Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah sindroma klinis yang ditandai oleh disfungsi cerebral
fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih, yang dapat
menyebabkan disabilitas atau kematian yang disebabkan oleh perdarahan
spontan atau suplai darah yang tidak adekuat pada jaringan otak yang dapat
menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
Mobilisasi adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang. Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi
dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas optimal sangat
penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia.
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam
menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan
sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada
interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik.
Mobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang
kurang dari mobilitas optimal. Studi-studi tentang insidens diagnosis
keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di institusi perawatan
mengungkapakan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah diagnosis pertama
atau kedua yang paling sering muncul.
Keletihan dan kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas,
telah diketahui sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering
terjadi yang menjadi keluhan pada lansia. Sekitar 43% lansia telah
diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak, akhirnya sekitar 50%
penurunan funsional pada lansia dihubungkan dengan disease.
penyebab imobilitas bermacam-macam, berbagai ancaman dari
imobilitas fisik dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan
internal dan eksternal atau dengan kompetensi dan sumber-sumber internal
dan eksternal klien.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan stroke,gangguan mobilitas fisik?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap
imobilitas?
3. Bagaimana program terapeutik?
4. Bagaimana dampak masalah pada lansia?
5. Apa saja penatalaksanaan?
6. Hubungan stroke dengan mobilitas fisik?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui definisi stroke, gangguan mobilitas fisik
2. Agar mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan atau turut berperan
terhadap imobilitas
3. Agar mengetahui program terapeutik
4. Agar mengetahui dampak masalah pada lansia
5. Agar mengetahui penatalaksanaan
6. Agar mengetahui hubungan stroke dengan mobilitas fisik
7. Agar mengetahui konsep asuhan keperawatan
D. Manfaat
1. Bagi Institusi pendidikan
a. Terciptanya mahasiswa yang paham tentang Keperawatan Gerontik
dengan hambatan mobilitas fisik pada stroke
b. Menambah referensi pendidikan mengenai Keperawatan Gerontik
dengan hambatan mobilitas fisik pada stroke.
2. Bagi Mahasiswa
a. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan untuk menambah bahan
informasi.
b. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan
membaca yang efektif dan mampu berfikir logis.
c. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
Keperawatan Gerontik dengan hambatan mobilitas fisik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Stroke adalah sindroma klinis yang ditandai oleh disfungsi cerebral fokal
atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih, yang dapat menyebabkan
disabilitas atau kematian yang disebabkan oleh perdarahan spontan atau
suplai darah yang tidak adekuat pada jaringan otak (Budianto P., Mirawati
D.K., Prabaningtyas H., Putra S.E., Muhammad F., Hafizhan M., 2021)
Pengertian lansia secara umum merupakan seseorang yang di
katakana lansia apabila usianya mencapai 60 tahun keatas hal ini meliputi
laki-laki atau perempuan. Departemen kesehatan RI mengatakan seseorang
di katakan usia lanjut dari usia 55 tahun ke atas merunur badan kesehatan
dunia (WHO) usia lanjut di mulai lansia dari 60 tahun (Indriana, Yeniar,
2012)
Gangguan mobilitas fisik yaitu suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pergerakan fisik tubuh atau
salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (NANDA, 1999
dalam Renata Komalasari, 2011) atau penurunan kemampuan untuk
berpindah ke satu tempat ke tempat yang lain atau ke satu posisi ke pos-isi
yang lain. Hambatan mobilitas fisik juga di definisakan sebagai keterbatasan
pergerakan fisik secara mandiri baik secara aktual ataupun potensial dalam
lingkungan.

B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan atau Turut Berperan Terhadap


Imobilitas
1. Penurunan fungsi musculoskeletal
Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor,
osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor), atau
kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).
2. Perubahan fungsi neurologis

3
Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis, stroke),
penyakit demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit parkinson),
gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan nutrisi.
3. Nyeri
Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
trauma.
4. Defisit perseptual
Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.
5. Berkurangnya kemampuan kognitif
Gangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.
6. Jatuh
Efek fisik: cedera atau fraktur.
Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.
7. Perubahan hubungan sosial
Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari
keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola
pikir seperti depresi).
8. Aspek psikologis
Ketidakberdayaan dalam belajar.

C. Program Terapeutik
Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Faktor-faktor mekanisme
mencegah atau menghambat pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan
penggunaan peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat
(misalnya yang dihubungkan dengan pemberian cairan intravena,
pengisapan gaster, kateter urine, dan pemberian oksigen).
Sebagai intervensi dianjurkan istirahat dapat menurunkan kebutuhan
metabolik, kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung. Selain itu istirahat
memberikan kesempatan pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi
menghilangkan nyeri, mencegah iritasi yang berlebihan dari jaringan yang
cedera, dan meminimalkan efek gravitasi. Secara fisiologis, suplai oksigen

4
yang tidak adekuat mengganggu pemeliharaan fungsi sel untuk
meningkatkan aktivitas. Secara psikologis, depresi menurunkan energi yang
tersedia.

D. Dampak Masalah pada Lansia


Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis
dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan
penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami
komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah
terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat dengan
tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih
lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang menjadi
tergantung. Semakin besar jumlah penyebab imobilitas, semakin besar
potensial untuk mengalami efek-efek akibat imobilitas.
Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk
memperlambat proses penuaan, memperpanjang usia. Fungsi kardiovaskular
yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera.

E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan tidak
akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal tersebut dapat
mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya hidup kurang gerak.
Program latihan juga dihubungkan dengan peningkatan mood atau
tingkat ketegangan ansietas dan depresi.
Hambatan terhadap latihan : Berbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Hambatan lingkungan
termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim
yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah hambatan lain untuk

5
melakukan latihan. Model peran yang kurang gerak, gangguan citra
tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau ketidaksetujuan semuanya
turut berperan terhadap kegagalan lansia untuk berpartisipasi dalam
latihan yang teratur (Smart Denise, 2018)
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yang dihubungkan
dengan pencegahan sekunder adalah: gangguan mobilitas fisik.
3. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi
lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter,
ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi, aktivis sosial, dan
keluarga serta teman-teman.

F. Hubungan stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik


Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya
serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak
ditangani dengan segera berakhir dengan kematian batang otak tersebut.
Stroke iskemik terjadi bila suplai darah ke otak terhambat atau terhenti.
Walaupun berat otak hanya sekitar 1400 gram, namun menuntut suplai darah
yang relatif sangat besar yaitu sekitar 20% dari seluruh curah jantung.
Kegagalan dalam memasok darah akan menyebabkan gangguan fungsi
bagian otak atau yang terserang atau terjadi kematian sel saraf (nekrosis) dan
kejadian inilah yang lazim disebut stroke (Junaidi, 2011).
Menurut Bararah, 2013 stroke iskemik merupakan aliran darah ke otak
terhenti karene arterosklerotik atau bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah.
Menurut Widagdo (2008), proses terjadinya hambatan mobilitas fisik
pada pasien stroke non hemoragik adalah sebagai berikut : Stroke non
hemoragic disebabkan oleh thrombosis akibat plak aterosklerosis yang
memberi vakularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut diarteri otak yang secara perlahan akan memperbesar

6
ukuran plak sehingga terbentuk thrombus.
Trhombus dan emboli didalam darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan
aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami
kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan
oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan
mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk kedalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi
perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit
neurologis lalu mati.
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh thrombus dan
emboli akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh
darah, jika hal ini berlanjut terus – menerus maka jaringan tersebut akan
mengalami infark. Dan kemudian akan mengganggu sistem persyarafan
yang ada ditubuh seperti : penurunan kontrol volunter yang akan
menyebabkan hemiplagia atau hemiparise sehingga tubuh akan mengalami
hambatan mobilitas, karena hambatan mobilitas fisik, klien hanya tidur
ditempat tidur, dan jika tidak dilakukan pengubahan posisi, lama kelamaan
klien akan mengalami resiko kerusakan integritas kulit, resiko jatuh juga
bisa terjadi karena pasien mengalami hambatan mobiltas fisik. Menurut
Wilkinson (2013), resiko jatuh merupakan peningkatan kerentanan terhadap
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik, defisit perawatan diri karena
tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri sendiri. Defisit
neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga
mengalami disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan lalu akan
mengalami gangguan eliminasi. Karena ada penurunan konrol volunter
maka kemampuan batuk juga akan berkurang dan mengakibatkan
penumukan sekret sehingga pasien akan mengalami gangguan jalan napas
dan pasien kemungkinan tidak mampu menggerakkan otot –otot untuk
bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi verbal berupa
disfungsi bahasa dan komunikasi

7
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK (STROKE)

A.    Karakteristik Demografi


1.    Identitas Diri Klien
Nama lengkap   : Tn.B
Tempat/tgl lahir              : -
Jenis kelamin    : Laki-laki
Status perkawinan   : Menikah
Agama          : Islam
Suku bangsa          : Jawa/ Indonesia
Pendidikan terakhir     : SD
Diagnose medis (bila ada)   : Stroke
Alamat        : RT01/RW06 Dusun Sendang Putri Desa
Nyatnyono

2.   Keluaraga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
Nama     : Ny.S
Alamat            : RT 01/RW 06 Dusun Sendang Putri Desa
Nyatnyono
No. telepon          :-
Hubungan dengan klien   : Menantu

3.    Riwayat pekerjaan dan status ekonomi


Pekerjaan saat ini         : Klien tidak bekerja dalam keseharian
Pekerjaan sebelumnya  : petani
Sumber pendapatan      : sumber keuangan untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari berasal dari anak klien.
Kecukupan pendapatan   : cukup

4.   Aktivitas rekreasi


Hobi           : membaca koran

8
Berpergian/wisata    : Klien tidak pernah pergi berekreasi karena
keterbatasan fisiknya yang harus bedrest karena penyakit stroke yang
dideritanya.
Keanggotaan organisasi    : -

5.    Riwayat keluarga


a.       Saudara kandung
Nama Keadaan saat ini Keterangan
1. Tn. K Sehat Saudara laki-laki
2. Ny. H Sehat Saudara perempuan

b.      Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir )


Nama            : Ny. A
Umur              : 45 tahun
Penyebab kematian      : Kecelakaan

B.     Pola kebiasaan setiap hari


1.    Nutrisi
Frekuensi makan   : 3x sehari tidak teratur, terkadang 2 – 1x
sehari
Nafsu makan   : nafsu makan klien baik tidak mengalami
gangguan
Jenis makanan    : nasi, lauk pauk, susu, dan sayuran
Kebiasaan sebelum makan : klien minum
Makanan yang tidak disukai : Klien mengatakan menyukai semua jenis
makanan
Alergi terhadap makanan     : klien tidak mempunyai alergi terhadap
makanan
Pantangan makanan      : Klien mempunyai pantangan makanan
seperti ikan asin, karena memiliki
penyakit hipertensi

9
Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan makan

2.      Eliminasi
a.       BAK
Frekuensi   dan waktu     : 4-5 kali sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari    : klien kadang-kadang BAK
pada malam hari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : klien tidak mengalami
keluhan BAK
b.    BAB
Frekuensi dan waktu : 1 kali sehari
Konsistensi : keras
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Klien tidak ada keluhan
BAB
Pengalaman memakai laxantif/pencahar : pernah memakai obat
pencahar

3.      Personal hygiene


a.       Mandi
Frekuesi dan waktu mandi   : Klien mandi sehari 2x
Pemakaian sabun ( ya/tidak )  : ya
b.      Oral hygiene
Frekuensi dan gosok gigi  : tidak pernah
Menggunakan pasta gigi   : tidak
c.       Cuci rambut
Frekuensi      : keramas dilakukan setiap hari
Penggunaan shampoo ( ya/tidak ): kadang-kadang menggunakan shampoo,
kadang sabun.
d.      Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku    : jarang, kadang-kadang 1 bulan 1x

10
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun  : selalu mencuci tangan pakai
sabun sebelum/setelah
makan

4.      Istirahat dan tidur


Lama tidur malam      : waktu tidur 4-5 jam
Tidur siang                : istirhat pada siang klien dari jam 15.00-17.00.
Keluhan yang berhubungan dengan tidur   : imsomnia , sering terbangun ,
sulit mengawali

5.      Kebiasaan mengisi waktu luang


a.       Olaraga : tidak pernah
b.      Nonton TV : setiap hari
c.       Berkebun/memasak  : tidak pernah
d.      Lain-lain : kadang membaca koran

6.      Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ( jenis/frekuensi/jumlah/lama


pakai )
a.       Merokok ( ya/tidak )           : tidak
b.      Minuman keras ( ya/tidak )  : tidak
c.       Ketergantungan terhadap obat ( ya/tidak )  : tidak

7.      Uraian kronologis kegiatan sehari-hari


Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap C.   
kegiatan
Sholat shubuh (duduk) ½ jam
mengaji ½ jam
Tiduran/istirahat 1 jam
Menonton TV/membaca koran 2 jam
Selalu melaksanakan ibadah ½ jam

Status kesehatan
1.      Status kesehatan saat ini

11
a.       Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Keluarga pasien mengatakan
klien jatuh dan setelah itu tubuhnya
sebelah kiri tidak bisa digerakkan.
b.      Gejala yang dirasakan : klien tidak dapat menggerakkan anggota
tubuhnya, dan klien juga mengalami Stroke sehingga
kesulitan dalam berbicara
c.       Faktor pencetus : jika klien melakukan aktivitas sehari-harinya secara
mandiri, klien akan kesulitan. dan anggota
tubuhnya akan merasakan sakit jika dipaksa untuk
digerakkan
d.      Timbul keluhan : () mandadak    ( ) bartahap
e.       Waktu mulai timbulnya keluhan : sakit yang dirasakan ketika klien
memaksakan untuk menggerakkan
anggota tubuhnya yang mengalami lumpuh
f.       Upaya mengatasi  :
() Pergi ke RS/klinik pengobatan
( ) Pergi kebidan atau perawat
( ) Mengonsumsi obat-obatan sendiri
( ) Mengonsumsi obat-obatan tradisional
( ) Lain-lain, sebutkan

2.      Riwayat kesehatan masa lalu


a.       Penyakit yang pernah diderita : Tn.B mempunyai riwayat menderita
hipertensi
b.      Riwayat alergi ( obat, debu, makanan, dan lain-lain )   : tidak ada
c.       Riwayat kecelakaan : -
d.      Riwayat dirawat di RS : tidak pernah (hanya pernah periksa ke pelayanan
kesehatan)
e.       Riwatyat pemakaian Obat : tidak ada

3.      Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi


dan palpasi )

12
I.       Keadaan umum ( TTV )          :
Keadaan Umum : Baik / Cukup / Buruk

Kesadaran : CM / Apatis / delirium / Somnolen / sopor / semi


koma / koma

Tanda-tanda vital:

- TD : 150/90
mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,7oC
BB: 50 Kg Naik: Kg Turun: kg TB:
155 cm

II. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala
- Warna : hitam / beruban / campuran
- Kebersihan : kotor / bersih
- Distribusi : jarang / lebat / sedang
- Kerontokan : ya / tidak
- Keluhan : ya / tidak

2. Mata
- Bentuk : simetris/ asimetris
- Konjungtiva : anemis / tidak
- Selera : ikterik / tidak
- Strabismus : ya / tidak
- Penglihatan : kabur / tidak (sudah menurun)
- Peradangan : ya / tidak
- Riwayat katarak : ya / tidak

3. Hidung

13
- Bentuk : simetris / asimetris
- Peradangan : ya / tidak
- Penciuman : terganggu / tidak
- Keluhan lain : ya / tidak

4. Mulut dan tenggorokan


- Kebersihan : baik / buruk / sedang
- Mukosa : kering / lembab
- Peradangan / Stomatis: ya / tidak
- Gigi / geligi : caries / tidak

5. Telinga
- Bentuk : simetris / asimetris
- Kebersihan : baik / buruk / sedang
- Peradangan : ya / tidak
- Pendengaran : terganggu / tidak
- Keluhan lain : ya / tidak

6. Leher
- Posisi trachea : simetris / asimetris
- Pembesaran kelenjar tiroid : ya / tidak
- JVD : ya / tidak
- Kaku kuduk : ya / tidak

7. Dada
- Bentuk dada : normal chest / barrel chest / pigeon chest / lainnya
- Retraksi : ya / tidak
- Wheezing : ya / tidak
- Ronchi : ya / tidak
- Suara jantung tambahan: ada / tidak
- Ictrus Cordis : ICS Linea

14
8. Abdomen
- Bentuk : distented / flat / lainnya
- Nyeri tekan : ya / tidak
- Kembung : ya / tidak
- Supel : ya / tidak
- Bising usus : ada / tidak, frekuensi: 12 x/menit
- Massa : ya / tidak, region

9. Genetalia / anus
- Kebersihan : baik / sedang / buruk
- Hemoroid : ya / tidak
- Hernia : ya / tidak

10. Ekstremitas
- Massa / tonus otot : (skala 1- 5)
- Postur tubuh : skoliosis / lordosis / kifosis
- Gaya berjalan : gait / normal
- Rentang gerak : maksimal / terbatas
- Deformitas : ya / tidak
- Tremor : ya / tidak
- Edema kaki : ya / tidak, pitting / non pitting
- Flebitis : ya / tidak
- Kludikasi : ya / tidak
11. Integumen
- Kebersihan : baik / buruk / sedang
- Warna : pucat / tidak
- Kelembaban : kering / lembab
- Gangguan pada kulit : panu / kadas / kurap / scabies / acozema /
gatal

D.     Lingkungan tempat tinggal

15
1.      Kebersihan dan kerapian ruangan : Tidak bersih
2.      Penerangan          : Cukup
3.      Sirkulasi uarah       : lingkungan tempat tinggal kurang
baik
4.      Keadaan kamar mandi dan WC : Ada : tidak aman (posisi duduk
,tidak ada pegangan) serta masih WS
cemplung
5.      Pembuangan air kotor    : Pembuangan air kotor ada di
tempat mencuci baju dan piring.
6.      Sumber air minum      : Sumber air minum dari sumur
7.      Pembuangan sampah : Tiap pagi hari sampah dibuang oleh
petugas kebersihan
8.      Sumber pencemaran   : Tidak terdapat sumber pencemaran di
lingkungan rumah

9.      Penataan halaman ( kalau ada ) : kurang rapi


10.  Privasi                 : Klien menjaga privasinya dengan
baik terlihat dengan klien selalu
menutup pintu ketika berganti
pakaian maupun pada saat klien
shalat.
11.  Resiko injuri           : Resiko cedera bisa terjadi saat
lantai licin
Resume :.
            Catatan :
1.      Hasil pengkajian disajikan dalam bentuk narasi
2.      Format selanjutnya, mengikuti pola asuhan keperawat secara
umum

E.    Hasil pengkajian khusus ( format terlampir )


1.      Pengkajian Psikososial
2. Pengkajian Fungsional Klien
3. Pengkajian Status Mental Gerontik

16
4. Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia

1. Pengkajian Psikososial Spiritual


1.1 Psikososial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan – harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien dalam
sosialisasi, dll.

Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien


terhadap perawat dan orang lain, dan harapan-harapan klien.
a. Hubungan dengan orang lain dalam masyarakat :Mampu berinteraksi
b. Kebiasaan lansia berinteraksi dengan teman sebayanya:Tidak pernah
karena keterbatasa fisik
c. Stabilitas emosi: Datar
d. Frekuensi kunjungan keluarga (jika lansia tinggal sendiri):-

1.2 Identitas Masalah Emosional

PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur ?
jawab : Klien mengalami kesulitan tidur, klien sering terjaga sepanjang
malam. Klien hanya bisa tidur kurang lebih 5 jam per hari.
 Apakah klien sering merasa gelisah ?
Jawab: Klien sering merasa gelisah dank lien sering mengerang karena
klien tidak bisa berbicara

 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?


jawab : sering
 Apakah klien sering was – was atau kuatir ?
jawab : terkadang

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”

17
PERTANYAAN TAHAP 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Jawab : Keluhan terjadi lebih dari 3 bulan.

 Ada masalah atau banyak pikiran ?


Jawab : Tidak terkaji karena klien tidak bisa berbicara

 Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ? tidak


 Menggunakan obat tidur / penenang atau anjuran dokter ? tidak
 Cenderung mengurung diri ? iya

Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF ( + )

1.3 Spiritual
Agama., kegiatan keagamaan, konsep / keyakinan klien tentang kematian,
harapan – harapan klien, dll.

2. Pengkajian Fungsional Klien


2.1 KATZ Indeks :
1. MANDI (dengan spon, pancuran, atau bak rendam)
M : Tidak membutuhkan bantuan (keluar dan masuk ke dalam bak rendam, bila mandi yang
dimaksudkan menggunakan sarana tersebut)
D : Menerima bantuan saat mandi hanya pada bagian tubuh tertentu (seperti punggung atau tungkai)
T : Memerlukan bantuan terhadap lebih dari satu bagian tubuhnya (atau tidak mandi sama sekali )

2. BERPAKAIAN
M : Mampu mengambil dan mengenakan pakaian secara lengkap tanpa memerlukan bantuan
D : Berpakaian lengkap tanpa memerlukan bantuan kecuali saat menalikan sepatu
T : Memerlukan bantuan mengambil dan mengenakan pakaian atau bila tidak pasien tidak akan
berpakaian lengkap atau tidak berpakaian sama sekali
3. TOILETING
M : Mampu pergi ke toilet, membersihkan diri sendiri dan mampu memilih baju tanpa bantuan
(mungkin menggunakan objek sebagai penopang seperti tongkat, tongkat kaki tiga, kursi roda. Juga
mungkin mampu menggunakan tampungan selama di tempat tidur atau juga pispot yang akan
dikosongkan saat pagi hari)
D : Memerlukan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkan diri sendiri atau bahkan dalam dalam
18 akan dikenakan, setelah eliminasi baik dengan alat tampung
memilih atau memperbaiki pakaian yang
malam hari maupun dengan mempergunakan pispot
T : Tidak pergi ke kamar mandi dalam proses eliminasinya
4. BERPINDAH
M : Bergerak naik turun dari tempat tidur dan kursi tanpa memerlukan bantuan (mungkin
mempergunakan objek penopang seperti tongkat atau walker)
D : Naik turun dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan
T : Tidak turun dari tempat tidur sama sekali (bila turun harus dengan bantuan atau pertolongan
sepenuhnya)
5. KONTINENSIA
M : Mengendalikan perkemihan dan defekasi secara mandiri sepenuhnya
D : Kadang terjadi “ketaksengajaan”
T : Pengawasan yang diberikan merupakan bantuan dalam mengendalikan perkemihan dan
defekasi pasien, dapat menggunakan kateter, atau bahkan terjadi inkontinensia sepenuhnya.

6. MAKAN
M : Menyuap sendiri tanpa bantuan
D : Makan tanpa memerlukan bantuan kecuali pada saat memotong daging atau mengoles roti
dengan mentega
T : Memerlukan bantuan saat makan atau makan melalui selang atau cairan baik sebagian menu atau
sepenuhnya.

Ket. Singkatan : M, Mandiri ; D, Dibantu; T, Tergantung

Termasuk kategori yang manakah klien ?


A. Mandiri dalam makan, kontibebsia, (BAK, BAB),
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari
fungsi di atas
C. Mandiri, kecuali mandi, dan satu fungsi yang lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
yang lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan
satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet,
berpindah dan satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

19
2.2 Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?

NO DENGAN
KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
. BANTUAN

Frekuensi 3x/hari
Jumlah 1 porsi
1. Makan 5 10
makan Jenis : nasi,
lauk, sayur

Frekuensi 5x/hari
2. Minum 5 10 Jumlah 1 liter
Jenis Air Putih

Berpindah dari kursi


3. roda ke tempat tidur, 5 – 10 15
sebaliknya

Personal toilet (cuci


4. muka, menyisir 0 5 Frekuensi :
rambut, gosok gigi)

Keluar masuk toilet


(mencuci pakaian,
5. 5 10
menyeka tubuh,
menyiram)

6. Mandi 5 15 Frekuensi :

Jalan di permukaan
7. 0 5
datar

8. Naik turun tangga 5 10

9. Mengenakan pakaian 5 10

Frekuensi 2x sehari
10. Kontrol Bowel (BAB) 5 10
Konsistensi lembek

11. Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Frekuensi 4-5 kali per

20
hari Warna kuning jernih

12. Olah raga / Latihan 5 10 Tidak pernah olahraga

13. Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10

Keterangan
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

3. Pengkajian Status Mental Gerontik


3.1 Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
 Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO. PERTANYAAN
1. Tanggal berapa hari ini ?
V 2. Hari apa sekarang ?

V 3. Apa nama tempat ini ?

V 4. Di mana alamat Anda ?

V 5. Berapa umur Anda ?


6. Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir )
7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
8. Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
9. Siapa nama ibu Anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
10.
setiap angka baru, semua secara menurun.

Seri total = 

Catatan :
Apabila ada suatu kesulitan dari lansia untuk menjawab setiap pertanyaan,
ada beberapa alternatif pertanyaan untuk lansia di antaranya :
1. - Tanggal dan tahun berapa Indonesia merdeka ?
- Sekarang tahun berapa ?

21
2. - Hari apa sekarang ?
- Sekarang jam berapa ?
- Sekarang malam, siang, atau pagi ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. - Di mana alamat Anda ?
- Lahir di mana ?
5. Berapa umur Anda ?
6. - Kapan Anda lahir ?
- Tahun berapa ?
- Zaman pemerintahannya siapa ?
7. - Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
- Siapa ketua panti sekarang ?
- Siapa ketua asrama sekarang ?
8. - Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
- Siapa Presiden Indonesia pertama kali ?
9. - Siapa nama ibu Anda ?
- Sebutkan nama anak – anak Anda !

Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

4. Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia (Tinneti, ME dan Ginser,


SF, 1998)

4.1 Perubahan Posisi atau Gerakan Keseimbangan


 Bangun dari kursi (Dimasukkan dan analisis)  kursi yang keras
tanpa lengan
 Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke

22
bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali.
 Duduk ke kursi (Dimasukkan dalam analisis)  kursi yang keras
tanpa lengan
 Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk di tengah kursi
 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong sternum
perlahan – lahan sebanyak 3 kali)
 Menggerakkan kaki memegang obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi – sisinya
 Mata tertutup
 Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input
penglihatan untuk keseimbangan)
 Perputaran leher
 Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi – sisinya, keluhan vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil
 Gerakan menggapai sesuatu
 Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung – ujung jari kanan-kiri,
tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan
 Membungkuk
 Tidak mampu untuk membungkuk untuk mengambil obyek –
obyek kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu
obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha – usaha
multipel untuk bangun

4.2 Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan


 Meminta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan  ragu –
ragu, tersandung memegang obyek untuk dukungan
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)
 Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 2 inchi)

23
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping
pasien)
 Setelah langkah – langkah awal, tidak konsisten memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping pasien)
 Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis
biasanya memiliki langkah yang lebih panjang, masalah dapat
terdapat pada pinggul, lutut, pergelangan kaki, atau otot – otot di
sekitarnya)
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang pasien)
 Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
 Berbalik
 Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang obyek untuk dukungan

ANALISA DATA

N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
1 Data Subjektif : Gangguan Hambatan mobilitas
Anak dan istri klien Tn.B neuromuscular ditempat tidur
mengatakan semenjak (NANDA 2016,
terkena stroke klien tidak bisa Domain 4. Kelas 2,
bergerak dan tubuh bagian hal.231)
kanan tidak bisa digerakkan.
klien juga tidak bisa
berpindah posisi secara
mandiri
Data Objektif :
- Klien bedrest
- Klien mengalami
kelumpuhan badan

24
sebelah kanan
- Klien tidak mampu
berpindah posisi ditempat
tidur, tidak bisa miring
kanan dan kiri hanya bisa
terlentang
- Klien tidak bisa bangun
dan duduk sendiri
- Klien tidak bisa merubah
posisi dari telungkup ke
terlentang maupun
sebaliknya
- Interprestasi dari Bartel
Indeks menunjukkan jika
klien mengalami
ketergantungan total
- Klien mengalami
kerusakan intelektual
sedang
- Klien mengalami depresi

2. Data Subjektif : Faktor mekanik Risiko kerusakan


Anak dan istri Tn.B ( tekanan dan integritas kulit
mengatakan jarang imobilitas fisik) (NANDA 2016,
memiringkan atayu Domain 11, Kelas 4,
mengganti posisi Tn.B karena hal. 246)
tidak kuat menopangnya.
Data Objektif :
- Klien bedrest
- Klien terlentang
- Klien tidak dapat
mobilisasi ditempat tidur
- Bagian punggung dan

25
bokong tampak
kemerahan
Interprestasi hasil
pengkajian skor Norton
didapatkan kemungkinan
besar terjadi dekubitus

3 Data Subjektif : Kurang sumber Defisiensi


Anak dan istri Tn.B pengetahuan pengetahuan
mengatakan belum tau (NANDA 2016,
tentang stroke dan bagaimana Domain 5, Kelas 4,
perawatan penderita stroke di hal. 275)
rumah
Data Objektif :
- Keluarga tampak bingung
ketika ditanya perawatan
stroke
- Keluarga tidak pernah
mengecekan kondisi tn.b
ke pelayanan kesehatan
- Klien tampak kurang
bersih, bau, kuku oanjang
dan kotor, serta bau
pesing

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan gangguan


neuromuscular
(NANDA 2016, Domain 4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 2.
Aktivitas/Olahraga, hal.231)
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik
(NANDA 2016, Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 2. Cedera
Fisik. hal. 246)

26
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
(NANDA 2016, Domain 5. Persepsi/Kognisi, Kelas 4. Kognisi, hal. 275)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx NOC NIC
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan (0740) Perawatan Tirah Baring
mobilitas keperawatan diharapkan 1. Jelaskan alasan diperlukannya
fisik hambatan mobilitas fisik tirah baring
ditempat berkurang dengan KH : 2. Posisikan sesuai body aligment
tidur (0219) Pergerakan Sendi : yang tepat
Bahu 3. Ajarkan latihan ditempat tidur
1. Fleksi depan 180o dengan cara yang tepat
dipertahankan pada 4 4. Monitor komplikasi dari tirah
ditingkatkan ke 5 baring (misalnya: nyeri
2. Rotasi eksternal 90o punggung, konstipasi, depresi,
dipertahankan pada 4 kebingungan)
ditingkatkan ke 5
3. Rotasi internal 90o pada
(0840) Pengaturan Posisi
4 ditingkatkan ke 5
1. Posisikan pasien untuk
mengurangi dyspneu
2. Dorong latihan rom aktif dan
pasif
3. Sokong leher dengan tepat

2. Risiko Setelah dilakukan tindakan (1610) Memandikan


kerusakan keperawatan diharapkan tidak 1. Bantu memandikan pasien
integritas ada tanda-tanda risiko dengan menggunakan kursi
kulit kerusakan integritas kulit untuk mandi
dengan KH: 2. Cuci rambut sesuai indikasi
(0204) Konsekuensi dan kebutuhan
Imobilitas : Fisiologis 3. Cukur pasien sesuai kebutuhan
1. Nyeri tekan tidak ada 4. Monitor kondisi kulit saat

27
dipertahanakan pada 4 mandi
ditingkatkan ke 5 5. Monitor fungsi kemampuan
2. Konstipasi tidak ada saat mandi
dipertahanakan pada 4
ditingkatkan ke 5 (3500) Manajemen Tekanan
3. Tonus otot baik 1. Berikan pakaian yang tidak
dipertahanakan pada 4 ketat
ditingkatkan ke 5 2. Berikan pijatan punggung atau
4. Kekuatan otot baik leher dengan cara yang tepat
dipertahanakan pada 4 3. Monitor status nutrisi pasien
ditingkatkan ke 5 4. Monitor sumber tekanan dan
gesekan
5. Monitor area kulit dari adanya
kemerahan dan adanya
kemerahan dan adanya pecah-
pecah
6. Balikkan posisi pasien setiap 2
jam sekali

(3590) Pengecekan Kulit


1. Periksa kulit dan selaput lender
terkait dengan adanya
kemerahan, kehangatan,
ekstrim, edema
2. Monitor kulit untuk adanya
ruam dan lecet
3. Monitor sumber tekanan dan
gesekan
4. Ajarkan anggota keluarga
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit dengan tepat

3. Defiensi Setelah dilakukan tindakan (5510) Pendidikan Kesehatan

28
Pengetahuan keperawatan diharapkan 1. Rumuskan tujuan dalam
pengetahuan bertambah dengan program pendidikan kesehatan
KH: 2. Libatkan individu, keluarga
(1863)Pengetahuan Manajemen dan kelompok dalam
Stroke perencanaan dan rencana
1. Tingkat pengetahuan pilihan implementasi gaya hidup atau
pengobatan yang tersedia modifikasi perilaku kesehatan
meningkat dipertahanakan 3. Gunakan berbagai strategi dan
pada 4 ditingkatkan ke 5 intervensi utama dalam
2. Tingkat pengetahuan program pendidikan
komplikasi stroke 4. Rencanakan tindak lanjut
bertambah dipertahanakan untuk memperkuat perilaku
pada 4 ditingkatkan ke 5 kesehatan atau adaptasi
3. Mengenali tanda dan gejala terhadap gaya hidup
penyakit hemoregik
dipertahanakan pada 4
ditingkatkan ke 5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cerebro vascular accident (CVA) atau biasa dikenal sebagai stroke, suatu
penyakit neurologis yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
secara mendadak yang mengakibatkan kelumpuhan anggota gera, gangguan
bicara, proses berpikir, dan bentuk kecacatan yang lain akibat gangguan
fungsi otak. Gangguan mobilitas fisik yaitu suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pergerakan fisik tubuh atau
salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah atau penurunan
kemampuan untuk berpindah ke satu tempat ke tempat yang lain atau ke satu
posisi ke pos-isi yang lain.

29
Stroke disebabkan oleh Trhombus dan emboli didalam darah akan terlepas
dan terbawa hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu
menyebabkan pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel
otak akan mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang
mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu
asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk kedalam sel
otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat.
Kemudian kalsium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas
sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami
defisit neurologis lalu mati.
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang
berhubungan dengan konsep asuhan keperawatan lansia dengan gangguan
mobilitas fisik pada stroke, dengan harapan institusi pendidikan mampu
mengerjakan pengenalan terhadap konsep asuhan keperawatan lansia dengan
gangguan mobilitas fisik pada stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, Nugroho. 2008. Keprawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3.. Jakarta:
EGC

Denise Smart, Drph, MPH, BSN, RN. 2018. Mobility Programs For The
Hospitalized Older Adult: A Scoping Review. Gerontology & Geriatric
Medicine Volume 4: 1–18

Gomes Fernanda Araújo, Alessandra Conceição Leite Funchal Camach. 2018.


Elderly And Urban Mobility: A Reflective Approach To Nursing Idoso E A
Mobilidade Urbana:.

PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonsia (SDKI). Jakarta

PPNI. 2017. Standart Intevensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

30
31

Anda mungkin juga menyukai