Anda di halaman 1dari 11

EBOLA

OLEH: dr. LESTARI SRI PUSPARINI, M.KKK

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA

TAHUN 2018
1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada 1 Agustus 2018, Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo mengumumkan wabah
baru penyakit virus Ebola di Provinsi Kivu Utara. Kementerian Kesehatan, WHO dan mitra-mitranya
menanggapi peristiwa ini, dan berusaha untuk menetapkan sepenuhnya wabah ini. Pada 9 Oktober
2018, total 194 kasus Ebola virus disease (EVD) (159 dikonfirmasi dan 35 kemungkinan), termasuk 122
kematian (87 dikonfirmasi dan 35 kemungkinan) 1, telah dilaporkan di tujuh zona kesehatan di Provinsi
Kivu Utara (Beni, Butembo, Kalunguta, Mabalako, Masereka, Musienene dan Oicha), dan tiga zona
kesehatan di Provinsi Ituri (Mandima, Komanda dan Tchomia). Sejak pembaruan Berita Penyakit Wabah
terakhir, satu terkena infeksi baru telah dilaporkan, membawa jumlah kasus kumulatif pekerja kesehatan
terinfeksi menjadi 20 (19 dikonfirmasi dan satu kemungkinan), tiga di antaranya telah meninggal.
Virus Ebola menyebabkan penyakit serius akut, yang dapat membawa kematian dan efek fatal jika
tidak diobati. Penyakit virus Ebola / Ebola virus disease (EVD) pertama kali muncul pada tahun 1976
dalam kejadian 2 wabah simultan, satu di Nzara, Sudan Selatan, dan yang lainnya di Yambuku, Republik
Demokratik Kongo. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus tersebut diisolasi
pertama kali.
Wabah tahun 2014–2016 di Afrika Barat adalah wabah Ebola terbesar dan paling kompleks sejak
virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Ada banyak kasus dan kematian dalam wabah kurun
waktu ini daripada gabungan kemunculan wabah ebola lainnya. Wabah dalam kurun waktu ini juga
menyebar antar negara, dimulai di Guinea kemudian bergerak melintasi perbatasan darat ke Sierra Leone
dan Liberia.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus Ebola. Akan
tetapi, dengan kemajuan sistem transportasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus Ebola bisa
mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah
masuknya virus Ebola di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan
karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah karakteristik virus Ebola
b. Bagaimana gejala dan diagnosa penyakit virus Ebola
c. Bagaimana pengobatan penyakit virus Ebola
d. Bagaimana pencegahan penyakit virus Ebola

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui karakteristik virus Ebola
b. Untuk mengetahui gejala dan diagnosa penyakit virus Ebola
c. Untuk mengetahui pengobatan penyakit virus Ebola
d. Untuk mengetahui pencegahan penyakit virus Ebola

2
2 PEMBAHASAN

2.1 VIRUS EBOLA


Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan
pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ini diduga berasal dari Afrika yang ditularkan dari
binatang primate ke manusia.
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit
yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini mempengaruhi sel indotelial pada permukaan pembuluh
darah. Selain itu virus ebola juga mempengaruhi proses koagulasi, dimana pembuluh darah mengalami
kerusakan dan platelet tidak bisa terkoagulasi, sehingga penderita akan mengalami syok hipovolemik.
Virus yang ditularkan melalui cairan tubuh ini pertama kali menyebabkan wabah demam berdarah ebola
pada tahun 1976 di Zaire.
Penyakit virus Ebola Ini disebabkan oleh infeksi dengan sekelompok virus dalam genus Ebolavirus:
a. Virus Ebola (spesies Zaire ebolavirus)
b. Virus Sudan (jenis Sudan ebolavirus)
c. Virus Taï Forest (spesies Taï Forest ebolavirus, sebelumnya ebolavirus Pantai)
d. Virus Bundibugyo (spesies Bundibugyo ebolavirus)
e. Reston virus (spesies Reston ebolavirus)
f. Virus Bombali (spesies Bombali ebolavirus)
Dari jumlah ini, hanya empat (Ebola, Sudan, Taï Forest, dan Bundibugyo virus) diketahui
menyebabkan penyakit pada manusia. Virus Reston diketahui menyebabkan penyakit pada primata dan
babi bukan manusia, tetapi tidak pada manusia. Tidak diketahui apakah virus Bombali, yang baru-baru ini
diidentifikasi pada kelelawar, menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, namun bisa ditemukan juga dalam bentuk
sirkuler atau bercabang. Virion biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki panjang bervariasi antara 800
– 1000 nm. seperti pada gambar 1. berikut,

Gambar 1. virus Ebola

Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh manusia antara lain di sel endotelial,
sel monosit, makrofak dan sel hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes, didalam sekretori
glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus ebola dalam sel mengacaukan sintesis
protein hospes dan system imun hospes.

3
Glikoprotein viral membentuk klompleks trimerik yang merupakan komponen untuk virus
mengikatkan dirinya pada lapisan sel endotelial yang melapisi dinding bagian dalam, pembuluh darah.
Komponen dimerik dari sGP protein, yangmerupakan komponen kompleks trimeric glikoprotein viral
telah mengalabui kerja neutrophil sehingga virus dapat berlindug dari system imundengan menghambat
langka awal aktivitas neutrophil. Di tengah virion terdapat nukleokapsid yang dibentuk oleh kompleks
genom RNA dengan protein NP, VP35, VP30 dan L. Nukleokapsid berdiameter 40-50 nm dan berisi suatu
chanel pusat berdiameter 20-30 nm. Suatu glikoprotein sepanjang 10 nm yang sebagian berada di luar
sarung viral dari virion berfungsi membuka jalan masuk ke dalam sel inang. Diantara sarung viral dan
nukleokapsid terdapat matriks yang berisi protein VP40 dan VP24.
Keberadaan partikel virus dan kerusakan sel akibat proses budding pada saat virion keluar dari
dalam sel yang terinfeksi, mengakibatkan pelepasan sitokin terutama TNF-a, IL-6, IL-8 dan lainnya, yang
merupakan molekul signal untuk aktivitas proses demam dan inflamasi. Disamping itu efek sitopatogenik
virus pada sel indotelial yang melapisi bagian dalam pembuluh darah, dapat menyebabkan kebocoran
pada dinding sel pembuluh darah (gambar 2.).
Kebocoran pada dinding sel pembuluh darah ini diperparah oleh efek sintesis glikoprotein
viralyang mengambil glikoprotein sel yang terinfeksi, sehingga mempengaruhi fungsi protein integrin
yang bertanggung jawab pada intergritas struktur ikatan intraseluler. Hal ini dapat menimbulkan
permeabilitas dinding pembuluh darah. Disamping itu infeksi virus ebola pada sel hepatosis
menyebabkan kerusakan pada sel hati, sehingga mengakibatkan koagulopati atau kelainan pada system
pembuluh darah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika dinding pembuluh darah mengalami
kebocoran dan mekanisme koagulasi tidak bekerja secara efektif, maka darah akan keluar dari pembuluh
darah sehingga menyebabkan hipovolemik dan syok.

Gambar 2 Structure of Ebola virus and its genome

4
2.2 GEJALA DAN DIAGNOSA PENYAKIT
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke penderita lainnya antara lain :
1. Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret dari pasien yang
terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien,
ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan
mukosa. Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur kerja.
2. Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi dalam beberapa
tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa.
3. Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic produk gen
virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh
mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat
ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat

2.2.1 Gejala

Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21 hari. Paling sering antara 4 sampai 10 hari .
Walaupun begitu ada 5 persen masa inkubasi yang mencapai lebih dari 21 hari. Gejalanya biasanya
dimulai dengan influenza yang tiba-tiba dimana penderita merasa lemas, demam, lemah (weakness),
tidak suka makan (anorexia), nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), sakit kepala, dan sakit
tenggorokan. Setelah 6 hari dilanjutkan dengan muntah dan diare berdarah, pendarahan dan ruam
maculopapular.
Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung, demam, sakit kepala, muntah darah,
ruam pada kulit, malaise, sakit oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah tidak dapat membeku,
sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan tenggorokan, pendarahan, diare dan
muntah. Adanya purpura, petekia, sklerotika arteriol dan penurunan tekanan darah adalah tanda bahwa
perjalanan penyakit semakin parah. Demam berdarah ebola (DBE) bersifat mematikan disebabkan
pendarahan internal dan eksternal, syok hipovolemik dan gangguan organ tubuh lainnya.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah
gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah
Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada
40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Pendarahan pada
kulit menyebabkan petechiae, purpura, ecchymoses or hematomas (terutama sekitar tempat
injeksi).Mata menjadi merah karena pendarahan dapat juga terjadi. Pendarahan berat jarang terjadi, dan
jika terjadi biasanya terlokalisasi di saluran pencernaan.
Kesembuhan (recovery) mulai terjadi antara 7 sampai 14 hari, setelah gejala pertama
terjadi.Kematian, jika ini terjadi, biasanya antara 6 sampai 16 hari, setelah gejala pertama terjadi, dan
sering kali, karena 'syok' tekanan darah rendah akibat akibat kekurangan cairan.Pada umumnya,
pendarahan seringkali menunjukkan hal yang buruk, kehilangan darah dapat menyebabkan kematian.
Seringkali penderita mengalami koma, sebelum kematiannya. Penderita yang selamat seringkali

5
mengalami sakit otot dan sendi secara terus menerus, pembengkakan hati, berkuangnya pendengaran,
dan mungkin mengalami hal-hal sebagai berikut: merasa capai, lemas berkelanjutan, berkurangnya nafsu
makan, dan kesulitan mencapai berat semula sebelum sakit. Antibodi terbentuk untuk sekurangnya 10
tahun, tetapi belum jelas apakah penderita yang selamat akan kebal terhadap infeksi berulang. Dan
sesesorang yang telah sembuh tidak akan menyebarkan penyakit lagi.

Gambar 3. Gejala Penyakit Virus Ebola

2.2.2 Diagnosa

Pemeriksaan virus ebola dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan cara
mengisolasi virus, mendeteksi genom atau protein virus, atau dengan cara mendeteksi keberadaan
antibodi spesifik dalam darah penderita. Isolasi virus dapat dilakukan dengan cara kultur sel, dan cara
mendeteksi RNA viral dapat dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR). Sedangkan
unutuk mendeteksi protein vial dapat dilakukan dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) pada tahap awal terjadi infeksi. Teknik ELISA, juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan
antibodi terhadap virus ebola dalam darah penderita pada tahap infeksi lanjut dan tahap pemulihan
Selama wabah Ebola, cara diagnosis virus ebola dengan cara isolasi sangat sulit untuk dilakukan.
Dalam keadaan wabah, umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik ELISA yang cukup
sensitive dan cukup cepat hasilnya.

2.2.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi


a. Tes polimerase chain reaction (PCR)
b. ELISA
c. Deteksi antigen
d. Uji netralisasi serum
e. Mikroskop elektron
f. Isolasi virus dengan kultur sel

6
2.3 PENGOBATAN
Setelah positif didiagnosis menderita Ebola, pasien akan menjalani perawatan intensif di rumah
sakit. Penanganan medis yang cepat dan tepat merupakan kunci dalam utama meningkatkan
kemungkinan keselamatan penderita.
Belum ditemukan obat untuk memberantas virus Ebola. Tetapi penelitian terus dilanjutkan untuk
menemukan vaksin dan obat yang efektif untuk menangani penyakit ini. Perawatan yang dilakukan hanya
bertujuan untuk mendukung kekebalan tubuh pasien dalam melawan virus. Pasien umumnya akan
menerima cairan melalui infus untuk mencegah dehidrasi. Selama tubuh memerangi penyakit Ebola,
tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, serta fungsi organ-organ tubuh pasien harus dipertahankan
semaksimal mungkin. Perawatan suportif melibatkan penggunaan:
 Penggantian / keseimbangan cairan dan elektrolit;
 Mempertahankan status oksigen;
 Menjaga tekanan darah;
 Pengobatan infeksi yang rumit; dan
 Pengobatan gejala spesifik saat muncul.

2.4 PENCEGAHAN
Langkah – langkah pencegahan terhadap penyakit ebola:
a. Hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal wabah terjadi. Atau ketahui di negara mana saja
virus ebola sudah menyebar. Sebagai contoh, sebelum bepergian ke afrika, cari tahu tentang
epidemi yang sedang berkembang saat ini. Cara yang dapat dilakukan dengan memeriksa ke situs
pusat pengendalian dan pencegahan penyakit.
b. Cuci tangan sesering mungkin. Tindakan pencegahan yang satu ini merupakan salah satu langkah
penting yang perlu dilakukan. Sama halnya terhadap pencegahan yang ditimbulkan dari jenis
penyakit menular lainnya. Cucilah tangan menggunakan sabun atau gunakan antiseptik yang
mengandung setidaknya 60 persen alkohol ketika sabun dan air tidak tersedia.
c. Hindari daging hewan liar di dan dari negara berkembang. Hindari membeli atau memakan
binatang liar, termasuk primata yang dijual di pasar lokal.
d. Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Perlu diperhatikan juga untuk menghindari
kontak dengan cairan dan jaringan tubuh seseorang, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan
air liur. Orang yang terjangkit virus ebola paling cepat menular pada tahap akhir, biasanya ketika
korban dalam keadaan parah atau bahkan sudah meninggal.
e. Ikuti prosedur pengendalian infeksi. Jika anda seorang petugas kesehatan, kenakan pakaian
pelindung, seperti sarung tangan, masker, dan perisai mata. Jauhkan orang yang terinfeksi dari
orang lain. Buang jarum dan sterilkan instrumen kesehatan lainnya.
f. Jangan sembarangan menangani mayat korban ebola. Mayat orang yang meninggal karena ebola
masih dapat menular. Tim khusus dan terlatih harus mengubur mayat menggunakan peralatan
yang tepat
Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa dilakukan
yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan formalin dengan
konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether.
Penderita Ebola yang berhasil sembuh mungkin mengalami efek samping yang sulit setelah pemulihan

7
mereka, seperti kelelahan, nyeri otot, masalah mata dan penglihatan dan sakit perut. Para korban
mungkin juga mengalami stigma ketika mereka memasuki kembali komunitas mereka.
Virus Ebola mampu menular dari satu manusia ke manusia lain hanya dengan kontak langsung
saja. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi Ebola ini pun cukup sulit.Yang paling terutama
adalah menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus Ebola sebisa mungkin. Apabila
ada anggota keluarga terinfeksi virus ini sangat dianjurkan agar orang tersebut dirawat di rumah sakit.
Begitu juga apabila ada teman anda yang meninggal akibat penyakit ini, usahakan jangan ada kontak
langsung dengannya.
Secara ringkas, 5 tahapan pencegahan penyakit ebola dalam lingkungan masyarakat antara lain :
a. Health Promotion
Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk melakukan perubahan prilaku untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan higien pribadi dan sanitasi lingkungan dalam lingkungan masyarakat
dan sekitarnya
b. Early Diagnosis
Program penemuan penderita melalui survey pada kelompok – kelompok yang berisiko atau pada
populasi umum dan peda pelaporan kasus.
c. Spesifik protection
Menghindari diri dari gigitan serangga ,berusaha untuk tidak pergi ke daerah yang kurang
penyinaran matahari dan terdapat binatang ataupun serangga yang menjadi sumber penularan
penyakit tersebut untuk menghindari terjadinya komplikasi penyakit dan penyebar luasnya
penyakit tersebut dalam masyarakat.
d. Disability limitation
Terapi kompleks pada penderita ebola agar tidak terjadi kematian dengan menambah konsentrasi
minum penderita agar tidak terjadi dehidrasi serta upaya peningkatan kekebalan tubuh kelompok.
e. Rehabilitation
f. Pendidikan kesehatan kepada para penderita beserta keluarga serta dilakukannya rehabilitasi fisik
dan psikologis pada kasus dan penderita penyakit ebola

2.4.1 Ibu Menyusui

Virus Ebola dapat ditemukan di ASI ibu menyusui. Namun, belum diketahui apakah menyusui akan
menularkan virus ke anak dan menyebabkan infeksi. Apa yang diketahui adalah bahwa bayi dari ibu yang
terinfeksi virus Ebola memiliki risiko tinggi terkena penyakit, tetapi ini mungkin hanya karena kontak
dekat antara ibu dan bayi. Keputusan untuk terus menyusui, jika terinfeksi virus Ebola, harus dilakukan
secara individual. Hal yang perlu dipertimbangkan termasuk:
 usia anak itu?
 jika nutrisi alternatif tersedia?
 kondisi sanitasi tersedia?
Misalnya di daerah yang miskin sumber daya, mungkin tidak ada pilihan lain yang tersedia dan / atau
aman daripada menyusui, misalnya jika tidak ada air bersih untuk menyiapkan formula atau formula
mungkin tidak tersedia

2.5 PERAN KKP

8
Wabah EVD ini mempengaruhi provinsi-provinsi timur laut negara Kongo , yang berbatasan dengan
Uganda, Rwanda, dan Sudan Selatan. Faktor-faktor risiko potensial untuk transmisi EVD di tingkat
nasional dan regional meliputi: hubungan transportasi antara daerah-daerah yang terkena dampak, sisa
negara, dan negara-negara tetangga; perpindahan penduduk internal; dan perpindahan pengungsi
Kongo ke negara-negara tetangga. Negara ini secara bersamaan mengalami epidemi lain (kolera,
poliomyelitis), dan krisis kemanusiaan jangka panjang. Selain itu, situasi keamanan di Kivu Utara dan Ituri
terkadang membatasi pelaksanaan kegiatan respon. Pada 28 September 2018, berdasarkan situasi
keamanan yang memburuk, WHO merevisi penilaian risikonya untuk wabah ini, meningkatkan risiko di
tingkat nasional dan regional menjadi status sangat berbahaya, meskipun risiko tetap rendah secara
global. WHO terus menyarankan pembatasan perjalanan ke, dan perdagangan dengan, Republik
Demokratik Kongo berdasarkan informasi yang tersedia saat ini.
Karena risiko penyebaran nasional dan regional sangat tinggi, penting bagi provinsi dan negara
tetangga untuk meningkatkan kegiatan pengawasan dan kesiapsiagaan. WHO akan terus bekerja dengan
negara tetangga dan mitra untuk memastikan bahwa otoritas kesehatan disiagakan dan secara
operasional siap untuk menanggapi. Kantor kesehatan pelabuhan sebagai UPT Kementerian Kesehatan
berkewajiban mengawasi arus lalu lintas pengunjung dari dan ke negara – negara yang dicurigai sebagai
tempat epidemi Penyakit virus Ebola khususnya Republik Demokratik Kongo dan juga melaporkan setiap
kecurigaan setiap kasus terduga maupun afirmasi kasus penyakit virus Ebola.

9
3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE) yang menyebabkan
pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel
tubuh manusia antara lain di sel endotelial, sel monosit, makrofak dan sel hepar. Replikasi virus ebola
dalam sel mengacaukan sintesis protein hospes dan system imun hospes. Penyakit ebola menyebar dan
masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah,
dan melalui kontak langsung tangan. Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung,
demam, sakit kepala, muntah darah, ruam pada kulit, malaise, sakit otot dan persendian, inflamasi pada
faring, darah tidak dapat membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan
tenggorokan, pendarahan, diareh dan muntah. Cara diagnosis virus ebola dengan cara isolasi sangat sulit
untuk dilakukan. Dalam keadaan wabah, umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik
ELISA yang cukup sensitive dan cukup cepat hasilnya. untuk menghindari agar tidak tertular oleh virus
Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan
pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan mengggunakan perlengkapan khusus.

3.2 SARAN
WHO menyarankan untuk membatasi perjalanan dan perdagangan ke Republik Demokratik Kongo
berdasarkan informasi yang tersedia saat ini. WHO terus memantau secara ketat dan, jika perlu,
memverifikasi langkah-langkah perjalanan dan perdagangan terkait dengan peristiwa ini. Saat ini, tidak
ada negara yang menerapkan tindakan perjalanan internasional secara signifikan ke dan dari Republik
Demokratik Kongo. Wisatawan harus mencari nasihat medis sebelum bepergian dan harus menjaga
kebersihan yang baik.

10
4 DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.who.int/ebola/en/ (diakses 15 oktober 2018)
2. Jahrling PB, et al. Preliminary report. Isolation of Ebola virus from monfilovirus keys imported to
USA.Lancet,1990;335:502-505,
3. Murphy FA, Kiley MP, Fisher-HochS. Filoviridae. Marburg and Ebola Viruses. In: Fields BN, Knipe
DM, et.al., ed. Virology,second edition. NewYork;RavenPress, 1990
4. https://www.researchgate.net/figure/Structure-of-Ebola-virus-and-its-genome-Ebola-virus-
possesses-negativeD-3-8-sense-RNA_fig1_310797842. (diakses 15 oktober2018)
5. https://www.alodokter.com/ebola.html (diakses 15 oktober2018)
6. https://www.cdc.gov/vhf/ebola/about.html (diakses 15 oktober2018)
7. https://www.myvmc.com/diseases/ebola-virus-disease-ebola-hemorrhagic-fever/ (diakses 15
oktober2018)

Koordinator Wilker Pelabuhan.Tg.perak Pelaksana,

dr. Ririn Puspitasari, MM dr.Lestari Sri Pusparini, M.KKK


NIP. 197105052014122001' NIP. 198209302009122001

Mengetahui,
Kepala Seksi
Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan

dr. Deni Apriani, MM


NIP. 197004082002122001

11

Anda mungkin juga menyukai