Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

(Patofisiologi Penyakit Paliatif Dengan Drop Multiple Clorosis)

KELOMPOK 4

CINDY NURUL FARADILLA NURLELA H. HUMOLUNGO


(202001006) (202001023)
IWAN PEBRIANI
(202001015) (202001027)
MAHARANI M. DAHLAN PUJI LESTARI
(202001017) (2020010)
NUR FADILA RAM HABIB
(202001021) (202001033)
NI GUSTI AYU ANGGRENI ZAENAB ARFAH
(2020010) (202001043)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis
yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara
umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya
bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,
dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu
lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan
pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan
ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan berbagai tanda dan gejala
tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai plaque
B. Etiologi
Penyebab Terjadinya Multiple Skelerosis Masih belum diketahui secara pasti.
Namun para ilmuan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya
Multiple Skelerosis. Penyebab Multiple Skelerosis belum diketahui secara pasti namun
dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme auto imun.
Kerusakan mylien pada Multiple Skelerosis mungkin terjadi akibat respon
abnormal dari sistem kekebalan tubuh.Yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan
organisme berbahaya ( bakteri dan virus).
Ada beberapa faktor pemicu dan yang dapat memperburuk (Eksersebasi) multiple
Skelerosis yaitu :
1. Kehamilan
2. Infeksi yang disertai demam
3. Stress Emosional
4. Cedera
Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti. Namun
para ilmuan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya multipel sclerosis. Penyebab Masih belum diketahui secara pasti
namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark,1991).
Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk (Eksaserbasi) multipel
sklerosis yaitu :
1. Kelelahan atau keringat yang berlebihan
2. Infeksi disertai demam
3. Stress emosional
4. Kehamilan
C. Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis
(bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi
imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin
mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon
pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier
darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan
dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan
pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan
sel.
Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt,
dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis
dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal
cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak
dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain
(melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan). Bagaimanapaun mielin
dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai
peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin
ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak
sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada
saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara
permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan
fungsisaraf secara progresif
D. Komplikasi
1. Depresi
2. Kesulitan dalam menelan
3. Kesulitan berfikir dan berkonsentrasi
4. Hilang dan menurunya kemampuan keperawatan diri
5. membur
E. Manifestasi klinik
1. Kelelahan
2. Kehilangan keseimbangan
3. Lemah
4. Kebas, kesemutan
5. Kesukaran koordinasi
6. Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total
7. Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen
8. Depresi
9. Afaksia
Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Data umum
Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status
perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2. Data dasar
a. Keluhan utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /
kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
d. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum
Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot
2). TTV
a) Tekanan darah : menurun.
b) Nadi : cepat – lemah.
c) RR : normal.
d) Suhu : normal.
e) BB & TB : Normal / seusia pemeriksaan.

3. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas.
b. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan.
c. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Kerusakan Tujuan : Dalam Tentukan dan Untuk
mobilisasi fisik b/d waktu 3 x 24 jam kaji tingkat mengembangka
kelemahan, paresisi, klien mampu aktivitas n rencana
spastisitas. melaksanakan sekarang dan perawtan bagi
aktifitas fisik sesuai derajat program
dengan gangguan rahabilitasi
kemampuannya fungsi dengan  untuk
Kriteria hasil : skala 0-4 memecahkan
a. Mampu  Identifikasi masalaha untuk
mengidentifi faktor – faktor mempertahanka
kasikan faktor- yang n/
faktor resiko dan mempengarhuri meningkatkan
kekuatan individu kemampuan mobilitas.
yang untuk aktif,  untuk
mempengaruhi misalnya meningkatkan
toleransi terhadap pemasukan kemandirian
aktivitas makanan yang dan rasa
b. Mampu tidak adekuat, mobilitas diri
mengindentif insomnia, dan dapat
ikasikan beberapa penggunaan menurunkan
alternatif untuk obat-obat perasaan tidak
membantu tertentu. berdaya 
c. Tentukan dan kaji  Anjurkan latihan berjalan
tingkat aktivitas klien dapat
sekarang dan untuk meningkatkan
derajat gangguan melakukan keamanan dan
fungsi dengan perawatan diri keefektifan
skala 0-4 sendiri sesuai pasien untuk
d. Identifikasi faktor dengan berjalan dan
faktor yang kemampuan alat bantu gerak
mempengarhuri maksimal yang dapat
kemampuan untuk dimiliki pasien menurunkan
aktif,  Evaluasi kelemahan,
misalnya kemampuan meningkatkan
pemasukan untuk kemandirian.
makanan yang melakukan  menurunakn
tidak adekuat, mobilisasi kelelahan,
insomnia, secara kelemahan otot
penggunaan aman dan yang berlebihan
obat-obat berikan alat
tertentu. bantu berjalan
 Anjurkan klien  buat rencana
untuk melakukan perawatan
perawatan diri dengan periode
 untuk istirahat
mengembangka konsisten
n rencana diantara
perawtan bagi aktivitas
program
rahabilitasi
 untuk
memecahkan
masalaha untuk
mempertahanka
n/
meningkatkan
mobilitas.
 untuk
meningkatkan
kemandirian
dan rasa
mobilitas diri
dan dapat
menurunkan
perasaan tidak
berdaya
mempertahan
kan tingkat
aktivitas saat
sekarang.
 Mampu
berpartisipasi
dalam program
rehabilitasi.
 Mampu
mendemonstrasi
kan teknik /
tingkah laku
yang dapat
mempertahankan
/ meneruskan
Aktivitas
2 Resiko cedera b/d Tujuan : dalam Identifikasi tipe mengidentifikasi
kerusakan sensori waktu 3x 24 jam gangguan tipa gangguan
dan penglihatan. resiko trauma tidak penglihatan visual yang
terjadi yang terjadi dan
Kriteria Hasil : :  dialami klien batasan
Klien mau (diplopia, keparahan.
berpartisipasi nigstagmus,  pencegahan
terhadap neuritis optikus cedera
pencegahan / dilakukan pada
trauma penglihatan klien multiple
 Decubitus tidak kabur) sklerosis jika
terjadi  Modifikasi disfungsi
 Kontraktur sendi pencegahan motorik
 Identifikasi tipe menyebabkan
gangguan masalah dalam
penglihatan yang tidak ada
dialami klien koordinasi dan
(diplopia, adanya
nigstagmus, kekakuan atau
neuritis optikus / jika ataksia ada,
penglihatan klien resiko
kabur) jatuh.
 Modifikasi
pencegahan
 mengidentifikasi
tipa gangguan
visual yang
terjadi dan
batasan
keparahan.
 pencegahan
cedera
dilakukan pada
klien multipel
tidak terjadi
 Klien tidak jatuh
dari tempat tidur
3 Perubahan eliminasi Tujuan : dalam Kaji pola mengetahui
alvi dan uri b/d waktu 3x 24 jam berkemih dan fungsi ginjal.
disfungsi medula resiko trauma tidak catat urin setiap  jadwal
spinalis terjadi 6 jam berkemih diatur
Kriteria Hasil : :   2. awalnya setiap
Klien mau Tingkatkan 1 sampai 2 jam
berpartisipasi kontrol dengan
terhadap berkemih perpanjangan
pencegahan dengan cara interfal waktu
trauma berikan bertahap. Klien
 Decubitus tidak dukungan pada diinstruksikan
terjadi klien tentang untuk mengukur
 Kontraktur sendi pemenuhan jumlah air yang
 Identifikasi tipe eliminasi urin, di minum setiap
gangguan lakukan jadwal 2 jam dan
penglihatan yang berkemih, ukur mencoba untuk
dialami klien jumlah urin berkemih 30
(diplopia, tiap menit setelah
nigstagmus, 2 jam minum.
neuritis optikus / o  menialai
penglihatan  Palpasi Perubahan
kabur) kemungkinan
 Modifikasi adanya distensi
pencegahan kandung kemih
 mengidentifikasi Anjurkan klien
tipa gangguan untuk
visual yang minum 2000
terjadi dan cc/hari
batasan
keparahan.
 pencegahan
cedera
dilakukan pada
klien multipel
tidak terjadi
 Klien tidak jatuh
dari tempat tidur
5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997)
6. Evaluasi keperawatan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Aminoff MJ, Greenberg DA, Roger PS. 2015. Clinical Neurology. McGraw-Hill Education
Medical; 9 edition, p232-237.
Asgari N. 2013. Epidemiological, clinical and immunological aspects of neuromyelitis optica.
  Dan Med J; 60(10):B4730
Noyes K, Weinstock-Guttman B. Impact of diagnosis and early treatment on the course of
multiple sclerosis. Am J Manag Care. 2013 Nov;19(17 Suppl):s321-31.
Ntranos A, Lublin F. Diagnostic Criteria, Classification and Treatment Goals in Multiple
Sclerosis: The Chronicles of Time and Space. Curr Neurol Neurosci Rep. 2016 Oct;16(10):90.

Anda mungkin juga menyukai