Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN SISITEM

ENDOKRIN (DIABETES MILETUS)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

YESI OLINDA

21317151

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG


2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer and
Bare,2000). Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan
denan defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai
dengan ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita,
2011) dalam (Inukai, 2012).

B. ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus dalam
(Raharjo, 2018), yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulangen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara
pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Melitustak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor- reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM
dalam (Raharjo, 2018), yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah:
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi
ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam
air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.

2. Gejala lain yang muncul


a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya
akibat tumbuhnya jamur.
c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
e. Kelemahan tubuh
f. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel
melaluiproses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
g. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan.
h. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
i. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia.

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Menurut (Corwin, EJ. 2009) dalam (Raharjo, 2018):
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hatimeskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebutmuncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak


yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa
baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yangmenggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting.

2. Diabetes tipe II.


Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya


glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlahyang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II.

Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat


menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemi hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling
sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun
dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
E. PATHWAY

Reaksi autoimun Obesitas, usia, genetik

DM tipe I DM tipe II

Sel β pancreas Sel β pancreas


hancur rusak

Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian gula

Hiperglikemia Viskolitas darah

BB menurun Polipagia Aliran darah melambat

Resiko defisit nutrisi Polidisposisi Iskemik jaringan

Poliurea Nektosis luka

Ketidakstabilan Aktivitas terganggu


kadar gula darah

Intoleransi aktifitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam jurnal (Raharjo, 2018)
adalah:
a. Pemeriksaan darah
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah,
menurut Sujono& Sukarmin (2008) antara lain:
1) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik
untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan.
Atau > 140 mg/dl disertai gejalaklasik hiperglikemia atau IGT
115-140 mg/dl.
2) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk
skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic.
3) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining
bukan diagnostik.
4) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1
jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
5) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO
merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal
yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
6) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak
bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa
abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada
orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah
140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
7) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih
dari 3 bulan.
8) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah
pemberian glukosa.
9) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120
mu/ml, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia
atau dalam penelitian diabetes.
b. Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine:
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0027 (Ketidakstabilan kadar gula darah)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan
2. D.0056 (Intoleransi Aktivitas)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
3. D.0032 (Resiko defisit nutrisi)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan
H. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Intervensi Keperawatan

I.03115 (Manajemen hiperglikemia)


Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

Terapeutik

1. - Berikan asupan cairan oral

Edukasi
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu

l.05186 (Terapi Aktivitas)


Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu

Terapeutik
2. - Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas

Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

I.03119 (Manajemen Nutrisi)


3.
Observasi
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan,
-
Terapeutik
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri)
jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Inukai, K. (2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nihon rinsho. Japanese journal


ofclinical medicine, 70 Suppl 3, 323–326.

Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di


Ruang KiranaRumah Sakit Asuhan Keperawatan Ny. N Dengan Diabetes.
(Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria asil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN DIABETES
MILETUS TIPE II

Disusun Oleh:

YESI OLINDA

21317151

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Profesi Ners Reguler

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

TANGERANG – BANTEN

14
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA
( PHYSICAL ASSESSMENT )

BIODATA PASIEN

1. Nama : Ny. H
2. Umur : 40 th
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. No. Register : 1234
5. Alamat : jl. Perintis, Tangerang
6. Status : Menikah
7. Keluarga terdekat : Ibu
8. Diagnosa Medis : DM tipe II
9. Tanggal Pengkajian : 10 Noveember 2021

A. ANAMNESE
1. Keluhan Utama :
Di Rumah Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan bahwa ia mengidap DM tipe II, Pasien mengatakan
bahwa orang tua klien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak memiliki
riwayat DM.

Di Rumah Saat Sakit :


Badan lemas tidak berdaya, nyeri kepala terus menerus, batuk berdahak,
napas sesak serta mual semenjak tadi pagi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Dx. DM tipe II


3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : -
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa orang tua klien memiliki riwayat hipertensi
tetapi tidak memiliki riwayat DM.

15
A. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN: BAIK, TIDAK ADA
KELUHAN
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : 1 – 2 x/hari
b. Nafsu makan : (√) Baik ( ) Tidak Nafsu
Alasan : -
c. Jenis Makanan Rumah : Nasi, lauk pauk, sayur dan kadang
buah-buahan
d. Makanan yang tidak disukai/ Alergi / pantangan : ( ) ada, ( √ )
Tidak Ada.
Bila ada, Sebutkan : -

2. Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi : 5-7 kali/ hari
2) Warna : Kuning Jernih
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -

b. BAB
1) Frekuensi : 1 kali
2) Warna : Kuning
3) Bau : Khas
4) Konsistensi : Lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : -

3. Pola Personal Hygine


a. Mandi
1) Frekuensi : 2 x/Hari
2) Sabun : ( √ ) Ya ( ) Tidak

16
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi : 2-3x/Hari
2) Waktu : ( √ ) Pagi ( ) Sore (√) Malam

c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 2-3 x/Minggu
2) Shampoo : ( √ ) Ya ( ) Tidak

d. Pola Istirahat dan Tidur


1) Lama Tidur : ± 9 Jam/hari
2) Kebiasaan sebelum tidur : Berdoa
Keluhan :-

e. Pola Aktifitas dan Latihan


1) Kegiatan dalam pekerjaan
a) Sekolah : (√) Pagi ( ) Siang
b) Olah Raga : (√) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : latihan fisik (volley)
c) Frekuensi : 1-2x seminggu

2) Kegiatan waktu luang : berkumpul bersama keluarga


Keluhan dalam aktivitas : tidak ada

f. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


1) Merokok : ( ) Ya, Sebutkan .............. ( √ ) Tidak
2) Minuman keras : ( ) Ya, Sebutkan .............. ( √ ) Tidak
3) Ketergantungan obat : ( ) Y, Sebutkan .............. ( √ ) Tidak

17
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran : composnentis
b. Keadaan umun : lemas
c. Tekanan darah :-
d. Suhu : 37,8° C
e. Respirasi : 20x/ menit
f. Berat badan : 41 kg
g. Tinggi Badan : 155 cm

2. Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Membrane mukosa, hidung, faring Ny. H tampak kemerahan. Ny. H
batuk tampak tidak produktif, kemudian tonsil tampak kemerahan.
Terdapat sekret didalam hidung.

b. Palpasi
Aktal Ny. H teraba dingin, tidak terdapat pembesaran pada kelenjar
limfe pada daerah leher, dan tidak ada pembengkakan pada kelenjar
thypoid.

c. Perkusi
Area paru (-)

d. Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan (ronkhi) saat Ny. H sedang inspirasi
maupun ekspirasi

18
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran (-).

b. Palpasi
Palpasi pada dinding thorak teraba (kuat).

c. Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah:
Batas atas : Normsl (ICS II)
Batas bawah : Nomal (ICS V)
Batas kiri : Normal (ICS V Mid Clavicula Sinistra)
Batas Kanan : Normal (ICS IV Mid Sternalis Dextra)

d. Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (keras), (reguler)
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak ada

4. Sistem Pencernaan
Mukosa bibir agak kering, tidak terdapat stomatitis pada mukosa mulut.
Anus tidak lecet dan tidak terdapat haemoroid.

5. Sistem Indera
Terdapat kelopak mata, bulu mata dan asli, tidak terdapat pembengkakan
disekitar area mata. Tidak terdapat masalah dalam penciuman, ibu klien
mengatakan bahwa anaknya belum pernah mimisan. Daun telinga
simetris, tidak terdapat serumen, dan fungsi pendengaran baik.

19
6. Sistem Syaraf
a. Fungsi Serebral
Status orientasi Ny. H baik, daya ingat cukup dan menggunakan
bahasa indonesia, kesadaran composmentis dengan nilai GCS : E:
4, M: 6, V: 5.

b. Fungsi Kranial
1) N I Olfaktorius (Pembau)
Klien dapat membedakan bau kopi dan teh.
2) N II Optikus (Penglihatan)
Lapang pandangnya baik, dapat melihatkesamping dan kedepan
dengan lirikan.
3) N III (Okulomotoris)
4) IV (Trokhleris)
5) VI (Nervus Abdusen): Gerakan bola mata keatas, kebawah, dan
kesamping , pupil isokor.
6) N V Thrigeminus
Klien dapat menggerakan rahang, pasien dapat merasakan
setuhan kapas pada pipi, dan kelopak mata.
7) N VI (Abdusen)
Klien dapat memejamkan mata.
8) N VII Facialis
Klien dapat tersenyum, dapat menjulurkan lidah,untuk dapat
membedakan gula dan garam.
9) N VIII Auditorius
Klien dapat mendengar suara detik jam.
10) N IX Glosopharingeal
Klien dapat membedakan rasa manis dan asam.
11) N X Vagus

20
Klien dapat menelan. Akan tetapi saat ini sedang sakit
tenggorokan.

12) N XI Accessorious
Klien dapat menggerakkan bahu
13) N XII Hyppoglosal
Klien dapat menjulurkan dan mengerakan lidahke kiri dan kanan,
artikulasi bicara jelas.

7. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala bulat, dapat miring kanan dan kiri, gaya berjalan normal,
tidak terdapat pembengkakan dan tidak terdapat kekakuan pada lutut,
kaki maupun tangan.

8. Sistem Integumen
Ny. H memiliki rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut. Kulit
sawo matang, termperatur kulit teraba hangat, terdapat bulu kulit pada
tangan tipis dan pendek, tidak terdapat ruam, texsture kulit halus,
kelembapan kulit agak kering. Kuku berwana merah muda putih,
permukaan kuku rata, tidak mudah patah, dan kuku bersih.

9. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kalenjar tiroid, terdapat peningkatan suhu
tubuh, tidak terdapat keringat berlebih, dan tidak ada riwayat air seni
dikelilingi oleh semut. Sistem Perkemihan Tidak terdapat
pembengkakan pada kandung kemih.

10. Sistem Reproduksi


Putting menonjol, terdapat aerola berwarna pink, mamae sudah
membesar. Labia mayor dan minor bersih.

21
11. Sistem Imun
Ibu klien mengatakan An. L tidak memiliki alergi terhadap cuaca, debu,
bulu binatang, dan zat kimia. Serta tidak memiliki penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca.

12. Memeriksa fungsi Motorik


Ukuran otot (simetris), gerakan-gerakan yang tidak disadari oleh klien
(-).

13. Memeriksa fungsi sensorik


a. Kepekaan saraf perifer
Benda tumpul peka, benda tajam peka. Menguji sensasi
panas/dingin peka, kapas halus peka, minyak wangi fokus.

b. Memeriksa reflek kedalaman tendon


1) Reflek fisiologis
a) Reflek bisep : (+)
b) Reflek trisep : (+)
c) Reflek brachiradialis : (+)
d) Reflek patella : (+)
e) Reflek achiles : (+)

2) Reflek pathology
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu
a) Reflek babinski : tidak terkaji
b) Reflek chaddok : tidak terkaji
c) Reflek schaeffe : tidak terkaji
d) Reflek Oppenheim : tidak terkaji

22
e) Reflek Gordon : tidak terkaji
f) Reflek bing : tidak terkaji
g) Reflek gonad : tidak terkaji
Keluhan lain yang terkait dengan Px.Neurologis: Tidak
ada

14. Riwayat Psikologis


a. Status nyeri
1) Menurut skala Intensitas Numerik

● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2) Menurut Agency for Health Care Policy and Research


No. Intensitas Nyeri Deskripsi

1. □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak merasa


nyeri

2. □ Nyeri Ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri


atau ringan.

Pasien nampak gelisah

3. □ Nyeri sedang Pasien mengtakan nyeri masih


bisa ditahan atau sedang.

Pasien nampak gelisah

Pasien mampu sedikit


berpartisipasi dalam perawatan

23
4. □ Nyeri Berat Pasien mengatakan nyeri tidak
dapat ditahantidak dapat ditahan
atau berat.

Pasien sangat gelisah

Fungsi mobilitas dan perilaku


pasien berubah

5. □ Nyeri Sangat Pasien mengatakan nyeri tidak


Berat tertahankan atau sangat berat .

Peubahan ADL yang mencolok


(Ketergantungan), putus asa

Tingkat nyeri: tidak ada keluhan nyeri

15. Status Emosi


a. Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien
Terlihat baik dan senang.
b. Tingkah laku yang menonjol
Klien terliat sering mencari teman mengobrol.
c. Suasana yang membahagiakan klien
Banyak keluarga dan mengobrol.
d. Gaya komunikasi
Sebelum sakit : Normal
Saat dikaji : Spontan
e. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara (tidak), apa pola
komunikasinya (spontan), apakah klien menolak untuk diajak
komunikasi (tidak), Apakah komunikasi klien jelas (tidak), apakah
klien menggunakan bahasa isyarat (tidak).
f. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien berespon : Semua orang

24
2) Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : Orang tua klien
3) Bagaimanakah klien dalam berinteraksi (aktif), Apakah tipe
kepribadian klien (terbuka).
g. Pola Pertahanan
1) Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi
masalahnya: Klien menghadapi masalah dengan cara bercerita
tentang perasaan yang ia rasakan sekarang.

16. Pemeriksaan Laboratorium


a. Darah lengkap
Leukosit : 7,9 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 4,6 ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : 252 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : 12,7 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 36 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
GDS : 721 ( N : <200 mg/dl)
Masalah Keperawatan: hasil pemeriksaan GDS menunjukan
peningkatan Gula darah pasien
b. Kimia darah
Ureum :- ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 2,0 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
SGOT :- ( N : 2 – 17 )
SGPT : 20 ( N : 3 – 19 )
BUN :- ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :- ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :- ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
Masalah Keperawatan: hasil pemeriksaan faal hati (creatinine
2,0, SGPT = 20)
c. Analisa elektrolit
Masalah Keperawatan: tidak terkaji

25
d. Analisa gas darah
Masalah Keperawatan: tidak terkaji

17. Pemeriksaan Penunjang


Masalah Keperawatan: tidak terkaji

18. Terapi Yang Telah Diberikan:


Nomor Nama Obat
1. Nevorapid 20 unit
2. Omeprazole 2x1
3. Amlodipin 10 mg 1x1
4. Ns 500
5. Pct
6. Insulin 16 unit
7. Levofloxacin 1x 700 mg
8. Azitromicin 1 x 500 mg
9. Fluimocly 3x1

19. Data Fokus


No. Data fokus Problem Etiologi
1. DS : Kadar glukosa (D.0027) Ketidakstabilan
- Pasien mengatakan darah lebih diatas kadar gula darah
badannya lemas tidak normal (<200 Kategori: Fisiologi
berdaya mg/dl) Subkategori: nutrisi dan cairan
- Pasien mengatakan
nyeri kepala terus
menerus
- Pasien mengatakan
orangtuanya memiliki
riwayat hipertensi akan

26
tetapi tidak ada riwayat
DM

DO :
- Pasien tampak lemas
- Kulit tampak sianosis
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Kreatinin: 2,0
2. DS: Keadekuatan (D.0008) penurunan curah
- Pasien mengatakan jantung jantung
badannya lemas tidak memompa darah Kategori: fisiologi
berdaya untuk memenuhi Subkategori: sirkulasi
- Pasien mengatakan ia kebutuhan
batuk berdahak metabolisme
- Pasien mengatakan ia tubuh
sesak nafas serta mual
- Pasien mengatakan
nyeri kepala terus
menerus
- Pasien mengatakan
orangtuanya memiliki
riwayat hipertensi akan
tetapi tidak ada riwayat
DM
DO :
- Pasien tampak lemas

27
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- BB: 60 kg
- TB: 150 cm
- GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Kreatinin: 2,0
- Cot tidak mebesar
- Sinus dan diafragma
normal
- Tidak tampak
kardiomegali
3. DS: Respon fisiologis (D.0056) intoleransi aktifitas
- Pasien mengatakan terhadap aktivitas Kategori: fisiologis
badannya lemas tidak yang Subkategori: aktivitas/
berdaya membutuhkan istirahat
- Pasien mengatakan ia tenaga
sesak nafas serta mual

DO:
- Pasien tampak lemas
- TD: 145/ 91 mmHg
- R: 29 x/mnt
- Warna kulit sianosis

20. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)


1. Ketidakstabilan kadar gula darah
2. Penurunan curah jantung
3. Intoleransi aktivitas

28
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. H Nama Mahasiswa : Yesi O


Ruang : Mawar NIM : 21317151
No. M.R : 1234
Diagnosa medis : DM tipe II

No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. (D.0027) Setelah dilakukan (I.03115) Manajemen
Ketidakstabilan tindakan keperawatan Hiperglikemi
kadar gula darah selama 3 x 24 jam
Kategori: Fisiologi diharapkan Kestabilan Tindakan
Subkategori: kadar glukosa darah Observasi
nutrisi dan cairan meningkat dengan  Identifikasi
kriteria hasil: kemungkinan
(L.05022) Kestabilan penyebab
kadar glukosa darah hiperglikemia
 Koordinasi  Monitor kadar
meningkat glukosa darah
 Mengantuk
menurun Terapeutik
 Pusing menurun  Berikan asupan
 Kadar glukosa cairan oral
dalam darah cukup  Konsultasikan
membaik dengan medis jika
 Lelah menurun tanda gejala
hiperglikemia
memburuk

29
Edukasi
 Anjurkan
memonitor kadar
gula darah secara
mandiri
 Anjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
 Ajaran pengelolaan
diabetes
(penggunaan
insulin, obat oral,
monitor asupan
cairan pengganti
karbohidrat, dan
bantuan profesional
kesehatan

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberan insulin
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian kalium,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu

30
2. (D.0008) Setelah dilakukan (I.02075) perawatan jantung
penurunan curah tindakan keperawatan
jantung selama 3 x 24 jam Tindakan
Kategori: fisiologi diharapkan curah Observasi
Subkategori: jantung meningkat  Identifikasi
sirkulasi dengan kriteria hasil: tanda/ gejala
- Kekuatan nadi primer penurunan
perifer meningkat curh jantung
- Takikardia (dispnea,
menurun kelelahan)
- Lelah menurun  Identifikasi tanda/
- Dispnea menurun gejala sekunder
- Sianosis menurun penurunan curah
- Batuk menurun jantu g
- Berat badan (peningkatan
menurun berat badan,
- Tekanan darah ronkhi basah,
membaik batuk, kulit
pucat)
 Minitor tekanan
darah
 Monitor berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
 Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah aktivitas

31
 Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum
pemberian ob\at
(beta blocker,
ACE inhibitor,
digoksin)

Terapeutik
 Posisikan pasien
semi fowler/ fowler
 Fasilitasi pasien
dan keluarga untuk
memodifikasi gaya
hidup sehat
 Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
 Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
SpO2 > 94%

Edukasi
 Anjurkan
beraktifitas fisik

32
sesuai toleransi
 Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap
 Ajarkan pasien dan
keluarga pasien
mengukur berat
badan harian

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. (D.0056) Setelah dilakukan (I.05178) manajemen
intoleransi aktifitas tindakan keperawatan energi
Kategori: fisiologis selama 3 x 24 jam
Subkategori: diharapkan toleransi Tindakan
aktivitas/ istirahat aktifitas meningkat Observasi
dengan kriteria hasil:  Identifikasi
- Keluhan lelah gangguan fungsi
menurun tubuh yang
- Dispnea menurun mengakibtakan
- Perasaan lemah kelelahan
menurun  Monitor
- Sianosis menurun kelelahan fisik
- Warna kulit dan emosional
membaik

33
- Tekanan darah Terapeutik
membaik  Sediakan
- Frekuensi nafas lingkungan yang
membaik nyaman dan rendah
stimulus
 Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidk
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang

34
cara meningkatkan
asupan makana

35
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. H


Diagnoasa medis : DM tipe II
Ruang rawat : Mawar
Implemetasi : Hari ke-1
Tangga Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
l/jam (SOAP)
(D.0027) (I.03115) Manajemen S: Yesi
Ketidakstab Hiperglikemi - Klien mengatakan masi
ilan kadar Tindakan ngantuk, pusing dan lemas
gula darah Observasi O:
Kategori: - Mengidentifikasi - klien masi terlihat lemas
Fisiologi - TD: 145/ 91 mmHg
Kemungkinan
Subkategori - R: 29 x/mnt
penyebab
: nutrisi dan - N: 82 x/mnt
hiperglikemia
cairan - T: 36,5oC
- Memonitor kadar
- GDS: 721 mg/dl
glukosa darah
10-11-
- SGPT: 20
Terapeutik
21
- Kreatinin: 2,0
Sore - memberikan asupan
A:
cairan oral
- Masalah ketidakstabilan
- berkonsultasi dengan Kadar glukosadarah belum
medis jika tanda gejala terartasi
hiperglikemia P:
memburuk - Lanjutkan Intervensi
Edukasi (Monitor pemeriksaan gula
darah)
- Menganjurkan
memonitor kadar gula
darah secara mandiri

36
- Menganjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
Kolaborasi
- Berkolaborasi
pemberian insulin jika
perlu

(D.0008) (I.02075) perawatan jantung S: Yesi


penurunan Tindakan - Klien mengatakan masih
curah Observasi pusing, engap, mual dan
jantung  MengiIdentifikasi lemas
Kategori: tanda/ gejala primer - Pasien mengatakan masih
fisiologi penurunan curh batuk dan berdahak
Subkategori jantung (dispnea, O:
: sirkulasi kelelahan) - klien masi terlihat lemas
 Mengdentifikasi - TD: 145/ 91 mmHg
tanda/ gejala - R: 29 x/mnt
sekunder penurunan - N: 82 x/mnt
curah jantung - T: 36,5oC
(peningkatan berat - GDS: 721 mg/dl
badan, ronkhi basah, - SGPT: 20
batuk, kulit pucat) - Kreatinin: 2,0
 Memonitor tekanan - BB: 60 kg
darah - TB: 150 cm
 Memonitor berat A:
badan setiap hari - Masalah penurunan curah
pada waktu yang jantung belum teratasi
sama P:

 Memeriksa tekanan Lanjutkan intervensi

37
darah dan frekuensi - Posisikan klien dalam
nadi sebelum dan keadaan fowler/ semi fowler
sesudah aktivitas - Monitor tekanan darah,
 Memeriksa tekanan frekuensi nadi, RR
darah dan frekuensi - Berikan terapi O2 kanul nasal
nadi sebelum 4 lpm
pemberian ob\at - Kolaborsikan pemberian obat
(beta blocker, ACE oral untuk darah tinggi
inhibitor, digoksin) dengan dokter
Terapeutik - Kolaborsikan pemberian obat
 Memposisikan pasien oral untuk mengatasi batuk
semi fowler/ fowler berdahak
 Memfasilitasi pasien - Kolaborsikan pemberian obat
dan keluarga untuk oral untuk mengatasi mual
memodifikasi gaya - Kolaborasikan pemberian
hidup sehat obat antibiotik

 Memberikan - Kolaborsikan pemberian obat

dukungan emosional oral untuk mengatasi pusing,

dan spiritual nyeri

 Memberikan terapi - Kolaborasikan pemberian

relaksasi untuk obat melalui IV

mengurangi stress
 Memberikan oksigen
untuk
mempertahankan SpO2
> 94%
Edukasi
 MengAnjurkan
beraktifitas fisik sesuai
toleransi

38
 MengAnjurkan
beraktifitas fisik secara
bertahap
 MengAjarkan pasien
dan keluarga pasien
mengukur berat badan
harian
Kolaborasi
- MengKolaborasi
pemberian antiaritmia,
jika perlu
- MeRujuk ke program
rehabilitasi jantung
(D.0056) (I.05178) Manajemen Energi S: Yesi
intoleransi Tindakan - Klien mengatakan masih
aktifitas Observasi lemas danengap setelah
Kategori: - Mengidentifikasi beraktivitas atau kepasar
fisiologis gangguan fungsi tubuh O:
Subkategori yang mengakibatkan - klien masi terlihat lemas
: aktivitas/ kelelahan - klien masi terlihat lemas
istirahat - Memonitor kelelahan - TD: 145/ 91 mmHg
fisik dan emosional - R: 29 x/mnt
- Memonitor pola dan - N: 82 x/mnt
jam tidur - T: 36,5oC
Terapeutik - GDS: 721 mg/dl
- SGPT: 20
- Menyediakan
- Kreatinin: 2,0
lingkungannyaman dan
A:
rendah stimulus (mis.
- masalah intoleransi
cahaya, suara,
aktivitas teratasi sebagian
lingkungan)

39
- Memberikan aktivitas P:
distraksi yang - lanjutkan intervensi
menenangkan (Berikan distraksi yang
Edukasi menenangkan)

- Menganjurkan tirah
baring

- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi

- Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makan

40
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. H


Diagnoasa medis : DM tipe II
Ruang rawat : Mawar
Implemetasi : Hari ke-2
Tangga Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
l/jam (SOAP)
(D.0027) - Memonitor TTV S: Yesi
Ketidakstab - Klien mengatakan masi
- Memonitor kadar
ilan kadar pusing dan lemas
gula darah
gula darah O:
- Mengkolaborasikan
Kategori: - klien masih terlihat lemas
pemberian insulin 16
Fisiologi - TD: 130/ 91 mmHg
unit
Subkategori - R: 22 x/mnt
: nutrisi dan - Mengkolaborasikan - N: 82 x/mnt
cairan pemberian nevorapid - T: 36,5oC
20 unit - GDS: 421 mg/dl
11-11-
- Mengajarkan - SGPT: 18
21
pengelolaan diabetes - Kreatinin: 2,0
Pagi
(pemberian injeksi A:
insulin 0-10 menit - Masalah ketidakstabilan
sebelum makan) Kadar glukosa darah belum
(Rasyid, 2019) terartasi
P:
Lanjutkan Intervensi
- Monitor pemeriksaan gula
darah
- Monitor pasien dalam
melakukan penyuntikan

41
insulin 0-10 menit sebelum
makan
(D.0008)  Memonitor tekanan S: Yesi
penurunan darah - Klien mengatakan masih
curah  Memposisikan pusing, engap, mual dan
jantung pasien semi fowler/ lemas
Kategori: fowler - Pasien mengatakan masih
fisiologi  Memberikan oksigen batuk dan berdahak
Subkategori untuk O:
: sirkulasi mempertahankan - klien masi terlihat lemas
SpO2 > 94% - TD: 130/ 91 mmHg

 MengKolaborasi - R: 22 x/mnt

pemberian obat oral - N: 82 x/mnt


(Omeprazole 2x1, - T: 36,5oC
Amlodipin 10 mg - GDS: 421 mg/dl
1x1, Ns 500, Pct, - SGPT: 18
Levofloxacin 1x 700 - Kreatinin: 2,0
mg, Azitromicin 1 x - BB: 60 kg
500 mg, Fluimocly - TB: 150 cm
3x1) A:
- Masalah penurunan curah
jantung belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Memposisikan pasien semi
fowler/ fowler
- Berikan terapi O2 kanul nasal
4 lpm

42
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk darah tinggi
dengan dokter
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi batuk
berdahak
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi mual
- Kolaborasikan pemberian
obat antibiotik
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi pusing,
nyeri
- Kolaborasikan pemberian
obat melalui IV
(D.0056) - Memonitor aktivitas S: Yesi
intoleransi pasien secara bertahap - Klien mengatakan masih
aktifitas lemas dan engap setelah
Kategori: beraktivitas
fisiologis O:
Subkategori - klien masih terlihat lemas
: aktivitas/ - TD: 130/ 91 mmHg
istirahat - R: 22 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,5oC
- GDS: 421 mg/dl
- SGPT: 18
- Kreatinin: 2,0
A:
- masalah intoleransi aktivitas

43
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
(Berikan distraksi yang
menenangkan)

44
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : Ny. H


Diagnoasa medis : DM tipe II
Ruang rawat : Mawar
Implemetasi : Hari ke-3
Tangga Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
l/jam (SOAP)
(D.0027) - Memonitor TTV S: Yesi
Ketidakstab - Klien mengatakan masi
- Memonitor kadar
ilan kadar lemas sudah teratasi
gula darah
gula darah O:
- Mengkolaborasikan
Kategori: - klien sudah terlihat tidak
pemberian insulin 16
Fisiologi tampak lemas
unit
Subkategori - TD: 127/ 91 mmHg
: nutrisi dan - Mengkolaborasikan - R: 22 x/mnt
cairan pemberian nevorapid - N: 82 x/mnt
20 unit - T: 36,7oC
12-11- - Mengajarkan - GDS: 190 mg/dl
21 pengelolaan diabetes - SGPT: 18
Pagi (pemberian injeksi - Kreatinin: 2,0
insulin 0-10 menit A:
sebelum makan) - Masalah ketidakstabilan
(Rasyid, 2019) Kadar glukosa darah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
- Pertahankan kadar glukosa
darah dalam keadaan normal
(<200 mg/dl)
- Monitor pemeriksaan gula

45
darah
- Monitor pasien dalam
melakukan penyuntikan
insulin 0-10 menit sebelum
makan
(D.0008)  Memonitor tekanan S: Yesi
penurunan darah - Klien mengatakan masih
curah  Memposisikan pusing, engap, mual dan
jantung pasien semi fowler/ lemas
Kategori: fowler - Pasien mengatakan masih
fisiologi  Memberikan oksigen batuk dan berdahak
Subkategori untuk O:
: sirkulasi mempertahankan - klien masi terlihat lemas
SpO2 > 94% - TD: 127/ 91 mmHg

 MengKolaborasi - R: 22 x/mnt

pemberian obat oral - N: 82 x/mnt


(Omeprazole 2x1, - T: 36,7oC
Amlodipin 10 mg - GDS: 190 mg/dl
1x1, Ns 500, Pct, - SGPT: 18
Levofloxacin 1x 700 - Kreatinin: 2,0
mg, Azitromicin 1 x - BB: 60 kg
500 mg, Fluimocly - TB: 150 cm
3x1) A:
- Masalah penurunan curah
jantung belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Memposisikan pasien semi
fowler/ fowler

46
- Berikan terapi O2 kanul nasal
4 lpm
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk darah tinggi
dengan dokter
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi batuk
berdahak
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi mual
- Kolaborasikan pemberian
obat antibiotik
- Kolaborsikan pemberian obat
oral untuk mengatasi pusing,
nyeri
- Kolaborasikan pemberian
obat melalui IV
(D.0056) S: Yesi
- Memonitor
intoleransi - Klien mengatakan sudah
aktivitas pasien secara
aktifitas tidak merasa lemas dan
bertahap
Kategori: sudah tidak merasa engap
fisiologis setelah beraktivitas
Subkategori O:
: aktivitas/ - klien sudah terlihat tidak
istirahat tampak lemas
- TD: 127/ 91 mmHg
- R: 22 x/mnt
- N: 82 x/mnt
- T: 36,7oC
- GDS: 190 mg/dl
- SGPT: 18

47
- Kreatinin: 2,0
A:
- masalah intoleransi aktivitas
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan intervensi
(Berikan distraksi yang
menenangkan)

48
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria asil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rasyid, W. (2019). EFEKTIFITAS WAKTU INJEKSI INSULIN TERHADAP


KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM SETELAH MAKAN PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2. 2, 39–52.

49
Lampiran

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai