DIABETES MELITUS
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
D. Manifestasi Klinik
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel
akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa
haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
E. Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel- sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-
asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan
latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM >
140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl
disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostic
3. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½
jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
5. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
6. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan
menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang
berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2
jam dianggap sebagai hasil positif.
7. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3
bulan.
8. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
9. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes
G. Komplikasi
Komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu komplikasi
metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang :
1. Komplikasi Metabolik Akut
a. Hyperglikemia.
Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi
pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.
Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit insulin
tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
H. Penatalaksanaan
Menurut Corwin, Elizabeth J, (2010) Tujuan utama penatalaksanaan klien
dengan diabetes adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah
timbulnya komplikasi akut dan kronis. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
yang dideritanya, ia akan terhindar dari hiperglikemia.
1. Edukasi
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi
aktif pasien itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku yang mendukung
upaya pengobatan. Untuk itu dibutuhkan edukasi yang komprehensif,
pengembangan ketrampilan, dan motivasi.
2. Diet
Diet dan pengendalian berat badan adalah dasar penatalaksanaan
nutrisi pada diabetes mellitus dengan tujuan :
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi : nama pasien, tanggal lahir,umur, agama,
jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan
b. Keluhan utama
Kondisi hiperglikemi seperti penglihatan kabur, lemas, rasa
haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit
kepala. Kondisi hipoglikemi seperti tremor, perspirasi, takikardi,
palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-
gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu
klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,
gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme
pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-
obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita Diabetes melitus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda:
takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard
akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan
TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
d. Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka
rangsang.
e. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
f. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik,
turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran
tiroid, napas bau aseton
g. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi,
mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks
tendon menurun, kejang.
h. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
i. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.
j. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
k. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
l. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai
m. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Hiperglikemia
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Kriteria hasil yang diharapkan Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Kadar Gula Darah intervensi : Intervensi :
keperawatan selama
Kestabilan Kadar Glukosa -monitor kadar gula darah
1x24 jam diharapkan
Darah (L.03022)
kestabilan kadar -anjurkan kepatuhan diet
-pusing menurun
glukosa darah -ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan
meningkat. -rasa lapar menurun insulin, obat oral, monitor asupan oral dan
bantuan professional kesehaan)
-mulut kering menurun
Pemberian Obat Subkutan (I.03129)
-kadar glukosa dalam darah
cukup membaik Intervensi :
Contoh Kasus :
Ny. T usia 64 tahun masuk ke RS jam 16.00 WIB dengan keluhan kaki
terasa nyeri dan telapak kaki keluar cairan dan darah sejak 2 jam sebelum masuk
RS. Klien mengatakan ditelapak kakinya terdapat luka. Klien memiliki riwayat
DM sejak 10 tahun yang lalu. Klien memiliki Riwayat luka yang sukar sembuh.
Klien terlihat meringis dan melindungi area yang nyeri. Dokter menegakkan
diagnosa Ulkus Diabetikum dan rencana operasi saat ini juga. Hasil pengkajian
setelah dilakukan operasi didapatkan hasil tekanan darah : 112/74 mmHg, RR :
22 x/menit, nadi : 70 x/menit dan suhu : 36,2 C. Hasil pemeriksaan GDS : 279
mg/dl, Asam urat : 7,2 mg/dl dan Hb : 7 mg/dl. kulit terlihat pucat, akral dingin,
kulit kering. Klien mengatakan setelah operasi nyeri kakinya berkurang, saat ini
klien mengeluh pusing dan badan terasa lemas. Tampilan umum klien terlihat
lemah, berpakaian rapi, rambut berantakan dengan tekstrur berminyak dan
terdapat ketombe. Terdapat 2 luka dibagian punggung kaki kiri sepanjang 10 cm
dan lebar 2 cm dengan kedalaman 0,5 cm, dan luka sepanjang 2 cm dengan lebar
2 cm. terdapat luka di bagian telapak kaki kiri sepanjang 15 cm dengan lebar 5 cm
dengan derajat luka 3. Terapi obat yang diberikan Novorapid 3x20 unit, Lantus
1x20 unit, asam mefenamat 3x500mg, RL 500 ml.
I. Pengkajian
A. Identitas Klien dan Penanggung
Jawab
Nama Klien : Ny. T Pekerjaan : IRT
Umur : 64 tahun Tanggal Masuk RS : 27 Nov 2020
Jenis Kelamin : perempuan Diagnosa Medis : DM
Alamat : Tangerang Sumber Informasi : Keluarga
Status Perkawinan : Menikah Tanggal Pengkajian : 27 Nov 2020
Agama : Islam Ruang : Cempaka
Suku : Jawa Keluarga yang dapat dihubungi :
Pendidikan : SD Anak
Nama : Ny. A
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tangerang
Telepon :-
B. ANAMNESA
- Alasan masuk RS : klien mengatakan keluhan kaki terasa nyeri dan
telapak kaki keluar cairan dan darah sejak 2 jam sebelum masuk RS
- Masuk dari IGD dibawa oleh anggota keluarga
- Alat yang digunakan saat masuk : kursi roda
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama saat pengkajian ; klien mengatakan kepala terasa pusing
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan memiliki Riwayat DM
sejak 10 tahun yang lalu, sebelum masuk RS klien memiliki luka di
telapak kaki seperti mata ikan. Saat ini klien sudah di operasi
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah
dialami : influenza
- Imunisasi : lengkap
- Kecelakaan yang pernah dialami : tidak ada
- Prosedur operasi dan perawatan dirumah sakit : operasi katarak,
histerektomi dan ulkus diabetikum
- Alergi : tidak ada Riwayat alergi
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas), lamanya: metformin 10
tahun, sangobion 5 tahun
3. POLA ELIMINASI
- Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi 5 x/hr, jumlah (cc), 500 cc
- Warna kuning jernih , bau khas
- Balance cairan : + 200 cc
- Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi 1x
- adanya perubahan lain ( ) Tgl defekasi terakhir 27 November 2020
- Keyakinan budaya dan kesehatan : klien mengatakan saat sakit akan
memeriksakan keadaannya kedokter. Klien mengatakan tidak ada
kepercayaan budaya yang menyimpang dari kesehatan
- Kemampuan perawatan diri : klien mengatakan saat sakit tidak mampu
untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
- Kebersihan diri : klien mengatakan saat sakit hanya mandi 1x sehari
Makan/Minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toileting
Mobilisasi di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki Tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan Rumah
Total 21
Keterangan
- Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini : luka dikaki, khawatir di
amputasi
- Tingkat stress yang dirasakan : ringan
- Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress : klien terlihat
gelisah, berkeringat
- Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya :
bertanya kepada dokter atau perawat dan berbicara dengan suami dan anak
cucunya
- Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress: klien mengatakan
sudah diajarkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
- Kehilangan / perubahan di masa lalu : () Tidak ( x) Ya
- Penggunaan obat untuk menghilangkan stres : tidak
- Keadaan emosi dalam sehari-hari : (x ) Santai () Tegang ( ) Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan leher
- Kepala bulat, distribusi rambut merata, tidak ada alopesia,
rambut terlihat berketombe, tekstrur rambut berminyak
- Teraba distensi jugularis, terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan
Depth/ Kedalaman :
-Hb : 7 g/dl
-konjungtiva anemis
DO :
Hiperglikemia
-GDS : 279 mg/dL
Kemungkinan Penyebab
DS : Penurunan curah jantung berhubungan
- klien mengatakan sesak nafas 1 dengan perubahan kontraktilitas
hari sebelum masuk RS
DO:
- Terdapat Paroxyxmal
Nocturnal Dyspnea (PND)
- Ortopnea
- CTR 65 % ksrdiomegali
DO:
- Dispnea
- Terdapat Paroxyxmal
Nocturnal Dyspnea (PND)
DS : Intoleransi aktivitas berhubungan
- Klien mengatakan mudah dengan ketidakseimbangan suplai
merasa lelah meski melakukan oksigen
aktivitas yang ringan seperti
berjalan dari kamar ke toilet
DO: -
27 Nov Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.009) Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan Sirkulasi (I.02079)
2020 3x24 jam, perfusi perifer dapat
DS: Intervensi :
meningkat. Kriteria hasil yang
-klien mengatakan merasa lemas dan diharapkan : - periksa sirkulasi perifer (mis, nadi
pusing perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
Perfusi Perifer (L.02011)
suhu)
-klien mengatakan memiliki riwayat
- kekuatan nadi perifer cukup
anemia -lakukan hidrasi
meningkat
DO : -anjurkan melakukan perawatan kulit
- akral cukup membaik
yang tepat (mis, melembabkan kulit
-warna kulit klien terlihat pucat
- pengisian kapiler cukup membaik kering pada kaki)
-akral teraba dingin
- tekanan darah sistolik membaik
-TD : 112/74 mmHg
-tekanan darah diastolic cukup
Nadi : 70x/menit teraba lemah membaik
-
CRT : 5 detik
-Hb : Low
-konjungtiva anemis
Depth/ Kedalaman :
27 Nov Defisit Perawatan Diri (D.0109) Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
2020 keperawatan selama 3x24 jam
klien mengatakan mandi, dan sikat gigi Intervensi :
diharapkan perawatan diri klien
hanya 1x/hari
meningkat -monitor tingkat kemandirian
-klien mengatakan mencuci rambut 2 Kriteria hasil yang diharapkan : -dampingi dalam melakukan perawatan
kali seminggu
Perawatan Diri (L.11103) diri sampai mandiri
-klien mengatakan aktivitas dibantu oleh
-kemampuan mandi cukup -jadwalkan rutinitas perawatan diri
keluarga
meningkat Perawatan Rambut (11357)
DO :
-kemampuan makan meingkat Intervensi :
-rambut terlihat berantakan, teraba
-kemampuan ke toilet cukup -identifikasi keadaan pasien (mis,
berminyak dan berketombe
meningkat kebershan kulit kepala dan rambut, alergi
sampo, dan kerontokan rambut)
1. 28 Nov Perfusi Perifer Tidak - Melakukan pemeriksaan tekanan darah, S : - klien mengatakan rasa pusing
2020 Efektif berhubungan nadi, suhu dan pernafasan berkurang
dengan Penurunan
-Memonitor sirkulasi perifer (nadi perifer, O:
Konsentrasi
pengisian kapiler, warna, suhu)
Hemoglobin/ - konjungtiva anemis, mukosa mulut
3 28 Nov Ketidakstabilan Kadar -memonitor kadar gula darah S : -Klien mengatakan sudah rasa
2020 Gula Darah pusingnya berkurang
-memberikan obat insulin Novorapid 20 unit
berhubungan dengan
O : -GDS : 157 mg/dL
Resistensi Insulin - memberikan obat insulin Novorapid 20 unit
4 28 Nov Defisit Perawatan Diri melakukan perawatan diri seperti mandi S : -klien mengatakan badannya menjadi
2020 berhubungan dengan didampingi oleh keluarga lebih segar
Kelemahan (D.0109)
-melakukan tindakan mencuci rambut -klien mengatakan kepalanya sudah
tidak gatal
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Menurut (kemenkes RI, 2019) Hiperglikemia: (Kadar glukosa darah sangat tinggi > 300 mg/dl) Keadaan Hiperglikemia dapat
menyebabkan gangguan penurunan kesadaran (Ketoasidosis), mengalami Infeksi yang berulang dan Penurunan Berat Badan.
Gejala Hiperglikemia:
1) Mulut dan kulit terasa kering
2) Sering merasa kehausan
3) Pusing
4) Penglihatan menjadi buram/kabur
5) Buang air kecil meningkat
6) Nafas terengah-engah dan bau nafas tak sedap
B. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Obat hipokglikemi oral
a) Pemicu sekresi insulin
2) Sulfonylurea
3) Glinid
4) penambah sensitivitas terhadap insulin
5) biguanid
6) tiazolidindion
7) penghambat glukosidase alfa
8) insulin
9) pencegah komplikasi
a) berhenti merokok
b) Mengoptimalkan kadar kolesterol
c) Menjaga berat tubuh yang stabil
d) Mengontrol tekanan darah tinggi
e) olahraga teratur dapat bermanfaat
f) Mengendalikan kadar glukosa darah
(Noer, Sjaifoellah H.M.,dkk.2003)