Gejala-gejalanya[sunting | sunting sumber]
Seseorang mungkin menderita demensia, jika terjadi pemburukan pada: [2]
Makan
Berpakaian (mungkin membutuhkan bantuan)
Kegemaran
Aktivitas rutin (mungkin menjadi tak dapat melakuakn pekerjaan rumah
tangga)
Kepribadian (tanggapan yang tak semestinya, kurang dalam pengendalian
emosi)
Demensia vaskular[7][8]
Pada tahap ini, menurut skala MMSE (bahasa Inggris: Mini-Mental State
Examination), penderita mengalami gangguan minor pada orientasi tempat,
waktu dan ingatan, pada 3 tahun pertama,[9] yang disebut MCI (bahasa
Inggris: mild cognitive impairment) dengan penurunan ketebalan dan
volume otak pada korteks entorinal, hipokampus dan girus supramarginal.[10]
Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyebab
Alzheimer masih belum diketahui, namun perubahan genetik yang diturunkan dari
orang tua diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain faktor
genetik, kelainan protein dalam otak juga diduga dapat merusak sel saraf sehat
dalam otak.
Demensia vaskular
Demensia vaskular disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Stroke
berulang merupakan penyebab tersering dari demensia jenis ini.
Faktor Risiko
Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia, yaitu pertambahan
usia, adanya riwayat demensia dalam keluarga, serta gaya hidup yang tidak baik,
seperti pola makan tidak sehat, tidak rutin berolahraga, merokok, dan kecanduan
alkohol.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang juga berisiko menimbulkan demensia, antara
lain:
Sindrom Down
Depresi
Sleep apnea
Kolesterol tinggi
Obesitas
Hipertensi
Diabetes
Gejala Demensia
Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan cara berpikir,
sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara bicara. Gejala tersebut dapat
memburuk seiring waktu. Agar lebih jelas, berikut adalah tahapan gejala yang
muncul pada penderita demensia:
Tahap 1
Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal,
sehingga belum ada gejala yang terlihat.
Tahap 2
Gangguan yang terjadi pada tahap ini belum memengaruhi aktivitas sehari-hari
penderita. Contohnya, penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan dalam
satu waktu, sulit membuat keputusan atau memecahkan masalah, mudah lupa akan
kegiatan yang belum lama dilakukan, dan kesulitan memilih kata-kata yang tepat.
Tahap 3
Pada tahap ini, penderita dapat tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui,
kesulitan mempelajari hal baru, suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat,
serta terjadi perubahan kepribadian dan menurunnya kemampuan bersosialisasi.
Tahap 4
Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi. Penderita juga
mengalami perubahan pola tidur, kesulitan dalam membaca dan menulis, menarik
diri dari lingkungan sosial, berhalusinasi, mudah marah, dan bersikap kasar.
Tahap 5
Ketika sudah masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demensia
berat. Demensia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri.
Penderita akan kehilangan kemampuan dasar, seperti berjalan atau duduk, tidak
mengenali anggota keluarga, dan tidak mengerti bahasa.
Mudah lupa.
Sulit mempelajari hal baru.
Sulit konsentrasi.
Sulit mengingat waktu dan tempat.
Suasana hati tidak menentu.
Sering kehilangan benda akibat lupa tempat meletakkannya.
Sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara.
Apatis atau tidak perduli terhadap lingkungan sekitar.
Sering mengulang aktivitas yang sama tanpa disadari.
Sulit melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari.
Diagnosis Demensia
Diagnosis demensia cukup sulit dilakukan karena gejalanya mirip dengan penyakit
lain. Oleh karena itu, dokter perlu melakukan serangkaian pemeriksaan untuk
memastikan penyebabnya.
Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien untuk
mengetahui seberapa besar gejala tersebut memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien serta keluarga untuk
mengetahui apakah ada riwayat demensia dalam keluarga.
Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan yang meliputi:
Pemeriksaan saraf
Pemeriksaan saraf dilakukan untuk menilai kekuatan otot serta melihat refleks
tubuh.
Pemeriksaan mental
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan metode mini-mental state
examination (MMSE), yaitu serangkaian pertanyaan yang akan diberikan nilai
oleh dokter untuk mengukur seberapa besar gangguan kognitif yang dialami.
Tes fungsi luhur
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir seseorang, misalnya
dengan meminta pasien berhitung mundur dari angka 100 atau menggambar
jarum jam untuk menunjukan waktu tertentu.
Pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan bila ada penyakit lain yang menimbulkan
gejala demensia, seperti stroke, tumor otak, atau gangguan tiroid. Pemeriksaan
tersebut meliputi:
Pengobatan Demensia
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita beradaptasi dengan
kondisinya, menghambat gejala yang muncul, dan menghindari komplikasi. Berikut
adalah prosedur yang dapat digunakan sebagai pengobatan untuk demensia:
Terapi khusus
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani gejala dan
perilaku yang muncul akibat demensia, yaitu:
Dukungan Keluarga
Selain terapi-terapi di atas, untuk menjaga kualitas hidup penderita demensia,
diperlukan dukungan dari keluarga atau kerabat. Dukungan atau bantuan tersebut
dapat meliputi:
Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala demensia
adalah acetylcholinesterase inhibitors, memantine, antiansietas, antipsikotik,
dan antidepresan.
Operasi
Demensia dapat ditangani dengan operasi jika disebabkan oleh tumor otak, cedera
otak, atau hidrosefalus. Tindakan operasi dapat membantu memulihkan gejala jika
belum terjadi kerusakan permanen pada otak.
Meskipun terdapat sejumlah terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi demensia,
sebagian besar penderita demensia tidak sembuh sepenuhnya. Namun, pengobatan
tetap harus dilakukan untuk meredakan gejala yang muncul. Selain itu, komplikasi
juga dapat dihindari dengan pengobatan yang tepat.
Komplikasi Demensia
Gangguan daya ingat dan cara berpikir yang dialami penderita demensia dapat
menimbulkan komplikasi saat melakukan aktivitas sehar-hari. Contohnya adalah:
Pencegahan Demensia
Belum ada cara pasti untuk mencegah demensia. Namun, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya, seperti:
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Tidur yang cukup.
Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya dengan
mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat. Konsumsi vitamin
untuk otak juga diduga baik untuk mencegah demensia.
Kurangi asupan alkohol.
Menjaga berat badan ideal.
Melatih otak secara berkala, seperti rajin membaca atau bermain teka-teki
silang.
Rutin mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
Segera melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami stres, depresi,
atau gangguan kecemasan.
Alzheimer merupakan penyakit yang bersifat bertahap dan berlangsung dalam waktu
yang lama. Biasanya seseorang mulai terdiagnosis pada umur 60 tahun. Namun,
orang muda pun sudah bisa mengalami penyakit Alzheimer.
Dok mau tanya sebaiknya bagaimana cara merawat atau mengurus orang
demensia?? Dan bagaimana cara menanggulanginya agar penyakit demensia
tersebut tidak bertambah parah?
Terima kasih telah bertanya mengenai demensia menggunakan fitur Tanya Dokter.
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif menyeluruh dari otak. Hal ini ditandai
gangguan fungsi memori atau daya ingat. Awalnya memori jangka pendek yang
terganggu disusul jangka menengah dan panjang, tergantung tingkat keparahannya,
ujarnya. Kondisi ini disertai satu atau lebih gangguan fungsi kognitif lain di antaranya
kemampuan berbahasa, orientasi, eksekutif atau kemampuan bertindak secara
berencana dan mengambil keputusan, berhitung dan pengenalan benda.
Untuk menangani hal ini agar tidak semakin progresif, seseorang dapat terus
distimulasi untuk memiliki berbagai aktivitas otak, seperti membaca, bercerita,
menjahit, merajut, dll. Untuk membedakan demensia yang disebabkan karena
proses degeneratif (penuaan) atau karena penyakit Alzheimer, perlu dilakukan
pemeriksaan oleh dokter secara langsung.
Demensia adalah sekumpulan gejala berupa penurunan fungsi kognitif pada seseorang, seperti
menurunnya daya ingat dan orientasi. Lumrahnya, demensia menyerang kaum lansia.
Gejala ini menyebabkan gangguan perilaku dan kepribadian. Perubahan ini terjadi akibat adanya
kerusakan pada sel otak yang memengaruhi mental dan perilaku ODD.
Penyakit demensia memiliki beberapa turunan. Alzheimer adalah tipe demensia yang paling
sering ditemui. Selain alzheimer, ada juga demensia vaskular, demensia lewy body, demensia
fronto temporal, demensia parkinson, demensia huntington, dan demensia trauma kepala.
Tengok saja kisah penulis asal Kolumbia, Gabriel Garcia Marquez. Karier kepenulisannya harus
berhenti gara-gara demensia yang menyerangnya.
Demensia yang menyerang penulis novel Seratus Tahun Kesunyian ini muncul akibat kanker
limfatik yang dideritanya. Proses pengobatan kanker pelan-pelan mengganggu kesehatan
mentalnya.
"Dia bermasalah dengan ingatannya. Terkadang saya menangis karena saya merasa
kehilangannya," ujar sang adik, Jaime Garcia Marquez, mengutip The Telegraph.
Berbagai faktor melatarbelakangi munculnya gejala demensia. Sebut saja gaya hidup tak sehat
di zaman kiwari yang dapat mempercepat penurunan fungsi otak sebagai kunci utama
demensia.
"Demensia sering terjadi pada lansia atau orang dengan pola hidup tidak sehat seperti merokok,
obesitas, kurang olahraga, stres, depresi, minum alkohol, dan kurang tidur," ujar ahli neurologi,
dr Yuda Turana.
Di Indonesia, angka ODD diperkirakan mencapai 1,2 juta. Angka itu diprediksi meningkat hingga
2 juta pada 2020 dan 4 juta pada 2050.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa demensia merupakan penyebab kematian
ketujuh di dunia. Diperkirakan ada sekitar 47 juta ODD di dunia, yang diprediksi bertambah
menjadi 75 juta pada 2030 dan bertambah tiga kali lipat pada 2050.