Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN PALIATIF

MOBILISASI DAN LUKA TEKAN PADA PASIEN PALIATIF

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Paliatif

Yang di ampu oleh Petrus Nugroho DS. S.Kp MMR

Disusun Oleh :

1. Winda Astuti (P1337420317020)


2. Dewi Ratna Sari (P1337420317041)
3. Niatini Anggita Timur (P1337420317050)

3 REGULER A

PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN

POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Kelompok telah
menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Penulisan makalah adalah
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Paliatif.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kelompok
menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Pekalongan, 16 Desember
2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................... 1
2. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
3. Rumusan Masalah............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Mobilisasi............................................................................................3
2. Luka Tekan......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan......................................................................................... 11
2. Saran................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menuju
penyakit tidak menular menyebabkan jumlah pasien dengan penyakit
kronis yang belum dapat disembuhkan dan mengancam jiwa meningkat.
Untuk menangani masalah pasien dengan penyakit kronis yang
mengancam jiwa tersebut perlu pemberian pelayanan perawatan paliatif,
disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
(Kemenkes, 2007).
Perawataan Paliatif (palliativecare) adalah suatu terapi /
pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang
sedang mengalami masalah penyakit terminal atau mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan pembebasan penderitaan dengan identifikasi dini
dan evaluasi yang baik, serta tata laksana nyeri, fisik, psikososial dan
spiritual (WHO, 2016). Perawatan paliatif telah terbukti dapat
meningkatkan kesejahteraan pasien dan mengurangi gejala, sehingga
meningkatkan kualitas hidup mereka (Setiati, 2016). Jenis kegiatan
perawatan paliatif salah satunya meliputi mobilisasi dan luka tekan.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk
aktualisasi (Mubarak, 2008).
Luka tekan adalah luka yang disebabkan karena adanya tekana
yang terus-menerus pada suatu area sehingga menyebabkan iskemia,
kematian sel dan nekrosis jaringan, dimana biasanya terjadi pada jaringan
lunak di atas tulang yang menonjol/body prominence (Durovic, 2008).
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang mobilisasi pada pasien paliatif
2. Mengetahui tentang luka tekan pada pasien paliatif

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mobilisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan luka tekan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Mobilisasi
1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas
dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal,
dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak,
2008).
2. Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia
tinggal (masyarakat).
b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum
ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh
penyakit atau trauma (misalnya : paralisis akibat
gangguan atau cedera pada medula spinalis).
2) Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak
dari ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan
otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan
kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
c. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya
mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki
masing-masing individu bervariasi.
d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk
melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan
penuaan (Mubarak, 2008)

3. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam
keadaan imobilitas antara lain :
a. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami
keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan
maupun kondisi orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak
c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai
d. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan
interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak,
2008).
4. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).
5. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya
aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan
dalam pembentukan sel darah merah.

B. Luka Tekan
1. Definisi dan Prevalensi
Luka tekan adalah luka yang disebabkan karena adanya tekana
yang terus-menerus pada suatu area sehingga menyebabkan iskemia,
kematian sel dan nekrosis jaringan, dimana biasanya terjadi pada
jaringan lunak di atas tulang yang menonjol/body prominence
(Durovic, 2008). Di Indonesia pernah dilakukan survey di Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta tahun 2001. Dilaporkan dari 40 pasien tirah
baring, 40% menderita luka dekubitus (Setyawan 2008 dalam
Tarihoran 2010). Setiajati (2001) melakukan survey di Rumah Sakit
Dr. Moewardi Surakarta, didapatkan 38,18% pasien mengalami luka
tekan (Setyawan 2008 dalam tarihoran 2010). Secara keseluruhan
Indonesia, kejadian luka tekan dirumah sakit 33% (Suriadi et al 2007
dalam Tarihoran 2010).
Suriadi (2007) menyebutkan bahwa angka kejadian luka dekubitus
di Indonesia mencapai 33,3% dibandingkan dengan angka prevalensi
ulkus dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 2,1 – 31,3%
(Seongsook et al., 2004 dalam Yusuf, 2010). Beberapa tahun terakhir
ini, terdapat peningkatan prevalensi luka tekan pada lansia oleh karena
peningkatan angka harapan hidup (Jaul, 2010). Pada subpopulasi
geriatrik di USA, rata – rata insiden luka tekan sebesar 24% dengan
prevalensi 17,4% (Klipp et al., 2002 dalam Durovic, 2008).
2. Tanda dan gejala Luka Tekan
a. Stadium I
Perubahan pada kulit yang bisa diobservasi yaitu lebih
dingin dan hangat , lebih keras atau lunak, gatal atau nyeri.
b. Stadium II
Kulit mengalami abrasi, melempuh, atau membentuk luka
yang dangkal
c. Stadium III
Kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan tapi tidak
sampai fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam
d. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit, nekrosis jaringan, kerusakan pada
otot, tulang serta tendon dan aanya luka yang dalam
3. Faktor resiko
a. Faktor tekanan
1) Mobilitas & aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan
mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktifitas adalah
kemampuan untuk berpindah. Pasien dengan berbaring terus
menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi
beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Sedangkan imobilitas
pada lansia merupakan ketidakmampuan untuk merubah posisi
tubuh tanpa bantuan yang disebabkan oleh depresi CNS (Jaul,
2010).
2) Penurunan persepsi sensori
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensasi nyeri akibat tekanan di
atas tulang yang menonjol. Bila hal ini terjadi dalam durasi
yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan (Sari, 2012).
b. Faktor toleransi jaringan
1) Intrinsik
a) Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia
dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan
kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah
mengalami erosi. Selain itu kelembaban juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction)
dan pergeseran (shear) (Sussman dan Jansen, 2001., Pan
Pacific Clinical Practice Guidelines, 2012).
b) Gesekan
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak
dengan arah yang berlawanan. Pergesekan dapat
mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis
kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei
pasien yang tidak berhati – hati.
2) Ekstrinsik
a) Umur
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi
untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring dengan proses penuaan. (Sussman &
Jensen, 2001).
b) Tekanan arteriolar
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi
toleransi kulit terhadap tekanan, sehingga dengan aplikasi
tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan
jaringan menjadi iskemia (Sari, 2012).
c) Merokok
Merokok mungkin sebuah prediktor terbentuknya
luka tekan. Insiden luka tekan lebih tinggi pada perokok
dibandingkan dengan yang bukan perokok. Afinitas
haemoglobin dengan nikotin dan meningkatnya radikal
bebas diduga sebagai penyebab risiko terbentuknya luka
tekan pada perokok.
4. Patofisiologi
luka tekan adalah nekrosis jaringan yang terjadi saat jaringan lunak
tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam
waktu yang lama. Tekanan yang terus menerus akan mempengaruhi
metabolisme sel dengan menurunkan atau menghambat aliran darah
sehingga terjadi iskemi jaringan dan selanjutnya mengakibatkan
kematian jaringan. Tekanan eksternal yang terlalu lama mengakibatkan
jaringan menjadi hipoksia. Ketika tekanan ini tidak dihilangkan dari
tempat hipoksia maka terjadi kolap dan trombosis. Pembentukan luka
dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi
saat menaikkan posisi klien diatas tempat tidur. Area sakral dan tumit
merupakan area yang sangat rawan terjadinya dekubitus.
5. Managemen luka tekan
a. Terapi ozon pada luka tekan
Ozon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir
bumi memiliki bau yang spesifik dan kuat serta merupakan bentuk
alatropik dari oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih
kuat dibandingkan dengan oksigen. Fungsi dasarnya adalah untuk
melindungi manusia dari efek berbahaya dari radiasi UV.Selain
digunakan sebagai antiseptik, ozon juga dinyatakan memiliki efek
antivirus, antijamur dan antiprotozoa.Efek ozon terhadap bakteri
adalah dengan mengganggu integritas kapsul sel bakteri melalui
oksidasi fosfolipid dan lipoprotein, kemudian berpenetrasi ke
dalam membran sel.
Disamping itu ozon juga dapat memperbaiki distribusi oksigen
dan pelepasan growth factor yang bermanfaat dalam mempercepat
penyembuhan luka.Sebelum diaplikasikan pada luka, luka
dibersihkan (dicuci) dengan menggunakan normal salin, kemudian
dikeringkan. Setelah itu luka ditutup dengan menggunakan
kantong plastik, rapatkan hingga kedap udara. Mesin ozon
dihidupkan, atur waktu selama 15 – 20 menit. Pada pasien dengan
kelainan vaskuler, konsentrasi ozon yang diberikan adalah 6 – 8
ml. Pemakaian ozon dalam konsentrasi yang terlalu rendah hanya
menghasilkan efek terapeutik yang kecil, dan bila digunakan dalam
konsentrasi yang terlalu tinggi menimbulkan efek toksik. Kisaran
therapeutic window adalah 20 – 80 ug/mg ozon per gram darah.
b. Teknik massage dengan menggunakan oil
Terapi pemijatan atau massage dibutuhkan lotion sebagai
pelumas dan pelembab kulit, tujuannya untuk menambah dan atau
mempertahankan kandungan air dalam lapisan korneum sehingga
kulit akan terasa halus dan lembut.Virgin coconut oil adalah
produk olahan kelapa yang aman dikonsumsi oleh masyarakat dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.VCO mengandung asam laurat
yang tinggi (sampai 51%), sebuah lemak jenuh dengan rantai
karbon sedang (jumlah karbonnya 12) yang biasa disebut Medium
Chain Fatty Acid (MCFA). Di dalam tubuh manusia asam laurat
akan diubah menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida
yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Fife
2004).Adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih
efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak
lebih cepat sehingga VCO (Virgin Coconut Oil) dapat digunakan
untuk penyembuhan luka dekubitus derajat II.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawataan Paliatif (palliativecare) adalah perawatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang mengalami masa-
masa kritis dan mengancam jiwa.
Mobilisasi adalah kemampuan pasien yang mengalami hambatan
dalam beraktivitas sehari-hari.
Luka tekan adalah luka yang disebabkan karena adanya rangsangan
berupa tekanan yang terjadi secara terus-menerus pada suatu area yang
menyebabkan kematian sel.
B. Saran
1. Hendaknya tim kesehatan bekerja sama dalam menangani keluhan
yang dialami oleh pasien.
2. Hendaknya perawat dan tim kesehatan memperhatikan apakah ada
efek samping atas tindakan yang akan diberikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2016. Materi Laporan Pendahuluan Gangguan Mobilisasi (1).


https://id.scribd.com/doc/310740189/Materi-Laporan-Pendahuluan-
Gangguan-Mobilisasi-1
Ningrum, Puspita. 2017. Makalah Penanganan Gejala Pasien Paliatif.
https://id.scribd.com/document/360049584/Makalah-Penanganan-Gejala-
Pasien-Paliatif
Rosita, Tita. 2014. Mobilisasi danTimbulnya Luka Tekan pada Pasien Tirah
Baring. http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-08/S57634-
Tita%20Rosita

Anda mungkin juga menyukai