Anda di halaman 1dari 32

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Yang Mengalami

Kemunduran Dan Kelemahan (14 Impairment)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas


Pada mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu :
Ns. Fatimah, S.Kp,, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

DISUSUN OLEH
Melinda Hapsari 1033201001
Novelia Simatupang 1033201002
Aisyah Putri Wahda 1033201004
Nia Minang Sari 1033201005
Raka Nur Alif 1013201006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS


MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

November 2021

Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kepada TUHAN. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, November 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan
akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental, dimana terjadi kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Pada pasien yang muda, gangguan pada satu organ akan menimbulkan berbagai
gejala tetapi pada pasien geriatri terdapat hubungan yang rumit. Gangguan pada
lebih dari satu organ bisa saja hanya menimbulkan satu gejala (Kubo et al., 2005).

Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14
I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau
mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction
(sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak
punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia
(gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence
(impotensi).
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami konsep dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada lansia terutama Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan
Kelemahan (14 Impairment).

C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dari asuhan keperawatan pada lansia
terutama Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan Kelemahan (14
Impairment)
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia terutama
Pada Lansia Yang Mengalami Kemunduran Dan Kelemahan (14 Impairment).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perubahan Anatomi Fisiologi


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya penurunan
kondisi fisik yang berganda (multiple pathology). Menurut Ratnawati (2017) terdiri
dari:
1. Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering
dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan lingkaran hitam dibawah
mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain itu warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk. Rambut rontok, warna berubah
menjadi putih, kering dan tidak mengkilap.
2. Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan mengendur
di sekitar dagu, lengan bagian atas dan perut.
3. Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada bagian
tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan.
4. Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga lansia
kadang-kadang menggunakan gigi palsu.
5. Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan menderita
presbiopi, atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya akomodasi karena
penurunan elastisitas mata.
6. Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga
tidak sedikit yang menggunakan alat bantu pendengaran.
7. Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan kapasitas total paru-paru, residu
volume paru dan konsumsi oksigen nasal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan
elastisitas paru.
8. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual
pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik
seperti:
a. Gangguan jantung.
b. Gangguan metabolisme.
c. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
d. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan
sangat kurang.
e. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau golongan
steroid

B. Definisi Sindrom Geriatric


Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu atau lebih
penyakit, yang sering dijumpai pada pasien geriatric (Martini, 2010). Sindrom geriatri
memiliki beberapa karakteristik, yaitu: usia >60 tahun, multipatologi, gejala klinis
tidak khas, polifarmasi, fungsi organ menurun, gangguan status fungsional, dan
gangguan nutrisi (Kane, 2008). Sedangkan menurut Panita, dkk (2011) sindrom
geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan
fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang
signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya
melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan
patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda,dan memerlukan intervensi dan
strategi yang fokus terhadap faktor penyebabnya.

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau
keluarganya (istilah 14 I), yaitu : immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan
berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau
buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection
(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan,
dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang
gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang
menurun), impotence (impotensi).

C. 14 Impairment Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau
keluarganya yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Imobilisasi menyebabkan komplikasi lain yang lebih besar pada pasien
usia lanjut bila tidak ditangani dengan baik (Setiati, 2013).
a. Tanda dan Gejala
1) Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
2) Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
3) Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan
terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih,
konstipasi dan lain-lain.
b. Penanganan
latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti
dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

2. Instability (mudah jatuh)


Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang
berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai
faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang
ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan)
(Kane dkk, 2008).

a. Tanda dan Gejala


1) Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
2) Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan
tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
3) Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
b. Penanganan
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat
jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan,
lantai yang tidak licin.

3. Incontinence (beser BAB/BAK)


Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada
waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,
sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
a. Tanda dan gejala
1) Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
2) Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja
otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-
obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan
mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada
peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk,
tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis baik, tipe
overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya
atasi sumbatan/retensi urin..
3) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan
untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera
panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
b. Penanganan
Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)


Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia
tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas (Blazer dkk, 2009).
a. Tanda Gejala
Gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi
waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide
pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
b. Factor resiko
hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas

5. Infection (infeksi)
Sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut.
Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis,
dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor
lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi (Setiati dkk, 2013).
a. Tanda dan Gejala
1) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada
usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
2) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi
pada pasien usia lanjut.

6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan


dan penciuman)
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan
penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan
mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan
kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur
panggul, dan mortalitas (Setiati dkk, 2013).
a. Tanda dan gejala
1) Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
2) Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak

b. Penanganan
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan
cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea.

7. Isolation (Depression)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua.
a. Penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang
disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
b. Kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena
merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan
menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat
depresi yang berkepajangan.

8. Inanition (malnutrisi)
Kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia
pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Pada
pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan
menelan, sehingga menurunkan nafsu makan pasien (Kane dkk, 2008)
9. Impecunity (kemiskinan)
a. Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak
dapat memberikan penghasilan.
b. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.
c. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat,
berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia
mengalami depresi.

10. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)


a. Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat
menimbulkan penyakit.
b. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi
obatobat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

11. Insomnia(sulit tidur)


Merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya
mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit memertahankan
kondisi tidur. Terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi atau karena bebrapa penyakit yang dialami
lansia (Setiati dkk, 2013).
a. Penatalaksanaan
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati
waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat
sore hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia,
batasi tidur siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur
untuk menonton tv, menulis tagihan dan membaca.

12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)


Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obatobatan,keadaan gizi yang menurun.

13. Impotence(Gangguan seksual)


Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf,
dan pembuluh darah dan juga depresi

14. Impaction (sulit buang air besar)


a. Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
b. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan,
kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat
dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit (Restuadhi,
2011).

D. Komplikasi
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada lansia:
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
d. Thromboemboli, infarkmiokardium
e. Kejang
f. Kontraktur sendi
g. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
h. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.

E. Penatalaksanaan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut dapat
di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia (fisik) :
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang
jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita, Pemberian nutrisi
yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia,misalnya pemberian asupan gizi
yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber
pada buah, sayur, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Berikut hal-hal
yang bisa dilakukan untuk mempertahankan keschatan fisik pada lansia:
a. Minum air Dutih 1 5 - 2 liter secara teratur
b. Olah raga teratur dan sesuai dengan Kapasitas Kemampuanya
c. Istirahat dan tidur yang cukup
d. Minum suplemen gizi yang diperlukan
e. Memeriksa Kesehatan secara teratur

2. Berhubungan dengan masalah intelektual


Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan hidup
schat, yaitu dengan cara:
a. Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda.
b. Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.
c. Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.
d. Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.
e. Segera obati depresi Anda.
f. Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.
g. Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya
ingat.
h. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak
i. Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan
pikiran
j. Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.

3. Berhubungan dengan Emosi:


a. Lebih mendekatkan diri kepada than dan menycrahkan diri kita sepenuhnya
kepadaNya. Hal in akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak keschatan, merusak
tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat
menvebabkan atau memicu berbagai Denvakit seperti stroke darah tinggi,
penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenvum dan tertawa sanat aik, a«an memperbai. mental dan fisik secara
alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai
orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga
terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh
untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak
kita dari kelelahan.
d. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelan beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat
disesuaikan densa kondisi serta kemampuan.
e. Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik
dengan keluarga dan teman-teman karena hidup sehat bukan hanva sehat
jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih
berarti yang selanjutnya akan mendorong sescorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

4. Berhubungan dengan Spiritual


a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
b. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak
beribadah
c. Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur

F. Terapi Komplementer
1. Dukungan atau peran keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka angka.
2. Terapi simtomatik
Terapi rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan dengan
memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam otak dengan
melibatkan petugas untuk mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien
demensia. Senam otak ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apabila senam
otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat menjaga fungsi daya
ingat pada lansia sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas sehari-hari, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan presentase pengkajian Indeks KATZ.

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Pada pengkajian
umur didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut
b. Keluhan utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
Pemeriksaan fungsi kognitif awal bia menggunakan Minimental-state examination
(MMSE) dari folstein dengan skor/ angka maksimal 30. Jika mempunyai skor
dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami demensia.
Pengkajian MMSE (Aspiani, 2014)
Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai Pasien Pertanyaan
Max
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang?
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit)
(lantai)
Registrasi
3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat. Percobaan: .......................................
Perhatian dan Kalkulasi
5 Kurangi 100 dengan 7 secara menurun, 1 poin untuk setiap
kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban.
Mengingat
3 Minta untuk mengulang ketiga objek di atas Berikan 1 poin untuk
setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil, dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan,atau tetapi" (1 poin)
Ikuti perintah 3-langkah: "ambil kertas di tangan kanan anda,
lipat dua, dan taruh di lantai" (3 poin)
Baca dan turuti hal berikut: "tutup mata Anda" (1 poin)
Tulis satu kalimat (1 poin)
Menyalin gambar (1 poin)
30 Nilai total

Analisa hasil:
1) Nilai 24-30 : Normal
2) Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
3) Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C)
b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal
b) Sistem sirkulasi (B2: Bledding)
Tidak ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi masih dalam batas normal.
c) Sistem persyarafan (B3: Brain)
Klien mengalami ganguan memori, kehilangan ingatan, gangguan
konsentrasi, kurang perhatian, gangguan persepsi sensori, insomnia.
d) Sistem Perkemihan (B4: Bledder)
Tidak ada keluhan terkait dengan pola berkemih.
e) Sistem pencernaan (B5: Bowel)
Klien makan berkurang atau berlebih karena kadang lupa apakah sudah
makan atau belum, penurunan berat badan kadang juga konstipasi.
f) Sistem muskuloskeletal (B6: Bone)
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas.
5) Pengkajian saraf kranial. Pengakajian saraf ini meliputi pengkaijan saraf kranial
I- XII:
a) Saraf I (Olfaktorius)
Biasanya pada klien penyakit alzheimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman.
b) Saraf II (Optikus)
Tes ketajaman penglihatan perubahan yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan demensi mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
c) Saraf III (Okulomotorius), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
Biasanayatidak ada ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.
d) Saraf V (Trigeminus)
Wajah simetris dan tidak ada kelaianan pada saraf ini.
e) Saraf VII (Fasialis)
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis)
Adanya konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX (Glosofaringeal) dan X (Vagus)
Kesulitan dalam menelan makan yang berhubungan dengan perubahaan
status kognitif.
h) Saraf XI (Aksesorius)
Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII (Hipoglossus)
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan idak ada vasikulasi dan
indera pengecapan normal.
d. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya masalah psikososial demensia :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami insomnia.
3) Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat. Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari dapat menggunakan Indeks KATZ.

Pengkajian Indeks KATZ (Aspiani, 2014)


INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, beipakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G

4) Pola hubungan dan peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan. Menggunakan pengkajian APGAR Keluarga.

Pengkajian APGAR Keluarga (Aspiani, 2014) APGAR Keluarga


Skor
No Fungsi APGAR Keluarga
e
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Pertumbuha Saya puas bahwa keluarga (teman-
n teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya,
seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama

5) Pola sensori dan kognitif


Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan tugas, cepat
marah, disorientasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakuan
pengkajian menggunakan tabel Short Portable Mental Status Quesionere
(SPSMQ).
Pengkajian SPSMQ (Aspiani, 2014) Short Portable Mental
Status Questionnaire (SPMSQ)
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
01 Tanggal berapa hari ini?
02 Hari apa sekarang?
03 Apa nama tempat ini?
04 Dimana alamat bapak/ ibu saat ini?
05 Berapa umur bapak/ ibu saat ini?
06 Kapan bapak/ ibu lahir?
(minimal tahun lahir)
07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
08 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20, dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun

Penilaian SPMQS
a) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
b) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual
c) Kesalahan 5-7 ringan
d) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual
sedang
fungsi intelektual berat

a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang sama
6) Pola persepsi dan Konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan depresi, tidak
mengalami gangguan kosep diri.
7) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam menangani
stress yang dialaminya.

8) Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
9) Personal Hygine
Biasanya pada demensia dalam melakukan personal Hygiene perlu
bantuan/tergantung orang lain. Tidak mampu mempertahankan penampilan,
kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa pergi
untuk kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat
menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu
makan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan, berhias,
maupun kemandirian dalam kebersihan merawat tubuh. Uuntuk mengetahui
tingkat ketergantungan pola personal hygine klien dapat dilakukan dengan
pengkajian Bathel Index.

Pengkajian Index Bathel (Aspiani, 2014)


No. Item yang dinilai Skor Nilai
1. Makan(Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan
(Grooming) orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan
muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0= Tergantung orang lain
(Dressing) 1= Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2= Mandiri
5. Buang air kecil 0= Inkontinensiaatau pakai
(Bowel) kateter dan tidak terkontrol
1= Kadang Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2= Kontinensia(teratur untuk
lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0= Inkontinensia(tidak teratur
(Bladder) atau perlu enema)
1= Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2= Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0= Tergantung bantuan orang
lain
1= Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2= Mandiri
8. Transfer 0= Tidak mampu
1= Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2= Bantuan kecil (1 orang)
3= Mandiri
9. Mobilitas 0= Immobile (tidak mampu)
1= Menggunakan kursi roda
2= Berjalan dengan bantuan
2. Diagnosis Keperawatan
a. Kerusakan Memori
b. Resiko Jatuh
c. Defisit Perawatan Diri
d. Hambatan Komunikasi Verbal

3. Perencanaan
DIAGNOSA NOC NIC
Kerusakan memori NOC: Setelah dilakukan NIC:
Batasan karakteristik: tindakan keperawatan 1) Stimulasi memori
ketidakmampuan selama 3x24 jam, dengan mengulangi
membuat ketrampilan kesadaran klien terhadap pembicaraan
yang telah di pelajari, identitas personal, waktu secara jelas diahir
ketidakmampuan dan tempat meningkat atau pertemuan dengan
mengingat informasi baik dengan indikator/ pasien
faktual, ketidakmampun kriteria hasil: 2) Mengenali
mengimgat perilaku 1) Mengenal kapan pengalaman masa
tertentu yang pernah di klien lahir lalu dengan pasien
lakukan, tidak mampu 2) Mengenal orang 3) Mennyediaakan
mengingat peristiwa yang atau hal penting gambar untuk
baru saja terjadi, tidak 3) Mengenal hari mengenal
mampu menyimpan bulan tahun ingatannnya
informasi baru, mudah dengan benar kembali
lupa. 4) Klien mampu 4) Kaji kemampuan
memperhatikan klien dalam
dan mengenal sesuatu
mendengarkan (jam hari tannggal
dengan baik bulan tahun)
5) Klien dapat 5) Ingatkan kembali
menjawab pengalaman masa
pertanyaan lalu klien dan
dengan tepat 6) Kaji kemampuan
6) Klien mengenal kemampuan klien
identitas diri memahami dan
dengan baik memproses
7) Klien mengenal informasi.
identitas orang
disekitar dengan
tepat

Resiko Jatuh NOC: Kriteria hasil: setelah NIC:


Batasan karakteristik: dilakukan tindakan 1) Mengidentifikasi
Faktor risiko: Dewasa: keperawatan 3x24 jam defisit kognitif atau
Usia 65 tahun atau lebih, diharapkan klien mampu fisik yang dapat
Riwayat jatuh, Tinggal untuk: meningkatkan
sendiri, Prosthesis 1) Gerakan potensi jatuh
eksremitas bawah. terkoordinasi : dalam lingkungan
Kognitif : gangguan fungsi kemampuan otot tertentu.
kognitif untuk bekerjasama 2) Mengidentifiksi
secara volunter perilaku dan faktor
untuk melakukan yang
gerakan bertujuan. mempengaruhi
2) Kejadian jatuh: resiko jatuh.
tidak ada kejadian 3) Mendorong pasien
jatuh. untuk
3) Pengetahuan: menggunakan
pemahaman tongkat atau alat
penjegahan jatuh. bantu berjalan.
4) Pengetahuan: 4) Sarankan alas kaki
kemampuan yang aman (tidak
pribadi. licin).
5) Dorong aktifitas fisik
pada siang hari.
(menyapu,
menyiram bunga
agar pasien tidak
dapat waktu untuk
jalan).
6) Pasang palang
pegangan
keselamatan kamar
mandi.

Hambatan Komunikasi NOC: Kriteria hasil: NIC:


Verbal Setelah dilakukan tindakan 1) Gunakan
Batasan Kharateristik: keperawatan selama 3 x penerjemah jika
disorientasi orang, ruang, 24 jam klien mampu : diperlukan.
waktu, kesulitan 1) Berkomunikasi : 2) Berikan satu kata
nmemahami komunikasi, penerimaan simpel saat
menolak bicara,tidak ada interpretasi dan bertemu (selamat
kontak mata, tidak bicara, ekspresi pesan. pagi)
ketidak tepatan 2) Lisan, tulisan dan 3) Dorong pasien
verbalisasi ketidak non verbal untuk bicara
mampuan menggunakan meningkat perlahan.
ekspresi wajah. 3) Pengolahan 4) Dengarkan dengan
informasi klien penuh perhatian
mampu untuk berdiri didepan
memperoleh pasien.
mengatur, 5) Gunakan kartu
menggunakan baca, gambar, dan
informasi. lain-lain.
4) Mampu 6) Anjurkan untuk
memanajemen, berbicara dalam
kemampuan fisik kelompok wisma.
yang di miliki. 7) Anjurkan untuk
5) Komunikasi memberi stimulus
ekspresif : komunikasi
(kesulitan .
berbicara, eksresi,
pesan verbal atau
non verbal, yang
bermakna.

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan NIC:


Batasan karakteristik: keperawatan pada lansia 1) Mandikan pasien
ketidakmampuan dengan defisit perwatan dengan tepat
membasuh tubuh, ketidak diri selama 3 X 24 jam, 2) Bantu pasien
mampuan mengakses diharapkan pasien dapat menyiapkan
kamar mandi, ketidak meningkatkn perawatan handuk, sabun dan
mampuan mengambil diri selama dalam sampho di kamar
perlengkapan mandi. perawatan, dengan kriteria mandi
Katidakmampuan hasil: 3) Dorong pasien
mengatur air mandi, NOC : untuk mandi sendiri
ketidakmampuan 1) Mengambil alat/ 4) Berikan bantuan
menjangkau sumber air. bahan mandi. sampai pasien
Dengan kriteria hasil 2) Mandi di bak benar- benar
mandi mampu merawat
3) Mandi dengan dirinya secara
bersiram dan mandiri.
menggunakan 5) Sediakan
sabun lingkungan yg
4) Mencuci badan teraupetik dengan
bagian atas dan memastikan
bawah kehangatan,
5) Mengeringkan suasana rileks dan
badan nyaman serta
menggunakan menjaga privasi
handuk. pasien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan .Dalam implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energy yang dimiliki, penyakitnya,
hakikat stressor, keadaan psikososio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan Kesehatan
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannya.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Setidaknya ada dua
hal utama yang harus diperhatikan dalam tahap evaluasi. Pertama, perkembangan
klien terhadap hasil yang sudah ia capai dan kedua adalah efektif atau tidaknya
rencana keperawatan yang sudah disusun sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Pada lansia teradt
banyak perubahan, diantaranya perkembangan jasmani/fisik, perkembangan
intelektual, perkembangan emosi, perkembangan spintual, perubahan sosial,
perubahan Kehtdupan Keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.

Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan


beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik, intelektual,
emosi, dan spiritual. Masalah - masalah pada lansia yang timbul karena perubahan
yang terjadi pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perl dikhawatirkan,yang
penting ditanggulangi dengan baik

Menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air
besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang),
iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur),
immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit:
Salemba Medika. Jakarta.
Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC

Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai