Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS
2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

2.2 Etiologi
A. Diabetes tipe I:
1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
terrtentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh
lima persen pasien berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe I
meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki
salah satu dari kedua tipe HLA ini. Resiko tersebut meningkat sampai
10 hingga 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3
maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum).

2. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis

1
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum tibulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe I.
3. Faktor lingkungan
Faktor-faktor eksternal (lingkungan) dapat memicu destruksi sel beta.
Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin
dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam
etiologi diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut.
Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti
sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor
dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang
secara umun dapat diterima.

B. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain
itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II, yaitu :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika)

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus sebagai berikut :
1. Tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Merupakan defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (human Leucocyte Antigen) spesifik,
predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi
pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas

2
(kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di
pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.

2. Tipe II yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)


Merupakan diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi
pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stres.

3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


Adalah Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain; penyakit
pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindroma genetik tertentu. Pada pankreas seperti pankreatitis akan
berdampak pada kerusakan anatomis dan fungsional organ pankreas akibat
aktivitas toksik baik karena bakteri maupun kimia. Kerusakan berdampak
pada penurunan insulin.
Penyakit hormonal seperti kelebihan hormon glukokortikoid (dari
korteks adrenal) akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah.
Peningkatan glukosa dalam darah ini akan meningkatkan beban kerja dari
insulin untuk memfasilitasi gulosa masuk dalan sel. Peningkatan beban kerja
ini akan berakibat pada penurunan prosuk insulin.
Pemberian zat kimia/obat-obatan seperti hidrokortidon akan
berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah karena dampaknya
seperti glukokortikoid. Endokrinopati (kematian prodiksi hormone) seperti
kelenjar hipofisis akan berdampak sistemik bagi tubuh. Karena semua
produk hormon akan dialirkan keseluruh tubuh melalui aliran darah.
Kelainan ini berdampak pada penurunan metabolisme baik karbohidrat,
protein maupun lemak yang dalam perjalanannya akan mempengaruhi
produksi insulin.

3
4. Impaired Glukosa Tolerance (ganguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau
menjadi normal atau tetap tidak berubah.

5. Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)


Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalan
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.
Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali
lipat dari keadaan normal.bila seorang ibu tidak mampu meingkatkan
produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka menhakibatkan
hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon
estrogen, progresteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas
insulin.

2.4 Patofisiologi
A. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala
peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya
proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak
dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam
basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000)

4
B. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor
kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa
tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.5 Manifestasi Klinis


A. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
B. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi
sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus
teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum
(polidipsia).
C. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi
rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak
makan (poliphagia).
D. Rasa lelah kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakkan glukosa sebagai energi.

5
E. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai pembentuk
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
F. Kelainan kulit
Kelainan kulit berupa gatal-gatal biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan
kulit seperti diketiak dan bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya
jamur.
G. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
Pada penderita DM regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya
banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
H. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak di
formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakkan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Gula Darah Puasa (GDO) 70-110 mg/dl


Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam dua kali
pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia, atau
IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl
Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik.
3. Gula darah sewaktu <140 mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
4. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet dan
beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada:

6
a) Hiperglikemi yang sedang puasa
b) Orang yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol, lasik, thyroid,
estrogen, pil KB, steroid.
c) Pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.

5. Tes Toleransi Glukosa Intravena (TTGI)


Dilakukan jika TTGO merupakan kontra indikasi atau terdapat kelainan
gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa.
6. Tes Toleransi Kortison Glukosa
Digunakan jika TTGO tidak bermakna, kortison menyebabkan peningkatan
kadar gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer
pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl
pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
7. Glycosatet Hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih dari 3
bulan.
8. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
Untuk mengukur proinsulin (produks samping yang tak aktif secara biologis)
dari pembentukan insulin dapat membantu mengetahui sekresi insulin.
9. Insulin serum puasa : 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, tidak
digunakan secara luas dalam klinik. Dapat digunakan dalam diagnosa
banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.

2.7 Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

7
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
· J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
· J II: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
· J II : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage
of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = TB (cm) – 100 X 100 %
8
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
· Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
· Normal : BB X 30 kalori sehari
· Gemuk : BB X 20 kalori sehari
· Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama
30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging. Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
DM, adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b. Menurunkan ambang sekresi insulin.

9
c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

4. Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat
lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea

5. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.

b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan


diet (perencanaan makanan).

c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif


maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah
dan dinaikkan perlahan –lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal
tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin.

d. Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk


mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes/

10
2.8 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.

2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun. Komplikasi kronik yaitu :
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

3.  Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

11
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat

12
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

1. RIWAYAT PENYAKIT

a) Keluhan utama : Kelemahan fisik.

b) Riwayat keluhan sekarang:

13
c) Riwayat Penyakit dahulu:

d) Riwayat kesehatan keluarga:

2. DATA PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

3. DATA PEMERIKSAAN FISIK

TTV: TD, N, SB, P

Pemeriksaan Head to Toe:

1. Kepala.

2. Wajah.

3. Mata

4. Hidung

5. Telinga

6. Rongga mulut

7. Leher

8. Thoraks dan paru

9. Jantung

10. Abdomen

11. Ekstremitas

12. Ekstrimitas bawah

4. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang mengarah pada masalah gizi

14
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.

3.3 Rencana Keperawatan Sesuai Diagnosa Keperawatan.

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,

nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran

urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume

sirkulasi yang adekuat.

15
3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,

fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan

yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan

pengganti.

5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

absorbsi dan utilisasinya).

16
3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/kultural.

Rasional: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi

pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan

cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

Rencana Keperawatan
Nama : Tn. Am
Tgl. Masuk RS : 03 – 08 - 2002
Umur : 46
Tahun : 2002
Tgl. Pengkajian : 03 – 09 - 2002
J.Kelamin : Laki-laki
No. Register :
Alamat :Jl.BukitBarisan
Dx. Medis : DM Type II

TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 –09– 02 Penurunan aktifitas Aktifitas klien 1. Kaji tingkat - Untuk mengetahui sejauh
berhu-bungan dengan terpenu-hi kemampuan klien mana kemampuan klien dan
1.
kelemahan fisik dengan kriteria : dalam melakukan menentu-kan intervensi
ditandai dengan : - Klien tidak aktifitas. selanjutnya.
Data Subyektif : lemah lagi 2. Bantu/latih klien -Untuk mencegah terjadinya

17
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Klien merasa lemah - Semua berak-tifitas secara atropi otot/
- Klien mengatakan aktifitasnyadapat kelemahan otot.
bertahap.
sebagi-an aktifitasnya dilakukan sendiri
3. Libatkan keluarga
dilakukan sendiri. seperti bia-sanya -Klien tidak merasa
Data Obyektif : misalnya mandi, dalam tindakan terabaikan oleh keluarga
- Klien nampak lemah makan, berjalan dan semua kebutuhan klien
keperawatan
- Aktifitasnya sebagian dll. dapat terpenuhi.
4. HE tentang
dila-kukan sendiri. - Agar klien dan keluarga
personal hygiene
dapat mengerti dan

memahami tentang

pentingnya personal

hygiene (kebersihan badan).

2. Perubahan status 1. Kaji kebiasaan


Kebutuhan -Untuk mengetahui
nutrisi kurang dari makan klien.
nutrisi ter-penuhi seberapa banyak makanan
kebutuhan tubuh
dengan kriteria: yang dikonsumsi.
berhubungan dengan 2. Timbang berat
- Nafsu makan -Untuk mengetahui adanya
intake yang tidak badan setiap hari
baik peningkatan atau penurunan
adekuat ditandai atau sesuai indikasi.
- Porsi makan sehingga mengetahui
dengan :
yang disediakan tindakan selanjutnya.
3. Sajikan makanan
dihabis-kan -Makan yang hangat dapat
yang hangat sesuai
Data subyektif : - Klien tidak meningkatkan selera makan
dengan program
lemah klien
- Klien mengeluh
diet.
lemah
- Klien mengeluh berat - Agar dapat memenuhi
4. Beri makan porsi
badan menurun.
kecil tapi sering, kebutuhan nutrisi yang
- Klien mengatakan
libatkan keluarga
diperlukan klien memberi
nafsu makan menurun.
klien pada

18
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
perencanaan informasi pada pasien pada
Data obyektif : makanan ini sesuai
perencanaan makan
- Porsi makan tidak indikasi.
keluarga dapat memenuhi
dihabiskan ( ½ – ¼
porsi) kebutuhan nutrisi klien.
- Konjungtiva nampak
pucat

3. -Kadar gula darah


Resiko terjadi 1. Kontrol gula
merupakan parametere
hypoglikemia Hypoglikemia darah
tentang adanya resiko
berhubungan dengan tidak terjadi
hypoglikemia.
pem-batasan diet dan dengan kriteria: 2. Beri diet sesuai
-Untuk mempertahankan
therapi insulin ditandai - Klien tidak dengan kebutuhan
kadar gula darah dalam
dengan : merasa lemah
batas normal setelah
Data subyektif : - - Tidak ada
pemberian insulin.
Data obyektif : tanda-tanda 3 .Observasi
-Agar dapat mendeteksi
- Klien nampak lemah hypoglike-mia tanda-tanda
- Ada riwayat DM seperti pucat, hypoglikemia sedini mungkin adanya
- Therapi insulin tachicardi, kulit
tanda-tanda hypoglikemia.
teraba dingin, 4. Beri makan 15
-Dengan pemberian makan
mual, muntah menit setelah
15 menit setelah pemberian
dan tremor. pemberian insulin.
insulin diharapkan untuk
mencegah terjadinya

19
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
hypoglikemia.
5. Ukur tanda-tanda -Sebagai indikator untuk
vital menen-tukan intervensi
yang tepat untuk tindakan
perawatan selanjutnya.

25-10-10
4. 1 Observasi tanda-
- GDS : 397 mg/dl
tanda perluasan -Untuk
- TTV : Perluasan infeksi
radang /infeksi. mengetahui/mengidenti-
TD : 120/80 mmHg tidak terjadi
fikasi tanda-tanda infeksi
N : 80 x/menit dengan kriteria:
secara dini dengan
P : 20 x/menit - Luka sembuh
membantu menentu-kan
0
S : 36, 6 C dengan baik
intervensi selanjutnya.
- Tidak ada
nanah (pus)
2. Lakukan/ganti
Resiko perluasan verband dengan
-Tekhnik aseptik dan
infeksi berhubungan - Luka tidak tehnik aseptik dan
antiseptik merupakan salah
dengan hyper-glikemia melebar antiseptik
satu metode pencegahan
ditandai dengan : - Luka nampak
masuknya kuman ke dalam
Data subyektif : - kering. 3. Kompres luka
luka.
Data obyektif : dengan cairan NaCl
-Cairan NaCl 0,9 % dapat
- Nampak luka pada 0,9 % tiap ganti
mengisap/menyerap nanah
kaki kiri (ibu jari) verband
(pus) sehingga luka cepat
- GDS 397 mg/dl
kering.
4. Ukur
tanda-tanda vital
-Untuk tanda-tanda infeksi
(TD, S, N, P).
bisa dimanifestasikan
dengan pening-katan tanda
– tanda vital.
5. Penatalaksanaan

20
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
pem-berian -Antibiotik dapat
Antibiotik menghambat atau
Chlin-damycin, membunuh kuman.
metronida-zole 3 x
500 mg/hari

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
b. Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara
pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul
sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam
sel.
c. Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal
yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan
kesehatan mengenai penyakit tersebut.

4.2 Saran
a. Bagi klien dan keluarga setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta

21
komplikasi yang ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu
melakukan kontrol yang efektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan
gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
b. Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan bahwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi
waktu agak lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier sunita,2005, Penuntun Diet, Gramedia:Jakarta


Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC:Jakarta
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8.
EGC :Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2),
EGC:Jakarta
C.Long Barbara,1996, Perawatan Medikal Bedah, EGC:Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC:Jakarta
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat,
EGC:Jakarta
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC:Jakarta

22
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC :Jakarta
FKUI, 1979, Patologi, FKUI: Jakarta
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, EGC :Jakarta
Tarwoto, dkk, 2012, Keperawatan Medikal Bedah Gangguang Sistem Endokrin.
TIM:Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai