Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK DI RT 003/

RW 14 KELURAHAN KEDAUNG TANGERANG SELATAN

DISUSUN OLEH :

Alfa Dzahabi Jurdan


NIM : 231030230559

Pembimbing:
Ns. Lukman Handoyo, M.Kep., Sp.Kep.K

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Singkat

Penuaan adalah suatu proses natural yang terjadi pada lanjut usia (lansia).
Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia. Pada proses
penuaan akan terjadi kemunduran akan tetapi tidak semua sistem akan
mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakan gambaran yang universal, namun tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa
manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Ilmiah, 2017).

Kemunduran yang terjadi pada proses penuaan meliputi penurunan


elastisitas kulit, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan semakin
lambat, otot tubuh semakin melemah, kekuatan muskular mulai
merosot seperti keluhan nyeri otot, kekakuan, hilang gerakan, dan
tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pembengkakan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan aktivitas sehari-hari (Siahaan,
Siagian & Elon, 2017).

Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22% dari penduduk dunia


atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di
negara berkembang. Menurut Badan Pusat Statistik (2021) terdapat
29,3 juta jumlah penduduk lansia di Indonesia. Di prediksi tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta)
(Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih
yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu
penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya
perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom
dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia
yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh
seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup
sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher &
Noorkasiani, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Tujuan keperawatan gerontik untuk mengetahui kesehatan yang


terjadi pada lansia diwilayah RW14 RT03 kedaung Tangerang
Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyebutkan dengan benar pengertian asam
urat
b. Menyebutkan bahaya dan dampak asam urat
c. Menjelaskan cara-cara mengontrol diit
d. Menjelaskan pengobatan asam urat
BAB II

KONSEP MASALAH LANSIA

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. Definisi

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau


lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi
bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural tubuh
meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA),
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ
dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami
gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang
yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup
sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara
fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies
& McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2019).

2. Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)


lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun
c. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

3. Klasifikasi lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.


a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara
45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki


karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat
(2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang
sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam,
2008).

5. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan


bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana

Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,


menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang


dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan
dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas

Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,


menentang proses penuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani dan pengkritik.

d. Tipe pasrah

Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib


baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang
terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung

Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian,


mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif,
acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

6. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau


menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
sosial/masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian
pasangan (Maryam, 2008).

B. KONSEP DASAR MASALAH LANSIA


1. Definisi Asam Urat

Arthritis berasal dari bahasa yunani yaitu arthr yang berarti sendi,
dan itis yang berarti inflamasi. Arthritis ialah suatu penyakit
sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang
rawan (kartilago) sendi dan tulang di didekatnya.. Tulang
rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung
dari tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi.
Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu
sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan
pembatasan gerakan pada sendi yang mengakibatkan
gangguan mobilitas fisik (Ismaningsih dan Selviani, 2018).
Arthritis sering terjadi pada usia >61 tahun, dan lebih banyak
menyerang lutut yaitu 6,13% pada pria dan 8,46% pada wanita
(Riskesdas, 2018)

Gambar 2.1 Sendi normal dan sendi yang terkena


(Arthritis)

Arthritis adalah penyakit kronis jangka panjang yag ditandai


dengan kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan
tulang saling bergesekan dan memicu timbulnya kekakuan,
nyeri,dan gangguan gerakan sehari-hari. Arthritis terkait
dengan proses penuaan, hal ini karena berbagai resiko yang
dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk diantarnya obesitas,
kurang berolahraga, kecenderungan genetik, kurangnya
kepadatan tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin.
Arthritis dapat mempengaruhi semua sendi pada tubuh, tetapi
pada bagian bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak
terkena Arthritis, kecuali pada kondisi traumatik. Dan dari
semua sendi, yang rentan adalah sendi pada lutut. Arthritis
pada lutut lebih dikenal dengan encok lutut (Ismaningsih dan
Selviani, 2018).
Penyakit Asam urat atau penyakit gout (arthritis gout) adalah
penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di
dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam
urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya.
Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit,
nyeri, dan meradang . Pada kasus yang parah, penderita
penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat
sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi, dan
cacat (Haryani and Misniarti 2020).

2. Etiologi

Faktor-faktor predisposisi Arthritis menurut Fernanda (2018) :


a. Peningkatan Usia

Arthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai


penderita arthritis yang berusia dibawah 40 tahun. Usia
rata-rata laki-laki yang mendapat arthritis sendi lutut
yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya pada usia
55-64 tahun, sedangkan wanita pada umur wanita 65,3
tahun dengan puncaknya pada usia 65-74tahun.
b. Obesitas

Membawa beban lebih berat akan membuat sendi


sambungan tulang bekerja dengan lebih berat, diduga
memberi andil pada terjadinya arthritis. Setiap
kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh
dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4
kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat badan
dapat mengurangi resiko terjadinya arthritis atau
memperparah keadaan arthritis lutut.
c. Jenis Kelamin
Angka kejadian arthritis berdasarkan jenis kelamin
didapatkan lebih tinggi pada perempuan dengan nilai
persentase 68,67% yaitu sebanyak 149 pasien
dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai
persentase sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien.
d. Riwayat Trauma

Cedera sendi, terutama pada sendi-sendi penumpu berat


tubuh seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko
arthritis yang lebih tinggi. Trauma lutut yang akut
termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum dan
meniskus merupakan faktor timbulnya arthritis lutut
e. Riwayat cedera sendi

Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang


dapat menjadi faktor penentu lokasi pada orang-orang
yang mempunyaipredisposisi arthritis dan berkaitan
pula dengan perkembangan dan beratnya arthritis.
f. Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis.


Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen
struktural lain untuk unsurunsur tulang rawan sendi
seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada arthritis.
g. Kelainan pertumbuhan tulang

Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha


seperti penyakit perthes dan dislokasi kongenitas
tulang paha dikaitkan dengan timbulnya arthritis paha
pada usia muda
h. Pekerjaan dengan beban berat.

Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih


dari 10 tahun dan kondisi geografis berbukit-bukit
merupakan faktor resiko dari arthritis lutut. Dan orang
yang mengangkat berat beban 25 kg pada usia 43
tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
arthritis dan akan meningkat tajam pada usia setelah 50
tahun.
i. Tingginya kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor


yang dapat meningkatkan resiko terjadinya arthritis ,
hal ini mungkin terjadi akibat tulang yang lebih padat
atau keras tak membantu mengurangi benturan beban
yang diterima oleh tulang rawan sendi.
j. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan


tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan
lebih sering menyebabkan arthritis lutut. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan arthritis pada
sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
arthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes
melitus dan hipertensi.

3. Anatomi

Sistem muskuloskeletal terdiri atas tulang (rangka), otot dan sendi.


Gabungan dari tiga organ tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya aktivitas dan pergerakan. Anatomi fisiologi sistem
muskuloskeletal menurut Kemenkes RI (2017) adalah sebagai
berikut :
a. Sistem Muskuler

Sistem muskuler berfungsi sebagai pergerakan, penopang tubuh dan


mempertahankan potur, dan produksi panas. Sistem muskuler terdiri
dari otot, tendon dan ligamen.
1)
Otot

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk


berkontraksi. Jenis-jenis Otot Otot dibedakan menjadi otot
rangka, otot polos, dan otot jantung.

Gambar 2.2 Otot Polos, Otot Lurik, dan Otot


Jantung
Mekanisme kerja otot sebagai beriku :

a) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor


(meluruskan).

b) Supinasi(menengadah) >< Pronasi


(tertelungkup).

c) Defresor(menurunkan) >< Lepator


(menaikkan).

d) Sinergis (searah) >< Antagonis


(berlawanan).

e) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktorm


(menyempitkan).

f) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)


2)
Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat
fleksibel, yang terbuat dari fibrous protein (kolagen).
Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot
dengan otot. Tendon dibedakan menjadi dua, yaitu Origon
dan Inersio.
Gambar 2.3 Tulang, Tendon, Ligamen dan Tulang
Rawan
3)
Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang


merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas
kolagen. Ligamen terdiri dari dua tipe, yaitu ligamen tipis
dan ligamen jaringan elastis.
b. Sistem Skeletal/Rangka
1)
Tulang

Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,


sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat
menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi. Sistem skeletal dibagi
menjadi axial dan appendicular, dengan penjelasan sebagai
berikut :
a)
Axial atau rangka aksial, terdiri dari tengkorak
kepala/cranium dan tulang-tulang muka, columna
vertebralis/batang tulang belakang, costae/tulang-
tulang rusuk, dan sternum/tulang dada.
b)
Appendicular atau rangka tambahan, terdiri dari
tulang extremitas superior dan tulang extremitas
inferior. Tulang extremitas superior, terdiri dari:
(1) Korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang
berbentuk segitiga) dan clavicula (tulang
berbentuk lengkung)
(2) Lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku
(3) Lengan bawah, mulai dari siku sampai
pergelangan tangan
2)
Tangan.

Tulang extremitas inferior terdiri dari korset pelvis, paha,


tungkai bawah dan kaki.

Gambar 2.4 Sistem Skeletal Axial dan


Appendicular

Sel Penyusun tulang tersusun oleh sel osteobast, osteosit,


dan osteoclast. Tulang sebagai alat gerak pasif karena
hanya mengikuti kendali otot.

a) Fungsi Tulang.

(1) Penyangga berdirinya tubuh, tempat


melekatnya ligamenligamen, otot, jaringan
lunak dan organ.

(2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat)


dan lipid (yellow marrow) atau
hemopoesis.

(3) Produksi sel darah (red marrow).

(4) Pelindung

(5) Penggerak.
4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, arthritis dibagi menjadi osteoarthritis primer
(idiopatik) dan arthritis sekunder. arthritis primer (idiopatik) adalah jenis
arthritis yang tidak diketahui Secara pasti penyebab yang mendasarinya.
Sedangkan arthritis sekunder adalah jenis arthritis yang didasari oleh
beberapa kelainan tertentu seperti: gangguan Perkembangan sendi
(kongenital), ketidakcocokan panjang tungkai, Ehlers-Danlos
syndrome, Marfan’s syndrome, penyakit rematologi (Rheumatoid
Arthritis, Systemic Lupus Erithematosus, cedera sendi atau ligamen,
penyakit

Lyme, artritis septik, metabolik (hemokromatosis, gout, penyakit Wilson,


Alkaptonuria), endokrin (diabetes, akromegali, hipotiroidisme, obesitas),
Hemofilia, dan osteonekrosis. artritis primer lebih sering dijumpai
dibandingkan Dengan artritis sekunder. Berdasarkan lokasi sendi yang
terkena, osteoarthritis dibedakan menjadi artritis lutut, artritis tangan,
artritis kaki, artritis koksa (panggul), artritis vertebra, artritis generalisata
/ Sistemik, dan artritis di tempat lainnya. Hal ini seperti tercantum pada
tabel 2.1
Klasifikasi Arthritis Lokasi
Arthritis lutut Bony enlargement, genu valgus, genu

Varus
Arthritis tangan Nodus Heberden dan Bouchard (nodal),
artritis erosif inferfalang, karpal-
metakarpal
Arthritis kaki Haluks valgus, haluks rigidus, jari
kontraktur (hammer/cock-up toes),
talonavikular
Arthritis koksa (panggul) Eksentrik (superior), kosentrik

(aksial,medial), difus (koksa senilis)


Arthritis vertebra Sendi apofiseal, sendi intervertebral,
spondilosis (osteofit), ligamentum
(hiperostosis, penyakit Forestier, Diffuse
Idiopathic Skeletal Hyperostosis (DISH)
Arthritis ditempat lainnya Gleohumeral, akromiklavikular,
tibiotalar, sakroiliaka,
temporomandibular
Arthritis Meliputi 3 atau lebih daerah yang disebut

generalisata/sistemik di atas
Secara radiologis, klasifikasi arthritis lutut dibagi menjadi beberapa
derajat Berdasarkan kriteria Kellgren-Lawrence. Kelima derajat
dibedakan berdasarkan Gambaran osteofit, jarak antar sendi, sklerosis
subkondral, dan kista yang Terbentuk. Hal ini seperti tercantum pada
gambar 2.2 dan tabel 2.2 berikut :

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala arthritis sebagai berikut :

a. Nyeri

Nyeri yang terjadi pada sendi lutut dapat bertambah buruk oleh
gerakan, weight bearing dan jalan (Abdurrahman et al., 2019). Dan
menurut The International Association For The Study of pain
(IASP). Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensi merusak jaringan. Defenisi tersebut mrupakan
pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat
dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara otomatis
menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Fernanda, 2018)

b. Kaku Sendi

Gejala yang sering dijumpai pada arthritis, terjadinya kesulitan atau


kekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul, ligamentum,
otot dan permukaan sendi (Abdurrahman et al., 2019).
c. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi

Diakibatkan oleh timbulnya osteofit dan penebalan kapsuler, muscle


spasme serta nyeri yang membuat pasien tidak mau melakukan
gerakan secara maksimal sampai batas normal, sehingga dalam
waktu tertentu mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi
pada lutut. Keterbatasan gerak biasanya bersiat pola kapsuler yaitu
gerakan fleksi lebih terbatas dari pada gerakan ekstensi
(Abdurrahman et al., 2019).
c. Krepitasi

Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena


degredasi dan rawan sendi (Abdurrahman et al., 2019)
d. Kelemahan Otot

Kelemahan otot tidak bagian dari arthritis, tetapi peranan sebagai


salah satu faktor resiko arthritis perlu dicermati kekuatan isometrik
dari otot merupakan faktor yang berperan pada arthtritis. Otrofi otot
dapat ditimbulkan bersama efusi sendi, sedangkan gangguan gait
merupakan manifestasi awal dari arthritis yang menyerang sendi
penopang berat badan. (Fernanda, 2018).
e. Deformitas

Deformitas yang dapat terjadi pada arthritis yang paling berat akan
menyebabkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak skitar
sendi. Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada
kopartemen medial dan kendornya ligamentum (Fernanda, 2018).
f. Instabil Sendi Lutut

Disebabkan oleh berkurangnya kekuatan otot disekitar sendi lutut


yang mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh
kendornya ligamentum sekitar sendi (Abdurrahman et al., 2019).

6. Patofisiologi
Arthritis adalah penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit
kronik, tidak meradang, dan progesif lambat, arthritis tidak hanya
melibatkan proses degeneratif, namun juga melibatkan hasil kombinasi
antara degradasi tulang rawan, remodelling tulang subkondral, dan
inflamasi sendi. Beberapa faktor seperti umur, stres mekanik atau
penggunaan sendi yang berlebihan, defek mekanik, obesitas, genetik,
humoral, dan faktor kebudayaan dapat menyebabkan jejas mekanis dan
kimiawi pada sinovium sendi. Jejas mekanik dan kimiawi tersebut diduga
merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul
abnormal dan produk degradasi tulang rawan sendi di dalam cairan
sinovial sendi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi,
kerusakan kondrosit, dan nyeri.

Tulang rawan sendi terletak di setiap ujung tulang untuk


melaksanakan 2 fungsi, yaitu mencegah gesekan di dalam
sendi saat pergerakan dengan adanya cairan sinovial serta
menerima beban atau benturan sehingga tulang di bawahnya
tidak mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini dapat berjalan
dengan baik karena adanya kolagen tipe II dan proteoglikan
yang dikeluarkan oleh kondrosit memiliki daya regang yang
tinggi dan mampu memperbaiki tulang rawan sendi setelah
tertekan oleh beban. Tulang rawan sendi yang “aus” diuraikan
dan diganti oleh kondrosit, yang tidak hanya mensintesis
matriks tulang rawan. Oleh karena itu, kesehatan kondrosit
dan kemampuan sel ini memelihara sifat esensial matriks
tulang rawan menentukan integritas sendi. Pada osteoarthritis,
proses ini terganggu oleh beragam sebab (Bararah, 2016).

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila


arthritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi
yaitu :

a. Komplikasi akut berupa, osteonecrosis, ruptur baker cyst,


bursitis.

b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang disignifikasi,


yang terparah ialah terjadi kelumpuhan (Azizah, 2019).

8. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menyingkirkan kemungkinan artritis karena penyebab lain


maka dilakukan pemeriksaan penunjang, namun tidak ada
pemeriksaan penunjang khusus yang dapat mementukan
diagnosis arthritis. Salah satu pemeriksaan penunjang untuk
membantu menentukan ada atau tidaknya arthritis adalah
pemeriksaan radiologi, namun pemeriksaan tidak berhubungan
langsung dengan gejala klinis yang ditimbulkan. Gambaran
radiografi sendi yang mendukung penegakan diagnosis
arthritis yaitu : penyempitan celah sendi yang seringkali
asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban),
peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista
tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur
anatomi sendi (Bararah, 2016).
Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui sinar-x dilakukan setiap
saat untuk memantau aktivitas dan progesivitas penyakit. Foto
rontgen yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan
hilangnya kartilago dan menyempitnya rongga sendi.
Pemeriksaan sinar-x menunjukkan abnormalitas kartilago,
erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal dan
osteopenia (mineralisasi tulang menurun) (Fernanda, 2018).

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan arthritis pada umumnya bersifat simptomatik yang


terfokus pada beberapa hal, yaitu memperlama progresifitas penyakit,
mengontrol gejala-gejala yang timbul, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengombinasikan antara terapi


non farmakologis dan farmakologis.

a. Terapi non farmakologis

Tindakan non farmakologis yang paling umum digunakan untuk


meringankan gejala seperti nyeri adalah menurunkan berat
badan, terapi fisik dan rehabilitasi. Selain itu, edukasi juga
diperlukan agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak
bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.

b. Terapi farmakologis

Obat-obatan pilihan yang dapat digunakan sebagai terapi


farmakologis osteoarthritis seperti asetaminofen, Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS), suntikan asam hialuronat atau
kortikosteroid, Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitor
(SNRI) duloxetine, dan opioids secara intraartikular. Selain itu,
beberapa suplemen gizi juga dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri dan memperlambat progresifitas penyakit.

c. Terapi bedah
Pada osteoarthritis fase lanjut sering diperlukan terapi bedah.
Terapi bedah diberikan apabila terapi farmakologis tidak
berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.24 Beberapa prosedur yang mungkin
dilakukan yaitu: antroskopi, osteotomi, fusion (artrodesis), dan
penggantian sendi (artroplasti)

FORMAT
PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL
CAROL A MILLER
Nama wisma : Tanggal Pengkajian : 22-
01-2024

1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Ny. R
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Aria putra kedaung Rt/Rw 003/014
Tanggal datang : -
2. DATA KELUARGA :
Nama : Tn. S
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Aria putra kedaung Rt/Rw 003/014

Nama : Ny. F
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Aria putra kedaung Rt/Rw 003/014

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :


Keluhan utama: terkadang tiba-tiba nyeri di bagian pinggang dan
dipersendian (seperti tertusuk-tusuk jarum) , pusing kepala, mempunyai
Riwayat jantung

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan hanya minum


obat darah tinggi dan control, sedangkan asam uratnya tidak terkontrol
(tidak minum obat)

Obat-obatan: Amlodipin

4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES


MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan 
Perubahan BB

Perubahan nafsu 
makan 
Masalah tidur
Kemampuan
ADL
KETERANGAN : Ny.R mempunyai Jantung sering
pusing, sakit pinggang dan nyeri di
persendian hilang timbul tetapi
tidak mengetahui kalau terkena
asam urat karena belum pernah cek
asam urat

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : 
Pruritus : 
Perubahan pigmen : 
Memar : 
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : Tidak ada

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : 
Pembengkakankellimfe : 
Anemia : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : 
Pusing : 
Gatal pada kulit kepala : 
KETERANGAN : Ada Masalah

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : 
Pakai kacamata : 
Kekeringan mata : 
Nyeri : 
Gatal : 
Photobobia : 
Diplopia : 
Riwayat infeksi : 
KETERANGAN : Ada masalah
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : 
Discharge : 
Tinitus : 
Vertigo : 
Alat bantu dengar : 
Riwayat infeksi : 
Kebiasaan membersihkan : 
telinga
Dampak pada ADL : ................................................................
..........................
KETERANGAN : Tidak ada masalah
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : 
Discharge : 
Epistaksis : 
Obstruksi : 
Snoring : 
Alergi : 
Riwayat infeksi : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : 
Kesulitan menelan : 
Lesi : 
Perdarahan gusi : 
Caries : 
Perubahan rasa : 
Gigi palsu : 
Riwayat Infeksi : 
Pola sikat gigi : 2x/hari
KETERANGAN : Tidak ada masalah
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : 
Nyeri tekan : 
Massa : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : 
Nafas pendek : 
Hemoptisis : 
Wheezing : 
Asma : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : 
Palpitasi : 
Dipsnoe : 
Paroximal nocturnal : 
Orthopnea : 
Murmur : 
Edema : 
KETERANGAN : Tidak ada masalah

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : 
Nausea / vomiting : 
Hemateemesis : 
Perubahan nafsu makan : 
Massa : 
Jaundice : 
Perubahan pola BAB : 
Melena : 
Hemorrhoid : 
Pola BAB : 1-2x/hari
KETERANGAN : Tidak ada masalah
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : 
Frekuensi : 4-7x/hari
Hesitancy : 
Urgency : 
Hematuria : 
Poliuria : 
Oliguria : 
Nocturia : 
Inkontinensia : 
Nyeri berkemih : 
Pola BAK : .............................................................................
..............................
KETERANGAN : Tidak ada masalah

14. Reproduksi (laki-


laki)
Ya Tidak
Lesi : 
Disharge : 
Testiculer pain : 
Testiculer massa : 
Perubahan gairah sex : 
Impotensi : 

Reproduksi
(perempuan)
Lesi : 
Discharge : 
Postcoital bleeding : 
Nyeri pelvis : 
Prolap : 
Riwayat menstruasi : ..........................................................................
....................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : Tidak ada masalah

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : 
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas : 
Spasme : 
Kram : 
Kelemahan otot : 
Masalah gaya berjalan : 
Nyeri punggung : 
Pola latihan : Latihan gerak setiap pagi
Dampak ADL : ..........................................................................
........................
KETERANGAN :

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : 
Seizures : 
Syncope : 
Tic/tremor : 
Paralysis : 
Paresis : 
Masalah memori : 
KETERANGAN : .................................................................................
..........................
.................................................................................
..........................

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN


SPIRITUAL :
Psikososial YA Tidak
Cemas : 
Depresi : 
Ketakutan : 
Insomnia : 
Kesulitan dalam : 
mengambil keputusan
Kesulitan konsentrasi : 
Mekanisme koping : Ibadah
Persepsi tentang kematian : Kematian adalah saat kita bertemu
kembali ke yang maha kuasa, dan saat ini waktunya kita
mempersiapkan pertemuan itu

Dampak pada ADL :


……..
Spiritual
 Aktivitas ibadah : Ny.R sholat 5 waktu di rumah
 Hambatan : Tidak ada
KETERANGAN :..................................................................................
..........................................
.................................................................................................................
...................

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : bersih

 Kamar mandi : bersih

 Dalam rumah.wisma : -

 Luar rumah : bersih halamannya

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi
saat ini:

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL ....................................................................


2. Aspek Kognitif...........................................................................
3. Tes keseimbangan......................................................................
4. GDS.............................................................................................
5. Status Nutrisi.............................................................................
6. Fungsi Social lansia...................................................................
7. Hasil pemeriksaan diagnostic...................................................
No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Skor Skor


yang
didap
at
1 Makan 0 = tidak mampu 10
5 = dengan bantuan (memotong makanan,
mengoleskan selai, dll atau membutuhkan
menu makanan tertentu, misal makanan cair,
bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 10
5 = butuh bantuan
10 = mandiri (mengancingkan, memakai
resleting, menalikan renda/tali)
4 Berhias 0 = butuh bantuan dalam perawatan pribadi 5
5 = mandiri (mencuci wajah. Keramas, gosok
gigi, bercukur)
5 Kontrol Bowel (BAB) 0 = inkontiensia/ membutuhkan bantuan enema 10
untuk BAB 5 = sesekali BAB tidak sadar
(occasional accident)
10 = Kontrol BAB baik
6 Kotrol Bladder (BAK) 0 = inkontiensia atau memakia kateter dan tidak 5
mampu merawat kateter dan baik
5 = sesekali BAK tidak sadar (occasional
accident) 10 = Kontrol BAK baik
7 Penggunaan 0 = Tidak mampu 10
toilet (mencuci, 5 = butuh bantuan, tetapi bisa melakukan sesuatu
menyeka, dengan mandiri
menyiram) 10 = mandiri
8 Naik turun tangga 0 = Tidak 10
mampu 5 =
dengan bantuan
10 = mandiri
9 Mobilisasi di 0 = tidak mampu mobilisasi atau berjalan/kursi 15
permukaan datar roda < 45,72 m (50 yard)
5 = mandiri dengan kursi roda > 45,72 m (50
yard), mampu memosisikan kursi roda di
pojok ruangan
10 = berjalan dengan bantuan 1 orang > 45,72 m
(50 yard) 15 = berjalan mandiri (mungkin
dengan bantuan alat,
pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
10 Berpindah ( dari 0 = tidak mampu berpindah, tidak dapat duduk 15
kursi ke tempat tidur dengan seimbang
dan sebaliknya 5 = dengan bantuan lebih banyak (1 aau 2 orang
yang membantu)
10 = dengan bantuan lebih
sedikit 15 = mandiri
TOTAL SKOR 100
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan
total 21-60 =
Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan
sedang 91-99 =
ketergantungan ringan 100 =
mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)

2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status
Exam) Nama :
Tgl/Jam:
No Aspek Nilai Nilai Kriteri
Kognitif Maksima Klien a
l
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan
benar : Tahun :
.............................
Hari :.............................
Musim : ............................
Bulan : .............................
Tanggal :..............................
2 Orientasi 5 5 Dimanasekarangkitaberad
a ? Negara:
……………………
Panti : …………………......
Propinsi: …………………..
Wisma/Kamar : …………....
Kabupaten/kota :………………………
3 Registrasi 3 5 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
piring, kertas), kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1) Kursi 2). piring 3). Kertas
4 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Menginga 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
t pada poin ke- 2 (tiap poin nilai = 1)
1)……….. 2)…………… 3)…………..
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “ tidak ada, dan, jika, atau
tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan
anda 5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah yang
dituliskan di kertas nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30 30

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan
kognitif 18 – 23 : gangguan
kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :…………………………………………………………………………………..

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
2
3
Rata-rata Waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh


>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss &
Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi

Jawaban
No Pertanyaa
n Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumla 2
h

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing,
2006)
Interpretasi : Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Kesimpulan :...................................................................................................

5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators Score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 0
perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 0
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 1 1


3 kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam 2 0
bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2 2
untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total 3
score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional
risk 6 ≥ : High
nutritional risk
Kesimpulan:.........................................................................

6. Fungsi sosial lansia


APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SCORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP
membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab: 1). Selalu : skore 2).
Kadang-kadang : 1 3). Hampir tidak
pernah : skore 0 Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

.................................,..............................2024

(Alfa Dzahabi)
ANALISIS DATA

Tanggal Data Diagnosa Keperawatan

22 Jan 2023 Ds: Nyeri akut (D.0077)


1. Ny. R mengatakan nyeri hilang
timbul
2. Ny. R mengatakan letak nya
persendian lutut dan di pinggang

Do:
1. Ny.R terlihat meringis kesakitan
saat di sentuh lututnya
2. Ny.R terlihat gelisah
3. Hasil tes asam urat: 7,4 mg/dl

22 Jan 2023 Defisit Pengetahuan (D.0111)


Ds:
1. Ny. R mengatakan tidak pernah cek
asam urat
2. Ny.R mengatakan tidak mengetahui
kalau ada asam urat

Do:
1. Pada saat di tanya ny.R tidak
mengetahui ada asam urat

PrioritasMasalah :

1. Nyeri akut b.d nyeri hilang timbul di bagian persendian lutut dan pinggang
2. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NamaKlien : Ny. R
Wisma/ Ruang :

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan Observasi
1. Nyeri akut b.d nyeri keperawatan selama 1x8jam - Identifikasi respons nyeri
diharapkan: non verbal
hilang timbul di bagian
1. Keluhan nyeri menurun 5 - Identifikasi faktor yang
persendian lutut dan 2. Meringis menurun 5 memperberat dan
3. Gelisah menurun 5 memperingan nyeri
pinggang (D.0077) - Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan

Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi


b.d kurangnya terpapar keperawatan selama 1x8jam - Identifikasi kesiapan dan
informasi diharapkan: kemampuan menerima
1. Perilaku sesuai anjuran informasi
meningkat 5 - Identifikasi faktor yang
2. Verbalisasi minat dalam dapat meningkatkan dan
belajar meningkat 5 menurunkan motivasi
3. Perilaku sesuai dengan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat 5 sehat
Teraupetik
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. R


Wisma/ Kamar :

Hari/ Diagnosa IMPLEMENTASI


EVALUASI (SOAP) Ttd
Tanggal Keperawatan
FORMAT PENILAIAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GERONTIK

No Kriteria Skor (√)


1 2 3 4
1 Fase Persiapan
Alat, media, keluarga, lingkungan, laporan pendahuluan, dan
mahasiswa sudah siap. Melakukan pre-test jika diperlukan.
2 Fase Orientasi
Mahasiswa memberi salam, memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan.
3 Fase Kerja
 Melakukan implementasi sesuai prosedur yang
dituliskan dalam laporan pendahuluan.
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, teknik
komunikasi yang efektif, mempertahankan kontak
mata.
 Melibatkan klien saat intervensi.
4 Fase Terminasi
 Melakukan evaluasi dengan tepat.
 Merencanakan tindak lanjut dari intervensi yang
dilaksanakan
Jumlah
TOTAL

Keterangan:
1 = Jauh dari kriteria
2 = Hampir mendekati kriteria
3 = Mendekati kriteria
4 = Sesuai dengan kriteria

Nilai = (TOTAL SKOR x 6) + 4


FORMAT PENILAIAN RESPONSI KEPERAWATAN GERONTIK

No Kriteria Skor (√)


1 2 3 4
1 Mampu menjelaskan asuhan yang telah dilaksanakan
(kesesuaian dengan video, LP, dan askep yang dibuat).
2 Mampu menjelaskan proses degeneratif yang terjadi pada
lansia sesuai masalahnya serta konsekuensi fungsionalnya.
3 Mampu menjelaskan rasional tindakan yang telah
dilaksanakan dengan berbasis pada data dan fakta ilmiah.
4 Mampu menjelaskan pengaruh dari tindakan yang diberikan
pada kualitas hidup lansia.
Jumlah
TOTAL

Keterangan:
1 = Jauh dari kriteria
2 = Hampir mendekati kriteria
3 = Mendekati kriteria
4 = Sesuai dengan kriteria

Nilai = (TOTAL SKOR x 6) + 4


FORMAT LAPORAN AKHIR KEPERAWATAN GERONTIK

1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
5. Bab 2 Konsep Masalah Lansia yang Terjadi
6. Bab 3 Hasil Pengkajian Keperawatan Gerontik
7. Bab 4 Justifikasi Diagnosis Keperawatan Keluarga dan Perencanaan
8. Bab 5 Implementasi Keperawatan Keluarga dan Evaluasi
9. Bab 6 Penutup
6.1 Simpulan
6.2 Saran
10. Daftar Pustaka
11. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai