A. LATAR BELAKANG
1. Data Pendukung
Menua adalah seseorang yang mengalami perubahan karena usia, perubahan
faktor fisik seperti : penglihatan dan pendengaran menurun, aktivitas tubuh
menurun, dan kulit tampak mengendur. Sedangkan dari faktor psikolgis seperti :
adanya penurunan percaya diri, rasa kesepian dan berasa tidak berguna bagi orang
lain. Penuaan merupakan suatu proses yang normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup, usia tua
ialah fase terakir dalam rentang kehidupan manusia (Fatimah. 2010).
Menurut (Artinawati, 2016) Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia pun juga bertambah, dari anak-
anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya dan dewasa akhir.
Perubahan ini juga diikuti dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan fisik dan
perubahan fungsi mental atau psikososial. pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial
ekonomis. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia ( lansia) adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun ke
atas (kemenkes RI, 2017).
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout arthritis adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak
lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi.
Gout arthritis adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling
sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout arthritis tidak terbatas pada jempol
kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut,
lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya
hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah
dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi.
Gout arthritis adalah penyakit yang sering ditemukan dan terbesar diseluruh
dunia. Gout arthritis merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat
deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat
di dalam cairan ekstraselular (Sudoyo, 2010).
2. Data yang akan digali lebih lanjut
a. Pengkajian asuhan keperawatan pada Lansia dengan Gout
b. Diagnosa keperawatan terkait masalah keperawatan yang dialami Lansia dengan
Gout Arthritis
c. Perencanaan asuhan keperawatan pada Lansia dengan Gout Artritis
d. Pelaksanaan asuhan keperawatan terkait masalah keperawatan pada Lansia
dengan Gout Arthritis.
b. Penuaan fungsional
Merujuk pada kapasitas individual mengenai fungsinya dalam masyarakat,
dibandingkan dengan orang lain yang sebaya
c. Penuaan psikologik
Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan reaksinya terhadap
perubahan biologis.
d. Penuaan sosiologik
Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat.
e. Penuaan spiritual
Merujuk pada perubahan diri dan persepsi diri, cara berhubungan dengan orang
lain atau menempatkan diri di dunia dan pandangan dunia terhadap dirinya.
2. Klasifikasi
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
3. Karakteristik
menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan,
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
b. Perubahan Kognitif
Menurut Hurlock (2006) dalam perubahan pada fungsi kognitif
diantaranya :
Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan memori jangka pendek.
Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
Kemampuan verbal dalam bidang kosa kata akan menetap bila tidak
terdapat suatu penyakit
d. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini
sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang
yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, maka ia akan mempersiapkan diri dengan menciptakan berbagai bidang
minat untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak pekerja, pensiun
berarti terputus dengan lingkungan, teman-teman yang akrab, dan disingkirkan
untuk duduk-duduk di rumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia
(Mubarak,et al 2011).
3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
4. Tanda Dan Gejala
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A. price)
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat
serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat
serum.
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan
nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal.
c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat
gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan
kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku,
juga pembesaran dan penonjolan sendi bengkak.
5. Klasifikasi
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar
purin tinggi.
Peningkatan produksi asam urat
6. Patofisiologi
GOUT
- Atritis akut Gangguan citra tubuh b.d ekskresi asam urat oleh ginjal
- Tofi adanya tofi
Membentuk kristal asam urat - Proteinuria
Gangguan mobilitas fisik - Hipertensi ringan
Destruksi sendi dan jaringan lunak b.d disfungsi persendian
Batu ginjal asam urat
Kurangnya pengetahuan
Disfungsi persendian mengenai penyakit b.d tidak
terpaparnya informasi
Resiko cidera
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)
b. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.
c. Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
d. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian Cholasin.
Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik dari leukosit sehingga
memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan yang dramatis dan cepat
meredakan gejala-gejala.
8. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan kronik. Ada
3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
Mengatasi serangan akut
Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat pada
jaringan, terutama persendian
Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Serangan kronik
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk mencegah
terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat.
Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan
berikut ini:
1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah alluporinol, selain
mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan
produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti
probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).
4. Kriteria Evaluasi
Evaluasi menurut Ziegler, Voughan-Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle,
2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur → Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara
atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses → Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan
apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa
tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan
fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil → Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respon
perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat
pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi formatif dilakukan sesaat
setelah perawat melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai
hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku
lansia setelah semua tindakan keperawatan dilakukan.
Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-
Objektive-Asessment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
Langkah-langkah
a. Petugas menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
b. Petugas mencuci tangan
c. Dekatkan alat dengan pasien
d. Pastikan alat bisa digunakan
e. Pasang strip asam urat pada alat
f. Desinfeksi jari pasien pada area penusukan
g. Menusukkan lancet dijari tangan pasien
h. Memasukkan darah pasien ke dalam strip yang telah terpasang
pada alat
i. Menutup area penusukan dengan kapas alkohol
j. Menunggu hasilnya selama 10 detik dan membaca hasil
Tahap Catat seluruh hasil dan tindakan dalam catatan keperawatan:
pendokumentasia - Nama dan tanda tangan
n - Tanggal dan jam pemeriksaan
- Hasil pemeriksaan