DISUSUN OLEH
Melinda Hapsari 1033201001
Novelia Simatupang 1033201002
Aisyah Putri Wahda 1033201004
Nia Minang Sari 1033201005
Raka Nur Alif 1013201006
November 2021
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kepada TUHAN. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan
akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Pada pasien yang muda, gangguan pada satu organ akan menimbulkan berbagai
gejala tetapi pada pasien geriatri terdapat hubungan yang rumit. Gangguan pada
lebih dari satu organ bisa saja hanya menimbulkan satu gejala (Kubo et al., 2005).
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14
I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau
mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction
(sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak
punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia
(gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence
(impotensi).
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami konsep dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada lansia terutama Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan
Kelemahan (14 Impairment).
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dari asuhan keperawatan pada lansia
terutama Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan Kelemahan (14
Impairment)
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia terutama
Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan Kelemahan (14 Impairment).
BAB II
TINJAUAN TEORI
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau
keluarganya (istilah 14 I), yaitu : immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan
berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau
buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan,
dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang
gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang
menurun), impotence (impotensi).
5. Infection (infeksi)
Sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut.
Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis,
dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor
lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi (Setiati dkk, 2013).
a. Tanda dan Gejala
1) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada
usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
2) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi
pada pasien usia lanjut.
b. Penanganan
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan
cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea.
7. Isolation (Depression)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua.
a. Penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang
disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
b. Kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena
merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan
menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat
depresi yang berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi)
Kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia
pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Pada
pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan
menelan, sehingga menurunkan nafsu makan pasien (Kane dkk, 2008)
9. Impecunity (kemiskinan)
a. Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak
dapat memberikan penghasilan.
b. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.
c. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat,
berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia
mengalami depresi.
D. Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada lansia:
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
d. Thromboemboli, infarkmiokardium
e. Kejang
f. Kontraktur sendi
g. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
h. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
E. Penatalaksanaan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat
di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia (fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang
jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita, Pemberian nutrisi
yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi
yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber
pada buah, sayur, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Berikut hal-hal
yang bisa dilakukan untuk mempertahankan keschatan fisik pada lansia:
a. Minum air Dutih 1 5 - 2 liter secara teratur
b. Olah raga teratur dan sesuai dengan Kapasitas Kemampuanya
c. Istirahat dan tidur yang cukup
d. Minum suplemen gizi yang diperlukan
e. Memeriksa Kesehatan secara teratur
F. Terapi Komplementer
1. Dukungan atau peran keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka angka.
2. Terapi simtomatik
Terapi rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan dengan
memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien
demensia. Senam otak ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apabila senam
otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat menjaga fungsi daya
ingat pada lansia sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas sehari-hari, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan presentase pengkajian Indeks KATZ.
Analisa hasil:
1) Nilai 24-30 : Normal
2) Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
3) Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C)
b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal
b) Sistem sirkulasi (B2: Bledding)
Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal.
c) Sistem persyarafan (B3: Brain)
Klien mengalami ganguan memori, kehilangan ingatan, gangguan
konsentrasi, kurang perhatian, gangguan persepsi sensori, insomnia.
d) Sistem Perkemihan (B4: Bledder)
Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel)
Klien makan berkurang atau berlebih karena kadang lupa apakah sudah
makan atau belum, penurunan berat badan kadang juga konstipasi.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas.
5) Pengkajian saraf kranial. Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan saraf kranial
I- XII:
a) Saraf I (Olfaktorius)
Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Tes ketajaman penglihatan perubahan yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan demensi mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Biasanayatidak ada ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada saraf ini.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis)
Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Kesulitan dalam menelan makan yang berhubungan dengan perubahaan
status kognitif.
h) Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada vasikulasi dan
indera pengecapan normal.
d. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya masalah psikososial demensia :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami insomnia.
3) Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
Penilaian SPMQS
a) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
b) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual
c) Kesalahan 5-7 ringan
d) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual
sedang
fungsi intelektual berat
a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang sama
6) Pola persepsi dan Konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan depresi, tidak
mengalami gangguan kosep diri.
7) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam menangani
stress yang dialaminya.
8) Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
9) Personal Hygine
Biasanya pada demensia dalam melakukan personal Hygiene perlu
bantuan/tergantung orang lain. Tidak mampu mempertahankan penampilan,
kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa pergi
untuk kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat
menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu
makan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan, berhias,
maupun kemandirian dalam kebersihan merawat tubuh. Uuntuk mengetahui
tingkat ketergantungan pola personal hygine klien dapat dilakukan dengan
pengkajian Bathel Index.
3. Perencanaan
DIAGNOSA NOC NIC
Kerusakan memori NOC: Setelah dilakukan NIC:
Batasan karakteristik: tindakan keperawatan 1) Stimulasi memori
ketidakmampuan selama 3x24 jam, dengan mengulangi
membuat ketrampilan kesadaran klien terhadap pembicaraan
yang telah di pelajari, identitas personal, waktu secara jelas diahir
ketidakmampuan dan tempat meningkat atau pertemuan dengan
mengingat informasi baik dengan indikator/ pasien
faktual, ketidakmampun kriteria hasil: 2) Mengenali
mengimgat perilaku 1) Mengenal kapan pengalaman masa
tertentu yang pernah di klien lahir lalu dengan pasien
lakukan, tidak mampu 2) Mengenal orang 3) Mennyediaakan
mengingat peristiwa yang atau hal penting gambar untuk
baru saja terjadi, tidak 3) Mengenal hari mengenal
mampu menyimpan bulan tahun ingatannnya
informasi baru, mudah dengan benar kembali
lupa. 4) Klien mampu 4) Kaji kemampuan
memperhatikan klien dalam
dan mengenal sesuatu
mendengarkan (jam hari tannggal
dengan baik bulan tahun)
5) Klien dapat 5) Ingatkan kembali
menjawab pengalaman masa
pertanyaan lalu klien dan
dengan tepat 6) Kaji kemampuan
6) Klien mengenal kemampuan klien
identitas diri memahami dan
dengan baik memproses
7) Klien mengenal informasi.
identitas orang
disekitar dengan
tepat
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan .Dalam implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energy yang dimiliki, penyakitnya,
hakikat stressor, keadaan psikososio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan Kesehatan
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannya.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Setidaknya ada dua
hal utama yang harus diperhatikan dalam tahap evaluasi. Pertama, perkembangan
klien terhadap hasil yang sudah ia capai dan kedua adalah efektif atau tidaknya
rencana keperawatan yang sudah disusun sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Pada lansia teradt
banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan
intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spintual, perubahan sosial,
perubahan Kehtdupan Keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.
Menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air
besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang),
iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur),
immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit:
Salemba Medika. Jakarta.
Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.