PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses dimana terjadinya penurunan fungsi organ dan
penurunan perkembangan fisik yang tidak dapat dihindari. Jumlah lansia dari tahun ke tahun
terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah harapan hidup. Menteri Kesehatan
padatahun 2014 mencatat jumlah lansia di Indonesia berjumlah 18.781 juta jiwa dan pada
tahun 2025 jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Osteoartritis (OA) adalah penyakit rematik yang paling sering mengenai lansia akibat
gangguan metabolisme yang diikuti oleh beberapa perubahan pada sistem muskuloskeletal
pada lansia. Osteoathritis merupakan suatu patologi yang dimulai dari kartilago hialin sendi
lutut, dimana terjadi pembentukan osteofit pada tulang rawan sendi dan jaringan subchondral
yang menyebabkan penurunan elastisitas dari sendi. Selain permukaan sendi (tulang rawan
sendi) osteoathritis juga mengenai daerah-daerah sekitar sendi dan tulang subchondral,
capsul sendi yang membungkus sendi dan otot-otot yang melekat berdekatan dengan sendi.
Akibat dari semua itu akan menimbulkan keluhan berupa adanya nyeri pada lutut terutama
pada bagian medial lutut, kekakuan atau keterbatasan gerak dalam pola capsular pattern sendi
lutut, gangguan stabilitas sendi dan menurunnya fungsi lutut yaitu sebagai penerima beban
tubuh dan juga fungsionalnya dalam berjalan. Akibat dari itu maka osteoarthritis dapat
mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas sehari –
hari yang dimaksud adalah seperti makan, minum, berjalan, tidur, mandi, berpakaian, BAK,
dan BAB.
Menurut survey pendahuluan yang dilakukan di posyandu lansia Nedyo waras dan Ngudi
waras Kelurahan Jebres pada bulan agustus, penderita osteoarthritis yang paling banyak
terdapat pada rentang usia 60-72 tahun. Pada penderita osteoarthritis ini banyak pada masuk
grade 1 sebanyak 33 orang dan grade 2 sebanyak 31 orang. Dengan permaslahan tersebut
maka peneliti mengangkat judul tentang “Hubungan Antara Nyeri Lutut Osteoarthritis
Dengan Aktivitas Fisik Pada Lansia”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan Osteoarthritis?
2. Apakah ada hubungan antara nyeri lutut osteoarthritis dengan aktivitas fisik pada lansia ?
3. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
3. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR GERONTIK
1. PENGERTIAN GERONTIK
Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),
(4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2. KARAKTERISTIK GERONTIK
a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003)
Karakteristik Lansia Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. TIPE GERONTIK
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
2. ETIOLOGI
Osteoarthritis dapat diklasifikan menjadi idiopatik (primer) atau sekunder.
Osteoarthritis idiopatik mengenai individu yang tidak memilii riwayat kerusakan sendi,
penyakit sendi, atau sistemik yang berhubungan dengan berkembangnya osteoarthritis.
Osteoarthritis sekunder lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita hal ini
diakibatkan oleh trauma, penyakit sendi yang lain, nekrosis avascular, atau kelainan
inflamasi neuropatik seperti penyakit legg calve perthaes. Artritis traumatis dapat terjadi
setelah fraktur, atau kerusakan sendi yang terbuka.
Osteoarthritis pada awalnya tidak dikategorikan sebagai penyakit genetic, terdapat
predesposisi genetic yang berkaitan dengan berkembangnya penyakit idiopatik. Kasus
osteoarthritis yang terestimasi sebesar 10-60 % ternyata berkaitan dengan genetic, dengan
variasi pada sendi yang terlibat. Bukti yang ditemukan saat ini memperkirakan adanya
gen autosomal resesif yang berperan pada awal dari kerusakan sendi. Selain itu, hormone
seks dan factor hormonal lainnya juga diyakini memiliki peran dalam berkembangnya
dan progrsivitas osteoarthritis.
Oleh karena osteoarthritis merupakan penyakit kronis, dan tidak dapat disembuhkan
para penyedia layanan kesehatan lebih fokus pada factor risikoyang dapat di modifikasi
untuk mengurangi dampak penyakit. Sebagai contoh, berbagai penelitian telah
menunjukkan bahwa individu yang mengalami obesitas lebih berisiko tinggi menderita
osteoarthritis dilutut daripada kelompok individu dengan berat badan normal. Walaupun
individu obesitas memiliki resiko lebih tinggi mengalami pada panggul hubungan ini
tidak sekuat dan tidak sekonsisten seperti pada osteoartghritis lutut. Variasi resiko ini
berkaitan dengan jumlah tekanan yang berbeda yang diberikan pada sendi ketika
seseorang berdiri ataupun berjalan. Hingga hamper 6 kali berat badan tubuh yang
diberikan pada lutut, sedangan hanya 3 kali berat badan yang diberikan pada panggul.
Pengurangan berat badan atau pemeliharaan penting untuk meminimalisasi efek
osteoarthritis.
3. KLASIFIKASI
a. Osteoarthritis dapat diklasifikan menjadi idiopatik (primer) atau sekunder.
Osteoarthritis idiopatik mengenai individu yang tidak memilii riwayat kerusakan
sendi, penyakit sendi, atau sistemik yang berhubungan dengan berkembangnya
osteoarthritis. Penyakit sendi sendi paling sering ditemukan pada orang dewasa pada
usia 65 tahun atau lebih, osteoarthritis idiopatik lebih sering ditemukan pada wanita
dari pada pria. Hal ini menibulkan ketidakmampuan sebagai efek yang ditimbulkan
pada sendi-sendi besar penunjang berat dan tulang belakang.
b. Osteoarthritis sekunder lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita hal ini
diakibatkan oleh trauma, penyakit sendi yang lain, nekrosis avascular, atau kelainan
inflamasi neuropatik seperti penyakit legg calve perthaes. Artritis traumatis dapat
terjadi setelah fraktur, atau kerusakan sendi yang terbuka. Hal ini dapat pula terjadi
akibat kerusakan berulang yang berhubungan dengan pekerjaan individu atau
olahraga tertentu (seperti : artritis pergelangan tangan pada pemain keyboard,
manifestasi kelainan bahu pada pemukul bola baseball)
4. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat perubahan yaitu adanya osteofit dan menyempitnya celah sendi akibat sari
erosi kartila go antikular. Oleh karena tingkat keparahan manifestasi tidak selalu
berkorelasi dengan perubahan sendi, maka ACR telah menetapkan bahwa kriteria
klasifikasi osteoarthritis tidak bergantung murni pada perubahan yang ditemukan secara
radiologis saja, namun bervariasi tergantung pada sendi yang terkena.
Terdapat dua manifestasi klinis yang dapat membantu penegakan diagnosis
osteoarthritis: Nyeri yang bertambah berat dan keterbatasan pergerakan. Sendi yang
terkena dapat pula mengalami krepitus, nyeri tekan ringan pada daerah sendi yang
terkena, kekakuan sendi yang bertambah dengan aktifitas dan berkurang dengan istirahat,
serta kemungkinan pembearan sendi. Satu atau lebih sendi dapat terkena, namun kedua
sendi yang terkena dapat tidak simetris. Pertumbuhan tulang yang baru ditangan dapat
menjadi bukti akan terjadinya nodul heberden (interfalang distal sendi DIP) atau nodul
couchard (interfalang proksimal sendi PIP).
5. KOMPLIKASI
Gangguan atau kesulitan bergerak
Kelumpuhan yang menurun kualitas hidup penderita
Resiko jatuh .
Patah tulang.
6. PATOFISIOLOGI
Kartilago artikuler yang sehat akan tampak rata , berkilau , dan berwarna putih . hal
ini menunjukkan vikoelastisitas dan kemampuan kompresif yang berkaitan dengan
kemampuannya menahan goncangan . kondrosit , sel yang memproduksi kartilago, secara
konstan meremajakan dan memelihara integritas kartilago artikular yang akan
memproduksi matriks kartilago dengan cara menghasilkan dua tipe kolagen dan
proteogliken . proteogliken yang bersifat hidrofilik (menarik air ) secara signifikan
menambah kemampuan kartilago untuk menahan beban berat pada penggunaan sendi .
Secara sederhana, osteoarthritis dapat dideskripsikan sebagai sebuah proses degredasi
matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan usaha tubuh dalam memperbaiki.
Perubahan patologis dini adalah pengurangan proteoglikan dalam matriks,yang diikuti
dengan pelunakan dan hilangnya elastisitas pada kartilago. Ketika tubuh berusaha
mengompensasi , pertama kali kondrosit akan berproliferasi dan meningkatkan produksi
sintesis proteogliken dan kolagen. Destruksi yang progresif oleh enzim lisosom akan
meningkatkan produksi melampaui sendi. Perubahan pada sintesis kolagen juga akan
terjadi , meminimalkan kemampuan kompresif dari kartilago . faktor faktor yang
menyebabkan perubahan –perubahan tersebut belum sepenuhnya dimengerti, namun
yang jelas. Efek pada kartilago adalah hilangnya kemampuan menahan air pada
penggunaan beban yang berat .
Fibrilasi , erosi , dan keretakan terjadi pada lapisan superfisial dari kartilago ketika
serat kolagen pecah . kartilago mengalami perubahan warna menjadi kuning , dan rusak
pada permukaan artikular , pertumbuhan tulang meningkat pada batas sendi ,
pertumbuhan tulang abnormal ,(osteofit ) terjadi pula (figur 26-1) . bagian tengah
kartilago yang diikuti oleh pembangunan kartilago dan tulang di perifer , menghasilkan
ketidakseimbangan pada permukaan tulang . distribusi normal akibat tekanan normal
akan berubah , mengakibatkan nyeri dan pergerakan yang terbatas. Cairan sinovium juga
akan berespons dengan adanya sekresi berlebih dari cairan sinovial , menjadi inflamasi
dan pembengkakan kapsul sendi .
7. WOC
8. PEMERIKSAAN DIAGNIOSTIK
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
Pemeriksaan rutin biasanya didapatkan adanya peningkatan kadar leukosit , laju
endap darah , dan CRP
Pemeriksaan cairan synovia melalui artrosentesis untuk mendeteksi adanya
artritissepsis
Pemeriksaan cairan synovial biasa lebih bermanfaat dari x-ray . jika sel darah
putih pada cairan synovial >1000 per µL , dapat di duga artritis inflamasi atau
Gout dan Pseudo gout Dapat di defenisikan adanya kristal.
4. Radiodiagnostik
Dilakukan untuk mendeteksi perubahan progresif dari kartilago dan tulang, adanya
osteofit , penurunan ruang sendi , asimetris sendi , selerosis subkondral , dan formasi
kista subkondrial . pemeriksaan x-ray merupakan indikasi untuk mengevaluasi nyeri
tangan kronik dan nyeri panggul yang diduga disebabkan oleh OA. Untuk nyeri lutut
x-ray sebaiknya dilakukan jika gejala atau tanda tidak khas OA. Atau nyeri
tetapterasa setelah pengobatan yang efektif.
11. PENGKAJIAN
a) Identitas
Usia
Biasanya lebih dari 40 tahun dari semua faktor resiko untuk timbulnya
osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-
laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
Suku bangsa
Biasanya nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
b) Pola
a. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Makanan / Cairan Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah,
penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
c. Pola Eliminasi
- Nyeri/kenyamanan Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan
(terutama pagi hari).
- Keamanan Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus, Lesi kulit, ulkas kaki,
Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, Demam ringan
menetap, Kekeringan pada mata dan membran mukosa
d. Pola aktivitas dan Latihan
- Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji perbedaan waktu tidur sebelum dan sesudah sakit dan jumlah tidur dan
istirahat per hari.
f. Pola Kognitif dan Perseptual
- Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
g. Pola persepsi dan Konsep diri
- Integritas Ego
Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
h. Pola peran dan Hubungan Dengan Sesama (koping)
- Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Kaji pengetahuan klien tentang hubungan penyakit dengan masalah seksualitas.
Ada atau tidaknya gangguan fungsional/seksual karena penyakit yang diderita
(osteoarthritis) . Klien mengalami perubahan atau masalah seksualitas yang
berhubungan dengan penyakit kronik yang diderita .
j. Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Adakah gangguan penyesuaian diri klien terhadap lingkungan dan situasi yang
baru berhubungan dengan penyakit.
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Apa yang menjadi tujuan hidup klien agar dapat menjadi motivasi dalam melawan
rasa dan penyakit yang di derita klien.
c) Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
o Catat bila ada krepitasi
o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
o Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
o Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
12. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d agen cidera (distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses
inflamasi obstruksi sendi)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri ketidaknyamanan, intoleransi
aktivita,penurunan kekuatan otot
3. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran b.d perubahan kemampuan
untuk melaksanakn tugas-tugas umum
Ketidaknyamanan prosedur
konsentrasi nyeri
Kurang kesabaran Dukung istirahat/tidur yang
Gangguan adekuat untuk membantu
pergerakan fisik penrunan nyeri
Gangguan menikmati
hidup
Keputusasaan
Tingkat nyeri
Indikator
Nyeri yang
dilaporkan
Panjangnya episode
nyeri
Mengerang dan
menangis
Ekspresi nyeri wajah
Tidak bisa
beristirahat
Mengerinyit
Mengeluarkan
keringat
Ketegangan otot
Kehilangan nafsu
makan
Frekuensi nafas
Denyut jantung
apikal
Denyut nadi radial
Tekanan darah
C. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Nama Kepala Keluarga : Rosna
2. Usia Kepala Keluarga : 74 th
3. Alamat : jl. Balimbiang, Padang
4. Pendidikan Kepala Keluarga : Nenek
5. Pekerjaan :-
6. Komposisi Keluarga :
No. Nama Jenis Hubungan Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin dengan KK
1. Rosna Perempuan Ibu kandung 74 th
Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu nuclear family. Nenek R tinggal bersama anak perempuannya
yaitu ibuk R dan bersama cucu-cucunya, nenek R mengatakan jarang mengalami
percecokkan dengan anak dan cucunya, tetapi kadang-kadang nenek juga mengatakan
suka cerewet kepada cucunya yang perempuan maupun lai-laki. Mereka saling
menghargai dan menghormati satu sama lain, Nenek R selalu diberikan penghasilan
dari anak-anaknya setiap bulannya,.
b. Suku
Keluarga Nenek R berasal dari Minang (baying - pesisir selatan), bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa minang (bahasa ibu). Budaya sosial khusus
dalam keluarga adalah saling menghormati antar anggota keluarga dan masyarakat..
c. Agama
Kepercayaan yang dianut oleh nenek R yaitu agama islam, nenek R sering
menjalankan ibadah sholat 5 waktu sehari dan semalam dirumah, nenek R
mengatakan jarang pergi kemesjid untuk sholat berjamaah dimesjid dikarenkan sering
sakit pada sendi lutut, karena berjalan beberapa rumah dari rumahnya nenek sudah
merasakan sangat nyeri.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Pada saat melakukan pengkajian, nenek R mengatakan bahwa penghasilannya hanya
didapatkan dari anak-anaknya, tidak ada menerima pensiunan ataupun yang lainnya
karena nenek dan alm suaminya tidak bekerja sebagai PNS.
e. Aktivitas rekreaksi keluarga
Nenek R mengatakan cukup jarang melakukan reksreasi diluar rumah. Namun beliau
sering mempergunakan waktu tersebut dengan menonton tv bersama cucu dan anak-
anaknya, bercanda gurau serta bercerita. Dan beliau juga mengatakan bahwa keluarga
disekitar rumah pun sering berkunjung kerumah, sesekali nenek R diajak berkunjung
kerumah anak-anaknya yang lain
1. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan lansia dengan masalah
Osteoartritis
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Nenek R masih bingung dengan penyakit yang di rasakannya karena, nenek R berobat
ke puskesmas. Pada saat itu dianjurkan pemeriksaan darah rematik dan asam urat dan
itu hasilnya – (negative) , tetapi pada saat diperiksakan ke Rs, dokter mengatakan
bahwa nyeri sendi yang dikeluhkan nenek hanyalah nyeri kerapuhan sendiri
(pengapuran sendi) tetapi setiap nyeri tersebut nenek R selalu meminum obat-obatan
dari warung yaitu obat Asam urat, dan hal tersebut dapat mengurangi nyeri sendi pada
nenek tsb .
c. Riwayat keluarga inti
Nenek R mengatakan pernikahannya dengan bapak (alm) tidak ada riwayat
dijodohkan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Nenek R memiliki riwayat hipertensi.
2. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah nenek R yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi. Tipe bangunan rumah
nenek R adalah rumah permanen 36. Terdapat 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
mandi, 1 ruang tengah tempat berkumpulnya keluarga sekaligus ruang tamu.
Ventilasi atau jendela di dalam kamar dan ruangan sehingga ruanagan tampak lebih
terang oleh pencahayaan, selain itu rumah nenek R juga tampak bersihdan rapi.
Denahrumah:
dapur Kamar 1