Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan
Demensia merupakan istilah umum, menggambarkan gejala yang terjadi ketika otak dipengaruhi oleh
penyakit atau kondisi tertentu. Ada berbagai jenis demensia, meskipun ada beberapa yang lebih umum
daripada yang lain karena sering dinamai sesuai dengan kondisi yang telah menyebabkan demensia
tersebut. Istilah demensia sendiri sering digunakan untuk menggambarkan kepikunan pada orang yang
sudah berusia tua. Namun, sebenarnya ini merupakan kondisi yang lebih kompleks. Jenis demensia yang
berbeda dapat memiliki penyebab dan gejala yang berbeda pula.
Demensia adalah menurunnya kemampuan otak untuk melakukan fungsi dasar, seperti berpikir,
mengingat, berbicara, dan membuat keputusan. Penderita demensia biasanya akan kesulitan untuk
mengurus dirinya sendiri, sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, dan sulit memahami apa yang
dilihatnya. Beberapa penderita demensia juga mengalami perubahan perilaku dan kesulitan untuk fokus.
Penyakit Dementia atau demensia mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini
berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya.
Jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Alzheimer
adalah demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak.
Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.
Perlu diingat, demensia berbeda dengan pikun. Pikun adalah perubahan kemampuan berpikir dan
mengingat yang biasa dialami seiring pertambahan usia. Perubahan tersebut dapat memengaruhi daya
ingat, namun tidak signifikan dan tidak menyebabkan seseorang bergantung pada orang lain.

II. Isi

Demensia adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam
mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa). Demensia bukanlah sebuah
penyakit sungguhan, melainkan istilah untuk menggambarkan sekelompok gejala yang mengganggu
fungsi otak. Atau biasa disebut juga sebagai gangguan neurokognitif mayor. Gangguan ini bukanlah
sebuah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan sekelompok gejala yang disebabkan oleh kondisi lainnya.
Singkatnya, kondisi ini kerap ditandai dengan sifat yang mudah lupa atau pikun karena memang
mengganggu kemampuan otak untuk mengingat. Akan tetapi, mengalami penurunan daya ingat tidak
lantas membuat Anda pasti terkena demensia. Sebab kondisi ini didasarkan oleh berbagai hal yang
berbeda.
Tingkat keparahan kondisi ini bisa beragam, mulai berkisar dari yang ringan hingga berat sekali pun.
Bahkan bukan tidak mungkin, kondisi yang memengaruhi fungsi otak ini bisa mengubah kepribadian
seseorang. Demensia juga bisa bersifat progresif, yang artinya dapat berkembang semakin memburuk
dari waktu ke waktu. Beberapa kasus yang mengakibatkan demensia cenderung sulit untuk pulih. Meski
begitu, tidak perlu khawatir karena beberapa lainnya masih bisa diobati dan disembuhkan. Risiko
mengalami demensia memang biasanya semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun penting
untuk dipahami, bahwa kondisi ini sebenarnya bukan merupakan bagian dari penuaan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demensia adalah gejala dari suatu penyakit tertentu. Tidak
hanya satu, melainkan ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan demensia. Berikut beberapa jenis
demensia sesuai penyakitnya, yakni:
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. Terbukti dengan sekitar 60-80 persen dari
semua kasus demensia ditempati oleh penyakit Alzheimer. Penyebab Alzheimer masih belum diketahui,
namun perubahan genetik yang diturunkan dari orang tua diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ini. Selain faktor genetik, kelainan protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat
dalam otak. dugaan lain adalah adanya pengendapan protein di otak yang mengganggu kerja sel-sel
saraf. Beberapa gejala umum penyakit Alzheimer adalah:
· Sulit mengingat waktu, tempat, nama, tanggal lahir, alamat dan berbagai informasi dasar lainnya
· Sering kehilangan barang dan tidak dapat mengingat di mana letaknya
· Sulit berbicara dan berkomunikasi dengan orang di sekitarnya
· Sulit berjalan, mengenakan pakaian, dan menggunakan kamar mandi
· Sering mengalami perubahan kepribadian dan mood
· Sulit memahami apa yang terjadi di sekitarnya
· Sering tidak ingat anggota keluarga dan tidak mampu mengurus diri sendiri
2. Demensia vaskular
Jenis gangguan fungsi otak ini disebabkan oleh berkurangnya aliran darah pada otak. Kondisi tersebut
bisa disebabkan oleh adanya penumpukan plak di dalam pembuluh darah arteri. Padahal normalnya,
pembuluh darah tersebut seharusnya bertugas sebagai pemasok darah untuk otak. Stroke atau gangguan
lainnya bisa menjadi penyebab masalah pada pembuluh darah ini. Gejala yang umum terjadi adalah:
· Kebingungan dan mudah marah
· Gangguan penglihatan
· Halusinasi
· Gangguan ingatan
· Sulit berbicara dan memahami pembicaraan orang lain
· Perubahan kepribadian
· Sulit melakukan hal-hal sederhana
3. Lewy body dementia
Lewy body dementia adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya endapan protein di dalam sel saraf
pada otak. Akibatnya, fungsi otak untuk menghantarkan sinyal kimia ke seluruh tubuh pun terhambat.
Itulah mengapa orang yang mengalami hal ini biasanya memiliki penurunan daya ingat, dan respon yang
cenderung lambat. Lewy body dementia merupakan salah satu jenis demensia progresif yang cukup
umum.
Demensia ini memiliki gejala yang mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer dan penyakit
Parkison, di antaranya adalah:
· Gangguan daya ingat
· Sulit berpikir, membuat keputusan, dan memberi perhatian
· Melihat hal yang tidak ada (halusinasi visual)
· Sulit tidur di malam hari atau jatuh tertidur secara mendadak saat siang hari
· Sering melamun
· Tangan gemetar
· Sulit berjalan atau berjalan sangat lambat
4. Demensia frontotemporal
Demensia frontotemporal adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan rusaknya sel-sel saraf di
lobus frontal temporal otak, yang teletak di bagian depan. Bagian otak ini umumnya bertugas untuk
mengatur kepribadian, perilaku, dan kemampuan berbicara (bahasa). Beberapa gejala yang dialami
penderitanya adalah:
· Perubahan kepribadian dan perilaku
· Hilangnya hambatan (inhibisi) dari dalam diri saat berinteraksi dengan orang lain ataupun
dengan diri sendiri, sehingga muncul tindakan-tindakan impulsif
· Sulit bicara dan lupa kata-kata yang umum
· Gangguan pergerakan, seperti kaku otot, tremor, dan gangguan keseimbangan
Terlepas dari berbagai penyakit yang menyebabkan demensia, secara garis besar kondisi ini
dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pembagian tersebut berdasarkan bagian otak yang bermasalah,
yakni:
· Demensia kortikal
Kondisi ini terjadi karena adanya masalah pada korteks serebral, yakni lapisan luar otak. Bagian otak ini
berperan penting dalam fungsi memori dan bahasa (berbicara). Itu sebabnya, orang yang mengalami
kondisi ini biasanya akan mengalami kehilangan ingatan yang cukup parah.
Selain itu, kemampuannya untuk mengingat kata-kata dan mengerti bahasa atau pembicaraan pun
menurun. Sebagai contohnya, penyakit Alzheimer masuk ke dalam jenis ini.
· Demensia subkortikal
Kondisi ini terjadi karena adanya masalah pada bagian otak yang berada di bawah korteks. Orang dengan
kondisi ini biasanya menjadi lebih sering lupa dan mengalami masalah dalam proses berbicara (bahasa).
Penyakit Parkinson, serta HIV adalah beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan jenis ini.
Selain penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, terdapat juga kondisi-kondisi lain yang bisa
menimbulkan gejala demensia, namun sifatnya sementara. Kondisi tersebut meliputi:
· Kelainan metabolisme atau endrokrin.
· Multiple sclerosis.
· Subdural hematoma.
· Tumor otak.
· Efek samping obat, seperti obat penenang dan obat pereda nyeri.
· Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti kekurangan vitamin B1, vitamin B6, vitamin
B12, vitamin E, dan zat besi dalam tubuh.
· Keracunan akibat paparan logam berat, pestisida, dan konsumsi alkohol.

Faktor Risiko
Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia, yaitu pertambahan usia, adanya
riwayat demensia dalam keluarga, serta gaya hidup yang tidak baik, seperti pola makan tidak sehat, tidak
rutin berolahraga, merokok, dan kecanduan alkohol.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga berisiko menimbulkan demensia, antara lain:
· Sindrom Down
· Depresi
· Sleep apnea
· Kolesterol tinggi
· Obesitas
· Hipertensi
· Diabetes

Gejala Demensia
Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan cara berpikir, sehingga tampak
perubahan pada perilaku dan cara bicara. Gejala tersebut dapat memburuk seiring waktu. Gejala-gejala
umum dari demensia bisa meliputi perubahan secara kognitif dan psikologis.
Gejala terkait perubahan kognitif:
· Kehilangan ingatan
· Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari
· Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat
· Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi
· Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda

Gejala terkait perubahan psikologis:


· Perubahan perilaku, kepribadian, dan mood yang kerap terjadi secara tiba-tiba
· Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang sebelumnya
pernah ditekuni
· Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
· Mengalami depresi
· Mengalami halusinasi
· Mengalami paranoia
· Merasa gelisah
Seiring bertambahnya usia pasien, gejala demensia di tahap akhir biasanya dapat semakin memburuk.
Hanya saja, mengalami masalah bukan selalu pertanda demensia. Sebab bisa saja yang terjadi hanyalah
penurunan daya ingat biasa. dan kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.

Agar lebih jelas, berikut adalah tahapan gejala yang muncul pada penderita demensia:

Tahap 1
Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal, sehingga belum ada gejala
yang terlihat.
Tahap 2
Gangguan yang terjadi pada tahap ini belum memengaruhi aktivitas sehari-hari penderita. Contohnya,
penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan dalam satu waktu, sulit membuat keputusan atau
memecahkan masalah, mudah lupa akan kegiatan yang belum lama dilakukan, dan kesulitan memilih
kata-kata yang tepat.

Tahap 3
Pada tahap ini, penderita dapat tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui, kesulitan mempelajari hal
baru, suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat, serta terjadi perubahan kepribadian dan
menurunnya kemampuan bersosialisasi.

Tahap 4
Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi. Penderita juga mengalami perubahan pola tidur,
kesulitan dalam membaca dan menulis, menarik diri dari lingkungan sosial, berhalusinasi, mudah marah,
dan bersikap kasar.

Tahap 5
Ketika sudah masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demensia berat. Demensia pada
tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri. Penderita akan kehilangan kemampuan
dasar, seperti berjalan atau duduk, tidak mengenali anggota keluarga, dan tidak mengerti bahasa.
Konsultasi ke dokter saraf atau psikiater sebaiknya dilakukan apabila seseorang mengalami salah satu
atau beberapa gejala demensia, guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Demensia sering disamakan dengan pikun pada orang tua, karena sama-sama berkaitan dengan
penurunan daya ingat. Namun jika penurunan daya ingat terus memburuk hingga menyulitkan penderita
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, pemeriksaan demensia harus segera dilakukan.
Pemeriksaan oleh dokter perlu segera dilakukan jika mengalami seluruh atau beberapa gejala yang
dicurigai sebagai gejala awal demensia, antara lain:
· Mudah lupa.
· Sulit mempelajari hal baru.
· Sulit konsentrasi.
· Sulit mengingat waktu dan tempat.
· Suasana hati tidak menentu.
· Sering kehilangan benda akibat lupa tempat meletakkannya.
· Sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara.
· Apatis atau tidak perduli terhadap lingkungan sekitar.
· Sering mengulang aktivitas yang sama tanpa disadari.
· Sulit melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari.
Beberapa penyakit, seperti diabetes, kolesterol, dan hipertensi, dapat meningkatkan risiko demensia.
Diagnosis demensia cukup sulit dilakukan karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Oleh karena itu,
dokter perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.
Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien untuk mengetahui seberapa
besar gejala tersebut memengaruhi aktivitas sehari-hari. Dokter juga akan menanyakan riwayat
kesehatan pasien serta keluarga untuk mengetahui apakah ada riwayat demensia dalam keluarga.
Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan yang meliputi:
· Pemeriksaan saraf
Pemeriksaan saraf dilakukan untuk menilai kekuatan otot serta melihat refleks tubuh.
· Pemeriksaan mental
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan metode mini-mental state examination (MMSE), yaitu
serangkaian pertanyaan yang akan diberikan nilai oleh dokter untuk mengukur seberapa besar gangguan
kognitif yang dialami.
· Tes fungsi luhur
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir seseorang, misalnya dengan meminta pasien
berhitung mundur dari angka 100 atau menggambar jarum jam untuk menunjukan waktu tertentu.
Pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan bila ada penyakit lain yang menimbulkan gejala demensia,
seperti stroke, tumor otak, atau gangguan tiroid. Pemeriksaan tersebut meliputi:
· Pencitraan otak dengan CT scan, MRI, atau PET scan.
· Pemeriksaan listrik otak dengan EEG.
· Pemeriksaan darah.
Pengobatan Demensia
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita beradaptasi dengan kondisinya,
menghambat gejala yang muncul, dan menghindari komplikasi. Berikut adalah prosedur yang dapat
digunakan sebagai pengobatan untuk demensia:
· Terapi khusus
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani gejala dan perilaku yang muncul akibat
demensia, yaitu:
· Terapi stimulasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk merangsang daya ingat, kemampuan memecahkan masalah, serta
kemampuan berbahasa, dengan melakukan kegiatan kelompok atau olahraga.
· Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan penderita cara melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman
sesuai kondisinya, serta mengajarkan cara mengontrol emosi dalam menghadapi perkembangan gejala.
· Terapi ingatan
Terapi ini berguna untuk membantu penderita mengingat riwayat hidupnya, seperti kampung halaman,
masa sekolah, pekerjaan, hingga hobi.
· Rehabilitasi kognitif
Terapi ini bertujuan untuk melatih bagian otak yang tidak berfungsi, menggunakan bagian otak yang
masih sehat.
· Dukungan Keluarga
Selain terapi-terapi di atas, untuk menjaga kualitas hidup penderita demensia, diperlukan dukungan dari
keluarga atau kerabat. Dukungan atau bantuan tersebut dapat meliputi:
· Berkomunikasi dengan penderita menggunakan kalimat yang singkat dan mudah dimengerti,
disertai dengan gerakan, isyarat dan kontak mata.
· Melakukan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan kesehatan jantung
bersama penderita.
· Melakukan aktivitas menyenangkan bersama penderita, seperti memasak, berkebun, melukis,
atau bermain musik.
· Menciptakan kebiasaan sebelum tidur untuk penderita, seperti tidak menonton televisi dan
menghidupkan lampu rumah.
· Membuat agenda atau kalender sebagai alat bantu mengingat acara dan aktivitas yang harus
dilakukan penderita, serta jadwal pengobatan.
· Membuat perencanaan pengobatan selanjutnya bersama penderita, untuk menentukan
pengobatan apa yang harus dijalaninya.

1. Perawatan dengan obat


Cholinesterase inhibitors. Misalnya donepezil (Aricept), rivastigmine (Exelon) dan galantamine
(Razadyne).
Memantine. Obat ini digunakan untuk mencegah perkembangan gejala yang semakin parah, khususnya
pada paisen penyakit Alzheimer. Pada beberapa kasus, memantine diberikan bersamaan dengan
cholinesterase inhibitor.
2. Perawatan tanpa obat
Perawatan ini bertujuan untuk membantu mengendalikan gejala demensia, sekaligus meringankan
beberapa komplikasi penyakit yang bisa ditangani. Perawatan tanpa obat bisa dilakukan dengan terapi
okupasional..
Operasi
Demensia dapat ditangani dengan operasi jika disebabkan oleh tumor otak, cedera otak, atau
hidrosefalus. Tindakan operasi dapat membantu memulihkan gejala jika belum terjadi kerusakan
permanen pada otak.
Meskipun terdapat sejumlah terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi demensia, sebagian besar
penderita demensia tidak sembuh sepenuhnya. Namun, pengobatan tetap harus dilakukan untuk
meredakan gejala yang muncul. Selain itu, komplikasi juga dapat dihindari dengan pengobatan yang
tepat.
Komplikasi Demensia
Gangguan daya ingat dan cara berpikir yang dialami penderita demensia dapat menimbulkan komplikasi
saat melakukan aktivitas sehar-hari. Contohnya adalah:
· Cedera saat berjalan sendirian
· Kekurangan nutrisi
· Tersedak hingga mengakibatkan pneumonia
· Tidak dapat hidup mandiri

Pencegahan Demensia
Belum ada cara pasti untuk mencegah demensia. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risikonya, seperti:
· Berhenti merokok.
· Berolahraga secara teratur.
· Tidur yang cukup.
· Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya dengan mengonsumsi
makanan rendah lemak dan tinggi serat. Konsumsi vitamin untuk otak juga diduga baik untuk
mencegah demensia.
· Kurangi asupan alkohol.
· Menjaga berat badan ideal.
· Melatih otak secara berkala, seperti rajin membaca atau bermain teka-teki silang.
· Rutin mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
· Segera melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami stres, depresi, atau gangguan kecemasan.

III.Kesimpulan

Demensia adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan gejala-gejala sekelompok penyakit yang
mempengaruhi otak. Tanda khas demensia adalah ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari
sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan kognitif (mengenali). Demensia mempengaruhi cara
berpikir, kelakuan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan biasa sehari-hari. Pada waktu ini tidak
ada obat untuk kebanyakan jenis demensia. Tetapi, beberapa jenis obat ternyata dapat mengurangi
beberapa gejalanya. Dukungan sangat penting bagi orang yang menderita demensia dan bantuan dari
keluarga, teman dan yang merawatnya dapat membawa perbedaan positif dalam menangani penyakit
ini.

IV. DAFTAR PUSTAKA

- https://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-demensia (diakses mei 2020)

- https://www.alodokter.com/demensia

- https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/demensia/

-https://www.dementia.org.au/files/helpsheets/Helpsheet-AboutDementia01-
WhatIsDementia_indonesian.pdf

- https://www.halodoc.com/begini-proses-terjadinya-demensia

Anda mungkin juga menyukai