Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan atau


mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2011). Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolism, lemak, karbohidrat, protein dan berkembangnya
kompilkasi makrovaskuler dan neurologis.
Kesimpulan dari Diabetes Melitus adalah kondisi dimana kadar gula darah dalam
tubuh melebihi batas normal ,yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
salah satunya karena kerusakan pada organ pankreas yang tidak dapat memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.Tingkat kadar

B. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus dan penggolongan intoleransi glukosa


yaitu :

1. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)


Defisiensi insulin karena kerusakan sel - sel Langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA ( Human Leucocyte Antigen ) spesifik,
predisposisi pada insulitis fenomena autoimun. Kelainan ini terjadi
karena kerusakan sistem imunitas ( kekebalan tubuh) yang kemudian
merusak sel - sel Langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak pada
penurunan produksi insulin

2. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM)


Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada
semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stress.
3. Diabetes Melitus tipe yang lain
Diabetes Melitus tipe yang lain yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit pankreas,
hormonal, obat atau bahan kimia, endoktrinopati, kelainan reseptor insulin, sindrom
genetik tertentu.
4. Gastrointestinal Diabetes Melitus ( GDM )
Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan,terjadi perubahan metabolisme
endokrin dan karbohifrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta
persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan
hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progresteron, prolaktin dan plasenta. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor
insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.

C. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara
pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II
disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik

D. Manifestasi Klinik
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa
haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

2. Gejala lain yang muncul


a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya
akibat tumbuhnya jamur.
c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
e. Kelemahan tubuh
f. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel
melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
g. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan.
h. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
i. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia

E. Patofisiologi

Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel- sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur.
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM >
140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl
disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic
3. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½
jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
5. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
6. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2
jam dianggap sebagai hasil positif.
7. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
8. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
9. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes

G. Komplikasi
Komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu komplikasi
metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
1. Komplikasi Metabolik Akut
a. Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi
pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.
Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit insulin
tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:

1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.


2) Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang
dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah
kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia, yaitu:
a. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam
plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton
meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan
diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan
elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok.
Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma
dan kematian.
b. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena
defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul
tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum >
600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas,
diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
c. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)
Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin
suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak
daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa
normal yang mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah turun
dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi
akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik
yang berat.

2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang


a) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik),
glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik).
b) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang
disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab
jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan
kelainan pembekuan darah

H. Penatalaksanaan
Menurut Corwin, Elizabeth J, (2010) Tujuan utama penatalaksanaan klien
dengan diabetes adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah
timbulnya komplikasi akut dan kronis. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
yang dideritanya, ia akan terhindar dari hiperglikemia.
1. Edukasi
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi
aktif pasien itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku yang mendukung
upaya pengobatan. Untuk itu dibutuhkan edukasi yang komprehensif,
pengembangan ketrampilan, dan motivasi.
2. Diet
Diet dan pengendalian berat badan adalah dasar penatalaksanaan
nutrisi pada diabetes mellitus dengan tujuan :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya : vitamin,


Mineral )
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah flutuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara- cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah
f. Asupan kolesterol hendaknya di batasi,tidak lebih dari 300
mg/perhari
g. Mengkonsumsi makanan yang berserat, anjurannya adalah kira –
kira 25 gr/ hari dengan mengutamakan serat.
h. Makanan yang tidak boleh diberikan, yaitu makanan yang
Mengandung gula murni. Contohnya : gula pasir,jelly,sirup, gula
jawa,gula batu,buah – buahan yang diawet dengang gula.
i. Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
3. Latihan jasmani
Kegiatan fisik harian dan kegiatan jasmani ( 3 – 4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit ), bagus untuk dilakukan. Kegiatan fisik seperti jalan,
bersepeda santai, joging, berenang dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga memperbaiki kendali
glukosa darach. Hal ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah
>250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan
latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar
glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan
meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin.
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa
sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan
insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia
dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan.
4. Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin
dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan
pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
b) Menghambat absorpsi karbohidrat
c) Menghambat glukoneogenesis di hati
d) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
e) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin

f) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek


intraselluler
b. Insulin

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi : nama pasien, tanggal lahir,umur, agama,
jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan
b. Keluhan utama
Kondisi hiperglikemi seperti penglihatan kabur, lemas, rasa
haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit
kepala. Kondisi hipoglikemi seperti tremor, perspirasi, takikardi,
palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-
gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu
klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme
pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-
obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita Diabetes melitus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda:
takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard
akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan
TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
d. Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka
rangsang.
e. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
f. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik,
turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran
tiroid, napas bau aseton
g. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi,
mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks
tendon menurun, kejang.
h. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
i. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.
j. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
k. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
l. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai
m. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku

3. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperglikemia

b. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Neuropati


Perifer

c. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah berhubungan dengan Resistensi


Insulin
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi Perifer Setelah dilakukan Kriteria hasil yang diharapkan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Tidak Efektif intervensi selama :
Intervensi :
1x24 jam. Diharapkan
Perfusi Perifer (L.02011)
perfusi perifer dapat -periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
-kekuatan nadi perifer cukup edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
meningkat.
meningkat
-lakukan hidrasi
-akral cukup membaik
-anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
-pengisian kapiler cukup (mis, melembabkan kulit kering pada kaki)
membaik

-tekanan darah sistolik


membaik

-tekanan darah diastolic


cukup membaik
Gangguan Setalah dilakukan Kriteria hasil yang diharapkan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Integritas intervensi selama :
Intervensi :
Kulit/Jaringan 1x24 jam diharapkan
Intergritas Kulit dan Jaringan
integritas -gunakan produk berbahan petroleum atau
kulit/jaringan (L.14125) minyak pada kulit kering
meningkat
-perfusi jaringan cukup -anjurkan minum air yang cukup
meningkat
-anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
-hidrasi cukup meningkat
Perawatan Luka (I.14564)
-kerusakan jaringan cukup
Intervensi :
menurun
-monitor karakteristik luka (mis,drainase,
-kerusakan lapisan kulit
ukuran, warna, dan bau)
cukup menurun
-monitor tanda-tanda infeksi
Penyembuhan Luka
(L.14130) -bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
-jaringan granulasi cukup
meningkat -pasang balutan sesuai dengan jenis luka

-ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat


-penyatuan kulit cukup
meningkat dan drainase

-anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi


-eritema pada kulit sekitar
cukup menurun protein

Ketidakstabilan Setelah dilakukan Kriteria hasil yang diharapkan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Kadar Gula Darah intervensi : Intervensi :
keperawatan selama
Kestabilan Kadar Glukosa -monitor kadar gula darah
1x24 jam diharapkan
Darah (L.03022)
kestabilan kadar -anjurkan kepatuhan diet
-pusing menurun
glukosa darah -ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan
meningkat. -rasa lapar menurun insulin, obat oral, monitor asupan oral dan
bantuan professional kesehaan)
-mulut kering menurun
Pemberian Obat Subkutan (I.03129)
-kadar glukosa dalam darah
cukup membaik Intervensi :

-periksa tanggal kadaluarsa obat

-lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis,


waktu, rute, dokumentasi)

-lakukan teknik aseptic

-tusukkan jarum dengan cepat pada sudut 45-90


derajat

-ajarkan pasien dan keluarga tentang cara


injeksi obat secara mandiri
Hypovolemia Setelah dilakukan Kriteria hasil yang diharapkan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
intervensi :
keperawatan selama
Status Cairan (I.03028) Intervensi :
1x24 jam diharapkan
- kekuatan nadi meningkat -pastikan tanda dan gejala hipovolemia
status cairan
- tekanan darah membaik
membaik. -monitor intake dan output
- rasa haus menurun
-berikan asupan cairan oral
- turgor kulit membaik
-kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN.S DENGAN CHF
DI RUANG CEMPAKA RSU KAB TANGERANG

Contoh Kasus :
Ny. T usia 64 tahun masuk ke RS jam 16.00 WIB dengan keluhan kaki
terasa nyeri dan telapak kaki keluar cairan dan darah sejak 2 jam sebelum masuk
RS. Klien mengatakan ditelapak kakinya terdapat luka. Klien memiliki riwayat
DM sejak 10 tahun yang lalu. Klien memiliki Riwayat luka yang sukar sembuh.
Klien terlihat meringis dan melindungi area yang nyeri. Dokter menegakkan
diagnosa Ulkus Diabetikum dan rencana operasi saat ini juga. Hasil pengkajian
setelah dilakukan operasi didapatkan hasil tekanan darah : 112/74 mmHg, RR :
22 x/menit, nadi : 70 x/menit dan suhu : 36,2 C. Hasil pemeriksaan GDS : 279
mg/dl, Asam urat : 7,2 mg/dl dan Hb : 7 mg/dl. kulit terlihat pucat, akral dingin,
kulit kering. Klien mengatakan setelah operasi nyeri kakinya berkurang, saat ini
klien mengeluh pusing dan badan terasa lemas. Tampilan umum klien terlihat
lemah, berpakaian rapi, rambut berantakan dengan tekstrur berminyak dan
terdapat ketombe. Terdapat 2 luka dibagian punggung kaki kiri sepanjang 10 cm
dan lebar 2 cm dengan kedalaman 0,5 cm, dan luka sepanjang 2 cm dengan lebar
2 cm. terdapat luka di bagian telapak kaki kiri sepanjang 15 cm dengan lebar 5 cm
dengan derajat luka 3. Terapi obat yang diberikan Novorapid 3x20 unit, Lantus
1x20 unit, asam mefenamat 3x500mg, RL 500 ml.
I. Pengkajian
A. Identitas Klien dan Penanggung
Jawab
Nama Klien : Ny. T Pekerjaan : IRT
Umur : 64 tahun Tanggal Masuk RS : 27 Nov 2020
Jenis Kelamin : perempuan Diagnosa Medis : DM
Alamat : Tangerang Sumber Informasi : Keluarga
Status Perkawinan : Menikah Tanggal Pengkajian : 27 Nov 2020
Agama : Islam Ruang : Cempaka
Suku : Jawa Keluarga yang dapat dihubungi :
Pendidikan : SD Anak
Nama : Ny. A
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tangerang
Telepon :-
B. ANAMNESA
- Alasan masuk RS : klien mengatakan keluhan kaki terasa nyeri dan
telapak kaki keluar cairan dan darah sejak 2 jam sebelum masuk RS
- Masuk dari IGD dibawa oleh anggota keluarga
- Alat yang digunakan saat masuk : kursi roda

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama saat pengkajian ; klien mengatakan kepala terasa pusing
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan memiliki Riwayat DM
sejak 10 tahun yang lalu, sebelum masuk RS klien memiliki luka di
telapak kaki seperti mata ikan. Saat ini klien sudah di operasi
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah
dialami : influenza
- Imunisasi : lengkap
- Kecelakaan yang pernah dialami : tidak ada
- Prosedur operasi dan perawatan dirumah sakit : operasi katarak,
histerektomi dan ulkus diabetikum
- Alergi : tidak ada Riwayat alergi
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas), lamanya: metformin 10
tahun, sangobion 5 tahun

4. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang pernah diderita : anemia, katarak,


kehamilan ektopik, DM
Orang Tua : Tidak ada
Saudara kandung : DM
Anggota keluarga lain : DM
Penyakit yang sedang diderita : DM dan anemia
Orang tua : Tidak ada
Saudara kandung : Tidak ada
Anggota keluarga lain : Tidak ada
Riwayat penyakit genetic/keturunan/herediter : DM
Genogram: (gambarkan silsilah keluarga 3 generasi)

A. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


1. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN / MANAJEMEN
KESEHATAN

a. Persepsi terhadap penyakit : klien mengatakan saat sakit akan pergi ke


puskesmas terleboh dahulu. Apabila sakittnya tidak hilang maka akan
meminta rujukan ke RS
b. Arti sehat dan sakit bagi pasien: klien mengatakn sehat adalah
keadaan saat badan bisa melakukan aktivitas tanpa adanya hambatan.
Sedangkan sakit adalah keadaan dimana kita merasa tidak nyaman
karena badan yang sakit
c. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini: klien mengatakan saat
ini tahu tentang penyakitnya. Klien sudah rutin melakukan pengobatan
dan selalu memeriksaan kadar gulanya setiap hari
d. Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke
pusat pelayanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen
stress, faktor ekonomi : klien mengatakan setiap bulan pergi ke RS
Aminah untuk memeriksakan penyakit diabetes melitus yang
dimilikinya
e. Pemeriksaan diri sendiri : payudara, riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan: klien mengatakan pengobatan yang
dilakukan adalah pergi ke puskesmas dan rumah sakit

f. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan


Klien mengatakan akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan
keadaannya
Tembakau : (x ) Tidak ( ) Ya Berhenti (Tanggal) : 1 bulan
yang lalu ( ) Pipa ( ) Cerutu ( ) <1 bks/hari ( ) 1-2 bks/hari ( ) >2
bks/hari Riwayat bks/tahun :
Alkohol : () Tidak (× ) Ya
Obat lain : () Tidak (x) Ya Jenis : metformine 500 mg
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : tidak
ada

2. POLA NUTRISI / METABOLISME

Kebiasaan jumlah makanan : makan 3 kali sehari


Jenis dan jumlah (makanan dan minuman) : makanan padat seperti nasi,
lauk dan sayur. Minum air putih, jus buah
Di RS : Jenis = makanan padat, nasi sayur dan lauk serta snack seperti
biscuit dan buah Jumlah = 3x/hari
Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan : nafsu makan baik.
Kepuasan akan berat badan : -
Persepsi akan kebutuhan metabolik :
Faktor pencernaan : nafsu makan baik
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan
SMRS) :
Diet/Suplemen Khusus : diet rendah gula,
Instruksi Diet Sebelumnya : ( x)Ya ( )Tidak
Nafsu makan : ( x) Normal ( )Meningkat ( ) Menurun
Penurunan Sensasi Kecap (x ) tidak ada ( ) Mual ( ) Muntah ( )
TB 155cm BB saat ini: 50 kg
Perubahan BB 6 bulan terakhir : ( x)Tak ada ( )Ada
Kesulitan Menelan (Disfagia) : ( x) Tidak ( ) Makanan Padat ( )
Makanan Cair
Gigi : Atas Lengkap, Bawah (Lengkap)
Riwayat Masalah Kulit / Penyembuhan ( ) Tak ada ( x) Penyembuhan
abnormal ( ) Ruam ( x) Kering () Keringat Berlebihan ( saat sesak )
Gambaran diet pasien dalam sehari:
Makan pagi : nasi setengah mangkuk, sayur bayam, tempe dan tahu
Makan siang : nasi, sayur, daging ayam
Makan malam : kentang rebus, daging ayam dan sayur
Pantangan/Alergi : makanan tinggi lemak dan tinggi natrium

3. POLA ELIMINASI
- Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi 5 x/hr, jumlah (cc), 500 cc
- Warna kuning jernih , bau khas
- Balance cairan : + 200 cc
- Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi 1x
- adanya perubahan lain ( ) Tgl defekasi terakhir 27 November 2020
- Keyakinan budaya dan kesehatan : klien mengatakan saat sakit akan
memeriksakan keadaannya kedokter. Klien mengatakan tidak ada
kepercayaan budaya yang menyimpang dari kesehatan
- Kemampuan perawatan diri : klien mengatakan saat sakit tidak mampu
untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
- Kebersihan diri : klien mengatakan saat sakit hanya mandi 1x sehari

4. POLA AKTIVITAS / OLAHRAGA

 Aktivitas kehidupan sehari-hari : klien mengatakan sehari-hari aktivitas


yang dilakukan hanya sebagai ibu rumah tangga
 Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas : klien mengatakan tidak
pernah berolahraga
 Aktivitas menyenangkan : bermain dengan cucu
 Keyakinan tenatng latihan dan olahraga : klien mengatakan tidak pernah
olahraga karena sudah tua. Badan akan sakit-sakit
 Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi) ; klien mengatakan saat sakit seluruh
aktuivitasnya dibantu oleh suami dan anaknya
Penggunaan alat bantu : menggunakan kursi roda
5. Data pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular, muskuloskeletal,
neurologi) :
Sistem Kardiovaskular (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
TD 112/74 mmHg; N 70 x/mnt; nadi teraba lemah; regular, suara jantung S1
dan S2, RR 20 x/mnt; S 36oC, CRT : <3 detik
6. Kemampuan Perawatan Diri :
7. Aspek dinilai Score
0 1 2 3 4

Makan/Minum 
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat 
tidur
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki Tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Pemeliharaan Rumah 
Total 21
Keterangan

0 = Mandiri 2 = Bantuan Orang Lain 4 = Tergantung / tidak mampu


1 = Dengan Alat Bantu 3 = Bantuan peralatan dan
orang lain

8. POLA ISTIRAHAT TIDUR


- Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur) : tidur jam 11 malam,
bangun jam 05.30
- Tidur siang (x ) Tidur sore ( ). Merasa segar setelah tidur : (x) Ya ( ) Tidak
- Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, music. dlll)
- Jadwal istirahat dan relaksasi : klien mengatkan istrirahat di siang dan
malam hari

- Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll) -


- Masalah/Gejala gangguan pola tidur: ( x)Tidak ada ()Terbangun
() Terbangun dini ( ) Insomnia ( )Mimpi buruk Lain –
lain : karena sesak

9. POLA KOGNITIF – PERSEPSI

- Status mental : ( x) Sadar ( ) Afasia reseptif ( ) Mengingat cerita


buruk
- Terorientasi ( ) Kelam pikir ( ) Kombatif ( ) Tidak responsif
- Bicara: ( x)Normal ( ) Tidak jelas ( ) Gagap ( ) Afasia ekspresif
- Bahasa sehari – hari : (x ) Indonesia(x) Daerah Lain – lain :
- Kemampuan membaca Bahasa Indonesia : (x ) Ya ( ) Tidak
- Kemampuan memahami : ( x) Ya ( ) Tidak
- Tingkat ansietas : (x ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat ()
Panik ( )
- Keterampilan interaksi : ( x) Tepat
- Pendengaran : ( x) DBN
- Penglihatan : ( ) Dalam batas Normal (x ) Kacamata ( ) Lensa
kontak
- Vertigo : tidak ada
- Ketidaknyamanan / nyeri : ( ) Tidak ada(x) Akut ( ) Kronik ( )
- Pencetus nyeri: saat beraktivitas terlalu berat
- Quality/ kualitas nyeri: .nyeri seperti di remas-remas
- Regio nyeri: nyeri dirasakan di kaki kiri dan menyebar ke atas
- Skala nyeri: 3
- Time/ waktu nyeri: 15 menit
- Penalaksanaan nyeri : beristirahat

10. POLA PERAN HUBUNGAN

- Pekerjaan : ibu rumah tangga


- Status Pekerjaan : Bekerja ( ) Tidak bekerja ( x)
- Sistem Pendukung / Pentingnya keluarga: Ada ( x) Tidak Ada
( ) Pasangan ( x) Tetangga ( x) Teman ( x) Keluarga serumah (
x) Keluarga tinggal berjauhan ( ) lain-lain : ......................
- Masalah keluarga berkenaan dengan masalah di Rumah Sakit : tidak ada
- Kegiatan Sosial / Hubungan dengan orang lain : hubungan baik dengan
tetangga dan semua saudara
- Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran : klien mengatakan cukup
puas atas pencapaian hidupnya
- Efek terhadap status kesehatan : -
- Struktur dan dukungan keluarga : -
- Proses pengambilan keputusan keluarga : .dimusyawarakan Bersama
- Orang terdekat dengan klien : suami dan anak

11. POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI

- Pemeriksaan payudara/testis mandiri bulanan : ( ) Ya (x ) Tidak


- Masalah seksualitas b.d penyakit dan efek terhadap kesehatan
- Lain-lain : tidak ada
- Jumlah anak, . 4. jumlah suami/istri 1

12. POLA KOPING – TOLERANSI STRES

- Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini : luka dikaki, khawatir di
amputasi
- Tingkat stress yang dirasakan : ringan
- Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress : klien terlihat
gelisah, berkeringat
- Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya :
bertanya kepada dokter atau perawat dan berbicara dengan suami dan anak
cucunya
- Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress: klien mengatakan
sudah diajarkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
- Kehilangan / perubahan di masa lalu : () Tidak ( x) Ya
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stres : tidak
- Keadaan emosi dalam sehari-hari : (x ) Santai () Tegang ( ) Lain-lain

13. POLA KONSEP DIRI

- Body image : .tidak terganggu


- Ideal diri : ....tidak terganggu
- Harga diri.................tidak terganggu.
- Peran........................tidak terganggu
- Identitas diri..............tidak terganggu

14. POLA KEYAKINAN-NILAI

- Latar belakang budaya/etnik : klien bersuku jawa. Klien mengatakan tidak


ada kepercayaan dalam budayanya yang menyimpang dari kesehatan
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik : status ekonomi cukup
- Pentingnya agama/spiritualitas : klien mengatakan agama sangat
penting bagi hidupntya karena dengan hidup beragama hidup menjadi
lebih tentram
- Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas : perubahan cara
beribadah
- Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang
dapat mempengaruhi kesehatan : tidak ada
- Agama : (x ) Islam ( ) Kristen ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
- Pantangan keagamaan : ( x) Tidak () Ya. Jelaskan ......................
- Pengaruh agama dalam kehidupan : mendamaikan pikiran, dan membuat
lebih tenang
- Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : () Ya ( x) Tidak

PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala dan leher
- Kepala bulat, distribusi rambut merata, tidak ada alopesia,
rambut terlihat berketombe, tekstrur rambut berminyak
- Teraba distensi jugularis, terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan

 Mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera,


kornea, pupil, lapang pandang, ketajaman penglihatan)
- konjungtiva anemis, sklera anikterik , ketajaman penglihatan
menurun

 Telinga (daun telinga, lubang, saluran, membran


tympani, fungsi pendengaran)
- Daun telinga simetris, tidak ada nyeri, lubang telinga bersih
- Fungsi pendengaran dalam batas normal

 Hidung dan sinus


- Hidung bersih, septum ditengah, tidak ada pembengkakan
- Fungsi penciuman dalam batas normal

 Mulut, lidah, dan tonsil


- Lidah bersih, tidak ada stomatitis, mukosa lembab
- Tidak da pembengkakan pada tonsil
- Gigi lengkap, tidak ada karang gigi
 Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
- Bising usus 8x/menit
- Tidak ada asites

 Pemeriksaan penunjang dan diagnostik (tanggal, hasil, dan


interpretasi)
Hasil GDS : 279 mg/dl
Hb : 7 g/dl
 Pengobatan
Novorapid 3x20 unit, Lantus 1x20 unit, asam mefenamat 3x500mg,
RL 500 ml.
ANALISA DATA

DATA INTERPRETASI DATA DAN MASALAH


PENYEBAB KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DS : Hiperglikemia Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
-klien mengatakan nyeri di kaki
berhubungan dengan
kiri menyebar kebagian atas Penebalan dinding pembuluh darah
Perubahan
dengan durasi nyeri lebih dari 15
Sirkulasi / Neuropati
menit. Skala nyeri 3 seperti di
kerusakan
Perifer (D.0129)
remas-remas

DO : Suplai nutrisi ke jaringan berkurang


-klien terlihat meringis

Pengkajian PEDIS: Neuropati

Perfusi : telapak kaki teraba


dingin, berwarna pucat penurunan sensitivitas terhadap tekanan
atau trauma
Ektend/ Ukuran : Terdapat 2 luka
dibagian punggung kaki kiri
sepanjang 10 cm dan lebar 2 cm, Ulkus diabetikum

dan luka sepanjang 2 cm dengan


lebar 2 cm. terdapat luka di bagian Gangguan integritas kulit
telapak kaki kiri sepanjang 15 cm
dengan lebar 5 cm

Depth/ Kedalaman :

Luka di punggung kaki : grade 2

Luka di telapak kaki : grade 3

Infeksi : terdapat maserasi di area


sekitar luka, kemerahan di area
luka punggung kaki

Sensasi : mati rasa, terasa nyeri


setelah dibersihkan
DS: Kadar HB menurun/hiperglikemia Perfusi Perifer Tidak
Efektif berhubungan
-klien mengatakan merasa lemas
dengan Penurunan
dan pusing hemokonsentrasi
Konsentrasi
-klien mengatakan memiliki Hemoglobin/
riwayat anemia Vaskularisasi terganggu
hiperglikemia
DO : (D.0009)

-warna kulit klien terlihat pucat Suplai O2 ke jaringan berkurang

-akral teraba dingin


Ketidakefektifan perfusi perifer
-TD : 112/74 mmHg

Nadi : 70x/menit teraba lemah

CRT : <3 detik

-Hb : 7 g/dl

-turgor kulit menurun, kulit kering

-konjungtiva anemis

-mukosa mulut kering

DATA INTERPRETASI DATA DAN MASALAH


PENYEBAB KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DS : Riwayat penyakit DM Ketidakstabilan
Kadar Gula Darah
-klien mengatakan memiliki
berhubungan dengan
riwayat Diabetes Melitus Sel β pancreas terganggu Resistensi Insulin
(D.0027)
-klien mengatakan sering merasa
lapar resistensi insulin

DO :
Hiperglikemia
-GDS : 279 mg/dL

Ketidakstabilan kadar glukosa darah


DS : Kelemahan Defisit Perawatan
Diri berhubungan
-klien mengatakan mandi, dan
dengan Kelemahan
sikat gigi hanya 1x/hari Kemampuan perawatan diri menurun
(D.0109)
-klien mengatakan mencuci
rambut 2 kali seminggu Rambut terlihat berantakan, berkeru &
kotor
-klien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga
Deficit perawat diri
DO :

-rambut terlihat berantakan, teraba


berminyak dan berketombe

PRIORITAS MASALAH/ DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin/


Hiperglikemia (D.0009)

2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi / Neuropati


Perifer (D.0129)
3. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah berhubungan dengan Resistensi Insulin (D.0027)

4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan (D.0109)


 Analisis Data

Data Intrepretasi Data Dan Masalah Keperawatan

Kemungkinan Penyebab
DS : Penurunan curah jantung berhubungan
- klien mengatakan sesak nafas 1 dengan perubahan kontraktilitas
hari sebelum masuk RS

DO:

- nadi teraba lemah

- CRT > 3 detik

- Terdapat Paroxyxmal
Nocturnal Dyspnea (PND)

- S3 gallop terdengar samar

- Ortopnea

- CTR 65 % ksrdiomegali

DS : Hypervolemia berhubungan dengan


- gangguan mekanisme regulasi

DO:

- Edema perifer grade I

- Dispnea
- Terdapat Paroxyxmal
Nocturnal Dyspnea (PND)
DS : Intoleransi aktivitas berhubungan
- Klien mengatakan mudah dengan ketidakseimbangan suplai
merasa lelah meski melakukan oksigen
aktivitas yang ringan seperti
berjalan dari kamar ke toilet

DO: -

 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
2. Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

I. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


I. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
 Rencana Keperawatan
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

27 Nov Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.009) Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2020 3x24 jam, perfusi perifer dapat
DS: Intervensi :
meningkat. Kriteria hasil yang
-klien mengatakan merasa lemas dan diharapkan : - periksa sirkulasi perifer (mis, nadi
pusing perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
Perfusi Perifer (L.02011)
suhu)
-klien mengatakan memiliki riwayat
- kekuatan nadi perifer cukup
anemia -lakukan hidrasi
meningkat
DO : -anjurkan melakukan perawatan kulit
- akral cukup membaik
yang tepat (mis, melembabkan kulit
-warna kulit klien terlihat pucat
- pengisian kapiler cukup membaik kering pada kaki)
-akral teraba dingin
- tekanan darah sistolik membaik
-TD : 112/74 mmHg
-tekanan darah diastolic cukup
Nadi : 70x/menit teraba lemah membaik
-
CRT : 5 detik

-Hb : Low

-turgor kulit menurun, kulit kering

-konjungtiva anemis

-mukosa mulut kering


27 Nov Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Setalah dilakukan intervensi selama Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
2020 (D.0129) 3x24 jam diharapkan integritas
Intervensi :
kulit/jaringan meningkat
DS :
Kriteria hasil yang diharapkan : -gunakan produk berbahan petroleum
-klien mengatakan nyeri di kaki kiri atau minyak pada kulit kering
Integritas Kulit dan Jaringan
setelah dilakukan perawatan luka, nyeri
menyebar kebagian atas dengan durasi (L.14125) -anjurkan minum air yang cukup
nyeri lebih dari 2 jam. Skala nyeri 3
-perfusi jaringan cukup meningkat -anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
seperti di remas-remas
-hidrasi cukup meningkat Perawatan Luka (I.14564)
DO :
-kerusakan jaringan cukup menurun Intervensi :
-klien terlihat meringis
-kerusakan lapisan kulit cukup -monitor karakteristik luka (mis,drainase,
Pengkajian PEDIS:
menurun ukuran, warna, dan bau)
Perfusi : telapak kaki teraba dingin,
-monitor tanda-tanda infeksi
berwarna pucat
-bersihkan dengan cairan NaCl atau
Ektend/ Ukuran : Terdapat 2 luka
pembersih nontoksik
dibagian punggung kaki kiri sepanjang
10 cm dan lebar 2 cm, dan luka -pasang balutan sesuai dengan jenis luka

sepanjang 2 cm dengan lebar 2 cm. -ganti balutan sesuai dengan jumlah


terdapat luka di bagian telapak kaki kiri eksudat dan drainase
sepanjang 15 cm dengan lebar 5 cm
-anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi protein

Depth/ Kedalaman :

Luka di punggung kaki : grade 2

Luka di telapak kaki : grade 3

Infeksi : terdapat maserasi di area sekitar


luka, kemerahan di area luka punggung
kaki

Sensasi : mati rasa, terasa nyeri setelah


dibersihkan
27 Nov Ketidakstabilan Kadar Gula Darah Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
2020 (D.0027) keperawatan selama 3x24 jam
Intervensi :
diharapkan kestabilan kadar glukosa
DS :
darah meningkat. -monitor kadar gula darah
-klien mengatakan memiliki riwayat Kriteria hasil yang diharapkan : -anjurkan kepatuhan diet
Diabetes Melitus
Kestabilan Kadar Glukosa Darah -ajarkan pengelolaan diabetes (mis,
-klien mengatakan sering merasa lapar (L.03022) penggunaan insulin, obat oral, monitor
DO : -pusing menurun asupan oral dan bantuan professional
kesehaan)
-GDS : 279 mg/dL -rasa lapar menurun
Pemberian Obat Subkutan (I.03129)
-mulut kering menurun
Intervensi :
-kadar glukosa dalam darah cukup
membaik -periksa tanggal kadaluarsa obat

-lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,


dosis, waktu, rute, dokumentasi)

-lakukan teknik aseptic

-tusukkan jarum dengan cepat pada sudut


45-90 derajat
-ajarkan pasien dan keluarga tentang
cara injeksi obat secara mandiri

27 Nov Defisit Perawatan Diri (D.0109) Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
2020 keperawatan selama 3x24 jam
klien mengatakan mandi, dan sikat gigi Intervensi :
diharapkan perawatan diri klien
hanya 1x/hari
meningkat -monitor tingkat kemandirian
-klien mengatakan mencuci rambut 2 Kriteria hasil yang diharapkan : -dampingi dalam melakukan perawatan
kali seminggu
Perawatan Diri (L.11103) diri sampai mandiri
-klien mengatakan aktivitas dibantu oleh
-kemampuan mandi cukup -jadwalkan rutinitas perawatan diri
keluarga
meningkat Perawatan Rambut (11357)
DO :
-kemampuan makan meingkat Intervensi :
-rambut terlihat berantakan, teraba
-kemampuan ke toilet cukup -identifikasi keadaan pasien (mis,
berminyak dan berketombe
meningkat kebershan kulit kepala dan rambut, alergi
sampo, dan kerontokan rambut)

-atur posisi dengan kepala diganjal bantal


agar tidak membasahi tubuh (jika
memungkinkan posisi fowler atau semi
fowler)

-cuci rambut dengan melakukan


pemijatan
-ajarkan mencuci rambut sesuai
kemampuan

II. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. 28 Nov Perfusi Perifer Tidak - Melakukan pemeriksaan tekanan darah, S : - klien mengatakan rasa pusing
2020 Efektif berhubungan nadi, suhu dan pernafasan berkurang
dengan Penurunan
-Memonitor sirkulasi perifer (nadi perifer, O:
Konsentrasi
pengisian kapiler, warna, suhu)
Hemoglobin/ - konjungtiva anemis, mukosa mulut

hiperglikemia (D.0009) -Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi kering


makanan/minuman untuk meningkatkan
- akral teraba hangat
Hemoglobin
- kekuatan nadi lemah dan regular
-menganjurkan klien untuk meningkatkan
asupan cairan - CRT 4 detik

-Melakukan pemeriksaan tekanan darah, - TD : 123 mmHg RR : 20x/menit

nadi, suhu dan pernafasan - N : 78 x/menit S : 36,7 C

A : masalah belum teratasi


P : Lanjutkan Intervensi

-Monitor sirkulasi perifer (mis, nadi


perifer, pengisian kapiler, warna, suhu)

- Monitor tanda-tanda vital

- Monitor kadar Hemoglobin

- Anjurkan memenuhi kebutuhan cairan

- Anjurkan mengkonsumsi makanan


atau minuman untuk meningkatkan
Hemoglobin
2 28 Nov Gangguan Integritas - memonitor karakteristik luka S : - Klien mengatakan rasa nyeri ketika
2020 Kulit/Jaringan selesai di kompres
- memonitor tanda-tanda infeksi
berhubungan dengan
O : - Jaringan granulasi, tercium bau pada
Perubahan Sirkulasi / -Melakukan perawatan luka
luka
Neuropati Perifer - memberikan lotion pada area kulit ysng
(D.0129) - Ekdusdat berkurang, area sekitar
kering
luka berwarna pucat
-menganjurkan klien mengkonsumsi makanan
A : Masalah belum teratasi
tinggi protein
P : Lanjutkan intervensi

- Monitor karakteristik luka

- Manajemen perawatan luka dengan


kompres madu 2 kali sehari

- Berikan lotion/pelembab pada area


tubuh yang kering

- Anjurkan klien mengkonsumsi


makanan tinggi protein

3 28 Nov Ketidakstabilan Kadar -memonitor kadar gula darah S : -Klien mengatakan sudah rasa
2020 Gula Darah pusingnya berkurang
-memberikan obat insulin Novorapid 20 unit
berhubungan dengan
O : -GDS : 157 mg/dL
Resistensi Insulin - memberikan obat insulin Novorapid 20 unit

(D.0027) A : Masalah teratasi


- memberikan obat insulin Novorapid 20 unit
P : Lanjutkan Intervensi
- memberikan obat insulin Lantus 20 unit
-Monitor kadar gula darah

-Anjurkan makanan yang rendah gula

-Berikan Novorapid 20 unit 3 kali


sehari, Lantus 20 unit dan libatkan
keluarga dalam tindakan pemberian obat

4 28 Nov Defisit Perawatan Diri melakukan perawatan diri seperti mandi S : -klien mengatakan badannya menjadi
2020 berhubungan dengan didampingi oleh keluarga lebih segar
Kelemahan (D.0109)
-melakukan tindakan mencuci rambut -klien mengatakan kepalanya sudah
tidak gatal

O : -klien terlihat bersih dan tercium


wangi

-rambut terlihat bersih

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Jadwalkan perawatan diri seperti mandi,


cuci rambut dan oral hygiene

- Dampingi klien dalam perawatan diri

- Libatkan anggota keluarga untuk melatih


kemandirian klien dan keluarga
PEMBAHASAN

A. FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS


1) Kegemukan (Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm dan Perempuan > 80cm)
2) Kurang aktivitas fisik
3) Dislipidemia(Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl
4) Riwayat penyakit jantung
5) Hipertensi/ Tekanan darah Tinggi (> 140/90 mmHg)
6) Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat)
(kemenkes RI, 2019)

Menurut (kemenkes RI, 2019) Hiperglikemia: (Kadar glukosa darah sangat tinggi > 300 mg/dl) Keadaan Hiperglikemia dapat
menyebabkan gangguan penurunan kesadaran (Ketoasidosis), mengalami Infeksi yang berulang dan Penurunan Berat Badan.
Gejala Hiperglikemia:
1) Mulut dan kulit terasa kering
2) Sering merasa kehausan
3) Pusing
4) Penglihatan menjadi buram/kabur
5) Buang air kecil meningkat
6) Nafas terengah-engah dan bau nafas tak sedap
B. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Obat hipokglikemi oral
a) Pemicu sekresi insulin
2) Sulfonylurea
3) Glinid
4) penambah sensitivitas terhadap insulin
5) biguanid
6) tiazolidindion
7) penghambat glukosidase alfa
8) insulin
9) pencegah komplikasi
a) berhenti merokok
b) Mengoptimalkan kadar kolesterol
c) Menjaga berat tubuh yang stabil
d) Mengontrol tekanan darah tinggi
e) olahraga teratur dapat bermanfaat
f) Mengendalikan kadar glukosa darah
(Noer, Sjaifoellah H.M.,dkk.2003)

Anda mungkin juga menyukai