Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya tugas makalah ini.. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat perkuliahan di STIK STELLA MARIS dengan tugas kuliah Keperawatan
Gerontik.

Dalam penyusunan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal


mungkin untuk mengumpulkan data dan keterangan yang diperoleh dalam
penulisan makalah ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan serta kelemahan dalam menyusun makalah ini, karena ilmu
pengetahuan yang penulis dapat belum maksimal.

Makassar, November 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................
C. TUJUAN ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI LANSIA......................................................................................
B. DEFINISI INTOLERANSI AKTIVITAS................................................
C. ETIOLOGI ..................................................................................................
D. MANIFESTASI KLINIK............................................................................
E. PATOFISIOLOGI ......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan muskuluskeletal. Ketika kebutuhan energy tidak
tercukupi maka akan terjadi penurunan dalam kapasitas fisologi seseorang
untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang
dibutuhkan akan mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan
umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen karena
status penyakit sehingga dilakukan tirah baring untuk mempertahankan
atau memenuhi aktivitas harian yang diperlukan atau diharapkan.
Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami
intoleransi aktivitas adalah ketika mereka meakukan suatu gerakan. Bagi
orang normal, berjalan dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi
pasien yang mengalami intoleransi aktivitas, bergerak atau berjalan sedikit
saja nafasnya sudah terengah-engah karena tubuhnya tidak mampu
memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Oleh karena dalam
laporan pendahuluan ini akan membahas tentang gangguan aktivitas.

B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada  pasien dengan diagnosa intoleransi
aktivitas?.
C. Tujuan
1. Memperoleh pemahaman dan gambaran umum tentang asuhan
keperawatan pada  pasien dengan diagnosa intoleransi aktivitas.
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
diagnosa intoleransi aktivitas  
3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
diagnosa intoleransi aktivitas

1
4. Mampu menyusun rencana keparawatan pada pasien dengan diagnosa
intoleransi aktivitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis
(Mustika, 2019).
Lansia (lanjut usia) adalah proses alamiah yang terjadi pada
seseorang karena telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan, proses
ini terjadi secara berkesinambungan dimana ketika seseorang mengalami
beberapa perubahan yang mempengaruhi fungsi dan kemampuan seluruh
tubuh yang disebut dengan proses penuaan atau aging process. Seseorang
dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia yang
sehat, merupakan lansia yang mampu memelihara, pencegahan penyakit,
meningkatkan kapasitas fungsional, pemulihan dan rehabilisasi yang
dimiliki lansia, yaitu seperti mandi, berpakaian sendiri, berpindah, makan,
minum, dan mempertahankan kontinensia. Menjaga dan melestarikan
kemampuan untuk melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari adalah hal
mendasar untuk memperpanjang hidup seorang lansia (Mawaddah, 2020).
Menurut Riadi, (2020) terdapat beberapa versi dalam pembagian
kelompok lansia berdasarkan batasan umur, yaitu sebagai berikut
a. Menurut WHO, lansia dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age): usia 45-59 tahun.
b) Lansia (elderly): usia 60-74 tahun.
c) Lansia tua (Old): usia 75-90 tahun.
d) Usia sangat tua (Very Old): usia diatas 90 tahun.
b. Menurut Departemen RI, lansia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Virilitas (Prasenium): masa persiapan usia lanjut yang
menampakan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

3
b) Usia lanjut dini (Senescen): kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (60-64 tahun).
c) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif: usia diatas 65 tahun.

B. Definisi intoleransi aktivitas


Menurut Heriana,2014 aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak  dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti  berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Asmadi,2008)
Intoleransi aktivitas adalah kurangnya tenaga baik secara fisik
maupun psikologis untuk melakukan aktivitas sehari hari.

C. Etiologi
Menurut ( Hidayat, 2014) ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
intoleransi aktivitas diantaranya adalah:
a. Kerusakan otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis
otot. Otot  berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas
otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet

4
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa  penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke
otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak
dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi
gangguan penyampaian impuls ke organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.

D. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan
intoleransi aktivitas yaitu:
a) tidak  mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang
lain.
b) Memiliki hambatan dalam berdiri dan
c) Memiliki hambatan dalam berjalan.

E. Patofisiologi
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih
menitikberatkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu
banyak karena tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, untuk bergerak, kita
membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di sel,
tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk
membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2. Pada kondisi
tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya
tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi, apapun penyakit yang

5
membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat
mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas.

6
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system
neurologis (kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan
tekanan intrakranial, miastenia, gravis, guillain barre, cedera medulla
spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit system kardiovaskular (infark
miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit system
musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit system
pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-
lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan
system saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
3. Kemampuan fungsi motorik 
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri,
kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
kekuatan, atau spastis.
4. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut:
a) Tingkat 0 : mampu merawat diri dengan secara penuh
b) Tingkat 1 : memerlukan pennggunaan alat

7
c) Tingkat 2 : memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
d) Tingkat 3 : memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan
peralatan
5. Kemampuan rentang gerak 
Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, Lengan, panggul dan kaki.
6. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis
gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif
diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas
terhadap perubahan system kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan
darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivitas atau  perubahan posisi.
7. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi,  perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
(D.0008)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang aktivitas fisik
(D. 0009)
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
(D.0005)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot
(D.0054)
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
(D.0109)

8
C. Intervensi keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Penurunan Curah jantung Perawatan jantung
curah jantung (L.02008) : (I.02075) :
berhubungan 1. Bradikardia Observasi :
dengan menurun 1. Identifikasi tanda atau
perubahan 2. Lelah menurun gejala primer
kontraktilitas 3. Dyspnea menurun penurunan curah
(D.0008) 4. Batuk menurun jantung (dyspnea dan
5. Tekanan darah kelelahan)
membaik 2. identifikasi tanda dan
gejala sekunder
penurunan curah
jantung (batuk)
3. monitor tekanan
darah
4. periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas

Terapeutik :
1. Posisikan pasien
semi fowler atau
fowler dengan
kaki kebawah
atau posisi
nyaman
Edukasi :
1. Anjurkan

9
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
Kolaborasi :
1. rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Perfusi perifer Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif (L.02011) (I,02079)
berhubungan 1. Nyeri ekstremitas Observasi :
dengan kurang menurun 1. Periksa sirkulasi
aktivitas fisik 2. Parastesia perifer
(D. 0009) menurun 2. Identifikasi faktor
3. Kelemahan otot resiko gangguan
menurun sirkulasi (Diabetes,
4. Kram otot orang tua, hipertensi,
menurun dan kadar kolesterol
5. Tekanan darah tinggi)
sistolik membaik Terapeutik :
6. Tekanan darah 1. Hindari pengukuran
diastolic membaik tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
Edukasi :
1. Anjurkan
berolahraga rutin
2. Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,

10
dan penurun
kolesterol, jika perlu
3. Pola napas Pola napas (L.01004) Menajemen jalan napas
tidak efektif 1. Tekanan ekspirasi (I. 01011)
berhubungan meningkat Observasi :
dengan 2. Tekanan inspirasi 1. Monitor pola napas
penurunan meningkat (frekuensi dan
energi (D.0005) 3. Dipsnea menurun kedalaman napas)
4. Frekuensi napas Terapeutik :
membaik 1. Posisikan semi
5. Kedalaman napas fowler atau fowler
membaik 2. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
1. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekpektoran,
mukolitik, jika perlu
4. Intoleransi Toleransi aktivitas (L. Terapi aktivitas
aktivitas 05047) (I.05186)
berhubungan 1. Saturasi oksigen Observasi :
dengan meningkat 1. Identifikasi deficit
kelemahan 2. Kemudahan dalam tingkat aktivitas
(D.0056) melakukan 2. Identifikasi
aktivitas sehari- kemampuan
hari meningkat berpartisipasi dalam
3. Keluhan lelah

11
menurun aktivitas tertentu
4. Dipsnea saat 3. Identifikasi sumber
aktivitas menurun daya untuk aktivitas
5. Dipsnea setelah yang diinginkan
aktivitas menurun Terapeurik :
6. Tekanan darah 1. Fasilitasi focus pada
membaik kemampuan, bukan
7. Frekuensi napas deficit yang dialami
membaik 2. Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
3. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
5. Fasilitasi aktivitas
fisik rutin sesuai
kebutuhan
6. Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
Edukasi :

12
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
3. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam merencanakan
dan memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
5. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi (I.
mobilitas fisik (L.05042) 05173)
berhubungan 1. Pergerakan Observasi :
dengan ekstremitas 1. Identifikasi adanya
penurunan meningkat nyeri atau keluhan
massa otot 2. Kekuatan otot fisik lainnya
(D.0054) meningkat 2. Identifikasi toleransi
3. Rentang gerak fisik melakukan
(ROM) menigkat pergerakan
4. Nyeri menurun 3. Monitor kondisi

13
5. Kecemasan umum selama
menurun melakukan
6. Kaku sendi mobilisasi
menurun Terapeutik :
7. Kelemahan fisik 1. Fasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuam dan
procedure mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
6. Defisit Perawatan diri (L. Dukungan perawatan
perawatan diri 11103) diri (I. 11348)
berhubungan 1. Kemampuan Observasi :
dengan mandi meningkat 1. Identifikasi
gangguan 2. Kemampuan kebiasaan aktivitas
muskuloskeletal mengenakan perawatan diri sesuai
(D.0109) pakaian meningkat usia
3. Kemampuan 2. Monitor tingkat

14
makan meningkat kemandirian
4. Kemampuan 3. Identifikasi
ketoilet kebutuhan alat bantu
(BAB/BAK) kebersihan diri,
meningkat berpakaian, berhias,
5. Verbalisasi dan makan
keinginan Terapeutik :
melakukan 1. Sediakan lingkungan
perawatan diri yang terapeutik
meningkat 2. Siapkan keperluan
6. Minat melakukan pribadi (mis. Parfum,
perawatan diri sikat gigi, dan sabun
meningkat mandi)
7. Mempertahankan 3. Damping dalam
kebersihan diri melakukan
menigkat perawatan diri
8. Mempertahan sampai mandiri
kebersihan mulut 4. Fasilitasi
meningkat kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia (lanjut usia) adalah proses alamiah yang terjadi pada
seseorang karena telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan,
proses ini terjadi secara berkesinambungan dimana ketika
seseorang mengalami beberapa perubahan yang mempengaruhi
fungsi dan kemampuan seluruh tubuh yang disebut dengan proses
penuaan atau aging process.
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas. Seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan muskuluskeletal. Ketika
kebutuhan energy tidak tercukupi maka akan terjadi penurunan
dalam kapasitas fisologi seseorang untuk melakukan aktivitas
sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan akan
mengakibatkan intoleransi aktivitas, terjadi kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intoleransi aktivitas adalah kurangnya tenaga baik secara
fisik maupun psikologis untuk melakukan aktivitas sehari hari.

B. Saran
Diharapkan dengan makalah asuhan keperawatan ini dapat
membantu dalam membuat laporan asuhan keperawatan tentang
intoleransi aktivitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D.C. dan Hackley, J.C. (2000). Keperawatan Medikal Beda
Buku Saku dari Brunner &Suddarth. Jakarta :EGC

Dongoes, E. Marlyn,dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :


EGC.

Sutikno, E. (2011). Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup


lansia. UNS (Sebelas Maret University).

Nur Kholifa, S. (2016). KEPERAWATAN GERONTIK. pusdik SDM


kesehatan.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/
2017/08/Keperawatan Gerontik-Komprehensif.pd

Iswahyuni, S. (2017). Hubungan antara aktifitas fisik dan hipertensi pada


lansia. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 14(2), 1–4.

17

Anda mungkin juga menyukai