Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Usia lanjut atau Lansia adalah periode terakhir dalam masa kehidupan seseorang.
Masa Lansia dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses penuaan merupakan
proses alami yang akan dialami seseorang, berjalan secara terus menerus. Hal ini akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh lansia secara keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008).
Terdapat bermacam-macam masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur,
semakin tua umur seseorang maka akan semakin banyak masalah kesehatan terutama yang
berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Peran perawat dalam mengurangi dan menangani masalah kesehatan pada lansia
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia pada tingkat individu dan kelompok.
Fokus asuhan keperawatan lansia adalah peningkatan kesehatan, peningkatan status mental dan
mengoptimalkan fungsi fisik.
Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
proses perubahann dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi
berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, dimana lansia akan mengalami 13i yaitu
imobilisasi, instabilitas (mudah jatuh), intelektualitas terganggu (demensia), isolasi (depresi),
inkontinensia, imunodefisiensi, infeksi mudah terjadi, impaksi (konstipasi), iatrogenesis
(kesalahan diagnosis), insomnia, impairment of (gangguan pada), penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi), impotensi.
Salah satu penghuni Panti Harapan Ibu mengalami kondisi imobilisasi dan gangguan
integritas kulit . Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengelola kasus yang
dialami oleh Ny.W dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W di Ruang
Isolasi Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan,Semarang”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan memperhatikan aspek biologis,
psikologis, sosial dan spiritual pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Membuat asuhan keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
c. Menentukan prioritas masalah keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu
Ngaliyan
d. Membuat intervensi keperawatan gerontik pada Ny.w di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
e. Mahasiswa dapat merumuskan rencana tindak lanjut (RTL) pada Ny.w di Panti Wreda Harapan
Ibu Ngaliyan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Hambatan mobilitas fisik
a. Definisi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau
beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi
anatomis akibat perubahan fisiologis (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien
pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan
gerakan volunteer (Potter, 2005).
b. Jenis jenis mobilisasi dan rentangnya
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan,dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan
pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi
mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di
rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1) Kelainan postur
2) Gangguan perkembangan otot
3) Kerusakan system saraf pusat
4) Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan otot
d. Pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodik.
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung
pada fungsi sistem musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
imoblitas atau ketidakaktifan.
1) Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-
bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah
meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan
termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2) Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami
peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk
mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai
yang dapat memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang faktor-
faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman;
a)Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas
diberikan)
b) Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus)
c)Kesulitan yang dirasakan
d) Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan
e)Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang
latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi
atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
3) Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau
dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian
tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas
fisik.

2. Kerusakan integritas kulit


a. Definisi
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh
sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan
seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-
kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-
perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari
stimulus-stimulus yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah pelindung yang memisahkan
organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi
tubuh vital.
b. Lapisan kulit
1. EPIDERMIS
Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan sesorang.
Namun terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit, dan
penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Rete ritge dibentuk oleh penonjolan epidermal dari
lapisan basal yang mengarah kebawah kedalam dermis. Pendataran dari rete ridge tersebut
mengurangi area kontak antara epidermis dan dermis, menyebabkan mudah terjadi pemisahan
antara lapisan-lapisan kulit ini. Akibatnya adalah proses penyembuhan kulit yang rusak ini
lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi individu tersebut. Kulit dapat mengelupas akibat
penggunaan plester atau zat lain yang dapat menimbulkan gesekan. Oleh karena itu, penting
untuk menggunakan suatu perekat yang tidak lebih kuat dari taut epidermal-dermal itu sendiri
untuk mencegah atau meminimalkan cedera akibat penggunaan plester.
Terjadi penurunan jumlah melanosit seiring penuaan, dan sel yang tersisa mungkin tidak
dapat derfungsi secara normal. Rambut mungkin menjadi beruban, kulit mungkin mengalami
pigmentasi yang tidak merata, dan perlindungan pigmen dari sinar ultraviolet (UV) mungkin
menurun.
2. DERMIS
Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal mengalami penurunan, dermis
menjadi tipis, dan jumlah sel biasanya menurun. Konsekuensi fisiologis dari perubahan ini
termasuk penundaan atau penekanan timbulnya penyakit pada kulit, penutupan dan
penyembuhan luka lambat, penurunan termoregulasi, penurunan respon inflamasi, dan
penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topical.
Perubahan degeneratif dalam jaringan elastis dimulai sekitar usia 30 tahun. Serabut elastis
dan jaringan kolagen secara bertahap dihancurkan oleh enzim-enzim, menghasilkan perubahan
dalam penglihatan karena adanya kantung dan pengeriputan pada daerah sekitar mata. Pada saat
elastisitas menurun, dermis meningkatkan kekuatan peregangannya; hasilnya adalah lebih sedikit
‘’melentur’’ ketika kulit mengalami tekanan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur, dan turgor
kulit hilang.
Vaskularitas juga menurun, dengan lebih sedikit pembuluh darah kecil yang umumnya
terdapat pada dermis yang memiliki vaskuler sangat tinggi. Dermis berisi lebih sedikit fibroblast,
makrofag, dan sel batang. Secara visual kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan
termoregulasi. Lansia oleh karena hal tersebut beresiko tinggi untuk mengalami hipertermia atau
hipotermia.
3. SUBKUTAN
Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiring dengan peningkatan
usia. Hal ini turut berperan lebih lanjut terhadap kelemahan kulit dan penampilan kulit yang
kendur / menggantung diatas tulang rangka. Penurunan lapisan lemak terutama dapat dilihat
secara jelas pada wajah,tangan, kaki, dan betis, pembuluh darah menjadi lebih cenderung untuk
mengalami trauma. Deposit lemak cenderung untuk meningkat pada abdomen baik pada wanita
dan pria, seperti halnya bagian paha pada wanita. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh
lebih lanjut menimbulkan gangguan fungsi perlindungan dari kulit tersebut.

c. Fungsi kulit
1. Perlindungan terhadap dehidrasi
1) Keratin yang ada pada epidermis & sebum merupakan jaringan hidariopobik yang dapat
mencegah keluarnya cairan & elektrolit.
2) Trauma pada epidermis yang luas akibat luka bakar/injuri/temperatur ruangan terlalu tinggi
dapat menyebabkan dehidariasi.
2. Perlindungan terhadap gangguan fisik & mekanik
Bagianian stratum korneum epidermis merupakan pelindung yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingungan seperti bahan-bahan kimia, sinar matahari (UV), virus, bakteri, fungus,
gigitan serangga, & gangguan fisik/mekanik baik tekanan, gesekan, tarikan & infeksi luar.
3. Persepsi (penerima rangsang)
1) Kulit bertanggung jawab sebagai indaria terhadap rangsangan dari luar (tekanan, raba, suhu &
nyeri)
2) Reseptor rangsangan pada kulit :
a) Raba : Benda Meissner, Diskus Merkelenjaringanl & korpuskulum Golgi
b) Tekanan : Korpuskulum Pacini
c) Suhu panas : Korpuskulum Ruffini
d) Suhu dingin : Benda Krauss
e) Nyeri : Nervous End Plate.
4. Pengatur Suhu Tubuh
1) Dua reflek pusat yang ada di Hypothalamus bertanggung jawab terhadap kontrol temperatur.
Satu indra peningkatan Core Temperatur & satu indra penurunan.
2) Core temperature adalah temperatur yang ada pada darah, dalam dada, abdomen & kepala.
3) Produksi panas > kehilangan panas = Core temperatur naik.
4) Produksi panas < kehilangan panas = Core temperatur turun.
5) Idealnya : produksi panas = kehilangan panas.
6) Ketika core temperatur turun, tubuh akan menggigil & vasokonstriksi pembuluh darah.
7) Ketika core temperatur naik maka terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
5. Pengeluaran (Eksresi)
1) Kulit membantu organ-organ utama sistem eksresi seperti hati, ginjal & usus untuk
menyingkirkan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh.
2) Keringat mengandung urea dengan konsentrasi 1/130 dari urea urin.
3) Suhu tubuh / lingkungan meningkat menyebabkan pembuluh darah di kulit akan melebar, maka
semakin banyak darah mengalir kedaerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat
berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam & sedikit urea oleh
kelenjar keringat kemudian keringat keluar melalui pori-pori kulit.
6. Sintesis Vitamin D
1) Kulit dapat merbuat vit D dari bahan baku 7-dihidarioksi kolesterol dengan bantuan sinar
matahari (UV).
2) Vit D merupakan unsur esensial untuk mercegah penyakitriketsia(suatu keadaan yang terjadi
akibat defisiensi vitamin D, kalium serta fosfor yang menyebabkan deformitas tulang)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia : Ny.W
2. Usia : Ny.W tidak dapat mengingat usianya
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : Wanita
6. Nama wisma : Isolasi
7. Pendidikan : tidak ada
8. Riwayat pekerjaan : Pernah menjadi penjaga di universitas diponegoro
9. Status perkawinan : Janda
10. Pengasuh wisma : Bu Kani

B. ALASAN BERADA DI PANTI


Ny. W mengatakan bahwa “kulo teng mriki di bekto kaliyan dosen undip niku ingkang mbekto
kulo teng mriki”.

C. DIMENSI BIOFISIK
1. RIWAYAT PENYAKIT (6 bulan terakhir)
Ny W mengalami masalah imobilitas fisik, daerah kakinya juga sering lecet.
Ny W mengatakan “ kulo mpun mboten saget melampah mas, mpun mboten saget”.
2. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ny. W mengatakan “ keluarga kulo mboten gadah penyakit napa-napa”
3. RIWAYAT PENCEGAHAN PENYAKIT
a. RIWAYAT MONITORING TEKANAN DARAH

Tanggal Tekanan darah


2 Oktober 2014 120/80 mmHg
3 Oktober 2014 130/80 mmHg

b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny. w tidak pernah vaksin dibuktikan dengan Ny.w mengatakan” mboten mboten pernah disuntik
kulo mas?” setelah ditanyakan pihak panti, ternyata belum ada agenda vaksin untuk penghuni
panti.
c. SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKAN
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti Wreda Harapan Ibu
belum pernah dilakukan skrining kesehatan.
4. STATUS GIZI
Berat badan Ny.w tidak bias dikaji karena Ny.W tidak dapat berjalan atau di berdiri untuk
ditimbang
5. MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZI
a. Masalah pada mulut
Ny. W mengatakan bahwa “kulo mboten pernah aduus mas, mboten gosok gigi soale untue wis
entek ” berdasarkan observasi gigi klien sudah tanggal semua.
b. Perubahan berat badan
Ny. W mengatakan “kulo yo mboten ngerti mas”.
c. Masalah nutrisi
Ny.W mengatakan “kulo maeme niku sekedik mas, mau bar mangan sego karo gereh karo
sambel tambah ndog dadar enak mas, kadang ora entek nek mangane rasane anyep mas”.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa klien makan hanya sedikit.

6. MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INI


Ny.W mengatakan bahwa “kulo mboten saget mlampah mas”. Klien melakukan semua aktifitas
ditempat tidur.
7. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI
Vitamin B1,B12
8. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI
Ny.w mengatakan “kulo mboten ngopo ngopo teng mriki mawon awan sore isuk mbengi kulo
nggih kerso kados niki.
9. STATUS FUNGSIONAL (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)
Mobilisasi : bedrest
Berpakaian : mandiri diatas tempat tidur
Makan & minum : mandiri diatas ttempat tidur
Toileting : mandiri diatas tempat tidur
Personal hygiene : mandiri diatas tempat tidur
Mandi : mandiri diatas tempat tidur
.Ny. W termasuk dalam katz G karena walaupun klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
namun semuanya hanya diatas tempat tidur yang berarti Ny,W membutuhkan bantuan untuk
semua aktifitas yang dilakukannya.

D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban
Pertanyaan
Betul Salah
Tanggal berapa hari ini? V
Hari apakah hari ini? V
Apakah nama tempat ini? V
Berapa nomor telepon rumah anda? V
Berapa usia anda? V
Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)? V
Siapa nama presiden sekarang? V
Siapa nama presiden sebelumnya? V
Siapa nama ibu anda? V
5+6 adalah ? V

Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status Quesionnare
(SPMSQ) klien memiliki skor 5 di kolom salah, hal ini menunjukkan bahwa klien mengalami
gangguan sedang.
2. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Ny.w masih hafal dan sering menceritakan kejadian kejadian masa lalu, masih dapat menngingat
nama mahasiswa yang merawatnya namun kadang bercerita sendiri walau tidak ada lawan
bicara.
3. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Tidak ada dampak
4. STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN JAWABAN JAWABAN
Ny. B
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Tidak Ya
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas Ya Ya
yang anda minati?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda Ya Ya
kosong?
4. Apakah anda merasa bosan? Ya Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap Tidak Ya
waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi Ya Tidak
pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap Tidak Ya
waktu ?
8. Apakah anda merasa jenuh ? Ya Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah Ya Ya
pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Tidak
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat Tidak Tidak
menyenangkan hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Ya
?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat Tidak Tidak
ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada Ya Ya
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang lain Ya Ya
lebih baik daripada anda ?
Skor GDS 8
5. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric Depression Scale)
Ny.W memiliki skor kesesuaian sebesar 8 menunjukkan depresi.
6. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Berdasarkan pengkajian berdasarkan (The Geriatric Depression Scale) klien lebih cenderung
mengalami depresi karena merasa sudah tidak berguna. Klien juga sering bercerita sudah siap
menunggu meninggal namun belum diijinkan meninggal. Klien yang hanya bedrest total di
tempat tidur membuat sosialisasi kurang.
7. KEADAAN EMOSI
a. Anxietas
Ny.W mengatakan “mboten kawatir teng mriki mpun kerso di paringi maem kalih bu kan,
pakean, tempat turu”
b. Perubahan perilaku
Ny.W termasuk tipe orang yang senang diajak ngobrol, tidak ada perubahan perilaku yang
menyimpang, klien terlihat semangat jika sedang bercerita.
c. Mood
Ny. W terlihat selalu senang jika diajak bercerita namun jika tidak ada lawan bicara klien sering
berbicara sendiri.

E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma : 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan ruangan yang ada di panti sudah sangat baik, jika pagi hari sinar matahari mampu
menerangi ruangan tanpa memberikan efek panas yang berlebihan
b. Kebersihan dan kerapian
Setiap hari ada mas Wahyu yang membersihkan ruangan mawar anggrek da isolasi dengan
menyapu dan mengepel, mahasiswa juga dilibatkan untuk menunjang aspek ini. Setiap penghuni
ruangan juga sudah dibekali tanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan kerapihan sekitar
tempat tidur.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Panti Harapan Ibu hanya memiliki 3 ruangan yaitu Mawar, Anggrek dan isolasi semua berjenis
kelamin perempuan.
d. Sirkulasi udara
Panti Harapan Ibu memiliki desain ruangan yang bagus, hal ini ditunjukkan oleh posisi jendela di
setiap tempa tidur, ventilasi diatas jendela dan pintu. Terdapat pula pintu-pintu yang saling
menghubungkan anatara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
e. Keamanan
Pihak panti sudah memberikan fasilitas yang mendukung aspek keamanan ini mulai dari keramik
yang selalu dibersihkan sehingga tidak licin, terdapat pegangan berbentuk huruf L terbuat dari
pipa besi disekitar tempat wudhu.
f. Sumber air minum
Sumber air minum berasal dari air mineral yang tertampung di galon, Setiap 3-4 hari sekali air
galon di isi ulang.
g. Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul sering diadakan di Ruang Utama setelah pintu masuk, disana sering menjadi
tempat aktivitas para lansia penghuni wisma, mulai dari TAK, senam, mengobrol, dan karaoke.
3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman Panti cukup luas, sering digunakan untuk acara lomba, parkir kendaraan, menjemur
pakaian dan kasur.
b. Pembuangan air limbah
Pembungan limbah langsung dialirkan menuju sungai
c. Pembuangan Sampah
Setiap ruangan sudah difasilitasi sampah, jika sudah penuh akan dibawa ke samping halaman
untuk selanjutnya dibakar.
d. Sanitasi
Sanitasi di Panti sudah baik, terdapat saluran pembungan air hujan, jamban, .
e. Sumber Pencemaran
Pencemaran polusi udara tidak begitu berpengaruh karena letak panti yang sedikit menjorok ke
dalam dan jauh dari lingkungan pabrik.

F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Berdasarkan hasil observasi kondisi lansia antara satu dengan yang lainnya terbina hubungan
yang baik, mereka sering melemparkan lelucon yang kadang membuat suasana menjadi ramai,
kadang juga penghuni wisma bertengkar satu sama lain.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo mboten saget mlampah mas ya teng mriki mawon”. Observasi :
klien melakukan semua kegiatan sehari-hari hannya ditempat tidur.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ bu kani sae tenan mas, kulo di paring panggonan turu maem gratis
mboten bayar ”
4. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Terdapat kegiatan sosial setiap sebulan sekali yaitu posyandu lansia dan kegiatan keagamaan
setiap hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin dan jumat.
Klien mengatakan “ kulo mboten pernah nderek mas, kulo mboten saget mlampah tur abot kulo
awak kulo gede”.

G. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. POLA MAKAN
Ny.W mengatakan bahwa “kulo dahar 3x mas, isuk, Awan lan sore ” hasil wawancara dengan
pengurus panti klien di beri makan jam 7 , 12 dan jam 17.
2. POLA TIDUR
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo nggih saget sare mas mboten gadah nopo-nopo”
3. POLA ELIMINASI
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo sampun 5 dinten niki during ngising, winginane malah 8 dinten
niku kulo nembe ngising sapisan”.
4. KEBIASAAN BURUK LANSIA
Tidak ada kebiasaan buruk klien, (tidak merokok, minuman keras, konsumsi obat penenang)
5. PELAKSANAAN PENGOBATAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa, pelaksanaan pengobatan
dilakukan di puskesmas pembatu Beringin. Jika ada lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa
mendapatkannya dari pengasuh panti. Bagi lansia yang membutuhkan perawatan lebih biasanya
di rujuk ke rumah sakit Permata Medika dengan menggunakan jamkesmas.
6. KEGIATAN OLAHRAGA
Ny.W mengatakan bahwa “kulo mboten olahraga mas, kulo mboten saget mlampah”
7. REKREASI
Tidak ada program rekreasi dari panti
8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti di dapatkan bahwa biasanya keputusan diambil
oleh pengurus dengan memperhatikan konndisi penghuni panti.

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN


1. PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
Ny.W mengatakan” kulo mboten gadah obat”.
2. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
a. Fasilitas Kesehatan yang Tersedia
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Panti Wreda Harapan Ibu hanya dari Puskesmas Bringin dan
pelayanan kesehatan yang dilakukan hanyalah posyandu lansia setiap 1 bulan sekali, sedangkan
di dalam panti wreda sendiri tidak terdapat pelayan kesehatan khusus namun dip anti terdapat
persediaan obat seperti paracetamol, captopril dan vitamin.
b. Jumlah Tenaga
Tidak terdapat tenaga kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu.
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Pengurus panti betul-betul menjaga kesehatan para lansia dengan memperhatikan kebersihan
lansia, selalu memberikan vitamin.
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu diberikan oleh puskesmas Bringin yaitu
posyandu lansia. Biasanya saat posyandu lansia dilakukan pengukuran tekanan darah,
penimbangan berat badan, pengobatan penyakit dan penyuluhan kesehatan.
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu biasanya hanya ada sebulan sekali
yaitu posyandu lansia.

3. PEMERIKSAAN FISIK

No Hari/Tanggal Bagian/Region Hasil Pemeriksaan Masalah


Keperawatan
yang Muncul

1 Selasa, 30 Kepala Mesocephal, rambut terlihat Tidak ada


September cukup bersih, beruban, tidak
2014 ada lesi,

2 10.00 WIB Wajah/Muka Bentuk muka oval, keriput Tidak ada


dan tidak ada lesi

3 Mata Bersih tidak terdapat Tidak ada


serumen air mata msh dapat
keluar, tidak gatal,
konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik,.

4 Telinga kotor, tidak ada lesi, ada Tidak ada


serumen, pendengaran Ny.W
mulai berkurang.

5 Mulut dan Gigi Gigi sudah tanggal semua, Tidak ada


mukosa bibir lembab,
mukosa mulut tidak ada lesi,.

6 Leher Simetris, tidak ada Tidak ada


pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada lesi

7 Dada I : tidak ada retraksi dinding, Tidak ada


letak simetris kanan dan kiri.
Pe: terdengar bunyi sonor di
seluruh lapang paru, resonan
seluruh lapang paru.
Pa : taktil fremitus terasa.
Au: bunyi napas dasar
vesikuler, tidak ada bunyi
napas tambahan ronchi
(-), wheezing(-).
8 Jantung I : IC tidak tampak Tidak ada
Pa:
teraba pulsasi di epigastrik.
Pe: Tidak terkaji
Au: BJ I-II tidak ada bunyi
tambahan, HR 82 x/menit

9 Abdomen I: simetris, tidak ada lesi, Tidak ada


tidak ada kemerahan
Au: Bising usus (+) 7 kali/
menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri tekan
10 Ekstrimitas atas Tidak ada oedem, capillary - Gangguan
refill <2 detik, kuku kotor intergritas
dan panjang, turgor kulit kulit
kering dan tidak elastis,
terdapat lesi.

11 Ekstrimitas bawah Kulit kering, Terdapat lesi, - Gangguan


kaki sudah tidak bias intergritas
menopang angota badan, kulit
klien tidak bias berjalan - Hambatan
maupun duduk terdapat lesi. mobilitas fisik

Anda mungkin juga menyukai