Anda di halaman 1dari 8

510

KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI


Kris Pranarka, Rejeki Andayani R

PENDAHULUAN memenuhi ampula rektum pada colok dubur; dan atau


timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang
Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan penyakit. tampak pada foto polos perut.
Sekitar 80% manusia pernah menderita konstipasi dalam Studi epidemiologis menunjukkan kenaikan pesat
hidupnya dan konstipasi yang berlangsung singkat masih dari konstipasi terkait dengan usia terutama berdasarkan
dianggap normal. Menurut Notionot Heolth lnterview keluhan pasien dan bukan karena konstipasi klinis. Banyak
Survey pada tahun 1991, sekitar4,5juta pendudukAmerika orang mengira dirinya konstipasi bila tidak buang air
mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, besar (BAB) tiap hari sehingga sering terdapat perbedaan
perempuan, dan orang berusia 65 tahun ke atas. Hal ini pandang antara dokter dan pasien tentang arti konstipasi
menyebabkan kunjungan ke dokter sebanyak 2,5juta kali/ itu send iri.
tahun dan menghabiskan dana sekitar 725juta dolar untuk Frekuensi BAB bervariasi dari 3 kali per hari sampai
obat-obatan penca har 3 kali per minggu. Secara umum, bila 3 hari belum BAB,
Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang massa feses akan mengeras dan ada kesulitan sampai
terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan keluhan rasa sakit saat BAB. Konstipasi sering diartikan sebagai
ini dengan bertambahnya usia; 3O-4Oo/o orang berusia kurangnya frekuensi BAB, biasanya kurang dari 3 kali per
di atas 65 tahun mengeluh konstipasi. Di lnggris, 30% minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras, serta
penduduk berusia di atas 60 tahun merupakan konsumen kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.
yang teratur menggunakan obat pencahar. Di Australia, Orang usia lanjut seringkali terpancang dengan kebiasaan
sekitar 20% dari populasi berusia di atas 65 tahun BAB-nya. Hal ini mungkin merupakan kelanjutan dari pola
mengeluh mengalami konstipasi dan terjadi lebih banyak hidup semasa kanak-kanak dan saat masih muda, dimana
pada perempuan dibandingkan pria. Suatu penelitian setiap usaha dikerahkan untuk BAB teratur tiap hari, kalau
yang melibatkan 3.000 orang berusia di atas 65 tahun perlu dengan menggunakan pencahar untuk mendapat-
menunjukkan sekitar 34% perempuan dan 26% pria kan perasaan sudah bersih. Ada anggapan umum yang
mengeluh mengalami konstipasi. salah bahwa kotoran yang tertimbun dalam usus besar
akan diserap lagi, berbahaya untuk kesehatan, dan dapat
memperpendek usia. Ada pula yang mengkhawatirkan
DEFINISI KONSTIPASI keracunan dari fesesnya sendiri bila dalam jangka waktu
tertentu tidak d ikeluarkan.
Pada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson,
tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi meliputi paling sedikit 2 dari keluhan di bawah ini dan
yang berlainan antara individu. penggunaan istilah terjadi dalam waktu 3 bulan: a). konsistensi feses yang
konstipasi secara keliru dan belum adanya definisi keras; b). mengejan dengan keras saat BAB; c). rasa tidak
yang universal menyebabkan lebih kaburnya hal ini. tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB; d).
Biasanya konstipasi berdasarkan laporan pasien sendiri frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.
atau konstipasi anamnestik dipakai sebagai data pada lnternationol Workshop on Constipotion berusaha
penelitia n-penelitian. Batasan dari konstipasi klinis yang lebih jelas memberikan batasan konstipasi. Berdasarkan
sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses rekomendasinya, konstipasi dikategorikan dalam dua

782
KONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI 3783

golongan: '1). konstipasi


fungsional, 2). konstipasi karena bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak
penundaan keluarnya feses pada muara rekto-sigmoid. mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna.
Konstipasi fungsional disebabkan waktu perjalanan Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi
yang lambat dari feses, sedangkan penundaan pada muara bukanlah karena bertambahnya usia tetapi memang
rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal. khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Yang terakhirini ditandai adanya perasaan sumbatan Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan
pada anus. oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan
adanya perubahan daritotalwaktu gerakan usus, termasuk
aktivitas motorik dari kolon. Total waktu pergerakan
Tabel 1. Definisi Konstipasi sesuai lnternational Work- usus dengan mengikuti petanda radioopak yang
shop on Constipation
ditelan, normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan.
Tipe Kriteria Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang
1. Konstipasi. dua atau lebih dari keluhan ini ada menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu
fungsional paling sedikit dalam 12 bulan: gerakan usus dari 4 sampai t hari. Pada mereka yang
. mengedan keras 25o/o dari BAB dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang
. feses yang keras 25o/o dari BAB lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang dipakai
. rasa tidak tuntas 25% dari BAB
terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan
. BAB kurang dari 2 kali per minggu
paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid.
2. Penundaan . hambatan pada anus lebih dari 25%
Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas
pada muara BAB
rektum . waktu untuk BAB lebih lama motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjuk-
. perlu bantuanjari-jari untuk menge- kan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat
luarkan feses berkurangnya inervasi intrinsik karena degenerasi pleksus
mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang
saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan
memanjangnya waktu gera kan usus.
PATOFISIOTOGI KONSTIPASI
lndividu di atas usia 60 tahunjuga terbukti mempunyai
Defekasi sepertijuga pada berkemih adalah suatu proses
kadar plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai
peningkatan ikatan pada reseptor opiat endogen di usus.
fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan
serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan
dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan opiat yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon,
fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-
dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya kolon.
Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus
mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal.
Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan
usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan konstipasi
konstipasi.
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan
feses yang kecil dan keras, sehingga upaya mengejan lebih
yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan.
keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan
Feses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti
pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan
relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk menghindarkan
pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi lebih la njut.
Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah
dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar
pada usia lanjut. Sebaliknya pada mereka yang mengalami
pelvis yang dipersarafi oleh saraf pudendus. Otak
menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis
pada rektum:
anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi
otot dinding perut. Kontraksi ini akan menaikkan tekanan Diskesia Rektum
dalam perut, relaksasi sfingter dan otot Ievator ani. Baik Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum,
persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang
proses BAB. kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk

Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan
multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum
Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari
pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh karena dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia
3784
GERIATRI DAN GERONTOI"OGI

rektum juga dapat diakibatkan


kurang tanggapnya atau
penekanan pada doron Tabel 2. Faktor-faktor Risiko
Konstipasi pada Usia
d jumpa p;;;;;- iil":::: iJ? ;:::i::
p"i.
i:li Lanjut
daerah an us dan rektum. Obat-obatan
. golongan antikolinerg ik .
Dis-sinergia pelvis . golongan narkotik .
kalsium antagon is
. preparat kalsium
Terdapat kegagaran untuk
reraksasi otot puborektaris .
golongan analgetik . preparat besi
dan sfingter anus eksterna
saat pemeriksaan
BAB. .
golongan diuretik . antasida aluminium
manometrik menunjukkan peningkatan secara NSAID . penyalahg naan
saluran anus saat mengeian.
t"k.;;"-;.;" pe nca ha r
u

Kondisi neurologis
. stroke .
Peningkatan Tonus Rektum
. Penyakit parkinson .
trauma medula spinalis
neuropati diabetik
Gangg uan metabolik
o:'r,,:rn
mengeruarkan feses yang .
l:1,:1
(eL . )efln9
bentuknva hiperkalsemia
drtemukan pada kolon yang,plstiL
sepeitl
. hipokalemia
pada penyakit rn table
bowe, dimana konstipasi . hipotiroid
merupakan har yang oo^,,]j,l.no'ote, Kausa psikolog is
. psikosis .
. kurang privasi untuk
depresi
FAKTOR-FAKTOR RISIKO . demensia .
BAB
KONSTIPASI PADA USIA mengabaikan doronqan
TANJUT BAB
. konstipasi imajiner
Dibutuhkan pengenalan faktor-faktor Penyakit-penyakit saluran
risiko yang cerna
:"-1:l,"".dengan konstipasr pada usia lanjut
untuk . kanker kolon .
memahami masalah ini. Seba, . divertikel .
lrritoble boweL syndrome
menyeba bka n ,.;;,;;r;;;::":"""L"ir:3x:T:;:iffi, . ileus .
rektokel
obat mempunyai potensi untuk
hal ini. Beberaoa
. hernia .
wasir
kelainan
neurologis dan endokrin _m",.b"i,k 'O'# . volvulus .
fistula/fisura ani
; rr"
inersia kolon
mengakibatkan konstipasi yang Lain-lain
berat. S".r;.;;;;, .
sebagian faktor-faktor risiko
tersebut dapat dilihat pada .
diet rendah serat . bepergian jauh
tabel 2. .
kurang cairan . pasca tindakan beda
imobilitas/kurang olah_ perut
h
raga

TAMPITAN KTINIS KONSTIPASI


. adanya perembesan feses
cair pada pakaian dalam
An,amnesis yang terperinci
merupakan hal terpentino ' menggunakan bantuan jari_jari
untuk ,ung"irrrtun
untuk mengungkapkan adakah feses
k"r"ip.ri d"; f.k,:;;:;;;:
penyebabnya. Konstipasi
merupakan suat, k"lr;r;
. menggunakan obat-obatan
;;;i; pencahar untuk bisa BAB

ff ilil::"san berbasaitanaa aan kelunan


t.,;;;; .. , ,Pemeriksaan fisis pada konstipasi sebagian besar
mengetuh konstipasi tidak f!1k !ia.n"tg.
pemeriksaan
kerainan yans jetas. wataupui;;;;;;
setalu sesuai
oengan patokan-patokan
^-^j::,"ll",rn vang obyektif. Mirrl"y;
fisis yang teliti dan
untuk menemukan kelainan_ket.inun
,""y",r;il;;;;';;;
dalam 24 jam belum BAB ;i; yung il;;;;;
khususnya fungsi usus b;r.;
m en geja n d, n p"r.ru.
r, ti;.iti;;:",
I;rt; ;H lil; I-Tl""S.rrli
oengan pemeriksaan rongga ;;;;t;
mengira dirinya menderita mulut meliputi ;;r;r;l;;;:
konstipasi. adanya lesi selaput lendir rr
keluhan yang menssanssu,.u,u 0.0.,
,Bebelana
konstipasi adala h:
mungkin berhubungan dengan o"nn".,o'lll li:,I:T.Lriln
, ,remenksaan daerah perut dimulai dengan
. kesulitan memulai dan adakah pembesaran abd(
inspeksi
. menge..jan keras saat BABmenyelesaikan BAB s" .;;;;;; #J#il;ii;11?::: *,:;
. massa feses yang keras :"-:1:,."
untuk menilai kekuatan otot_otot perut.
dan sulit keluar
. perasaan tidak tuntas dalam dapat meraba massa feses
Catpari ieOIf,
saat BAB di kolon, adanya tumor
. sakit pada daerah rektum atau aneurisma aorta. pada
. saat BAB perkusi dicari .ri;r;;;;
rasa sakit pada perut saat pengumpulan gas berlebihan,
BAB pembesaran orgrn, rr,,"r,
atau adanya massa feses.
Auskultasi
"r,rr;i;;;;;;;
@}ISTIPASI DAN INKONTINENSIA AI.VI 3785

-:-dengarkan suara gerakan usus besar, normal atau si kelainan anorektal dan mengevaluasi
meng identifika
:r'ebihan, misalnya pada sumbatan usus. Pemeriksaan kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai
:.:.ah anus memberikan petunjuk penting, misalnya semacam pasta yang konsistensinya mirip feses,
:::<ah wasir, prolaps, fisura, fistula, dan massa tumor di dimasukkan ke dalam rektum. Kemudian penderita
::::ahanus yang dapat mengganggu proses BAB. duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesawat sinar
Pemeriksaan colok dubur harus dikerjakan antara lain X. Penderita diminta mengejan untuk mengeluarkan
--:uk mengetahui ukuran dan kondisi rektum serta besar pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses
::- konsistensi feses. Colok dubur dapat memberikan berlangsu ng.
-'crmasi tenta ng: Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan
pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada
' tonus rektum
. tonus dan kekuatan sfingter
berbagai rangsang untuk menilai fungsi anorektal.
. kekuatan otot puborektalis dan otot-otot dasar pelvis
Pemeriksaan elektromiografi dapat mengukur misalnya
. adakah timbunan massa feses
tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adakah atrofi
. saraf yang dibuktikan dengan respons sfingter yang
adakah massa lain (misalnya hemoroid)
. terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan
ada kah darah
. adakah perlukaan di anus
kelainan anatomik maupun fungsional, sehingga penyebab
dari konstipasi disebut sebagai non-spesifik.
:emeriksaaan laboratorium dikaitkan dengan upaya
-endeteksi faktor-faktor risiko penyebab konstipasi,
-isalnya glukosa darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, KOMPLIKAS! KONSTIPASI PADA USIA TANJUT
:remia yang berhubungan dengan keluarnya darah dari
-ektum, dan sebagainya. Prosedur lain misalnya anuskopi Walaupun untuk kebanyakan orang usia lanjut, konstipasi
:ranjurkan dikerjakan secara rutln pada semua pasien hanya sekedar mengganggu, tetapi untuk sebagian kecil
:engan konstipasi untuk menemukan adakah fisura, ulkus, dapat berakibat komplikasi yang serius, misalnya impaksi
,.;asir dan kega nasa n. feses. lmpaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya
Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita feses pada daya penyerapan dari kolon dan rektum yang
<onstipasi, terutama yang terjadinya akut. Pemeriksaan berkepanjangan. Feses dapat menjadi sekeras batu, di
ni dapat mendeteksi adakah impaksi feses dan adanya rektum (70%), sigmoid (20%), dan kolon bagian proksimal
nassa feses yang keras yang dapat menyebabkan (10'/"\.
sumbatan dan perforasi kolon. Blla diperkirakan ada lmpaksi feses merupakan penyebab yang penting
sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium dari morbiditas pada usia lanjut, meningkatkan risiko
enema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan. perawatan di rumah sakit dan mempunyai potensi untuk
Pemeriksaan yang intensif ini dikerjakan secara selektif komplikasi yang fatal. Penampilannya sering hanya
setelah 3-6 bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil berupa kemunduran klinis yang tidak spesifik. Kadang-
dan dilakukan hanya pada pusat-pusat pengelolaan kadang dari pemeriksaan fisis didapatkan panas sampai
konstipasi tertentu. 39,5"C, delirium, perut yang tegang, suara usus melemah,
Uji yang dikerjakan dapat bersifat anatomik (enema, aritmia serta takipnea karena peregangan dari diafragma.
proktosigmoidoskopi, kolonoskopi) atau fisiologik Pe me riksaa n laboratorium didapatkan lekositosis.
(waktu singgah di kolon, cinedefecog rafi, manometri Peristiwa ini bisa diakibatkan ulserasi sterkoraseus dari
dan elektromiografi). Proktosig-moidoskopi biasanya suatu fecaloma yang keras menyebabkan ulkus dengan
dikerjakan pada konstipasi yang baru terjadi sebagai tepi yang nekrotik dan meradang. Dapat terjadi perforasi
prosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila dan penderita datang dengan sakit perut berat yang
ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari mendada k.
rektum atau adanya riwayat keluarga dengan kanker kolon lmpaksi feses yang berat pada daerah rektosigmoid
perlu dikerjakan kolonoskopi. dapat menekan leher kandung kemih menyebabkan
Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon retensio urin, hidronefrosis bilateral, dan kadang-kadang
dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radiologis gagal ginjal yang membaik setelah impaksi dihilangkan.
setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini lnkontinensia alvi juga sering didapatkan, karena impaksi
terutama ditemukan di rektum menunjukkan kegagalan feses di daerah kolorektal.
fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukkan Volvulus daerah sigmoid juga sering terjadi sebagai
kelemahan yang menyeluruh. komplikasi dari konstipasi. Mengejan berlebihan dalam
Sinedefecografi adalah pemeriksaan radiologis daerah jangka waktu lama pada penderita dengan konstipasi
anorektal untuk menilai evakuasi feses secara tuntas, dapat berakibat prolaps dari rektum.
3786 GERIATRI DAN GERONTOLOGI

PENGOBATAN sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya


antara lain: Minyak kastor, Golongan docusate
Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan . golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup
untuk mengatasi konstipasi, merangsang upaya untuk aman untuk digunakan, misalnya pada penderita
memberikan pengobatan secara simtomatik. Sedangkan gagal ginjal, antara lain: Sorbitol, Loctulose, Glycerin
bila mungkin, pengobatan harus ditujukkan pada . merangsang peristaltik,sehingga meningkatkan
penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak
jangka panjang terutama yang bersifat merangsang dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan
peristaltik usus, harus dibatasi. ini bila dipakai untukjangka panjang, dapat merusak
Strategi pengobatan dibagi menjadi: 1).Pengobatan non pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon.
farmakologis, 2). Pengobatan farmakologis Contohnya antara lain: Bisakodil, Fenolptolein

Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak


Pengobatan Non Farmakologis dapat diatasi dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin
Latihan usus besar. Melatih usus besar adalah suatu dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi
bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita sub total dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini
konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit
Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara ter- yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak
atur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. ada respons dengan pengobatan yang diberikan. Pada
Dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, umumnya, bila tidak dilumpai sumbatan karena massa atau
sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan
penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang
untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan INKONTINENSIA AIVI
untu k BAB in i.
Pendahuluan
Diet. Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi
lnkontinensia alvi sering digambarkan sebagai peristiwa
terutama pada golongan usia lanjut. Data epidemiologis
yang tidak menyenangkan tetapi tidak terelakkan,
menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat
berkaitan dengan usia lanjut. Sebenarnya, seperti halnya
mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam-macam
penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan
dengan ulkus dekubitus, inkontinensia alvi seringkali
terjadi akibat sikap dokter dan tindakan keperawatan
kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat
yang kurang tepat. Dengan diagnosis dan pengobatan
feses serta mempersingkat waktu transit di usus.
yang sesuai, inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir
Untuk mendukung manfaat serat ini, diharapkan
seluruhnya dapat dicegah.
cukup asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak
Inkontinensia alvi lebih jarang ditemukan dibanding-
ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
kan inkontinensia urin. Tiga puluh hingga lima puluh
Olahraga. Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga persen pasien dengan inkontinensia urin, juga menderita
juga membantu mengatasi konstipasi. Jalan kaki atau inkontinensia alvi. Keadaan ini menunjukkan mekanisme
lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan patofisiologi yang sama antara inkontinensia urin dan
kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan inkontinensia alvi.
meningkatkan tonus otot usus. Dianjurkan juga untuk Untuk sebagian orang usia lanjut, inkontinensia
melakukan senam perut untuk memperkuat otot-otot alvi dapat mengakibatkan pengurangan aktivitas fisis,
dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni kehilangan kontak sosial, dan lebih jelek lagi sampai di-
pada otot perut. isolasi. lnkontinensia alvi saat ini merupakan penyebab
kedua di Amerika Serikat untuk memasukkan orang
Pengobatan Farmakologis usia lanjut di rumah-rumah perawatan. Sekitar 7% dari
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan populasi usia lanjut mengalami inkontinensia alvi paling
terapi farmakologis, dan biasanya dipakai obat-obatan sedikit sekali seminggu, dan sampai 50% dari mereka
golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar: yang dirawat di rumah-rumah perawatan bagi usia lanjut,
. memperbesar dan melunakkan massa feses, antara menderita inkontinensia alvi.
lain: CereaL, Methyl selulose, Psilium Kebanyakan pasien tidak pernah melaporkan masalah
. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja ini pada dokternya. Pria usia lanjut lebih sering mengalami
dengan menurunkan tegangan permukaan feses, inkontinensia alvi dibandingkan perempuan usia lanjut,
G-PASI DAN INKONTINENSIA ALVI 3787

=- ::-:Jk in kontinensia nya lebih sering cair daripada mengeluhkan konstipasi bila ada kesulitan mengeluarkan
feses yang keras atau merasa kurang puas saat buang air
besar Konstipasi sering sekali drjumpai pada usia lanjut
dan merupakan penyebab utama pada inkontinensia alvi
>€\GATURAN DEFEKASI NORMAL pada usia ut.
la nj

Obstipasi bila berlangsung lama dapat mengakibatkan


l:-:.:si seperti juga halnya berkemih, adalah suatu sumbatan/impaksi dari massa feses yang keras (skibala).
: ::=-. ;isiologis yang melibatkan: Massa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat
- . :crdinasi susunan saraf pusat dan perifer serta lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan
: stem refleks dari sudut anorektal. Kemampuan sensor menumpul dan
. ..:ntraksi yang baik dari otot-otot polos dan serat tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses.
^ta ng yang terlibat Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar.
. <esadaran dan kemampuan untuk mencapai tempat Skibala yang terjadi juga akan meyebabkan iritasi
cuang air besar pada mukosa rektum sehingga akan diproduksi cairan
dan mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari feses
li daerah rektum dan anus sendiri, ada tiga ha! yang
yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia alvi.
::-: ng untuk mekanisme pengaturan buang air besar, Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan
:-; tugasnya mempertahankan penutupan yang baik fisis, antara lain meraba adanya skibala pada colok
::- saluran anus, yaitu: a). Sudut anorektal yang diper- dubur.
:,-ankan pada posisi yang paling ideal, di bawah 100'oleh
Dari anamnesis didapatkan keterangan keluarnya
::;lsi otot-otot pubo-rektal; b). Sfingter anus eksterna
feses yang tidak berbentuk atau lunak sekali, beberapa
,:^g melindungi terutama terhadap kenaikan mendadak
kali sehari dan penderita hampir selalu basah tercemar.
:,'l tekanan intra-abdominal, misalnya batuk, bersin, Pada colok dubur bila didapatkan massa feses yang keras
: ahraga, dan sebagainya; c). Bentuk anus sendiri yang
akan mendukung diagnosis konstipasi sebagai penyebab
::akan menguncup berbentuk katup, dengan otot-otot
inkontinensia alvi, tetapi dapat juga massa feses yang
::rta lipatan mukosa yang saling mendukung.
lunak sebagai penyebab. Pengelolaan yang sesual untuk
konstipasi akan menyembuhkan inkontinensia alvi.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua
GAMBARAN KLINIS
kemungkinan penyebabnya. Secara umum diet yang
( inis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan: 1).
kurang baik, imobilitas, kebiasaan buang air besar yang
Eeses yang cair atau belum terbentuk, sering bahkan tidak tertib dan penggunaan laksans yang tidak tepat
merupakan penyebab paling sering untuk inkontinensia
selalu keluar merembes; 2). Keluarnya feses yang sudah
pada usia lanjut.
terbentuk, sekali atau dua kali per hari, di pakaian atau
Pemberian diet tinggi serat dengan cairan cukup dan
di tempat tidu r.
Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam
meningkatkan a ktivitas/mo bilita s merupakan langkah
pertama yang harus diperhatikan. Buang air besar secara
inkontinensia alvi ini dapat mengarahkan pada penyebab
yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis. teratur dengan menyesuaikan refleks gaster-kolon yang
Penyebab dari inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4
timbul beberapa menit setelah selesai makan harus di-
manfaatkan, dengan mengatur waktu untuk buang air
kelompok:
. inkontinensia alvi akibat konstipasi besar pada saat itu. Tempat buang air besar yang tenang
. inkontinensia alvi simtomatik, yang berkaitan dengan dan pribadijuga akan mendukung.
penya kit pada usus besar
Bila konstipasi merupakan keluhan yang baru saja
. inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persarafan dialami dan ada perubahan dari buang air besar. maka
macam-macam kelainan/penya kit kolorektal harus dicari.
dari proses defekasi (lnkontinensia neurogenik)
. inkontinensia alvi karena hilangnya refleks anal Demikian juga kelainan metabolik, misalnya neuropati
diabetik, kelaina n -kelainan neurologis lain seperti stroke,
J enis-jen is In kontinensia Alvl
gangguan medula splnalis, depresi, dan lain-lain.
Selanjutnya akan dibicarakan masing-masing tipe dari
Akhirnya tidak boleh dilupakan adalah efek samping
inkontinensia dan pengelolaannya.
obat yang penggunaannya kurang tepat. Beberapa
golongan obat-obatan memang sering dimanfaatkan
lnkontinensia Alvi Akibat Konstipasi
untuk pengobatan konstipasi, dengan catatan digunakan
Batasan dari konstipasi (obstipasi) masih belum tegas.
secara rasional sesuai tipe konstipasi yang dihadapi.
Secara teknis dimaksudkan untuk buang air besar kurang
Bila indikasinya tidak sesuai, obat tersebut bahkan
dari tiga kali per minggu, tetapi banyak pasien sudah
3788 GERIATRI DAN GERONTOLOGI

dapat berakibat konstipasi. Misalnya penggunaan ditunda dengan inhibisi yang disadari terhadap kontraksi
secara ber-lebihan dapat menyebabkan atoni kolon, rektum dan sfingter eksternanya. pada usia lanjut dan
sehingga dianjurkan pemakaian tidak lebih dari tiga kali terutama pada pasien dengan penyakit serebrovaskula4
seminggu. kemampuan untuk menghambat proses defekasi ini dapat
Obat-obatan yang disebut sebagai laksans atau terganggu bahkan hilang.
pencahar tersebut, kerjanya antara lain dengan menambah Karakteristik inkontinensia neurogenik ini tampak
volume feses, atau dengan cara melunakkan dan pada penderita dengan infark serebri multiple atau
melicinkan permukaan feses hingga mudah keluar, penderita demensia. Gambaran klinisnya ditemukan satu-
meningkatkan pembentukan cairan dalam lumen usus, dua potong feses yang sudah berbentuk di tempat tidur;
menstimulasi pergerakan usus dan meningkatkan refleks dan biasanya setelah minum panas atau makan.
buang air besar. Pengelolaan inkontinensia alvi neurogenik kadang-
kadang dengan cara yang sederhana dan cukup baik
lnkontinensia Alvi Simtomatik hasilnya, tetapi sering dilupakan. penderita disiapkan pada
lnkontinensia alvi simtomatik dapat merupakan penampilan suatu komodo (commode), duduk santai dengan ditutup
klinis dari berbagai macam kelainan patologis yang dapat kain sebatas lututnya, kemudian diberi minuman hangat,
meyebabkan diare. Keadaan ini mungkin dipermudah relaks dan dijaga ketenangannya sambil ditunggu sampai
dengan adanya perubahan berkaitan dengan ber- feses keluar.
tambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, diberikan
fungsi sfingter terhadap feses yang cair dan gangguan obat-obatan yang menyebabkan konstipasi, tetapi
pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dipastikan diikuti evaluasi usus bagian bawah satu atau
dan feses yang cair. dua kali seminggu dengan supositoria atau enema. Cara
Beberapa penyebab diare yang mengakibatkan ini membutuhkan penyesuaian individual yang hati-hati
inkontinensia alvi simtomatik ini antara lain gastro- dan teliti, agar tidak mengubah inkontinensia menjadi
enteritis, divertikulitis, proktitis, kolitis-iskemik, kolitis konstipasi sesu nggu hnya.
ulseratif, karsinoma kolon-rektum. Semua pertimbangan
diagnosis di atas, menunjukkan perlunya pemeriksaan lnkontinensia Alvi Akibat Hilangnya Refleks
tambahan misalnya kolonoskopi dan foto kolon dengan Anal
barium enema. Penyebab lain dari inkontinensia alvi lnkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya refleks anal,
simtomatik misalnya kelainan metabolik, seperti diabetes disertai kelemahan otot-otot serat lintang.
melitus, kelainan endokrin, seperti tirotoksikosis, kerusakan Parks, Henry, dan Swash dalam penelitiannya,
sfingter anus sebagai komplikasi dari operasi hemoroid menunjukkan berkurangnya unit-unit yang berfungsi
yang kurang berhasil, dan prolaps-rektum. motorik pada otot-otot daerah sfingter dan pubo-
Akhirnya jangan dilupakan penyebab paling umum rektal. Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleks anal,
dari diare pada usia lanjut adalah obat-obatan, antara berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya
lain yang mengandung unsur besi atau memang akibat tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia alvi
kerja pencahar. pada peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps
Pengobatan dari inkontinensia alvi simtomatik adalah dari rektum. Pengelolaan inkontinensia ini sebaiknya
terhadap kelainan penyebabnya, dan bila tidak dapat diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.
diobati dengan cara tersebut, maka diusahakan terkontrol
dengan obat-obatan yang menyebabkan obstipasi.
KESIMPUTAN
lnkontinensia Alvi Neurogenik
lnkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan Konstipasi merupakan keluhan terbanyak dari saluran
fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi cerna pada usia lanjut. Konstipasi sulit diberikan batasan
reganga n/distensi rektum. Proses normal dari defekasi secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi
melalui refleks gatro-kolon. Beberapa menit setelah yang berbeda anta r individu.
makanan sampai di lambung/gaster, akan menyebabkan Konstipasi-anamnestik sering dipakai sebagai patokan
pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rektum. dalam penelitian-penelitian. tnternotionol Workshop on
Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Constipotion memberikan rekomendasi konstipasi seba gai
Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi berikut: l.Konstipasi fungsional, 2. Konstipasi karena
intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena penundaan keluarnya feses pada muara rektosigmoid.
ada inh ibisi/hambatan dari pusat di korteks serebri. Bila Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak
buang air besar tidak memungkinkan, maka hal ini tetap pada lanjut usia, motilitas kolon tidak terpengaruh dengan
XONSTIPASI DAN INKONTINENSIA ALVI 3789

bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak Cahill,M : Constipation. Mastering geriatric Care, Springhouse
mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. Corp:1997 .p.65-67
Cheskin LJ ; Schuster MM : Constipation. In Hazzard WR 2'd
Perubahan patofisiologis yang menyebabkan konstipasi ed.Principles of Geriatric medicine and Gerontology, Mc
oukanlah karena bertambahnya usia tetapi memang Graw Hill inc: 1990.p.1L61-1767.
khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi. Cheskin LJ; Schaefer, D.C : Constipation in the Elderly. American
Farnily Physician, Sept.15,1998.
Anamnesis meru pakan hal terpenting untuk Fonda D. Management of the incontineni elderly patient. In :
mengungkapkan etiologi dan faktor-faktor risiko penyebab Update in Geriatric Medicine. The MSD General Practitioner
konstipasi, sedangkan pemeriksaan fisis pada umumnya Universities Programme.
Harari, D. Constipation in the elderly. In Hazzard WR 4 th ed.
tidak mendapatkan kelainan yang jelas.
Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, Mc Graw
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan banyak Hill inc; 1999.p. 1491-1505.
informasi yang berguna pemeriksaan - pemeriksaa n lain Hamdy RC. Altered Bowel Habits. Geriatric Medicine, a problem
yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 sampai - oriented approach. Bailiere Tindall ed. 1984.p. 158-164.
Holson, D. : Constipation Medicine, May 14, 2002 : 1-14
6 bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil dan Kane RL, Ouslander lG, Abrass IB. Incontinence. Essentials of
dilakukan hanya pada pusat-pusat pengelolaan konstipasi clinical geriatrics, 2''t ed. Mc Graw-Hill Information Services
tertentu. Co; 1989.p. 139-182.
Kare RL ; Ouslander JG ; Abrass lB : Constipation. Essentials of
Pengobatan konstipasi sebaiknya ditujukan untuk -1995.p.224-227
Clinical Ceriatrics, Mc Graw-Hill inc;
menghilangkan penyebabnya. Langkah-langkah Landefeld C.S; Lyons W.L, ;Anorectal Disorders, Fecal
pengobatan adalah secara nonfa rmakologis, farmakologis Incontinence. Current Geriatric Diagnosis & Treatment.
dan pada keadaan khusus antara lain dilakukan tindakan International Edition. 2004 .p. 229-231, .

Morley, M.D.; Khan, A : Constipation in the Elderly. St.Louis


pembedahan. University Health Sciences center, October,1999.
lnkontinensia alvi lebih jarang ditemukan dibandingkan National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney diseases
inkontinensia urin. Defekasi, seperti halnya berkemih, (NIDDK): Constipation. NIH Publication no. 95-2754, May
2000 : 1-14.
adalah suatu proses fisiologis yang melibatkan koordinasi
Robert -Thomson IC: Constipation. The MS D general practitioner
dari sistem saraf pusat dan perifer, respons refleks, Universities Programme, 1989.
kontraksi otot-otot polos dan serat lintang, kesadaran Resnick B:Constipation ln Adelman AM ed:20 common
yang cukup baik serta kemampuan mencapai tempat problems in Geriatrics Mc Graw-Hill inc. lntemational ed.
2001.p.311-35.
buang air besar. Reuben, DB; Yoshikawa TT; Besdine RW : Small and Large Bowels
Perubahan-perubahan akibat proses menua dapat disorders. American geriatric Society, Geriatric review
mencetuskan terjadinya inkontinensia, tetapi inkontinensia syllabus 1.996 : 289-294
Reuben DB, Yoshikawa TT, Besdine RW. Urinary incontinence.
bukan suatu hal yang normal pada usia lanjut. Geriatric review syllabus. Kendall/Hunt Publ. Co., 1996;
Penampilan klinis dari inkontinensia dapat memberikan 724-733.
petunjuk penyebabnya, dan selanjutnya pengelolaannya I4/hitehead JB. Urinary incontinence. In : William Reichel eds. Care
of the etderly, 4$ ed. Williams and Wilkins, 1995; 280-286.
yang terutama berdasarkan penyebab, baik dengan
Van der Cammen TJM, Rai CS, Exton-Smith AN. Urinary
tindakan suportll obat-obatan dan bila perlu tindakan incontinence. Manual of Geriatric Medicine. Churchill
pembedahan. Liv ingslone, 199L ; 254-263.
Dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan
yang sesuai, inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir
seluruhnya dapat dicegah dan diobati. Tujuannya tidak
hanya terletak pada keadaan yang kurang nyaman,
bahkan memalukan pada penderita, tetapi fakta bahwa
inkontinensia alvi dapat merupakan petunjuk pertama
adanya penyakit serius pada saluran cerna bawah yang
mungkin dapat diobati bila ditemukan dlni

REFERENSI

American Society of Colon and Rectal Surgeons (ASCRS) :

Constipation June 3,2002: "l-3


Azer, S A : Constipation Medicine, Nov.7, 2002 : 1-13
Brocklehurst JC, Alllen SC. Faecal incontinence. Geriatric Medicine
for Studenta, 3't ed. Churchill-Livingstone: 7987 .p. 92-97 .
Brocklehurst JC, Allen SC. Urinary incontinence. Geriatric Medicine
for Students, 3'u ed. Churchill-Livingstote, -1987 ; 73-9L

Anda mungkin juga menyukai