Pada bab IV ini penulis akan memaparkan hasil studi kasus Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan Fokus Studi Kurang Pengetahuan
tentang Teknik Menyusui di Ruang Nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan dengan
dua responden yang dilaksanakan pada tanggal 2 Desember – 7 Desember 2019.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pasien pertama dan pasien kedua di dapatkan
hasil yang sama yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui
yang benar. Ny K dan Ny M mengatakan sudah diberi tahu tentang
informasi teknik menyusui pada saat kelas hamil Ny K dan Ny M belum
terlalu memahami penjelasan dikarenakan kurangnya demonstrasi
sehingga membuat Ny K dan Ny M belum benar-benar memahami
tentang teknik menyusui yang benar seperti Ny K yang masih salah saat
menyusui tidak masuk pada areola dan hanya putingnya saja dan Ny M
yang tidak tahu bagaimana cara memegang bayi saat menyusui.
Saat dilakukan pengkajian Ny K menyusui bayinya hanya puting
saja yang masuk pada mulut bayi dan areola tidak masuk pada mulut
bayi, saat diberikan pre test tentang teknik menyusui yang benar Ny K
hanya mendapatkan nilai 50 yang termasuk dalam kategori kurang,
Sedangkan Ny M saat dilakukan pengkajian terlihat bingung dengan
pertanyaan teknik menyusui yang benar Ny M mendapatkan hasil pre test
yaitu 40 yang termasuk kategori kurang, saat dilakukan pengkajian
pasien terlihat sedang menyusui bayinya tetapi masih salah dalam
menempatkan posisi yang benar seperti posisi perut bayi yang tidak
menempel pada perut ibu pada saat menyusui dikarenakan ini merupakan
pengalaman pertamanya menyusui bayi.
Dalam pengkajian yang dilakukan penulis Ny K dan Ny M sudah
pernah mendapat informasi dikelas ibu hamil namun keduanya belum
memahami teknik menyusui yang benar karena pada saat dilakukan
penyuluhan kurang akan adanya demonstrasi., demonstrasi penting
dilakukan saat memberikan penyuluhan, dengan pemberian informasi
secara peragaan atau demonstrasi masyarakat akan lebih mudah
menerima karena pada saat penyuluhan menggunakan metode
demonstrasi biasanya menggunakan alat peraga sehingga akan
merangsang banyak indra pada manusia. Saat peragaan menggunakan
teknik demonstrasi indra penglihatan sangat dominan membantu dalam
pemahaman bagi pasien begitu juga dengan pendengaran dan perabaan
sehingga akan lebih cepat diterima dan disimpan oleh seseorang sehingga
akan membekas pada memori otak.
Menurut Dr Mulyono (2012, p87) penyuluhan menggunakan
metode demonstrasi mempunyai kelebihan diantaranya yaitu proses
pembelajaran yang dilakukan akan lebih menarik sebab audience tidak
hanya mendengarkan akan tetapi melihat peristiwa yang telah terjadi,
dengan cara mengamati secara langsung audience akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dengan
demikian audience akan lebih meyakini kebenaran dari materi
pembelajaran selain itu bila audience turut aktif melakukan demonstrasi,
maka audience akan memperoleh pengalaman praktik untuk
mengembangkan kecakapan dan ketrampilan.
Sesuai dengan teori Notoadmojo (2012) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan pengalaman, dari data
kuisioner di atas dijelaskan Ny K merupakan tamatan SMP yang sudah
mempunyai satu anak sebelumnya jadi Ny K lebih mengetahui daripada
Ny M yang tamatan SMK dimana ini merupakan kelahiran pertamanya
walapun keduanya pernah diberi informasi tentang teknik menyusui yang
benar pada kelas hamil, dapat dilihat bahwa pengalaman dapat
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh individu.
Menurut Davis Company (2017) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan menyusui salah satunya yaitu cara menyusui
yang baik dan benar , dari pengkajian yang penulis lakukan kedua
responden tidak mengetahui cara menyusui yang benar dikarenakan Ny
K dan Ny M walaupun pernah mendapatkan informasi tentang teknik
menyusui tetapi Ny K dan Ny M tidak mengerti dengan penjelasan yang
telah disampaikan pada saat kelas hamil padahal cara menyusui bayi
dengan teknik yang salah dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui
dimana nutrisi yang didapatkan bayi menjadi tidak terpenuhi dan bisa
mengakibatkan puting susu lecet dan komplikasi pada payudara ibu.
Menurut kasus di atas faktor yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan adalah kurang informasi yang di dapatkan oleh pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan uraian pengkajian diatas maka peneliti mengangkat
masalah utama yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui
yang benar berhubungan dengan kurangnya informasi.
Hal ini Sesuai dengan teori Carpenito (2013, p.313) bahwa kurang
pengetahuan tentang teknik menyusui adalah keadaan dimana seorang
ibu mengalami kurang pengetahuan kognitif atau ketrampilan mengenai
teknik menyusui yang benar kepada bayi dalam proses menyusui.
Penulis merumuskan masalah keperawatan kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui dikarenakan kurang pengetahuan tentang teknik
menyusui dapat menyebabkan dampak pada ibu dan bayi, seperti yang
dijelaskan pada teori (Rosita 2008) yaitu bahwa rendahnya pemahaman
ibu tentang teknik menyusui yang benar terutama kesalahan yang sering
terjadi pada ibu menyusui yaitu posisi bayi pada saat menyusui
menghadap ke atas sehingga ASI yang dihisap oleh bayi tidak maksimal
dan akan berpengaruh pada pemberian ASI kepada bayi dimana bayi
akan kurang mendapatkan nutrisi sehingga bayi menjadi rentan terhadap
penyakit infeksi dan diare. Kurangnya pemahaman ibu tentang teknik
menyusui yang benar juga akan mempengaruhi pada payudara ibu
contohnya: memasukan payudara hanya sampai puting saja sehingga
puting menjadi lecet dan mengakibatkan nyeri pada puting ibu sehingga
bisa menyebabkan infeksi pada puting payudara ibu.
3. Perencanaan
Penulis merumuskan perencanaan keperawatan sesuai dengan teori
NANDA (2015) dengan masalah kurangnya pengetahuan tentang teknik
menyusui berhubungan dengan kurangnya informasi selama 3 hari
dengan tujuan pasien dapat mengerti dan memahami dan
mendemonstrasikan tentang bagaimana teknik menyusui yang benar
dengan krietria hasil pasien mengerti tentang teknik menyusui yang
benar, pasien mampu menjelaskan kembali tentang teknik menyusui yang
benar dan pasien mampu melaksanakan prosedur yang telah dijelaskan
dengan benar.
Rencana tindakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
yaitu meliputi mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital untuk
mengetahui status kesehatan umum dan kondisi klien apabila klien dalam
keadaan sehat dan kondisi stabil maka akan mudah dilakukan asuhan
keperawatan, dan mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang teknik
menyusui yang benar untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
teknik menyusui yang benar agar memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penulis.
Menjelaskan kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar
menggunakan audio visual dan leafleat, media audiovisual dan leafleat
merupakan media penyuluhan yang menarik dan merangsang lebih
banyak indera seperti penglihatan dan pendengaran sehingga dalam
penjelasan tentang teknik menyusui yang benar ibu menjadi lebih mudah
dalam memahami materi , Membimbing ibu untuk melakukan teknik
menyusui yang benar dari cara menyusui, posisi-posisi untuk menyusui
sampai menyendawakan bayi supaya ibu bisa mengetahui dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,
Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bayi cukup ASI untuk
membantu ibu mengetahui tanda-tanda bayi cukup ASI sehingga ibu
merasa tidak kebingungan apakah bayinya harus disusukan kembali atau
tidak, dan melakukan inform consent pengetahuan ibu tentang teknik
menyusui yang benar agar mengetahui hasil akhir dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan penulis.
4. Implementasi
Implementasi hari pertama pada Ny K dan Ny M berjalan dengan
lancar, pasien kooperatif dengan tindakan yang diberikan seperti
melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV), melakukan
penyuluhan juga pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar
dan mengajarkan ibu tentang perawatan payudara supaya memperlancar
ASI. Respon Ny K dan Ny M kooperatif saat dilakukan tindakan
pemeriksaan TTV dengan hasil Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Nadi
92x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,50C.
Respon yang diberikan Ny K dan Ny M saat diberi penyuluhan dan
pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar yaitu untuk Ny K
setelah diberi penyuluhan dan pendemonstrasian tentang teknik menyusui
yang benar Ny K mengatakan sudah paham dengan penjelasan Ny K
mengatakan meminta dijelaskan kembali tentang cara menyendawakan
bayi, setelah dijelaskan kembali dan penulis menanyakan kembali
bagaimana cara menyendawakan bayi yang benar pasien bisa menjawab
dengan baik,
Sedangkan Ny M setelah dilakukan penyuluhan dan
pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar pasien
mengatakan sudah paham dengan penjelasan tetapi meminta dijelaskan
kembali tentang menyendawakan bayi serta menanyakan bagaimana cara
memegang bayi saat akan memindahkan posisi menyusui yang benar dan
saat ditanya kembali tentang posisi memegang bayi yang benar dan
menyendawakan bayi Ny M bisa menjawab dengan baik
Pada hari pertama dilakukan intervensi keperawatan Ny K dan Ny
M dalam tahap adaptasi psikologis fase talking in menurut Reva-Rubin
(2011) yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan pada saat itu fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri ,hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya, untuk itu saat diakukan implementasi keperawatan
komunikasi yang dilakukan penulis cenderung berhati-hati karena Ny K
dan Ny M merasakan ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan
fisik yang dialami ibu seperti nyeri pada luka jahitan,.
Dalam fase ini dilakukan implementasi pada Ny K dan Ny M
tentang penyuluhan dan pendemonstrasian teknik menyusui yang benar
akan tetapi saat dilakukan implementasi pada hari pertama tentang teknik
menyusui yang benar Ny K dan Ny M terlihat kurang dalam penerimaan
materi tentang teknik menyusui yang benar dibuktikan dengan Ny K
menanyakan kembali penjelasan tentang cara menyendawakan bayi dan
Ny M yang menanyakan kembali cara menyendawakan bayi dan cara
memegang bayi saat menyusui
Implementasi yang dilakukan pada hari kedua dengan tindakan
melakukan pemeriksaan TTV, membimbing ibu untuk melakukan teknik
menyusui yang benar, dan melakukan penyuluhan posisi-posisi apa saja
yang benar dalam menyusui. Respon Ny K dan Ny M kooperatif dengan
tindakan, hasil TTV Ny K yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
92x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu 36,40C, untuk hasil TTV Ny M
yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 360C
Respon yang diberikan saat dilakukan tindakan membimbing ibu
untuk melakukan teknik menyusui yang benar yaitu Ny K saat diberi
tindakan mengatakan akan mencoba untuk melakukan teknik menyusui
yang benar, saat mencoba Ny K masih terlihat kesusahan sehingga harus
dibantu terutama pada saat memasukan areola ibu pada mulut bayi dan
cara menyendawakan bayi. Untuk Ny M saat diberi tindakan teknik
menyusui yang benar Ny M mengatakan akan mencoba melakukan
teknik menyusui yang benar, saat mencoba pasien masih harus dibantu
saat melakukan teknik menyusui yang benar terutama pada saat posisi
memegang bayi saat menyusui dan menyendawakan bayi.
Saat dilakukan tindakan penyuluhan tentang posisi-posisi apa saja
yang bisa dilakukan untuk menyusui respon Ny K dan Ny M mengatakan
paham dengan penjelasan saat ditanya kembali dan menyebutkan
kembali posisi-posisi untuk menyusui Ny K dan Ny M bisa menjawab
dengan baik
Pada hari kedua dilakukan implementasi keperawatan Ny K dan
Ny M masih dalam tahap adaptasi psikologis fase taking in yaitu
berlangsung antara 1 sampai 2 hari setelah melahirkan menurut Reva-
Rubin (2011) ibu masih merasakan ketidaknyamanan dari proses
perubahan fisik setelelah melahirkan oleh karena itu saat dilakukan
implementasi pada hari kedua penulis melakukan komunikasi yang tidak
menyinggung perasaan pasien oleh karena itu penulis melakukan
implementasi hari kedua ini dengan membantu ibu cara menyusui yang
benar dan penyuluhan tentang posisi-posisi apa saja yang bisa dilakukan
untuk menyusui respon yang didapatkan dari Ny K dan Ny M pun
semakin membaik dibandingkan pada hari pertama.
Implementasi yang dilakukan pada hari ketiga yaitu melakukan
pemeriksaan TTV, membimbing ibu untuk melakukan teknik menyusui
yang benar, dan melakukan inform consent dengan memberikan kembali
kuisioner tentang teknik menyusui yang benar. Respon Ny K dan Ny M
setelah dilakukan pemeriksaan TTV yaitu Ny K mengatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan darah 110/90 mmHg,
nadi 93x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,10C. Untuk Ny M respon
yang diberikan bersedia dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86x/menit, pernapasan 20x/menit,
suhu 36,20C
Setelah dilakukan tindakan membimbing ibu untuk melakukan
teknik menyusui yang benar Ny K mengatakan sudah bisa melakukan
teknik menyusui yang benar, saat mempraktekan Ny K sudah bisa
melakukan teknik menyusui yang benar tanpa dibantu oleh penulis, untuk
Ny M respon yang diberikan yaitu Ny M mengatakan sudah bisa
melakukan teknik menyusui yang benar secara mandiri, saat
mempraktekan terlihat Ny M bisa melakukan teknik menyusui yang
benar secara mandiri. Setelah diberikan kuisioner kembali tentang teknik
menyusui yang benar hasil yang didapatkan Ny K yaitu 80% termasuk
kategori baik. Untuk hasil yang didapatkan Ny M setelah diberikan
kuisioner kembali yaitu 90% yang termasuk kategori baik.
Pada saat dilakukan implementasi pada hari ke tiga pada Ny K dan
Ny M dalam tahap adaptasi psikologis fase talking hold yaitu
berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, menurut Reva-Rubin (2011)
dalam fase ini ibu sangat membutuhkan dukungan untuk melakukan
perawatan pada bayinya, pada saat dilakukan implementasi keperawatan
pada hari ketiga ibu sangat kooperatif dan mengerti tentang cara
menyusui yang benar dan penulis melakukan komunikasi yang tidak
menyinnggung pasien dan memberikan dukungan pada ibu saat
melakukan teknik menyusui yang benar sehingga Ny K dan Ny M dapat
melakukan teknik menyusui yang benar secara mandiri dan mendapatkan
hasil kuisioner dengan kategori yang baik.
Dari implementasi yang telah penulis lakukan selama 3 hari pada
Ny K dan Ny M sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh penulis.
Menurut buku Nanda NIC NOC (2015) dalam intervensi keperawatan
dengan diagnosa kurang pengetahuan tidak ada intervensi pemeriksaan
TTV tetapi dalam implementasi yang penulis lakukan diberi pemeriksaan
TTV supaya mengetahui kondisi kesehatan responden sehingga
mempermudah melakukan tindakan keperawatan dengan diagosa
keperawatan kurang pengetahuan.
Hambatan yang penulis temui pada saat melakukan implementasi
selama 3 hari tidak ada, Ny K dan Ny M sangat kooperatif apabila diberi
tindakan tentang teknik menyusui yang benar dan pada saat dilakukan
implementasi tentang teknik menyusui yang benar berjalan dengan
lancar. Untuk faktor pendukung pada Ny K dan Ny M saat dilakukan
implementasi selama 3 hari, Ny K mudah memahami tentang teknik
menyusui yang benar sesuai dengan pengalamannya sehingga saat diberi
tindakan teknik menyusui yang benar pasien mengerti, pada Ny M
walaupun ini merupakan kelahiran pertamanya tetapi Ny M memahami
materi dengan baik setelah dilakukan tindakan karena latar belakang
pendidikan Ny K dengan tamatan SMK sehingga Ny K dapat menyerap
materi tentang teknik menyusui yang benar dengan cepat dan baik.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan dilakukan evaluasi
selama 3 hari, tingkat pengetahuan Ny K dan Ny M tentang teknik
menyusui yang benar bertambah, dan memahami bagaimana cara
menyusui sampai menyendawakan bayi yang benar juga dapat
mendemonstrasikan kembali teknik menyusui yang benar sesuai apa
yang sudah dijelaskan, hal ini sesuai kriteria hasil yaitu pasien dapat
menjelaskan kembali,dan mendemonstrasikan tentang teknik menyusui
Hasil evaluasi hari ke tiga Ny K mengatakan sudah paham dan bisa
mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar secara mandiri. Hasil
kuisioner menjadi 80% yang termasuk dalam kategori baik. Hasil
evaluasi hari ke tiga Ny M mengatakan sudah mengerti tentang teknik
menyusui yang benar dan bisa mendemonstrasikan teknik menyusui yang
benar secara mandiri. Hasil kuisioner menjadi 90% yang termasuk
kategori baik
Dari hasil evaluasi tindakan keperawatan kurang pengetahuan
teknik menyusui Ny K mendapatkan nilai 80% dan Ny M mendapatkan
90% keduanya termasuk dalam kategori baik. Keduanya mendapatkan
tindakan keperawatan yang sama tetapi dengan hasil akhir yang berbeda
karena menurut teori Notoatmojo (2012) tingkat pengetahuan pada
seseorang mempunyai 6 tingkatan yaitu Tahu (Know), Memahami
(Comperhension), Aplikasi (Application), Analisis (Analysis), Sintesis
(Syhnthesis), dan Evaluasi (Evaluation) dalam 6 tingkatan tersebut ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti pendidikan, informasi/media
massa, pekerjaan, sosial budaya ekonomi, lingkungan dan pengalaman.
Dalam kasus Ny K dan Ny M faktor yang dapat mempengaruhi
hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu pendidikan dan
pengalaman pada saat dilakukan pengkajian Ny K mendapatkan hasil
kuisioner lebih tinggi sebesar 50% sedangkan Ny M mendapatkan hasil
40% dikarenakan Ny K sudah pernah melahirkan sebelumnya dan sudah
mendapat pengalaman dari kelahiran pertamanya sehingga Ny K lebih
memahami teknik menyusui yang benar dari pengalamannya pada
kelahiran pertama dibandingkan Ny M yang sebelumnya belum pernah
melahirkan.
Tetapi setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dan diberikan
kuisioner kembali tentang teknik menyusui yang benar Ny K dan Ny M
mendapatkan hasil yang berbeda walaupun keduanya masih dalam
kategori baik. Hasil yang didapatkan Ny K yaitu 80% sedangkan Ny M
yaitu 90% Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan, Ny M merupakan lulusan SMK
sedangkan Ny K hanya lulusan SMP sehingga Ny M lebih tinggi
pendidikannya dibandingkan dengan Ny K, dan cara memahami
informasi yang diterima pun berbeda Ny M lebih mudah menerima
informasi daripada Ny K karena latar belakang pendidikan yang didapat
berbeda,hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo 2012 tentang faktor yang
memepengaruhi pengetahuan salah satunya yaitu pendidikan, pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
C. Keterbatasan
Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat keterbatasan dalam
melakukan tindakan keperaatan yaitu peneliti tidak dapat memonitor selama
24 jam, sehingga penulis tidak bisa memantau dengan maksimal serta pada
saat pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.