PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Osteoporosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
penurunan densitas massa tulang dan perubahan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat dijumpai
tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam
kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Masyarakat atau
populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia
yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada
kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis.
Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada
wanita
proses
ini
akan
semakin
cepat
pada
masa
menopause.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mamapu mengetahui pengertian Osteoporosis
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari Osteoporosis
3. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis Osteoporosis
serta
patogenesisnya
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari Osteoporosis
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan dan diagnosis Osteoporosis
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan
Osteoporosis
7. Mahasiswa mampu mengetahui prognosis dan komplikasi Osteoporosis
D. MANFAAT
1. Mampu mengetahui pengertian Osteoporosis
2. Mampu mengetahui etiologi dari Osteoporosis
3. Mampu mengetahui jenis-jenis Osteoporosis serta patogenesisnya
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis dari Osteoporosis
5. Mampu mengetahui pemeriksaan dan diagnosis pada Osteoporosis
6. Mampu mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan Osteoporosis
7. Mampu mengetahui prognosis dan komplikasi Osteoporosis
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Definisi
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. (Sudoyo,2005).
B. Etiologi
absorpi
kalsium
di
usus
sehingga
menyebabkan
hiperparatiroidisme
sekunder
yang
mengakibatkan
timbulnya
osteoporosis
2. Osteoporosis Sekunder
Yaitu osteoporosis yang diketahui sebabnya, dapat disebabkan oleh
penyakit-penyakit
tulang
erosif
(misalnya
mieloma
multiple,
Pemeriksaan Radiologis
Dual Energy X-Ray Absorptimetry (DXA)
DXA merupakan metode yang paling sering digunakan dalm diagnosis
osteoporosis karena mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Sumber energinya bukan dari sinar X tapi enerigi yang dihasilkan dari tabung
sinar X. Hasil pengukurannya berupad densitas mineral tulang, kandungan
mineral, perbandingan hasil densitas mineral tulang. Katagori Diagnostiknya
Normal untuk T-score >-1 ; Osteopenia <-1 ; Osteopororsis <-2,5 (tanpa
fraktur) ; Osteoporosis berat <-2,5 (dengan fraktur).(Hayes, 2004).
Single-Photon Absorptimetry (SPA)
SPA digunakan unsure radioisotope I yang mempunyai energy photon rendah
dan digunakan hanya pada bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak
yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Metode ini mempunyai kelebihan berupa tidak menggunakan radiasi, aplikasi
ini dipakai untuk menilai tulang trabekula melalui dua langkah yaitu T2
sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan
tulang trabekula dan kedua untuk menilai arsitektur trabekula
G. Tata laksana dan Pencegahan
Tata laksana : Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca
menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen
(biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa
memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan
untuk mengobati osteoporosis. Pria yang menderita osteoporosis biasanya
mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam
jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan
testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang pergelangan
biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang
belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri,
dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :
a. Diet
b. Pemberian kalsium dosis tinggi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi
d.Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi
nyeri punggung. (www.medicastore.com, 2005)
Pencegahan osteoporosi meliputi:
a.
Mempertahankan
atau
meningkatkan
kepadatan
tulang
dengan
Komplikasi : Dapat terjadi fraktur pada penderita, karena terjadinya traumatrauma ringan karena osteoporosis menyebabkan berkurangnya densitas massa
tulang. (Rasjad,2005).
BAB III
PEMBAHASAN
Data : Eyang Neli, 76th, seorang lansia, beliau seorang pemulung, saat berjalan tibatiba merasakan nyeri pada vertebrae dan hip jointnya. Nyeri dirasakan 6 bulan yang
lalu dan bertambah berat ketika malam hari atau waktu istirahat. Saat mandi beliau
terjatuh dan hasil pemeriksaan radiologis didapatkan hasil fraktur Colles dan fraktur
kompresi vertebrae. Dokter melakukan pemeriksaan DXA (dual-energy x-ray
absorptiometry) karena dokter mencurigai Eyang Neli mengalami frakur fisiologis.
Hasil pemeriksaan serum didapatkan hasil hipokalsemia. Eyang Neli bercerita kalo
beliau telah menopause sejak umur 39th makan sehari-hari hany 2x sehari dengan lauk
seadanya
Analisis data :
1. Eyang Neli merasakan nyeri vertebrae dan hip jointnya saat berjalan hal ini
dikarenakan umur eyang Neli yang dikatagorikan seorang lansia sehingga pada
lansia struktur dan komponen tulang tidak sepadat waktu muda, pada lansia tulang
mengalami penurunan densitas massa tulang, sehingga tulang-tulang tidak kompak
dan teratur dan tulang belakang sebagai penopang tubuh kurang mampu unutk
menahan beban dari atas sehingga merasakan nyeri pada vertebrae dan hip
jointnya
2. Nyeri dirasakan pada malam hari ketika beristirahat hal ini dikarenakan pada saat
tidur posisinya berbeda dengan saat berdiri dan perubahan posisi tidur yang tidak
9
disadari saat tidur menyebabkan rasa nyeri, ini merupakan gejala awal dari
osteoporosis, dimana nyeri dirasakan lama berbulan-bulan kemudian hilang dan
timbul lagi
3. Saat terjatuh eyang Neli mengalami fraktur Colles yaitu fraktur di radius dan
fraktur kompresi vertebrae yaitu fraktur karena penekanan pada tulang vertebrae
saat jatuh di kamar mandi, dimana tulang pada lansia umumnya telah rapuh dan
massa tulang tidak sekompak dan sepadat dahulu sehingga apabila ada trauma
yang ringan saja menyebabkan terjadinya fraktur pada penderita
4. Dilakukan pemeriksaan radiologis DXA pada eyang Neli untuk melihat densitas
mineral tulang sehingga apabila kadarnya rendah maka ini merupakan faktor
penting terjadinya fraktur tersebut, DXA banyak digunakan di Indonesia karena
tidak menggunakan sinar X saat pemeriksaan dan memiliki tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi
5. Dokter mencurigai fraktur fisiologis pada eyang Neli karena berdasarkan data
bahwa eyang Neli ini telah masuk ke tahap lansia dimana pada usia seperti itu
dapat terjadi fraktur fisiologis yang dikarenakan menurunnya aktifitas seseorang
dan densitas dari massa tulang yang menyebabkan osteoporosis
6. Hasil pemeriksaan serum didapatkan hipokalsemia, ini merupakan salah satu
kompensasi tubuh dimana terjadi penurunan volume sehingga tubuh mengambil
kalsium dari tulang sehingga terjadi peningkatan kadar kalsium di darah dan
penurunan kalsium di tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan tidak kompak
serta teratur
7. Eyang Neli mengalami menopause sejak umur 39 th, ini merupakan menopause
yang dini sehingga dalam tubuh mengalami penurunan hormone estrogen yang
dapat memacu kerja osteoklas dengan peningkatan produksi berbagai sitokin yang
meningkatkan resorpsi tulang oleh osteoklas sehingga tulang menjadi rapuh dan
terjadi osteoporosis. Selain dampak bagi osteoklas penurunan estrogen ini juga
menyebabkan penurunan absorpsi kalsium dan reabsorbsi kalsium diginjal
sehingga memacu kerjad PTH menjadi hiperparatiroidisme yang menimbulkan
distribusi kalsium terganggu menjadi osteoporosis
10
8. Makan eyang Neli dengan lauk seadanya dan 2x sehari menyebabkan asupan
nutrisi tubuh berkurang dan tidak maksimal dan pekerjaan eyang Neli sebagai
pemulung menyebabkan eyang Neli kurang mendapatkan nutrisi dan vitamin yang
cukup sehingga metabolism tubuh kurang maksimal
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah
2. Faktor penyebab dari osteoporosis adalah usia, jenis kelamin, merokok,
alcohol, lingkungan, genetic, hormonal dan penyakit kronik, dan sifat fisik
tulang
3. Jenis-jenis osteoporosis dibagi menjadi osteoporosis primer (osteoporosis
yang tidak diketahui penyebabnya), osteoporosis sekunder (yang diketahui
penyebabnya), dan osteoporosis idiopatik (yang biasa dijumpai oleh anakanak, remaja)
4. Osteoporosis primer dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis tipe I dan
osteoporosis tipe II
5. Osteoporosis tipe I disebabkan oleh karena pasca menopause, disebabkan
oleh defisiensi estrogen akibat menopause dan tipe II karena gangguan
absorpsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme
sekunder
6. Manifestasi klinis dari osteoporosis adalah nyeri akut yang berlangsung
lama berbulan-bulan kemudian apabila terjadi trauma ringan gampang
terjadi fraktur
7. Pendekatan klinis osteoporosis dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik (terjadi penurunan indeks massa tubuh/IMT),
pemeriksaan biokimia tulang (pemeriksaan total kalsium pada serum, ion
kalsium, kadar kalsium dalam urin), pemeriksaan radiologis (DXA- tidak
menggunakan sinar X, hasil lebih akurat dan presisi yang tinggi, SPA-
11
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Wim; Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. pp 907-10.
12
13