Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TUTORIAL GERONTIK

SKENARIO 1 RISIKO JATUH

DOSEN PEMBIMBING

Disusun Oleh :

1.Risnaily Rahmawati (1910201191)


2. Elis Septiani (1910201192)
3. Karunia Ningrum (1910201193)
4. Alifa Novarebt Ramadhani (1910201194)
5. Adhea Sabrina Maharani (1910201195)
6. Enda Dwiyanti (1910201196)
7. Yuli Yuliawati (1910201197)
8. Afniyanti Budi (1910201198)
9. Puput siswanto (1910201199)
10. Nanang Agus P (1910201200)
11.Redha Febriyanti (1910201202)
12. Sulistiyawati (1910201203)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas  pada Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik III Tutorial 1 Sistem Integument. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.

Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, 26 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
(Kholifah, 2016). Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja, tidak termasuk jatuh akibat
pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari
penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang
dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Tinetti, 2003).
Jatuh sering terjadi dan dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri lanjut usia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop dan dizziness,
serta faktor ekstrinstik seperti lantai yang licin dan kurang rata, terantuk benda-benda
yang menghalangi, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang dan sebagainya.

B. Etiologi
Penyebab lansia risiko jatuh :

1. Penerangan yang kurang baik (kurang atau menyilaukan)

2. Lantai yang licin dan basah misalnya di toilet

3. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang

4. Alat-alat rumah tangga yang diletakkan dibawah seperti perabot, kabel (tersandung)

5. Keadaan permukaan lantai yang tidak rata atau rusak

C. Patofisiologi
Menurut WHO (2015) dan Tideiksaar (2010), faktor-faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh pada pasien meliputi:
1) Usia
Kemampuan untuk menghindari kejadian jatuh sangat tergantung pada
kemampuan seseorang mempertahankan keseimbangan. Fungsi dari sistem syaraf
dan otot akan menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia, kelemahan fungsi
ekstremitas ini mempengaruhi keseimbangan individu dan meningkatkan risiko jatuh
karena gangguan kontrol dan kelemahan otot merupakan salah satu faktor prediktor
penting terhadap kejadian jatuh pasien di Rumah Saki
2) Jenis Kelamin
Penelitian di dunia menunjukkan bahwa Insiden Jatuh lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria. Hal ini berbanding terbalik dengan angka kematian
akibat jatuh, pada pria lebih memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi akibat jatuh
dibandingkan wanita. Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas fisik yang dilakukan
pria lebih berbahaya, seperti perilaku naik tangga yang tinggi, membersihkan atap
atau mengabaikan batas-batas kemampuan fisik mereka.
3) Penggunaan Obat
Pengaruh kondisi medis seseorang dan terapi obat seperti obat hipertensi
dapat mempengaruhi hipotensi postural yang berdampak pada gaya gravitasi tubuh,
sistem koordinasi gerak,kepala pusing dikarenakan perubahan mekanisme
keseimbangan dan kemampuan untuk mengenal lingkungan sehingga meningkatkan
risiko jatuh pada pasien. Obat penenang juga memiliki dampak peningkatan risiko
jatuh, obat-obatan yang dapat menyebabkan jatuh yaitu: anti aritmia, anti kolinergik,
anti konvulsan, diuretik, benzodiasepin atau obat hipnotik lainya, anti psikotik,
antidepresan dan alkohol.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala Lansia resiko Jatuh
-Risiko terjatuh ketika berdiri atau berjalan
-Badan akan terasa lemah
-Kesulitan dalam bergerak
-Kepala akan terasa pusing
-Terjadi gangguan pada penglihatan dan pendengaran
-Susah tidur
-Kesulitan dalam menelan atau makan
- Mengalami osteoporosis
Tanda dan gejala Sindrom Kelemahan pada Lansia
- Mengalami penurunan kemampuan gerak
- Ngompol
- Demensia
- Delirium

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan resiko jatuh bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap
kasus karena perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila
penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, lebih
sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh secara efektif. Tetapi
lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan
terapi gabungan antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan
kebiasaan lanjut usia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah
terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan
alat bantu gerak.
Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan
fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi
hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh. Padahal terapi ini
diperlukan secara terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status
fungsional. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya. Penderita
dimasukkan dalam program gait training dan pemberian alat bantu berjalan. biasanya
progam rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis.
Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi
postural seperti beta bloker, diuretic dan antidepresan. Terapi yang tidak boleh
dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti
tersebut di pencegahan jatuh (Darmojo, 2009).
F. Pencegahan
Miller (2012) menyatakan jatuh merupakan masalah yang dikarenakan banyak
penyebab dan faktor risiko, sehingga menimbulkan komplikasi yang membutuhkan
suatu pencegahan.
Pencegahan yang dilakukan antara lain :
1. Mengindentifikasi orang-orang yang risiko jatuh.
2. Melakukan tindakan pencegahan yang konsisten.
3. Memberikan pendidikan ke semua staf profesional dan nonprofessional yang sering
bertemu dengan orang yang risiko jatuh.
4. Memberikan pendidikan ke semua staf professional dan nonprofessional untuk
meningkatkan kesadaran staf untuk mencegah risiko jatuh.

Cara untuk mencegah risiko jatuh menurut (Rhosma, 2014) yaitu :


a. Program latihan
Beberapa penelitian menyebutkan dengan latihan dapat menurunkan risiko jatuh.
Latihan dapat membantu memperbaiki keseimbangan tubuh, kelemahan otot, gaya
berjalan. Latihan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu dan selama latihan
dilakukan 1 jam.
b. Modifikasi linkungan
Modifikasi lingkungan adalah salah satu cara untuk mencegah jatuh pada lansia.
Tujuannya agar lansia tidak terganggu dalam mobilitasnya atau kegiatan
sehariharinya. Selain itu, kognitif yang baik pada lansia membantu lansia dalam
menentukan lingkungan yang baik dan aman untuk dirinya sendiri. Terganggunya
kognitif pada lansia membuat lansia memerlukan bantuan dalam melakukan
modifikasi lingkungan seperti pencahayaan, lantai yang tidak licin.

Studi reguler sampai pada kesimpulan yang sama bahwa aktivitas fisik
memiliki efek pencegahan pada lansia yang lemah meskipun ada ketidakpastian
dalam program latihan yang optimal mengenai frekuensi, jenis nutrisi, dan durasi.
Untuk mencegah kerapuhan, perlu dilakukan pengukuran dengan nutrisi e protein,
vitamin D dan makanan lainnya, tetapi informasi ini belum menjadi domain publik.
Manfaat latihan fisik pada lansia yang lemah meliputi peningkatan gerakan,
peningkatan kinerja dalam aktivitas hidup sehari-hari, peningkatan berjalan,
penghapusan jatuh, peningkatan kepadatan mineral tulang dan peningkatan kesehatan
secara keseluruhan. Namun, sistem perawatan kesehatan sebenarnya tidak diatur
untuk menawarkan perawatan terpadu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi untuk
mengidentifikasi dan mengobati penyakit akut.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang fokus pada lanjut usia yang memiliki Risiko untuk Jatuh
meliputi pemeriksaan mata, pemeriksaan telinga dan pemeriksaan ektermitas.
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin tinggi penurunan pada fungsi
pendengaran dan penglihatan sehingga menyebabkan jatuh. Pemeriksaan dengan
menggunakan Indek Katz, Indek Barthel dan Pengkajian Keseimbangan Untuk
Lansia.

H. Pathway
I.
PROSES PENUAAN LANSIA

GANGGUAN VISUAL
KESULITAN MENANGKAP
RESPON SENSORIK

KETAJAMAN PENGLIHATAN
MENURUN
KESULITAN MEMAHAMI
LINGKUNGAN GEOGRAFIS,
PENCAHAYAAN RUANGAN
BAHAYA DAN RANGSANG
KURANG
BERGERAK

Dx 1: RESIKO JATUH
Dx 2: RESIKO SINDROM
LANSIA LEMAH

Anda mungkin juga menyukai