Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis akan memaparkan hasil studi kasus Asuhan
Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan Fokus Studi Kurang Pengetahuan
tentang Teknik Menyusui di Ruang Nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan dengan
dua responden yang dilaksanakan pada tanggal 2 Desember – 7 Desember 2019.

A. Hasil Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Klien I
Klien I dilakukan pengkajian pada tanggal 2 Desember 2019 pada
Pukul 13:00 WIB berinisial Ny K, berumur 24 tahun jenis kelamin
perempuan pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga,
alamat Gamer Pekalongan, diagnosa medis pada saat masuk yaitu
G2 P1 A0 dengan Pre Eklamsi Berat (PEB), pasien beragama Islam,
penanggung jawab pasien berinisial Tn M, umur 29 tahun, berjenis
kelamin laki-laki beragama Islam, berkerja sebagai buruh, hubungan
dengan pasien yaitu suami.
Keluhan utama yang dirasakan Ny K saat ini adalah pasien
mengatakan tidak mengetahui tentang teknik menyusui yang benar,
saat dikaji menggunakan pre test tentang teknik menyusui yang
benar Ny K mendapatkan nilai 50 yang termasuk kategori kurang,
saat dikaji pasien mengatakan pernah mendapatkan informasi teknik
menyusui pada saat kehamilan pertamanya di kelas hamil tetapi
masih belum paham apa yang dijelaskan, saat diminta menjelaskan
kembali pasien mengatakan hanya mengetahui bagaimana cara
memegang bayi saat menyusui yaitu dengan tangan yang lurus.
Ny K masuk RSUD Bendan Kota Pekalongan pada pukul 10:00
WIB dirujuk dari Puskesmas Sukerejo karena sudah mengalami
pembukaan 2, pasien merasakan kontraksi dan mengalami
peningkatan tekanan darah 140/90 mmH. Setelah di RSUD Bendan
Ny K diberi terapi pemberian MgSo 4 4 gr dengan drip infus ringer
lactate 24 tpm
Ny K dirawat di ruang nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan,
sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di rumah sakit saat
melahirkan anak pertamanya, di dalam keluarganya pasien tidak ada
yang mempunyai penyakit menular maupun penyakit menurun.
Riwayat Obstetri pada Ny K adalah kehamilan kedua dengan PEB,
hari pertama haid terakhir (HPHT) 7 Maret 2019, hari perkiraan lahir
(HPL) 12 Desember 2019, usia kehamilan 38 minggu, selama masa
kehamilannya Ny K kontrol ke puskesmas 13 kali. Riwayat
pemakaian konstrasepsi, Ny K mengatakan sebelumnya
menggunakan KB pil 1 bulan sekali.
Ny K melahirkan di RSUD Bendan Kota Pekalongan pada tanggal
1 Desember 2019 pukul 22.15 WIB, dengan partus spontan. Bayi
berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 3400 gram, panjang
badan bayi 50 cm, APGAR score 9
Saat dilakukan pemeriksaan fisik setelah 17 jam post partum
kesadaran pasien composmetis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi
92x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 360C, payudara kanan dan
kiri simetris tidak ada benjolan, puting payudara menonjol,
colostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras.
Pemeriksaan genetalia jahitan perinium menyatu, tidak ada
kemerahan, tidak ada oedema dan lebam, lochea warna merah
(rubra) dengan pengeluaran sebanyak setengah dari pembalut
maternitas, bau anyir khas, ekstermitas terpasang infus RL 20 tpm,
ekstermitas bawah tidak ada varises,tidak ada oedema.
Pasien mengatakan memiliki minat dan keinginan dalam
mempelajari teknik menyusui kembali. pasien juga belum
mengetahui tentang menyendawakan bayi setelah menyusui, hal ini
terbukti dengan saat dikaji pasien sedang menyusui bayinya tetapi
aerola ibu tidak masuk pada mulut bayi hanya puting ibu saja yang
masuk.
Selama dirawat di ruang nifas Ny K dilakukan pemeriksaan darah
pada tanggal 1 Desember 2019 di dapatkan hasil 11.2 gr/dl,
hematokrit 32.9 %, leukosit 12,81 gr/dl, trombosit 150 10 ^3/uL,
eritrosit 3.96 10^6/uL,HbsAg negatif. Untuk terapi yang diberikan
pada Ny K yaitu Metildopa 3x500 gram, Amoxicilin 3x500 mg,
Asam Mafenamat 3x500 mg.
b. Klien II
Klien II dilakukan pengkajian pada tanggal 3 Desember 2019 pada
pukul 14:00 WIB, berinisial Ny M, berumur 30 tahun, jenis kelamin
perempuan, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan ibu rumah tangga,
alamat Mojo Pemalang, diagnosa medis Oligohidramnion G0P1A0,
pasien beragama Islam penangung jawab pasien berinisial Tn I,
umur 28 tahun, pendidikan terakhir SD bekerja sebagai buruh,
hubungan dengan pasien yaitu suami.
Keluhan utama yang dirasakan Ny M yaitu pasien mengatakan
tidak mengetahui tentang teknik menyusui yang benar, saat dikaji
menggunakan pre test tentang teknik menyusui yang benar hasil
yang didapatkan Ny M yaitu 40 termasuk dalam kategori kurang,
saat dikaji pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah
mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dikelurahan, pasien
mengatakan saat diberi informasi hanya dijelaskan saja tanpa
diperagakan jadi pasien hanya tau secara sekilas, pasien hanya
mengetahui informasi yang didapat yaitu saat menyusui tangan bayi
harus lurus saja, pasien mengatakan memiliki keinginan dalam
mempelajari teknik menyusui.
Ny M masuk RSUD Bendan Kota Pekalongan pada tanggal 1
Desember 2019 pasien dirujuk oleh Puskesmas Mojo dikarenakan
pasien belum mengalami tanda-tanda persalinan pada seminggu
setelah Hari Perkiraan Lahir (HPL) di RSUD Bendan pasien diberi
terapi infus ringer lactate 24 tpm dan injeksi Okstoksin 1 Ampul
melalui Intravena dan obat oral Misoprostol 25mg
Ny M dirawat di ruang nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, pasien sebelumnya
belum pernh dirawat di rumah sakit, Ny M mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular ataupun
menurun
Riwayat Obstetrik Ny M yaitu merupakan kehamilan pertama, Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) 20 Maret 2019, Hari Perkiraan Lahir
(HPL) 27 November 2019, Usia Kehamilan 41 Minggu, selama masa
kehamilannya Ny K periksa di puskesmas setiap 1 bulan sekali
Riwayat KB Ny K yaitu pasien belum pernah menggunakan KB
apapun karena ini merupakan kehamilan pertamanya.
Ny M melahirkan di RSUD Bendan Kota Pekalongan pada tanggal
2 Desember 2019 pukul 15.150 WIB dengan partus spontan, bayi
berjenis kelamin perempuan dengan berat badan 2920 gram, panjang
badan bayi 49 cm dengan APGAR score 7
Saat dilakukan pemeriksaan fisik setelah kesadaran pasien
composmetis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
pernapasan 20x`/menit, suhu 36,20C, payudara kanan dan kiri
simetris, tidak ada kelainan maupun benjolan pada payudara, puting
payudara menonjol, colostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi keras. pemeriksaan genetalia jahitan perinium
menyatu,tidak ada oedema dan lebam, lochea berwarna merah
dengan pengeluaran sebanyak setengah dari pembalut maternitas,
bau anyir khas, ekstermitas terpasang infus RL 24 tpm. Ekstermitas
bawah tidak ada varises, tidak ada oedema.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny M mengatakan belum
mengetahui tentang teknik menyusui yang benar dan terlihat bingung
bagaimana cara menyusui yang benar, hal ini dibuktikan pada saat
pengkajian pasien hendak menyusui tetapi merasa canggung saat
memegang bayinya karena ini merupakan anak pertama, pasien
terlihat berhati-hati saat menyusui bayinya, terlihat areola ibu tidak
masuk pada mulut bayi hanya puting ibu saja yang masuk, posisi
perut bayi tidak menempel pada perut ibu, pasien juga tidak
mengetahui setelah menyusui bayi seharusnya di sendawakan.
Selama dirawat di ruang nifas Ny M dilakukan pemeriksaan darah
pada tanggal 2 Desember 2019 di dapatkan hasil hemoglobin 10.8
gr/dl, hematokrit 32.6%, leukosit 7.55 gr/dl, trombosit 212 10^3/uL,
eritrosit 3.75 10^6/uL, HbsAg negatif, terapi yang didapatkan oleh
Ny M yaitu Infus Ringer Lactate 20 tpm, Asam Mafenamat,
Amoxicilin, Ultracet.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian data fokus di atas, peneliti menyimpulkan
masalah keperawatan yang muncul yaitu kurang pengetahuan tentang
teknik menyusui berhubungan dengan kurang informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan penyuluhan dan bimbingan tentang teknik menyusui
yang benar selama 3 hari pasien dapat mengerti dan dapat
mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar dengan kriteria hasil
pasien dapat menjelaskan kembali teknik menyusui yang benar
dimulai dari posisi untuk menyusui yang benar, cara memegang bayi
saat menyusui, cara pelekatan bayi yang benar, cara melepas isapan
bayi yang benar sampai cara menyendawakan bayi yang benar dan
bisa mendemonstrasikan secara mandiri tentang teknik menyusui yang
benar dengan hasil dari pengamatan menggunakan lembar observasi.
Rencana dan tindakan keperawatan untuk diagnosa kurang
pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar berhubungan
dengan kurang informasi yaitu dilakukan tindakan mengkaji keadaan
umum pasien, mengkaji Tanda –Tanda Vital (TTV), mengkaji tingkat
pengetahuan pasien tentang teknik menyusui yang benar
menggunakan kuisioner tentang teknik menyusui yang benar ,
melakukan penyuluhan dan mendemostrasikan teknik menyusui yang
benar, mengajari ibu untuk melakukan perawatan payudara,
menjelaskan kepada ibu posisi-posisi yang tepat untuk menyusui,
mendorong ibu untuk melakukan teknik menyusui yang benar seperti
apa yang harus dilakukan sebelum menyusui contoh: mencuci
tangan,bagaimana cara memegang bayi saat menyusui, bagaimana
cara memberi rangsangan pada mulut bayi, pelekatan bayi yang benar
juga cara melepas hisapan bayi sampai menyendawakan bayi, dan
melakukan penilaian observasi tentang teknik menyusui. Hal ini
bertujuan supaya pasien dapat memahami dan mendemonstrasikan
kembali apa yang sudah dijelaskan.
4. Implementasi Keperawatan
a. Klien I
Implementasi hari pertama pada tanggal 2 Desember 2019
pukul 14:00 WIB pada Ny K yaitu membina hubungan saling
percaya, mengkaji keadaan umum, TTV, dan mengkaji payudara
ibu. Respon pasien bersedia dilakukan tindakan, tanda-tanda
vital:tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36,90C, keadaan payudara colostrum sudah
keluar puting terlihat menonjol.
Pada pukul 15:00 WIB melakukan penyuluhan tentang
teknik menyusui yang benar dan juga mendemonstrasikan tentang
teknik menyusui yang benar dari cara menyusui sampai
menyendawakan bayi serta tanda-tanda bayi cukup ASI dengan
audio visual dan leafleat. Respon pasien mengatakan belum
mengerti sepenuhnya dengan penjelasan dan meminta diulang
penjelasan kembali tentang menyendawakan bayi supaya pasien
lebih mengerti, saat ditanya kembali tentang menyendawakan
bayi pasien bisa menjawab dengan baik.
Pada pukul 16:00 WIB mengajarkan kepada Ny K untuk
melakukan perawatan payudara supaya ASI menjadi lancar,
melakukan penilaian observasi teknik menyusui yang benar.
Respon pasien nampak koperatif dengan penjelasan dan
demonstrasi perawatan payudara, pasien melakukan perawatan
payudara walau dengan dibantu, nilai observasi pasien yaitu 60
dengan kategori kurang.
Implementasi Hari ke dua pada tanggal 3 Desember 2019
pukul 11:00 WIBmelakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Respon pasien bersedia dilakukan tindakan, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 92x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu 36,40C.
Pada pukul 11:45 WIB membimbing ibu untuk melakukan
teknik menyusui yang benar dari cara menyusui sampai
menyendawakan bayi serta membantu ibu untuk melakukan
perawatan payudara. Respon pasien ibu sudah mulai mahir dalam
melakukan cara menyusui tetapi saat menempatkan posisi bayi
saat menyusui, cara pelekatan bayi dan menyendawakan bayi
dilakukan dengan dibantu, saat perawatan payudara pasien sudah
mulai bisa walaupun masih dibantu.
Pada pukul 12:30 WIB melakukan penjelasan tentang
macam-macam posisi yang tepat untuk menyusui dan melakukan
penilaian observasi tentang teknik menyusui yang benar. Respon
pasien mengatakan paham dengan penjelasan, pasien bisa
memperagakan posisi-posisi yang tepat untuk menyusui, hasil
penilaian observasi 70 termasuk kategori cukup.
Implementasi hari ke 3 pada tanggal 4 Desember 2019
pukul 10:00 WIB melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
Respon pasien bersedia dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 93x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 36,10C. Pukul 10:30 WIB membimbing ibu
untuk melakukan teknik menyusui yang benar dari cara menyusui
sampai menyendawakan bayi dan melakukan perawatan payudara
secara mandiri, Respon pasien bisa melakukan perawatan
payudara dan cara menyusui yang benar sampai menyendawakan
bayi.
Pukul 11:15 memberikan post test kepada Ny K untuk
mengetahui tingkat pengetahuan Ny K tentang teknik menyusui
yang benar dan melakukan penilaian observasi tentang teknik
menyusui yang benar, Respon pasien bersedia mengisi kuisioner
dan mendapatkan hasil 80 termasuk kategori baik dan
mengobservasi pasien cara menyusui yang benar respon yang
didapat yaitu skor yang diterima pasien 100 karena pasien
melakukan teknik menyusui secara sempurna dan dilakukan
sesuai tahapan teknik menyusui yang benar.
b. Klien II
Implementasi hari pertama pada tanggal 3 Desember 2019
pukul 13:00 pada Ny M yaitu membina hubungan saling percaya,
mengkaji keadaan umum, TTV, payudara ibu. Respon pasien
bersedia dilakukan tindakan, tanda-tanda vital : tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
36,50C, colostrum sudah keluar, puting payudara ibu menonjol.
Pada pukul 14:00 WIB melakukan penyuluhan dan
mendemonstrasikan tentang teknik menyusui yang benar dengan
menggunakan audio visual dan leafleat. Respon pasien
mengatakan sudah paham dengan penjelasan sebagian , pasien
menanyakan bagaimana cara memegang bayi saat akan
memindahkan menyusui juga cara menyendawakan bayi, saat
ditanya kembali tentang bagaimana cara memegang bayi dan
menyendawakan bayi saat menyusui pasien bisa menjawab
dengan baik, saat sedang menyusui pasien memegang bayi saat
menyusui belum secara sempurna, begitupun dengan pelekatan
dan pelepasan serta menyendawakan bayi.
Pada pukul 15:00 WIB mengajarkan kepada Ny M untuk
melakukan perawatan payudara untuk memperlancar ASI. Respon
pasien terlihat kooperatif dengan penjelasan, pasien mencoba
perawatan payudara dengan dibantu.
Implementasi hari ke dua pada tanggal 4 Desember 2019
pada pukul 13:00 WIB melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Respon pasien bersedia dilakukan tindakan, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 360C.
Pada pukul 13:30 WIB membimbing ibu untuk melakukan
teknik menyusui yang benar dari cara menyusui sampai
menyendawakan bayi serta membantu ibu untuk melakukan
perawatan payudara dan melakukan penilaian observasi tentang
teknik menyusui yang bear. Respon pasien sudah mulai bisa
melakukan teknik menyusui walaupun dengan dibantu terutama
pada menyendawakan bayi dan cara pelekatan bayi yang benar
saat menyusui hasil nilai observasi yaitu 80 kategori baik.
Pukul 14:15 WIB melakukan penjelasan tentang posisi-
posisi yang tepat untuk menyusui. Respon pasien mengatakan
paham dengan penjelasan, pasien bertanya pada saat posisi duduk
apakah kaki pasien sebaiknya selonjor atau tidak.
Implementasi hari ke 3 pada tanggal 5 Desember 2019 pada
pukul 10:30 WIB melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Respon pasien bersedia dilakukan tindakan, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 86x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,20C.
Pukul 11:00 WIB membimbing ibu untuk melakukan teknik
menyusui yang benar dari cara menyusui sampai menyendawakan
bayidan juga melakukan perawatan payudara. Respon pasien
sudah bisa melakukan secara mandiri dari perawatan payudara
sampai cara menyusui hingga menyendawakan bayi
Pukul 11:45 memberikan post test kepada Ny M untuk
mengetahui perkembangan tingkat pengetahuan pasien. Respon
pasien mengatakan bersedia mengisi kuisioner kembali dan
mendapatkan hasil 90 dengan kategori baik, mengobservasi
pasien cara menyusui yang benar respon yang didapat yaitu skor
yang diterima pasien 100% karena pasien melakukan teknik
menyusui secara sempurna dan dilakukan sesuai tahapan teknik
menyusui yang benar.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi yang dilakukan selama 3 hari diperoleh
catatan pekembangan dari respon yang diberikan klien. Evaluasi
terdiri dari Subjektif (S), Objektif (O), Analisis (A), Planning (P).
a. Klien I
Catatan perkembangan hari pertama pada Ny K yaitu (S)
pasien mengatakan sudah paham sebagian dengan materi yang
dijelaskan, (O) pasien bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
tentang cara menyendawakan bayi, pada saat pendemonstrasian
ibu masih kurang dalam cara menyendawakan bayi dan dilakukan
kurang sempurna dalam melakukan pelekatan pada bayi yang
benar saat menyusui , hasil nilai observasi yaitu 60 termasuk
kategori kurang ,TD: 100/70 mmHg, Nadi : 92x/menit RR :
20x/menit Suhu : 36,90C (A) dari data tersebut disumpulkan
bahwa masalah belum teratasi, (P) maka lanjutkan intervensi
dengan membantu ibu untuk melakukan teknik menyusui yang
benar dan penyuluhan tentang posisi-posisi menyusui yang tepat,
dan mengobservasi tanda-tanda vital.
Catatan perkembangan hari ke dua pada Ny K yaitu (S)
pasien mengatakan sudah mulai mengerti tentang teknik
menyusui yang benar tetapi terkadang masih bingung, (O) pasien
mulai bisa melakukan teknik menyusui walau dengan dibantu
sedikit-sedikit pada saat menempelkan mulut bayi supaya masuk
ke sebagian areola, TD: 110/80 mmHg, Nadi : 92x/menit, RR :
21x/menit, Suhu : 36,40C (A) dari data tersebut dapat disimpulkan
masalah pasien belum teratasi, (P) lanjutkan intervensi dengan
mendorong ibu untuk melakukan teknik menyusui secara mandiri,
memonitor tanda-tanda vital dan Melakukan inform consent
untuk mengetahui perkembangan pengetahuan ibu.
Catatan perkembangan hari ke tiga pada Ny K yaitu (S)
pasien mengatakan sudah bisa memahami dan melakukan teknik
menyusui yang benar secara mandiri, (O) pasien terlihat sudah
bisa melakukan teknik menyusui secara mandiri dari mempatkan
posisi bayi saat menyusui sampai dengan cara menyendawakan
bayi, hasil post test menunjukan hasil 80 yang termasuk kategori
baik serta hasil penilaian observasi yaitu 100, TD: 110/90 mmHg,
Nadi : 93x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,1 0C (A) dapat
disimpulkan bahwa masalah pada Ny K sudah teratasi, (P) maka
intervensi dihentikan
b. Klien II
Catatan perkembangan Ny M pada implementasi hari
pertama yaitu (S) pasien mengatakan sudah mengerti sebagian
tentang materi tentang teknik menyusui yang benar, (O) pasien
bisa menjawab pertanyaan yang diberikan tentang bagaimana cara
memegang bayi yang benar dan menyendawakan bayi, saat
sedang memperagakan teknik menyusui yang benar pasien kurang
sempurna dalam melakukan memegang bayi saat menyusui, cara
pelekatan bayi yang benar, melepaskan isapan bayi dan
menyendawakan bayi, hasil nilai observasi yang didapat 60%
kategori kurang,TD : 100/70 mmHg Nadi : 82x/menit,RR :
20x/menit, Suhu : 36,50C, (A) dapat disimpulkan bahwa masalah
pasien belum teratasi, (P) maka lanjutkan intervensi dengan
membantu ibu untuk melakukan teknik menyusui yang benar ,
dan memonitor tanda-tanda vital.
Catatan perkembangan Ny M pada implementasi hari ke
dua yaitu (S) pasien mengatakan sudah mulai memahami tentang
teknik menyusui yang benar, (O pasien melakukan teknik
menyusui dengan dibantu pada saat menyendawakan bayi dan
cara pelekatan bayi yang benar saat menyusui hasil nilai observasi
yaitu 80 kategori baik, TD : 110/80 mmHg, Nadi : 86x/menit,
RR : 20x/menit, Suhu : 36,20C (A) dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa masalah pasien masih belum teratasi, (P)
maka lanjutkan intervensi yaitu mendorong ibu untuk melakukan
teknik menyusui secara mandiri,memonitor tnda-tanda vital dan
melakukan inform consent untuk mengetahui perkembangan
pengetahuan ibu.
Catatan perkembangan Ny M pada implementasi hari ke
tiga yaitu (S) pasien mengatakan suah memahami dan bisa
melakukan teknik menyusui yang benar secara mandiri, (O)
pasien terlihat bisa melakukan teknik menyusui yang benar secara
mandiri dari memperagakan posisi saat menyusui sampai dengan
cara menyendawakan bayi, hasil kuisiner 90% yang termasuk
kategori baik dan hasil penilaian observasi yaitu 100 % dengan
kategori sangat baik. , TD : 110/80 mmHg, Nadi : 86x/menit,
RR : 20x/menit, Suhu : 36,20C (A) dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa masalah pada Ny M teratasi, (P) maka
hentikan intervensi.

B. Pembahasan
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pasien pertama dan pasien kedua di dapatkan
hasil yang sama yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui
yang benar. Ny K dan Ny M mengatakan sudah diberi tahu tentang
informasi teknik menyusui pada saat kelas hamil Ny K dan Ny M belum
terlalu memahami penjelasan dikarenakan kurangnya demonstrasi
sehingga membuat Ny K dan Ny M belum benar-benar memahami
tentang teknik menyusui yang benar seperti Ny K yang masih salah saat
menyusui tidak masuk pada areola dan hanya putingnya saja dan Ny M
yang tidak tahu bagaimana cara memegang bayi saat menyusui.
Saat dilakukan pengkajian Ny K menyusui bayinya hanya puting
saja yang masuk pada mulut bayi dan areola tidak masuk pada mulut
bayi, saat diberikan pre test tentang teknik menyusui yang benar Ny K
hanya mendapatkan nilai 50 yang termasuk dalam kategori kurang,
Sedangkan Ny M saat dilakukan pengkajian terlihat bingung dengan
pertanyaan teknik menyusui yang benar Ny M mendapatkan hasil pre test
yaitu 40 yang termasuk kategori kurang, saat dilakukan pengkajian
pasien terlihat sedang menyusui bayinya tetapi masih salah dalam
menempatkan posisi yang benar seperti posisi perut bayi yang tidak
menempel pada perut ibu pada saat menyusui dikarenakan ini merupakan
pengalaman pertamanya menyusui bayi.
Dalam pengkajian yang dilakukan penulis Ny K dan Ny M sudah
pernah mendapat informasi dikelas ibu hamil namun keduanya belum
memahami teknik menyusui yang benar karena pada saat dilakukan
penyuluhan kurang akan adanya demonstrasi., demonstrasi penting
dilakukan saat memberikan penyuluhan, dengan pemberian informasi
secara peragaan atau demonstrasi masyarakat akan lebih mudah
menerima karena pada saat penyuluhan menggunakan metode
demonstrasi biasanya menggunakan alat peraga sehingga akan
merangsang banyak indra pada manusia. Saat peragaan menggunakan
teknik demonstrasi indra penglihatan sangat dominan membantu dalam
pemahaman bagi pasien begitu juga dengan pendengaran dan perabaan
sehingga akan lebih cepat diterima dan disimpan oleh seseorang sehingga
akan membekas pada memori otak.
Menurut Dr Mulyono (2012, p87) penyuluhan menggunakan
metode demonstrasi mempunyai kelebihan diantaranya yaitu proses
pembelajaran yang dilakukan akan lebih menarik sebab audience tidak
hanya mendengarkan akan tetapi melihat peristiwa yang telah terjadi,
dengan cara mengamati secara langsung audience akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dengan
demikian audience akan lebih meyakini kebenaran dari materi
pembelajaran selain itu bila audience turut aktif melakukan demonstrasi,
maka audience akan memperoleh pengalaman praktik untuk
mengembangkan kecakapan dan ketrampilan.
Sesuai dengan teori Notoadmojo (2012) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan pengalaman, dari data
kuisioner di atas dijelaskan Ny K merupakan tamatan SMP yang sudah
mempunyai satu anak sebelumnya jadi Ny K lebih mengetahui daripada
Ny M yang tamatan SMK dimana ini merupakan kelahiran pertamanya
walapun keduanya pernah diberi informasi tentang teknik menyusui yang
benar pada kelas hamil, dapat dilihat bahwa pengalaman dapat
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh individu.
Menurut Davis Company (2017) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan menyusui salah satunya yaitu cara menyusui
yang baik dan benar , dari pengkajian yang penulis lakukan kedua
responden tidak mengetahui cara menyusui yang benar dikarenakan Ny
K dan Ny M walaupun pernah mendapatkan informasi tentang teknik
menyusui tetapi Ny K dan Ny M tidak mengerti dengan penjelasan yang
telah disampaikan pada saat kelas hamil padahal cara menyusui bayi
dengan teknik yang salah dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui
dimana nutrisi yang didapatkan bayi menjadi tidak terpenuhi dan bisa
mengakibatkan puting susu lecet dan komplikasi pada payudara ibu.
Menurut kasus di atas faktor yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan adalah kurang informasi yang di dapatkan oleh pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan uraian pengkajian diatas maka peneliti mengangkat
masalah utama yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui
yang benar berhubungan dengan kurangnya informasi.
Hal ini Sesuai dengan teori Carpenito (2013, p.313) bahwa kurang
pengetahuan tentang teknik menyusui adalah keadaan dimana seorang
ibu mengalami kurang pengetahuan kognitif atau ketrampilan mengenai
teknik menyusui yang benar kepada bayi dalam proses menyusui.
Penulis merumuskan masalah keperawatan kurang pengetahuan
tentang teknik menyusui dikarenakan kurang pengetahuan tentang teknik
menyusui dapat menyebabkan dampak pada ibu dan bayi, seperti yang
dijelaskan pada teori (Rosita 2008) yaitu bahwa rendahnya pemahaman
ibu tentang teknik menyusui yang benar terutama kesalahan yang sering
terjadi pada ibu menyusui yaitu posisi bayi pada saat menyusui
menghadap ke atas sehingga ASI yang dihisap oleh bayi tidak maksimal
dan akan berpengaruh pada pemberian ASI kepada bayi dimana bayi
akan kurang mendapatkan nutrisi sehingga bayi menjadi rentan terhadap
penyakit infeksi dan diare. Kurangnya pemahaman ibu tentang teknik
menyusui yang benar juga akan mempengaruhi pada payudara ibu
contohnya: memasukan payudara hanya sampai puting saja sehingga
puting menjadi lecet dan mengakibatkan nyeri pada puting ibu sehingga
bisa menyebabkan infeksi pada puting payudara ibu.

3. Perencanaan
Penulis merumuskan perencanaan keperawatan sesuai dengan teori
NANDA (2015) dengan masalah kurangnya pengetahuan tentang teknik
menyusui berhubungan dengan kurangnya informasi selama 3 hari
dengan tujuan pasien dapat mengerti dan memahami dan
mendemonstrasikan tentang bagaimana teknik menyusui yang benar
dengan krietria hasil pasien mengerti tentang teknik menyusui yang
benar, pasien mampu menjelaskan kembali tentang teknik menyusui yang
benar dan pasien mampu melaksanakan prosedur yang telah dijelaskan
dengan benar.
Rencana tindakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
yaitu meliputi mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital untuk
mengetahui status kesehatan umum dan kondisi klien apabila klien dalam
keadaan sehat dan kondisi stabil maka akan mudah dilakukan asuhan
keperawatan, dan mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang teknik
menyusui yang benar untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
teknik menyusui yang benar agar memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penulis.
Menjelaskan kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar
menggunakan audio visual dan leafleat, media audiovisual dan leafleat
merupakan media penyuluhan yang menarik dan merangsang lebih
banyak indera seperti penglihatan dan pendengaran sehingga dalam
penjelasan tentang teknik menyusui yang benar ibu menjadi lebih mudah
dalam memahami materi , Membimbing ibu untuk melakukan teknik
menyusui yang benar dari cara menyusui, posisi-posisi untuk menyusui
sampai menyendawakan bayi supaya ibu bisa mengetahui dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,
Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bayi cukup ASI untuk
membantu ibu mengetahui tanda-tanda bayi cukup ASI sehingga ibu
merasa tidak kebingungan apakah bayinya harus disusukan kembali atau
tidak, dan melakukan inform consent pengetahuan ibu tentang teknik
menyusui yang benar agar mengetahui hasil akhir dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan penulis.
4. Implementasi
Implementasi hari pertama pada Ny K dan Ny M berjalan dengan
lancar, pasien kooperatif dengan tindakan yang diberikan seperti
melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (TTV), melakukan
penyuluhan juga pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar
dan mengajarkan ibu tentang perawatan payudara supaya memperlancar
ASI. Respon Ny K dan Ny M kooperatif saat dilakukan tindakan
pemeriksaan TTV dengan hasil Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Nadi
92x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,50C.
Respon yang diberikan Ny K dan Ny M saat diberi penyuluhan dan
pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar yaitu untuk Ny K
setelah diberi penyuluhan dan pendemonstrasian tentang teknik menyusui
yang benar Ny K mengatakan sudah paham dengan penjelasan Ny K
mengatakan meminta dijelaskan kembali tentang cara menyendawakan
bayi, setelah dijelaskan kembali dan penulis menanyakan kembali
bagaimana cara menyendawakan bayi yang benar pasien bisa menjawab
dengan baik,
Sedangkan Ny M setelah dilakukan penyuluhan dan
pendemonstrasian tentang teknik menyusui yang benar pasien
mengatakan sudah paham dengan penjelasan tetapi meminta dijelaskan
kembali tentang menyendawakan bayi serta menanyakan bagaimana cara
memegang bayi saat akan memindahkan posisi menyusui yang benar dan
saat ditanya kembali tentang posisi memegang bayi yang benar dan
menyendawakan bayi Ny M bisa menjawab dengan baik
Pada hari pertama dilakukan intervensi keperawatan Ny K dan Ny
M dalam tahap adaptasi psikologis fase talking in menurut Reva-Rubin
(2011) yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua melahirkan pada saat itu fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri ,hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya, untuk itu saat diakukan implementasi keperawatan
komunikasi yang dilakukan penulis cenderung berhati-hati karena Ny K
dan Ny M merasakan ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan
fisik yang dialami ibu seperti nyeri pada luka jahitan,.
Dalam fase ini dilakukan implementasi pada Ny K dan Ny M
tentang penyuluhan dan pendemonstrasian teknik menyusui yang benar
akan tetapi saat dilakukan implementasi pada hari pertama tentang teknik
menyusui yang benar Ny K dan Ny M terlihat kurang dalam penerimaan
materi tentang teknik menyusui yang benar dibuktikan dengan Ny K
menanyakan kembali penjelasan tentang cara menyendawakan bayi dan
Ny M yang menanyakan kembali cara menyendawakan bayi dan cara
memegang bayi saat menyusui
Implementasi yang dilakukan pada hari kedua dengan tindakan
melakukan pemeriksaan TTV, membimbing ibu untuk melakukan teknik
menyusui yang benar, dan melakukan penyuluhan posisi-posisi apa saja
yang benar dalam menyusui. Respon Ny K dan Ny M kooperatif dengan
tindakan, hasil TTV Ny K yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
92x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu 36,40C, untuk hasil TTV Ny M
yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan
20x/menit, suhu 360C
Respon yang diberikan saat dilakukan tindakan membimbing ibu
untuk melakukan teknik menyusui yang benar yaitu Ny K saat diberi
tindakan mengatakan akan mencoba untuk melakukan teknik menyusui
yang benar, saat mencoba Ny K masih terlihat kesusahan sehingga harus
dibantu terutama pada saat memasukan areola ibu pada mulut bayi dan
cara menyendawakan bayi. Untuk Ny M saat diberi tindakan teknik
menyusui yang benar Ny M mengatakan akan mencoba melakukan
teknik menyusui yang benar, saat mencoba pasien masih harus dibantu
saat melakukan teknik menyusui yang benar terutama pada saat posisi
memegang bayi saat menyusui dan menyendawakan bayi.
Saat dilakukan tindakan penyuluhan tentang posisi-posisi apa saja
yang bisa dilakukan untuk menyusui respon Ny K dan Ny M mengatakan
paham dengan penjelasan saat ditanya kembali dan menyebutkan
kembali posisi-posisi untuk menyusui Ny K dan Ny M bisa menjawab
dengan baik
Pada hari kedua dilakukan implementasi keperawatan Ny K dan
Ny M masih dalam tahap adaptasi psikologis fase taking in yaitu
berlangsung antara 1 sampai 2 hari setelah melahirkan menurut Reva-
Rubin (2011) ibu masih merasakan ketidaknyamanan dari proses
perubahan fisik setelelah melahirkan oleh karena itu saat dilakukan
implementasi pada hari kedua penulis melakukan komunikasi yang tidak
menyinggung perasaan pasien oleh karena itu penulis melakukan
implementasi hari kedua ini dengan membantu ibu cara menyusui yang
benar dan penyuluhan tentang posisi-posisi apa saja yang bisa dilakukan
untuk menyusui respon yang didapatkan dari Ny K dan Ny M pun
semakin membaik dibandingkan pada hari pertama.
Implementasi yang dilakukan pada hari ketiga yaitu melakukan
pemeriksaan TTV, membimbing ibu untuk melakukan teknik menyusui
yang benar, dan melakukan inform consent dengan memberikan kembali
kuisioner tentang teknik menyusui yang benar. Respon Ny K dan Ny M
setelah dilakukan pemeriksaan TTV yaitu Ny K mengatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan darah 110/90 mmHg,
nadi 93x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,10C. Untuk Ny M respon
yang diberikan bersedia dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86x/menit, pernapasan 20x/menit,
suhu 36,20C
Setelah dilakukan tindakan membimbing ibu untuk melakukan
teknik menyusui yang benar Ny K mengatakan sudah bisa melakukan
teknik menyusui yang benar, saat mempraktekan Ny K sudah bisa
melakukan teknik menyusui yang benar tanpa dibantu oleh penulis, untuk
Ny M respon yang diberikan yaitu Ny M mengatakan sudah bisa
melakukan teknik menyusui yang benar secara mandiri, saat
mempraktekan terlihat Ny M bisa melakukan teknik menyusui yang
benar secara mandiri. Setelah diberikan kuisioner kembali tentang teknik
menyusui yang benar hasil yang didapatkan Ny K yaitu 80% termasuk
kategori baik. Untuk hasil yang didapatkan Ny M setelah diberikan
kuisioner kembali yaitu 90% yang termasuk kategori baik.
Pada saat dilakukan implementasi pada hari ke tiga pada Ny K dan
Ny M dalam tahap adaptasi psikologis fase talking hold yaitu
berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, menurut Reva-Rubin (2011)
dalam fase ini ibu sangat membutuhkan dukungan untuk melakukan
perawatan pada bayinya, pada saat dilakukan implementasi keperawatan
pada hari ketiga ibu sangat kooperatif dan mengerti tentang cara
menyusui yang benar dan penulis melakukan komunikasi yang tidak
menyinnggung pasien dan memberikan dukungan pada ibu saat
melakukan teknik menyusui yang benar sehingga Ny K dan Ny M dapat
melakukan teknik menyusui yang benar secara mandiri dan mendapatkan
hasil kuisioner dengan kategori yang baik.
Dari implementasi yang telah penulis lakukan selama 3 hari pada
Ny K dan Ny M sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh penulis.
Menurut buku Nanda NIC NOC (2015) dalam intervensi keperawatan
dengan diagnosa kurang pengetahuan tidak ada intervensi pemeriksaan
TTV tetapi dalam implementasi yang penulis lakukan diberi pemeriksaan
TTV supaya mengetahui kondisi kesehatan responden sehingga
mempermudah melakukan tindakan keperawatan dengan diagosa
keperawatan kurang pengetahuan.
Hambatan yang penulis temui pada saat melakukan implementasi
selama 3 hari tidak ada, Ny K dan Ny M sangat kooperatif apabila diberi
tindakan tentang teknik menyusui yang benar dan pada saat dilakukan
implementasi tentang teknik menyusui yang benar berjalan dengan
lancar. Untuk faktor pendukung pada Ny K dan Ny M saat dilakukan
implementasi selama 3 hari, Ny K mudah memahami tentang teknik
menyusui yang benar sesuai dengan pengalamannya sehingga saat diberi
tindakan teknik menyusui yang benar pasien mengerti, pada Ny M
walaupun ini merupakan kelahiran pertamanya tetapi Ny M memahami
materi dengan baik setelah dilakukan tindakan karena latar belakang
pendidikan Ny K dengan tamatan SMK sehingga Ny K dapat menyerap
materi tentang teknik menyusui yang benar dengan cepat dan baik.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan dilakukan evaluasi
selama 3 hari, tingkat pengetahuan Ny K dan Ny M tentang teknik
menyusui yang benar bertambah, dan memahami bagaimana cara
menyusui sampai menyendawakan bayi yang benar juga dapat
mendemonstrasikan kembali teknik menyusui yang benar sesuai apa
yang sudah dijelaskan, hal ini sesuai kriteria hasil yaitu pasien dapat
menjelaskan kembali,dan mendemonstrasikan tentang teknik menyusui
Hasil evaluasi hari ke tiga Ny K mengatakan sudah paham dan bisa
mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar secara mandiri. Hasil
kuisioner menjadi 80% yang termasuk dalam kategori baik. Hasil
evaluasi hari ke tiga Ny M mengatakan sudah mengerti tentang teknik
menyusui yang benar dan bisa mendemonstrasikan teknik menyusui yang
benar secara mandiri. Hasil kuisioner menjadi 90% yang termasuk
kategori baik
Dari hasil evaluasi tindakan keperawatan kurang pengetahuan
teknik menyusui Ny K mendapatkan nilai 80% dan Ny M mendapatkan
90% keduanya termasuk dalam kategori baik. Keduanya mendapatkan
tindakan keperawatan yang sama tetapi dengan hasil akhir yang berbeda
karena menurut teori Notoatmojo (2012) tingkat pengetahuan pada
seseorang mempunyai 6 tingkatan yaitu Tahu (Know), Memahami
(Comperhension), Aplikasi (Application), Analisis (Analysis), Sintesis
(Syhnthesis), dan Evaluasi (Evaluation) dalam 6 tingkatan tersebut ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti pendidikan, informasi/media
massa, pekerjaan, sosial budaya ekonomi, lingkungan dan pengalaman.
Dalam kasus Ny K dan Ny M faktor yang dapat mempengaruhi
hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu pendidikan dan
pengalaman pada saat dilakukan pengkajian Ny K mendapatkan hasil
kuisioner lebih tinggi sebesar 50% sedangkan Ny M mendapatkan hasil
40% dikarenakan Ny K sudah pernah melahirkan sebelumnya dan sudah
mendapat pengalaman dari kelahiran pertamanya sehingga Ny K lebih
memahami teknik menyusui yang benar dari pengalamannya pada
kelahiran pertama dibandingkan Ny M yang sebelumnya belum pernah
melahirkan.
Tetapi setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dan diberikan
kuisioner kembali tentang teknik menyusui yang benar Ny K dan Ny M
mendapatkan hasil yang berbeda walaupun keduanya masih dalam
kategori baik. Hasil yang didapatkan Ny K yaitu 80% sedangkan Ny M
yaitu 90% Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan, Ny M merupakan lulusan SMK
sedangkan Ny K hanya lulusan SMP sehingga Ny M lebih tinggi
pendidikannya dibandingkan dengan Ny K, dan cara memahami
informasi yang diterima pun berbeda Ny M lebih mudah menerima
informasi daripada Ny K karena latar belakang pendidikan yang didapat
berbeda,hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo 2012 tentang faktor yang
memepengaruhi pengetahuan salah satunya yaitu pendidikan, pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
C. Keterbatasan
Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat keterbatasan dalam
melakukan tindakan keperaatan yaitu peneliti tidak dapat memonitor selama
24 jam, sehingga penulis tidak bisa memantau dengan maksimal serta pada
saat pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai