Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEMENSIA

1. Definisi

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive)
ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi
perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Hanya
satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif.
Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini
boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan.
Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani
gejala-gejala boleh diperolehi.

2. Faktor-faktor risiko

Ada banyak faktor risiko untuk osteoporosis. Beberapa di antaranya dapat diubah sejak dini, tapi
beberapa lainnya cenderung sulit atau bahkan tidak bisa diubah.

a. Faktor risiko demensia yang tidak bisa diubah:

1. Usia

Anda lebih rentan terkena kondisi ini setelah berusia 65 tahun. Namun, demensia bukanlah
bagian dari proses penuaan yang normal, melainkan juga tidak menutup kemungkinan untuk
terjadi saat usia muda.

2. Riwayat keluarga
Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami kondisi ini, menempatkan Anda pada risiko
lebih besar untuk mengalaminya. Namun, banyak juga orang dengan riwayat keluarga tapi tidak
pernah mengalami gejalanya.

Sebaliknya, tidak sedikit juga orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini tapi
justru mengalaminya. Dokter mungkin akan melakukan beberapa tes untuk menentukan
kemungkinan yang Anda miliki terkait kondisi ini.

3. Down syndrome

Banyak orang dengan Down syndrome mengalami penyakit Alzheimer pada usia paruh baya.

4. Gangguan kognitif ringan

Kondisi ini meliputi gangguan ingatan namun tanpa hilangnya fungsi sehari-hari. Gangguan
kognitif dapat meningkatkan risiko terserang demensia.

b. Faktor risiko demensia yang bisa diubah:

1. Penyalahgunaan alkohol

Sering minum alkohol dalam jumlah banyak, bisa membuat Anda memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami kondisi ini.

2. Faktor risiko penyakit kardiovaskular

Faktor risiko tekanan darah tinggi (hipertensi), kolestrol tinggi, menumpuknya lemak pada
dinding arteri (aterosklerosis), dan obesitas. Kesemua hal tersebut dapat meningkatkan risiko
terkena kondisi ini.

3. Depresi

Meski belum dapat dipahami dengan baik, depresi pada usia lanjut mungkin mengindikasikan
perkembangan demensia.

4. Diabetes

Jika Anda memiliki diabetes, Anda memiliki risiko lebih tinggi terhadap demensia, terutama jika
tidak ditangani dengan baik.

5. Merokok
Meningkatkan risiko terhadap demensia dan penyakit lainnya seperti penyakit pembuluh darah
(vaskular).

6. Sleep apnea

Orang yang sering mendengkur dan berhenti bernapas saat tidur dapat mengalami kondisi yang
ditandai dengan gangguan pada fungsi kognitif.

3. Patofisiologi

Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya komunikasi
antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang dapat mengganggu
fungsinya. Beberapa penelitian telah menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat
menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia
terjadi.

Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan
menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi
vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif
adalah substansia alba dari hemisfer serebral dan nuklei abu-abu dalam, terutama striatum dan
thalamus.

Mekanisme demensia vaskular yang paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single
strategi dan penyakit pembuluh darah kecil.

a. Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda menghasilkan penurunan
kognitif dengan menggangu jaringan neural.

b. Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan kognitif yang
signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri serebral anterior, lobus parietal,
thalamus dan satu girus.

c. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan 2 sindrom major, penyakit Binswanger dan
status lakunar. Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan dinding arteri,
pengembangan ruangan Virchow-Robin dan gliosis parenkim perivaskular.

d. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan menghasilkan lesi kavitas
kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih
sering di kapsula interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba. Status lakunar adalah
kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit pembuluh darah kecil
yang berat dan menyebar.
e. Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai leukoencephalopati subkortikal) disebabkan oleh
penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan vaskular yang terjadi adalah
fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih besar.

4. Komplikasi

Demensia yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berupa:

1. Nutrisi yang tidak tercukupi

Banyak orang dengan pikun karena demensia akan mengurangi atau berhenti makan dan
minum pada akhirnya. Mereka bisa jadi lupa untuk makan dan berpikir bahwa mereka sudah
makan. Perubahan waktu makan atau gangguan suara berisik di sekitarnya juga dapat
mengganggu kegiatan makan mereka. Seringkali, pikun atau demensia yang sudah berat
membuat kehilangan kontrol pada otot-otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan.
Hal tersebut dapat membuat menimbulkan risiko tersedak atau kemasukan makanan ke dalam
paru. Jika ini terjadi, makanan tersebut bisa menghalangi pernapasan dan menyebabkan
peradangan paru.]

2. Penurunan higienitas

Pada kasus demensia yang sedang hingga berat, penderitanya dapat kehilangan kemampuannya
dalam melakukan tugas sehari-harinya secara mandiri. Seseorang bisa menjadi tidak mampu
mandi, berpakaian, mencuci rambut, menggosok gigi, atau menggunakan toilet sendiri.

3. Kesulitan minum obat

Kondisi ini sangat memengaruhi kemampuan mengingat penderita demensia. Karena itu,
mengingat untuk meminum obat dalam jumlah yang benar pada waktu yang benar dapat
menjadi tantangan tersendiri.

4. Kemunduran kesehatan emosional

Demensia dapat mengubah perilaku dan kepribadian. Beberapa perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh gangguan fungsi otak.

Sementara perubahan perilaku dan kepribadian yang lain mungkin disebabkan oleh reaksi
emosional dalam menghadapi perubahan yang terjadi di otak. Demensia dapat berujung pada
depresi, sifat agresif, kebingungan, frustasi, rasa cemas, dan gangguan disorientasi.

5. Kesulitan dalam berkomunikasi


Dengan bertambah beratnya demensia, penderitanya dapat kehilangan kemampuan dalam
mengingat nama orang dan benda serta masalah dalam berkomunikasi dengan orang lain atau
memahami orang lain. Gangguan dalam berkomunikasi ini dapat menimbulkan perasaan
gelisah, terisolasi, dan depresi.

6. Delusi dan halusinasi

Penderita dapat mengalami delusi, yaitu ide/ pikiran yang salah tentang orang lain atau situasi
yang ada. Beberapa orang, khususnya orang dengan demensia yang dapat memiliki halusinasi
visual.

7. Kesulitan tidur

Sesorang dapat mengalami kesulitan tidur, seperti bangun terlalu pagi. Sebagian lagi dapat
memiliki sindrom tungkai gelisah atau gangguan perilaku tidur rapid eye movement (REM) yang
dapat mempengaruhi tidur.

8. Masalah keamanan diri

Oleh karena berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan


masalah, beberapa situasi sehari-hari dapat menimbulkan ketidakamanan bagi penderita
demensia. Contohnya saat menyetir, memasak, terjatuh, tersesat, dan mengatasi rintangan.

Anda mungkin juga menyukai