 91 mmHg
MengKolaborasi - R: 22 x/mnt
46
- Berikan terapi O2 kanul nasal
4 lpm
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk darah tinggi
dengan dokter
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi batuk
berdahak
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi mual
- Kolaborasikan pemberian
obat antibiotik
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi pusing,
nyeri
- Kolaborasikan pemberian
obat melalui IV
(D.0056) S: Yesi
- Memonitor
intoleransi - Klien mengatakan sudah
aktivitas pasien secara
aktifitas tidak merasa lemas dan
bertahap
Kategori: sudah tidak merasa engap
fisiologis setelah beraktivitas
Subkategori O:
: aktivitas/ - klien sudah terlihat tidak
istirahat tampak lemas
- TD: 127/ 91 mmHg
- R: 22 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,7oC
- GDS: 190 mg/dl
- SGPT: 18
47
- Kreatinin: 2,0
A:
- masalah intoleransi aktivitas
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
(Berikan distraksi yang
menenangkan)
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Lampiran
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63