DIABETES MELITUS
2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
2.2 Etiologi
A. Diabetes tipe I:
1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
terrtentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh
lima persen pasien berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe I
meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki
salah satu dari kedua tipe HLA ini. Resiko tersebut meningkat sampai
10 hingga 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3
maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum).
2. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis
1
dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum tibulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe I.
3. Faktor lingkungan
Faktor-faktor eksternal (lingkungan) dapat memicu destruksi sel beta.
Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin
dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam
etiologi diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut.
Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti
sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor
dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang
secara umun dapat diterima.
B. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain
itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II, yaitu :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika)
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus sebagai berikut :
1. Tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Merupakan defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (human Leucocyte Antigen) spesifik,
predisposisi pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi
pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas
2
(kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di
pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.
3
4. Impaired Glukosa Tolerance (ganguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau
menjadi normal atau tetap tidak berubah.
2.4 Patofisiologi
A. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala
peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya
proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak
dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam
basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000)
4
B. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor
kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa
tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)
5
E. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai pembentuk
antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
F. Kelainan kulit
Kelainan kulit berupa gatal-gatal biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan
kulit seperti diketiak dan bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya
jamur.
G. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati
Pada penderita DM regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya
banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
H. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita DM bahan protein banyak di
formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
dipergunakkan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
6
a) Hiperglikemi yang sedang puasa
b) Orang yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol, lasik, thyroid,
estrogen, pil KB, steroid.
c) Pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.
2.7 Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
7
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
· J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
· J II: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
· J II : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage
of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = TB (cm) – 100 X 100 %
8
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
· Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
· Normal : BB X 30 kalori sehari
· Gemuk : BB X 20 kalori sehari
· Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama
30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging. Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
DM, adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b. Menurunkan ambang sekresi insulin.
9
c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
4. Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat
lebih (imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea
5. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
10
2.8 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun. Komplikasi kronik yaitu :
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
11
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
12
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
1. RIWAYAT PENYAKIT
13
c) Riwayat Penyakit dahulu:
1. Kepala.
2. Wajah.
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Rongga mulut
7. Leher
9. Jantung
10. Abdomen
11. Ekstremitas
14
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
takikardia.
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
15
3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
pengganti.
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
kebutuhan terapeutik.
16
3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rencana Keperawatan
Nama : Tn. Am
Tgl. Masuk RS : 03 – 08 - 2002
Umur : 46
Tahun : 2002
Tgl. Pengkajian : 03 – 09 - 2002
J.Kelamin : Laki-laki
No. Register :
Alamat :Jl.BukitBarisan
Dx. Medis : DM Type II
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 –09– 02 Penurunan aktifitas Aktifitas klien 1. Kaji tingkat - Untuk mengetahui sejauh
berhu-bungan dengan terpenu-hi kemampuan klien mana kemampuan klien dan
1.
kelemahan fisik dengan kriteria : dalam melakukan menentu-kan intervensi
ditandai dengan : - Klien tidak aktifitas. selanjutnya.
Data Subyektif : lemah lagi 2. Bantu/latih klien -Untuk mencegah terjadinya
17
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Klien merasa lemah - Semua berak-tifitas secara atropi otot/
- Klien mengatakan aktifitasnyadapat kelemahan otot.
bertahap.
sebagi-an aktifitasnya dilakukan sendiri
3. Libatkan keluarga
dilakukan sendiri. seperti bia-sanya -Klien tidak merasa
Data Obyektif : misalnya mandi, dalam tindakan terabaikan oleh keluarga
- Klien nampak lemah makan, berjalan dan semua kebutuhan klien
keperawatan
- Aktifitasnya sebagian dll. dapat terpenuhi.
4. HE tentang
dila-kukan sendiri. - Agar klien dan keluarga
personal hygiene
dapat mengerti dan
memahami tentang
pentingnya personal
18
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
perencanaan informasi pada pasien pada
Data obyektif : makanan ini sesuai
perencanaan makan
- Porsi makan tidak indikasi.
keluarga dapat memenuhi
dihabiskan ( ½ – ¼
porsi) kebutuhan nutrisi klien.
- Konjungtiva nampak
pucat
19
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
hypoglikemia.
5. Ukur tanda-tanda -Sebagai indikator untuk
vital menen-tukan intervensi
yang tepat untuk tindakan
perawatan selanjutnya.
25-10-10
4. 1 Observasi tanda-
- GDS : 397 mg/dl
tanda perluasan -Untuk
- TTV : Perluasan infeksi
radang /infeksi. mengetahui/mengidenti-
TD : 120/80 mmHg tidak terjadi
fikasi tanda-tanda infeksi
N : 80 x/menit dengan kriteria:
secara dini dengan
P : 20 x/menit - Luka sembuh
membantu menentu-kan
0
S : 36, 6 C dengan baik
intervensi selanjutnya.
- Tidak ada
nanah (pus)
2. Lakukan/ganti
Resiko perluasan verband dengan
-Tekhnik aseptik dan
infeksi berhubungan - Luka tidak tehnik aseptik dan
antiseptik merupakan salah
dengan hyper-glikemia melebar antiseptik
satu metode pencegahan
ditandai dengan : - Luka nampak
masuknya kuman ke dalam
Data subyektif : - kering. 3. Kompres luka
luka.
Data obyektif : dengan cairan NaCl
-Cairan NaCl 0,9 % dapat
- Nampak luka pada 0,9 % tiap ganti
mengisap/menyerap nanah
kaki kiri (ibu jari) verband
(pus) sehingga luka cepat
- GDS 397 mg/dl
kering.
4. Ukur
tanda-tanda vital
-Untuk tanda-tanda infeksi
(TD, S, N, P).
bisa dimanifestasikan
dengan pening-katan tanda
– tanda vital.
5. Penatalaksanaan
20
TANGAL/ DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
pem-berian -Antibiotik dapat
Antibiotik menghambat atau
Chlin-damycin, membunuh kuman.
metronida-zole 3 x
500 mg/hari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
b. Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara
pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul
sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam
sel.
c. Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal
yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan
kesehatan mengenai penyakit tersebut.
4.2 Saran
a. Bagi klien dan keluarga setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta
21
komplikasi yang ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu
melakukan kontrol yang efektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan
gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
b. Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan bahwa
dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi
waktu agak lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
22
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC :Jakarta
FKUI, 1979, Patologi, FKUI: Jakarta
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, EGC :Jakarta
Tarwoto, dkk, 2012, Keperawatan Medikal Bedah Gangguang Sistem Endokrin.
TIM:Jakarta
23