Anda di halaman 1dari 6

Panduan kegiatan pendampingan istithaah di 11 Kabupaten/ Kota

A. DINAS KESEHATAN
1. Jelaskan tentang tujuan kegiatan pendampingan istithaah yang sedang dilakukan
2. Jelaskan tentang hasil kegiatan embarkasi debarkasi 2017 (jumlah jamaah wafat, jumlah
jamaah tidak laik terbang, diagnosa penyakit terkait jamaah wafat dan tidak laik terbang,
permasalahan yang ada)
Keterangan

Jamaah wafat selama kegiatan Haji di Embarkasi Surabaya 145 orang, jumlah tidak laik terbang 26
orang ( 4 jombang, 3 orang masing masing dari jember dan gresik, 2 orang masing masing dari Kab
Malang, Banyuwangi, Gresik, dan Kab mojokerto, 1 orang masing masing dari Ponorogo,
Trenggalek,Tuban, Bondowoso, Pasuruan, Lumajang, Denpasar,NTT ),

Berdasarkan diagnosa, 6 orang CKD, 5 Gravid,3 dimensia, 3 Ca, dll

3. Jelaskan tusi KKP sesuai permenkes 15 2016, dan permenkes 62 2016


Keterangan

(Permenkes 62/2016), Pelayanan Kesehatan Haji di Embarkasi/Debarkasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 huruf d meliputi: a. pemeriksaan kesehatan; b. pelayanan rawat jalan; c. pelayanan
rawat darurat; d. pemeriksaan laboratorium dan penunjang; e. pelayanan rujukan; f. pelaksanaan
kekarantinaan kesehatan; dan g. Penanganan jemaah haji wafat di pesawat.

Pasal 15 (1) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dilaksanakan
dalam rangka menetapkan status kesehatan Jemaah Haji laik terbang atau tidak laik terbang dan
penilaian kembali Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. (2) Penilaian kembali Istithaah Kesehatan Jemaah
Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Jemaah Haji tertentu yang pada saat di
embarkasi secara medis memiliki potensi tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan.

4. Jelaskan tentang perkembangan kebijakan yang berdampak pada update tusi KKP (surat
sekjen, monev haji 2017, surat puskes haji,SE Dirjen PHU)
5. Jelaskan perubahan ebkjh menjadi kartu elektronik, gelang risti, dll dari sudut pandang KKP
6. Jelaskan mengenai skenario penerbitan ICV dan beberapa kemungkinan yang mungkin
terjadi
Keterangan

Sesuai hasil pertemuan KKP dan kapuskes haji bulan lalu di Semarang, ICV akan diberikan terpisah
dari Kartu Kesehatan Elektronik (jawa, sulsel, dan sumsel), dan akan dibagikan di Kabupaten
Kota,(namun tetap bersiap dengan kemungkinan ketika mendekati keberangkatan ternyata lembar
ICV tidak bisa dihadirkan di Kab kota, maka akan diterbitkan di Embarkasi)

7. Terkait PEMKES II, tanyakan :


a) sejauh mana pelaksanaan ?, berapa jamaah istithaah, istithaah dengan
pendampingan, tidak istithaah sementaran dan tidak memeuhi syarat istithaah ?
b) sudahkah dibentuk tim penyelenggara kesehatan haji dengan SK Bupati
keterangan
Tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri dari: a. Kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota. b. Kepala bidang yang mengelola kesehatan haji di kabupaten/kota. c. Pengelola
kesehatan haji kabupaten/kota dan Puskesmas. d. Pemeriksa kesehatan haji (dokter dan perawat
Puskesmas/klinik dan dokter spesialis di rumah sakit rujukan). e. Tenaga analis kesehatan. f. Tenaga
pengelola data/Siskohatkes. g. Unit kerja pelaksana penyelenggara haji dan umrah Kantor
Kementerian Agama kabupaten/kota.
Tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota terdiri dari unsur Puskesmas, rumah sakit,
program surveilans, promosi kesehatan, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, gizi, pembinaan
kebugaran jasmani, pelayanan kesehatan primer dan sekunder, pengendalian penyakit tidak menular,
pengendalian penyakit menular, dan kesehatan jiwa. Tim penyelenggara tersebut terdiri dari unsur
dokter spesialis, dokter, perawat, penyuluh kesehatan, tenaga farmasi, analis kesehatan, sistem
informasi kesehatan, dan tenaga kesehatan lainnya. Tim penyelenggara kesehatan haji di
kabupaten/kota merupakan tim kesehatan yang bertanggungjawab dalam melakukan program
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji di wilayahnya (juknis istithaah)
c) data jumlah jamaah
d) dimana dilaksanakan (puskesmas/dinkes/RS)
e) terkait pembinaan/ rujukan ke dokter spesialis bagi jamaah dg status istithaah
dengan pendampingan, tidak istithaah sementaara, tidak istithaah , bagaimana
melakukan follow up ?
f) apakah penetapan status istithaah jamaah telah sesuai juknis ?
keterangan

Berdasarkan pemeriksaan kesehatan tahap kedua, ditetapkan istithaah kesehatan jemaah haji
meliputi: a. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji. Jemaah haji memenuhi syarat
istithaah kesehatan merupakan jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses ibadah haji
tanpa bantuan obat, alat dan/atau orang lain dengan tingkat kebugaran setidaknya dengan kategori
cukup.

b. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan. Jemaah haji


yang memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan adalah jemaah haji berusia 60
tahun atau lebih, dan/atau menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam kriteria tidak
memenuhi syarat istithaah sementara dan/atau kriteria penyakit yang tidak memenuhi syarat
istithaah. Yang dimaksud pendamping bisa berupa: 1) Orang. Seseorang yang sanggup menjadi
pendamping jemaah haji harus memenuhi syarat kebugaran dan harus bertanggung jawab penuh
terhadap jemaah haji yang didampingi. Selain itu, orang yang akan mendampingi jemaah haji dengan
penyakit harus memiliki kompetensi yang sesuai dalam mengatasi masalah kesehatan jemaah haji
yang bersangkutan. 2) Alat kesehatan. Alat yang digunakan sebagai pendamping harus dapat
digunakan secara maksimal oleh jemaah haji tersebut. Alat kesehatan yang dimaksud harus benar-
benar dibawa, dan dijamin ketersediaannya oleh jemaah haji untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi. 3) Obat-obatan. Obat yang dibawa jemaah haji harus dapat dipahami aturan
minumnya, dibawa dengan jumlah yang cukup, dan dapat dikelola secara mandiri.

Jemaah haji yang ditetapkan sebagai jemaah haji memenuhi syarat dengan pendampingan harus
diperhitungkan dengan cermat. Pendampingan dimaksud merupakan satu kesatuan dengan diagnosis
yang menjadi dasar penetapan istithaah kesehatan, dan harus disediakan oleh jemaah haji. Jemaah
haji yang memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan harus berkonsultasi
dengan dokter TKHI secara teratur dan berkala pada saat yang bersangkutan melaksanakan ibadah
haji di Tanah Suci.

c. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara. Jemaah haji
yang ditetapkan tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara adalah jemaah haji
dengan: 1) Tidak memiliki sertifikat vaksinasi internasional yang sah. Artinya jemaah haji yang belum
dilakukan penyuntikan vaksinasi meningitis meningokokus. 2) Menderita penyakit tertentu yang
berpeluang sembuh, antara lain tuberculosis sputum BTA positif, tuberculosis multidrug resisten,
diabetes melitus tidak terkontrol, hipertiroid, HIV-AIDS dengan diare kronik, stroke akut, perdarahan
saluran cerna, dan anemia gravis. 3) Suspek dan/atau confirm penyakit menular yang berpotensi
wabah. 4) Psikosis akut. 5) Fraktur tungkai yang membutuhkan immobilisasi. 6) Fraktur tulang
belakang tanpa komplikasi neurologis. 7) Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat
keberangkatan kurang dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu.

Jemaah yang memiliki kondisi atau penyakit yang tergolong kriteria tidak memenuhi syarat istithaah
sementara seperti di atas, harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal agar jemaah haji
tersebut dapat segera memenuhi syarat istithaah.

d. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji. Jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah
kesehatan merupakan jemaah haji dengan kriteria: 1) Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa,
antara lain penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) derajat IV, gagal jantung stadium IV, gagal ginjal
kronik stadium IV dengan peritoneal dialysis/hemodialysis regular, AIDS stadium IV dengan infeksi
opportunistik, stroke hemoragik luas. 2) Gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia berat, dimensia
berat, dan retardasi mental berat.

3) Jemaah haji dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, antara lain keganasan stadium
akhir, totally drug resistance tuberculosis, sirosis dan hepatoma dekompensata.

g) pemberian vaksin meningitis ,apakah dilaksanakan bersamaan dengan pemeriksaan


Ke 2, ataukah ada skenario lain ?
keterangan

Bagi jemaah Haji yang telah ditetapkan sebagai: 1). Memenuhi syarat istithaah, 2). Memenuhi syarat
istithaah dengan pendampingan, dan 3). Tidak memenuhi syarat istithaah sementara, dilakukan
pemberian vaksinasi Meningitis Meningokokkus sesuai ketentuan dan tidak terdapat kontraindikasi
medis. Pemberian vaksin akan diikuti oleh pemberian International Certificate Vaccination (ICV) yang
sah. Bagi jemaah haji yang alergi atau kontraindikasi terhadap vaksin Meningitis Meningokokkus,
maka akan dilakukan tindakan sebagai proteksi terhadap kontak yang memungkinkan peningkatan
penularan atau transmisi bakteri meningitis meningokokkus. Pada kondisi yang demikian diberikan
ICV yang menjelaskan tentang adanya kontraindikasi atau alergi yang dimaksud. Bagi jemaah haji
yang tidak memenuhi syarat istithaah, akan ditunda keberangkatannya selanjutnya dilakukan
pembinaan khusus

h) apakah berita acara istithaah disampaikan kepada jamaah ?


keterangan

berita acara penetapan istithaah disampaikan kepada jamaah yang bersangkutan (pasal 14 ayat 3
permenkes istithaah)

i) apakah berita acara tidak istithaah sementara dan tidak istithaah disampaikan
kepada kemenag
keterangan

berita acara penetapan tidak istithaah sementara dan tidak memenuhi syarat istithaah disampaikan
kepada kemenag untuk ditindak lanjuti sesuai ketentuan (pasal 14 ayat 4 permenkes istithaah)

j) tingkat kepesertaan JKN ?


keterangan

(Permenkes 62/ 2016),Pelayanan Kesehatan Haji diselenggarakan selama di Indonesia dan di Arab
Saudi. (2) Untuk mendukung pemberian Pelayanan Kesehatan Haji sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), setiap Jemaah Haji wajib memiliki jaminan perlindungan kesehatan/asuransi kesehatan. (3) Dalam
hal Jemaah Haji sebagai peserta program Jaminan Kesehatan Nasional, maka memperoleh manfaat
pelayanan kesehatan komprehensif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

k) terkait status istithaah menjadi syarat pelunasan BPIH, apakah ada masalah dalam
pelaksanaannya ? bagaimana solusinya ?

B. PUSKESMAS dengan jumlah jamaah terbanyak/ banyak permasalahan terkait penegakan


Istithaah
1. Apakah pemeriksaan I telah mengkatagorikan jamaah risti/ non risti sesuai permenkes
istithaah ?
Keterangan

Berdasarkan diagnosis dan hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama, tim penyelenggara kesehatan
haji kabupaten/kota menetapkan status risti atau non-risti.

Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi jemaah haji dengan kriteria:
a. Berusia 60 tahun atau lebih, dan/atau
b. Memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial
menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji, misalnya:
1) Penyakit degeneratif, diantaranya Alzheimer dan demensia; 2) Penyakit metabolik, diantaranya
diabetes melitus, dyslipidemia, dan hiperkolesterolemia; 3) Penyakit kronis, diantaranya sirosis
hepatis, keganasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Chronic Kidney Diseases (gagal ginjal
kronik), decompensasi cordis (gagal jantung), dan hipertensi; 4) Penyakit imunologis, diantaranya
asma, Sindrom Lupus Eritematosus (SLE), dan HIV/AIDS (pertimbangkan kerahasiannya); 5) Penyakit
bawaan, diantaranya kelainan katup jantung, kista ginjal, diabetes melitus tipe 1; dan 6) Penyakit
jiwa, diantaranya skizofrenia dan gangguan bipolar.
c. Memiliki faktor risiko kesehatan yang potensial menyebabkan
ketidakmampuan menjalankan rukun dan wajib haji dan mengancam
keselamatan jemaah haji, antara lain:
1) Penyakit kardiovaskuler. 2) Penyakit metabolik. 3) Penyakit paru atau saluran nafas. 4) Penyakit
ginjal. 5) Penyakit hipertensi. 6) Penyakit keganasan, seperti kanker.

2. bagaimana kesiapan petugas?, sarana pra sarana ? (kimia klinik (sperti GDP,2 JPP, lipid),
ECG, thorax RO, diagnosa ICD X, pemkes jiwa sederhana sesuai lampiran 5 juknis istithaah,
pemeriksaan kebugaran rockpot , sesuai lampiran 7 )
3. pembinaan/ rujukan ke dokter spesialis bagi jamaah dg status istithaah dengan
pendampingan, tidak istithaah sementaara, tidak istithaah , bagaimana melakukan follow up
?

C. RUMAH SAKIT
1. Bagaimana kesiapan dan peran rumah sakit dalam implementasi permenkes istithaah ?
Keterangan

RS adalah bagian dari tim Penyelenggara Kesehatan Haji kab/ Kota, menerima rujukan dari puskesmas
dan memberikan diagnose penyakit dimana keputusan ada ditangan ketua tim/ dinkes, RS juga
melakukan pembinaan kesehatan bagi jamaah

2. Apakah dokter dokter spesialis telah terpapar dengan informasi terkait istithaah kesehatan
haji ?
D. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN/ KOTA
1. Adakah permasalahan yang timbul terkait implementasi SE DIRJEN PHU ?
2. Bagaimana solusinya ?
Keterangan

SE dirjen PHU KEMENAG RI no 40001/ 2018

1. mempersyaratkan pelunasan BPIH setelah jamaah melakukan pemeriksaan ke 2, dan telah


dinyatakan istithaah/ istithaah dengan pendampingan
2. SPMA diterbitkan setelah pemeriksaan kesehatan 2, dan telah mendapatkan vaksinasi
meningitis

Anda mungkin juga menyukai