Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SEMINAR

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny. C DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL
DI RUANG IGD RSUD BATANG

Disusun Oleh:

1. Reza Eka Nabilah (P1337420317019)


2. Risqi Dwi Umboro (P1337420317061)
3. Nur Afiah Widya Ningrum (P1337420317022)
4. M. Beny Khoeroni (P1337420317088)

PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

seminar Kelompok Yang Berjudul “ Resume Asuhan Keperawatan pada Ny.C

dengan Diagnosa Medis Asma Bronchiale di Ruang IGD di RSUD Kabupaten

Batang ”

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhir praktik stase Kegawat

Daruratan dan menambah pengetahuan serta ketrampilan dan memberikan asuhan

keperawatan khususnya pada klien yang menderita Asma Bronchiale.

Penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,

arahan dan bimbingan dari semua pihak, kami ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak

kekurangan, untuk menyempurnakan makalah ini kami mengaharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Batang, Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
PRAKATA ............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................4

B. Tujuan ................................................................................................5

BAB II KONSEP DASAR ASMA BRONCHIALE.............................................6


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................20
A. Pengkajian ..........................................................................................20

B. Analisa Data........................................................................................25

C. Diagnosis Keperawatan ......................................................................27

D. Rencana Keperawatan ........................................................................27

E. Implementasi ......................................................................................30

F. Evaluasi ..............................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia,

baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari

waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang

prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab

kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi

survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di

Indonesia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi

dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara.

Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain

infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau

latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi. Prevalensi asma

di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa,

dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di

Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali

disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %. Penyebab

pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian

terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai

sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan.

B. Tujuan
4
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada Ny.
C dengan Asma Bronchiale.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tinjauan teori pada kasus Asma Bronchiale
yang meliputi :
1) Pengertian Asma Bronchiale
2) Penyebab Asma Bronchiale
3) Patofisiologi Asma Bronchiale
4) Tanda dan Gejala Asma Bronchiale
5) Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchiale
6) Komplikasi Asma Bronchiale
7) Penatalaksanaan Asma Bronchiale
8) Pengkajian fokus dan Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Asma Bronchiale
b. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Asma Bronchiale

5
BAB II

KONSEP DASAR

ASMA BRONCHIALE

A. PENGERTIAN

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme

otot polos bronkiolus. (Corwin E.J., 2001 : 430)

Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh

penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat

mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2001 : 126)

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang

mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas

bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan

(mengi atau sesak). (Mansjoer A., 1999 : 476-477)

Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan

penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.

B. ETIOLOGI

Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :

1. Asma tipe non atopik (intrinsik)

Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan

(exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :

a. Serangan timbul setelah dewasa.

b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.

c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.


6
d. Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.

e. Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan

serangan reaksi asma.

f. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik

merupakan keadaan yang peka bagi penderita.

2. Asma tipe atopik (ekstrinsik)

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan

(exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya

ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini

mempunyai sifat-sifat :

a. Timbul sejak kanak-kanak

b. Pada famili ada yang mengidap asma

c. Ada eksim waktu bayi

d. Sering menderita rinitis

e. Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga

rumput

3. Asma Campuran (mixed)

Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor intrinsik

maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.1993 : 2)

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat

hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan,

maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :

7
1. Bising mengi (Wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.

2. Batuk produktif, sering pada malam hari.

3. Napas atau dada seperti tertekan. (Mansjoer A., 1999 : 477)

D. PATOFISIOLOGI

Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi

disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :

1. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas.

2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.

3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.

Selain itu otot – otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum

yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara

terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini

tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem

imunologis dan sistem saraf otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk

terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian

menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan sel-

sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin

serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS – A). Pelepasan

mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan

napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan

pembentukan mukus yang sangat banyak.

8
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur

oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau

nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti

infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang

dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan

bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang

dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah

terhadap respon parasimpatis.

Selain itu reseptor α dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis

terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-adrenergik dirangsang, terjadi

bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang

dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α dan β-adrenergik dikendalikan

terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-alfa

mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator

kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi

reseptor-beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat

pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang

diajukan ialah bahwa penyekatan β-adrenergik terjadi pada individu dengan

asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator

kimiawi dan konstriksi otot polos. (Smeltzer, S.C., 2001 : 611-612)

9
E. PATHWAY
Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, mulut dan kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan terhadap allergen

Kontraksi otot polos pernapasan

Bronkospasme

Penyempitan saluran pernapasan Produksi sputum berlebih

Hambatan aliran Gangguan Resiko tinggi


pernapasan pertukaran gas infeksi

Distraksi ventilasi Jalan napas tidak


yang tidak rata dan efektif
sirkulasi paru

Penurunan sirkulasi Batuk


Gangguan difusi gas darah, dispnea,
di tingkat alveoli wheezing, anoreksia Gangguan pemenuhan
dan kelemahan istirahat tidur
sianosis

hipoksia
Perubahan nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan tubuh aktivitas
ansietas
Imunitas
menurun
Ketidaktahuan
tentang penyakit Resiko tinggi
infeksi

Sumber : Stein J.H., (1998); Carpenito, L.J. (1999); Doenges, M.E. (2000);
Smeltzer, Suzanne, C. (2001)
10
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal


eosinopil.

b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.

c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat


mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus
plug.

2. Pemeriksaan darah

a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.


Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

c. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E


pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu


serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
11
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran


radiolusen akan semakin bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan


pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan


berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama


serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis


deviasi dan clock wise rotation.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya


RBB ( Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,


dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari


bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.

5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible,


cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler
atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
12
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

G. PENATALAKSANAAN

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan


serangan asma.

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya


mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

d. Fisiotherapy

e. Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :

a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam


2 golongan :

1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

13
Nama obat :

 Orsiprenalin (Alupent)

 Fenoterol (berotec)

 Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk


tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa
semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler
dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator
(Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat
khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang
sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

2) Santin (teofilin)

Nama obat :

 Aminofilin (Amicam supp)

 Aminofilin (Euphilin Retard)

 Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan


simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga
bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /
aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
14
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).

b. Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah


serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak- anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.

c. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.


Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan
obat ini adalah dapat diberika secara oral.

15
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
a. Kaji dan pertahankan jalan napas
b. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu
d. Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi
jika tidak mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam
kondisi terancam kehidupannya atau pada asthma akut berat
e. Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan
mendapat pertolongan medis secepatnya.
2. Breathing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan
tujuan mempertahankan saturasi oksigen >92%
b. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask
c. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation
d. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji
PaO2 dan PaCO2
e. Kaji respiratory rate
f. Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
g. Periksa system pernapasan – cari tanda:
 Cyanosis
 Deviasi trachea
 Kesimetrisan pergerakan dada
 Retraksi dinding dada

16
h. Dengarkan adanya:
 Wheezing
 pengurangan aliran udara masuk
3. Circulation/Sirkulasi
a. Kaji denyut jantung dan rhytme
b. Catat tekanan darah
c. Lakukan EKG
d. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2
gram dalam 20 menit
e. Kaji intake output
f. Jika potassium rendah makan berikan potassium
4. Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan
pasien membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang dipakai
setiap hari dan saat serangan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas
bagian atas.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat sakit asma pada keluarga.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan
yang berhubungan dengan allergen, hewan piaraan yang dipelihara dan
tingkat stressor.

17
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


produksi mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a. Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif.
2) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
3) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b. Intervensi :
1) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol
batuk.
2) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2
sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah
jantung/gagal ginjal.
3) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4) Dorong / berikan perawatan mulut.
c. Rasional :
1) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan
frustasi.
2) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3) Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah
bau mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)

18
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.

a. Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan atau situasi

b. Intervensi keperawatan :
1) Kaji frekwensi kedalaman pernafasan
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
3) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4) Awasi tanda-tanda vital.

c. Rasional
1) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK :
bersihan jalan nafas tak efektif).
3) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges
E., 2000 : 168)

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. C DENGAN
KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA
BRONKHIALE DI RUANG IGD RSUD BATANG

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Namaklien : Ny. C
No register : 101191
Usia : 52 tahun
Tanggal masuk : 5 Februari 2020
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian : 5 Februari 2020

b. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. R
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Warungasem Batang
Hub dengan klien : Anak

2. TRIAGE :
Kuning : Karena pasien gawat dan tidak darurat
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mengalami sesak
nafas
b. Mekanisme Cidera
Pasien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba pasien merasa
sesak nafas lalu pasien merasa lemas dan terjatuh di lantai kemudian

20
anaknya datang menghampirinya untuk segera menolong dan
membawanya ke rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan punya penyakit asma pada tahun 2018 dan pasien
tidak rutin memeriksakannya ke poliklinik, bila asmanya kambuh
pasien hanya membeli obat yang ada di warung.
d. Orientasi
Pada saat dilakukan pengkajian pasien dalam keadaan sadar penuh dan
mampu menjawab tempat, waktu dan orang dengan benar.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Paseien mengatakan,keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang dialami pasien.
f. Riwayata alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat,makanan,minuman namun
asma pasien kambuh bila terkana debu dan setiap melakukan aktivitas
berlebih.

4. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway (A)
Pada saat dilakukan pengkajian jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan
jalan nafas dan terdapat secret.
b. Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru pasien.
pasien terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat otot bantu
pernafasan, nafas cepat, Rr : 26 x/menit dan pola nafas tidak teratur.
c. Circulation (C)
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik, TD : 130 /
90 mmHg, N : 92 x/m. S : 36,60C, tidak terdapat perdarahan.
d. Dissability (D)
Respon Alert, kesadaran composmentis, GCS E4-M6-V5, pupil
isokor, terdapat reflek cahaya pada mata ketika disinari, pasien tidak
mengeluh nyeri.
e. Exposure (E)
Deformitas : tidak ada kelainan terutama pada tulang
Contusio : tidak terdapat memar pada tubuh
21
Abrasi : tidak terdapat luka abrasi pada tubuh
Penetrasi : tidak ada prembesan pada tubuh
Laserasi : tidak terdapat luka laserasi pada bagian tubuh
Edema : tidak terdapat edema pada tubuh

5. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba pasien merasa
sesak nafas lalu pasien merasa lemas dan terjatuh di lantai kemudian
anaknya datang menghampirinya untuk segera menolong dan
membawanya ke IGD RSUD Batang pada pukul 17.15 WIB.
b. Keadaan umum
Pasien tampak lemah
c. Kesadaran
Composmentis E:4 V:5 M:6
d. Tanda –tanda Vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Pernafasan : 26 X/menit
- Nadi : 92 X/menit
- Suhu : 36,6°C
- Spo2 : 81%
e. Berat Badan
- BB : 56 Kg
- TB : 160 cm
f. Makan dan minum terakhir
Pasien mengatakan terakhir makan siang pada jam 13.00 dengan menu
nasi putih, sayur dan lauk serta minum dengan teh hangat.
g. Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut merata, rambut sedikit kotor, rambut
berwarna hitam dan beruban, tidak ada hematom maupun
lesi dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada
kepala.
h. Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera non
ikterik, konjungtiva unanemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva unanemis.
i. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada secret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
j. Telinga
22
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga
cukup bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang
mastoid.
k. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir pucat, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, ada
karies gigi, tidak ada gusi bengkak, tidak terlihat
pembengkakan tonsil.
l. Leher
Inspeksi : Terlihat otot bantu pernafasan, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan tonsil.
Palpasi : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan tonsil,
m. Dada/ paru
a. Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar whezzing dan ronkhy.
b. Jantung
Inspeksi : Terlihat ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Perkusi : Suara perkusi dullnes

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, suara lup-dup


n. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen, umbilkal tidak menonjol,
tidak ada kolostomi.
Auskultasi : terdengar peristaltik dengan frekuensi 12 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan epigastrik dan titik Mc Burney
point, tidak ada pembesaran hepar, lien dan limfe
Perkusi: suara perkusi thympani
o. Genital
Pasien berjenis kelamin perempuan dan tidak terpasang kateter
p. Ekstremitas
Atas : Ekstermitas atas normal kekuatan otot 5 pada kedua
tangan.
Bawah : Ekstermitas bawah normal dengan kekuatan otot 5 pada
kedua kaki, akral dingin.
23
q. Kulit
Palpasi : Akral dingin, tidak ada lesi dikulit.
16. Therapy
Pulmicort 1 x 1mg
Fentoline 1 x 2.5 mg
Ambroxol 3 x 1 tablet
Salbutamol 2 x ½ tablet
O2 melalui nasal kanul 3 lpm

B. Analisa data

Hari/ No Data focus Problem Etiologi


Tgl/Jam

Rabu, 1 DS : klien mengeluh sesak Ketidak Penumpukan


5/2/2020
nafas efektifan sectret berlebih
Jam
DO :
bersihan jalan
17.20  terdengar ronchi
WIB nafas
dan whezzing
dilapang paru
kanan dan kiri.
 Klien terlihat sesak
nafas, retraksi dada
dangkal, terlihat
otot bantu
pernafasan
 RR : 26 ×/menit

24
DS : Klien mengatakan Gangguan Suplai oksigen
badannya lemas pertukaran berkurang
2 DO :
gas
 Klien tampak lemas
 Terdapat otot bantu
pernafasan
 Tekanan darah : 130/90
mmHg
 Pernafasan :
26X/menit
 Nadi : 92 X/menit
 Suhu : 36,6°C
 Spo2 : 81 %

DS : Intoleransi ketidakseimban
 Klien mengatkan aktivitas gan antara
badannya lemas suplai oksigen
DO :
 Klien tampak terbaring dengan
3 kebutuhan
lemah
 Aktivitas klien tampak
dibantu keluarga dan
perawat
 Pernafasan : 26 x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret berlebih
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen
berkurang
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari /
No Tujuan dan Intervensi
Tgl / Rasional
Dx Kriteria Keperawatan
Jam

25
Rabu , 1 Setelah dilakukan 1. Monitoring Untuk
5 tindakan pernafasan mengetahui
Februari keperawatan pasien gangguan nafas
2020 selama 1 x 7 jam, (frekuensi, yang terjadi dan
Jam bersihan jalan kedalaman, menentukan
17.25 nafas kembali bunyi nafas) intervensi
2. Posisikan
WIB normal dengan selanjutnya.
semi fowler
kriteria hasil Untuk
3. Berikan O2
menunjukan jalan memudahkan
nasal/
nafas yang paten. ekspansi dada
masker
4. Ajarkan dalam bernafas.
klien untuk Untuk
batuk efektif memberikan
5. Kolaborasi
bantuan nafas
dengan
dan
dokter
mempertahankan
dalam
kadar O2 dalam
pemberian
tubuh.
bronkhodilat
Tehnik untuk
or
mengeluarkan
sekret secara
mandiri.

Untuk
mengencerkan
mukus dan
mendilatasikan
saluran nafas.

26
2 Setelah dilakukan 1. Monitoring Untuk
tindakan pernafasan mengetahui
keperawatan klien gangguan nafas
selama 1 x 7 jam (frekuensi, yang terjadi dan
pertukaran gas kedalaman, menentukan
membaik dengan bunyi nafas) intervensi
2. Posisikan
kriteria hasil TTV selanjutnya.
semi flower
dalam rentang Untuk
3. Monitor
Normal. memudahkan
respirasi dan
Mendemostrasikan ekspansi dada
status O2
peningkatan 4. Ajarkan dalam bernafas.
ventilasi dan klien untuk Untuk
oksigen yang batuk efektif memberikan
5. Kolaborasi
adekuat bantuan nafas
dengan
dan
dokter
mempertahankan
dalam
kadar O2 dalam
pemberian
tubuh.
bronkhodilat
Tehnik untuk
or
mengeluarkan
sekret secara
mandiri.
Untuk
mengencerkan
mukus dan
mendilatasikan
saluran nafas.
3 Setelah dilakukan 1. Monitor vital Untuk
tindakan sign mengetahui
2. Kaji tingkat
keperawatan keadaan umum
kemampuan
selama 1 x 7 jam pasien
aktivitas
27
diharapkan klien pasien Untuk
3. Batasi
mampu mengetahui
aktivitas yang
melakukan tingkat
berlebihan
aktivitas dengan kemampuan
4. Bantu pasien
kriteria hasil aktivitas pasien
dalam
Pasien dapat Untuk
melakukan
berpartisipasi mengurangi
aktivitas
dalam aktivitas resiko gangguan
sesuai
fisik tanpa disertai pola nafas
kemampuan
peningkatan Untuk membantu
pasien
tekanan darah, meringankan
nadi, pernafasan aktivitas pasien

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon klien Paraf


Jam Dx Keperawatan

Rabu, 1,2,3 Memonitor Ds : Pasien mengatakan


5 Februari
tanda-tanda vitl bersedia dilakukan
2020
pemeriksaan tekanan
Jam 17.30
Reza
WIB darah
Do :
TD : 130/90 mmHg
N : 92×/ menit
RR : 26×/ menit
1,2 Reza
17.40 WIB Memonitoring S: 36,6ᵒC
pernafasan klien
Ds : pasien mengeluh sesak
nafas.
DO : Klien terlihat sesak
nafas, retraksi dada
dangkal, terlihat otot
bantu pernafasan,Saat
klien batuk, terdengar

28
ada dahak di
tenggorokan klien,
terdengar suara whezzing
dikedua lapang paru
klien.

17.50 WIB 1,2 Memposisikan DS : klien mengatakan masih Risqi


klien semi sesak.
DO : klien terlihat masih
fowler
sesak, klien tidur dalam
posis semifowler.

17.52 WIB 1,2 Memberikan O2 DS : klien mengeluh masih Risqi


lewat nasal sesak nafas.
DO: klien masih terlihat sesak
kanul 3 lpm
nafas.

18.00 WIB 1,2 Melakukan DS : klien mengatakan Reza


Kolaborasi dg nyaman.
DO : klien menghirup asap
dokter untuk
yuang keluar dari
pemberian
nebulezer.
pulmicort dan
ventolin lewat
mesin nebulezer

10.25 Wib 1,2 Mengajarkan DS : klien mengatakan mau Reza


klien batuk mencobanya.
DO : klien bisa melakuakn
efektif.
batuk efektif,
dahak/sekret keluar
setelah melakukan batuk
efektif.

18.30 WIB 1,2 Mengkaji ulang DS : klien mengatakan Rizqi


keadaan umum badannya masih lemas
Do : klien tampak lemas, dan
klien

29
gelisah
Rr : 24 x/m, TD : 132/85
mmHg, N: 86×/menit

19.00 WIB 3 mengkaji Ds : Pasien mengatakan belum Beny


tingkat bisa beraktivitas dengan
kemampuan mandiri
Do : Pasien dibantu oleh
aktivitas pasien
anaknya saat makan
dan ke toilet.

19.20 WIB 3 Membatasi Ds : Pasien mengatakan Beny


aktivitas yang bersedia mengikuti
berlebihan anjuran untuk membatasi
aktivitasnya.
Do : Pasien kooperatif

19.35 WIB 3 membantu Ds: pasien mengatakan Widya


pasien dalam bersedia dibantu dalam
melakukan beraktivitas.
Do : pasien tampak dibantu
aktivitas sesuai
dalam melakukan
kemampuan
aktivitasnya seperti
pasien
makan, minum dan
toileting.

30
F. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No Evaluasi Paraf


Dx
Rabu, 1 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas .
5 Februari O : Masih terdengar suara nafas ronchi dan
2020 wheezing, dahak keluar sedikit, batuk sudah
20.30 WIB berkurang.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk teratur minum
obat Beny
2. Anjurkan pasien untuk menghindari
faktor kekambuhan (debu dan aktivitas
berlebih)
3. Anjurkan pasien untuka minum air
hangat
4. Anjurkan pasien melakukan batuk
efektif kembali jika terdapat dahak.

31
2 S : Pasien mengatakan rasa sesaknya sudah
20.45 WIB sedikit berkurang.
O:
 Pasien tampak lebih rileks
 retraksi dada simetris, dalam dan
reguler, ekpansi dada optimal, nafas
pasien dangkal. Masih terdapat otot
bantu nafas. Rr : 24 x/menit. Beny
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan klien untuk teratur minum
obat
2. Pemberian O2 melalui nasal kanul 3
LPM
3. Anjurkan klien menghindari faktor
kekambuhan
4. Anjurkan klien untuka istirahat yang
cukup
3 S : Pasien mengatakan rasa lemasnya sudah
sedikit berkurang dari sebelumnya.
O : Pasien terlihat lemas dan belum bisa
21.00 WIB
beraktivitas secara mandiri sepenuhnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi Widya
1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
pasien
2. Anjurkan keluarga pasien untuk
membantu aktivitas pasien
3. Batasi aktivitas berlebih yang membuat
kekambuhan sesak nafas

32
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes.2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Lewish.2000.America Thoraric Society

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II Jakarta : Media


Aesculapius FKUI

Marylinn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman Untuk


Perencanaan/Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. G & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Edisi 8 Jakarta : EGC

Tjokonegoro,A & Utama,H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III


Jakarta : EGC

33

Anda mungkin juga menyukai