PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi dari kelenjar tiroid dapat dievaluasi dengan beberapa cara, yaitu:
1. tes hormon tiroid dalam darah, yang biasa dilakukan adalah memeriksa T3 dan T4 bebas.
Karena yang memberikan feedback adalah T3 dan T4 bebas
2. evaluasi aksis hypothalamus-pituitari-tiroid, secara fisiologis terjadi mekanisme dari
hypothalamus-pituitari-tiroid untuk mensekresi hormone tiroid
Keterangan:
Hipotalamus akan mensekresi tirotropin releasing hormone (TRH) yang akan merangsang sel-sel
tirotrop pada hipofisis yang nanti akan mensekresi TSH. Saat hipotalamus mensekresi banyak
TRH maka TSH pada hipofisis pun meningkat sehingga produksi T3 dan T4 akan meningkat.
Karena bentuk bebas T3 dan T4 meningkat maka akan memberikan umpan balik negative baik
pada hipofisis maupun hipotalamus.
NB:
Kalau kita menemukan goiter atau gondok, hal pertama yang harus kita tentukan adalah itu
karena gangguan di kelenjar tiroidnya atau non tiroid? Kalo emang tiroid, lanjut ke langkah
berikutnya, yaitu tentukan gejalanya lebih mengarah ke hypertiroid atau hipotiroid? Kan goiter
bisa disebabin oleh 2 keadaan tersebut. Habis itu baru deh kita cek lab.
Kok bisa? Soalnya kan TSH stimulasinya menurun, tapi malah T4 T3 merespons berlainan. Nah
yang mensekresi T4 T3 itu adalah si kelenjar tiroid.
Efek pada perkembangan janin (perkembangan otak, maturasi skeletal). Efek yang
penting dari hormone tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak
selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir. Bila janin
tidak dapat menyekresi hormon tiroid dalam julah cukup, maka pertumbuhan dan
pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat terbelakang dan
otak tetap berukuran lebih kecil dari normal. Bila tidak diberi pengobatan spesifik dengan
hormone tiroid selama beberapa hari atau beberapa minggu sesudah dilahirkan, maka
anak akan mengalami keterbelangan mental yang menetap selama hidupnya.
Efek pada konsumsi oksigen, produksi panas dan formasi radikal bebas. Hormone
tiroid berefek pada metabolism sel sehingga menghasilkan panas dan mempengaruhi
kebutuhan O2. Kebutuhan O2 berbanding lurus dengan efek radikal bebas. Semakin
banyak O2 yang masuk ke dalam tubuh, semakin besar kemungkinan radikal bebas pada
tubuh kita.
Efek kardiovaskuler (efek inotropik dan kronotropik positif). Jika kronotopik meningkat
akan menyebabkan takikardi dan jika inotropik meningkat akan menyebabkan kontraksi
jantung semakin kuat.
Efek simpatis (peningkatan sensitifitas pada katekolamin).
Efek pada paru-paru. Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan
pemakaian oksigen dan pembentukan CO2, efek-efek ini akan mengaktifkan semua
mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan. Efek
pengembangan paru terkait juga dengan efek neuromuscular. Jika otot-otot di sekitar
rongga dada melemah maka akan menyebabkan penurunan daya inspirasi dan ekspirasi
paru-paru.
Efek hematopoetik (peningkatan produksi eritropoetin)
Efek gastrointestinal (merangsang motilitas usus), efeknya meningkatkan nafsu makan
dan asupan makanan, hormone tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan
dan pergerakan saluran cerna. Biasanya terjadi diare kronik pada hipertiroidisme.
Efek skeletal (menstimulasi turnover tulang dan maturasi)
Efek neuromuscular. Sedikit peningkatan hormone tiroid biasanya menyebabkan otot
bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormone ini berlebihan, maka otot-otot
malahan menjadi lemah oleh karena berlebihannya katabolisme protein. Sebaliknya
kekurangan hormone tiroid menyebabkan otot sangat lamban, dan otot tersebut
berelaksasi dengan perlahan setelah kontraksi.
Efek pada metabolism lipid dan karbohidrat. Hormone tiroid meningkatkan
konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan sangat mempercepat oksidasi asam
lemak bebas oleh sel. Hormone tiroid juga merangsang metabolism karbohidrat, seperti
penggunaan glukossa yang cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan
glukogenesis, meningkatkan kecepatan absorbs dan saluran cerna.
Efek endokrin. Meningkatnya hormone tiroid meningkatkan kecepatan sekresi sebagian
besar kelenjar endokrin lain. Contohnya meningkatkan kebutuhan insulin akibat
metabolism glukosa, meningkatnya hormone paratiroid berkaitan dengan pembentukan
tulang.
Biosintesis hormone tiroid,
langkah-langkahnya :
1. trapping iodine oleh sel follicular tiroid,
Proses ini melalui aktivitas pompa iodide di bagian basal sel folikel. Tujuannya
untuk mengangkut iodine dari sirkulasi ke folikel
2. difusi iodine ke apeks (puncak) sel,
3. transport iodine ke koloid,
4. mengoksidasi iodine inorganik menjadi bentuk aktifnya yaitu iodium. Kemudian
ditempel ke tirosin yang berada di dalam tiroglobulin. Proses penempelan ini
dibantu oleh enzim tiroperoksidase
5. Coupling (bergandengan)
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT)
yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan(coupling)
sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Kombinasi dari
dua molekul DIT membentuk thyroxine (T4) sedangkan MIT dengan DIT
membentuk triiodothyronin
(T3),
6. Penimbuanan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan didalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3
dan T4), baru akandikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
7. uptake (pengambilan) tiroglobulin dari koloid ke sel folikuler dengan endositosis
ketika ada stimulasi dari TSH
8. release T4 dan T3 kedalam sirkulasi (masih dalam bentuk T4 T3 total, padahal
yang dibutuhkan untuk metabolism adalah T3 free). T4 akan dirubah menjadi T3
di dalam tiroid dan di jaringan peripheral
9. deiodinasi dari DIT dan MIT menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida.
Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
Subclinical
Hyperfunction
Yang mempunyai efek biologis adalah T3. Maka T3 diatur sesuai kebutuhan. Maka dari itu T3
disintesis lebih sedikit dari T4.
Laboratory :
Penurunan TSH
PENATALAKSANAAN
Obat anti-tiroid
1. Thionamides :
Propylthiouracil (PTU)
1. Intrathyroidal
Penghambatan pembentukan dan oksidasi iodine. Penghambatan coupling
(penempelan) iodotyrosine. Mungkin dapat merubah struktur thyroglobulin.
Mungkin dapat menghambat biosintesis thyroglobulin
2. Extrathyroidal : menghambat konversi T4 menjadi T3 (hanya pada PTU)
3. Pada system imun : menghambat ekspresi HLA, menekan system imun.
2. Inorganic Iodide
3. Potassium Perchlorate
4. Lithium Carbonate
Merupakan pengobatan jangka panjang dari Grave disease ( di Eropa, Jepang dan
Australia merupakan terapi utama pada penyakit tersebut)
Kedua obat tersebut cukup aman untuk diberikan kebada ibu menyusui.
PTU MMI
Dosis maintenancenya 100 to 150 Dosisnya dibagi menjadi sehari 3x setiap 8 jam.
mg/day every 8 h.
Maintenance dose is 5-15 mg/day
obat antitiroid memiliki efek imunosupresif, pada dosis pengobatan yang tinggi atau durasi yang
lebih lama dapat meningkatkan kemungkinan remisi.
Metode pemberian obat anti-tiroid itu ada 2. Metode yang pertama adalah metode titrasi/
tapering. Jadi dosisnya dimulai dari dosis kecil terus ditambah sedikit demi sedikit sampai
tercapai dosis efektive. Kemudian diturunkan sampai tidak membutuhkan obat lagi.
Metode kedua adalah metode blok substitusi. Dari awal sudah diberi dosis tinggi terus sampai
terjadi hipotiroid. Baru setelah itu dinaikkan sampai eutiroid
Dari kedua metode ini, biasanya yang paling sering dipake adalah metode tapering, padahal
menurut dr. Dita lebih masuk akal yang metode blok substitusi. Soalnya kan PTU dan MMI ini
menekan imun secara besar-besaran, sehingga baik untuk Graves.
Relapse lebih mungkin pada perokok, penderita gondok yang besar, dan pasien dengan tingkat
antibodi thyroid-stimulating positif pada akhir terapi. Relapse biasanya terjadi dalam tiga sampai
enam bulan setelah obat dihentikan.
Dari perbandingan kedua obat anti-tiroid tersebut, dapat disimpulkan bahwa methimazole lebih
baik. Soalnya punya waktu paruh yang lebih lama, sehingga kepatuhan pasien lebih baik.
Ini adalah efek samping dari obat anti-tiroid, dibaca sendiri ya temen-temen. Editor klenger
KRISIS TIROID
Terapi
Mengatasi penyebab yang mendasarinya
Harus menekan hormone tiroid
1. Yodium: dalam dosis besar menghambat pelepasan hormon tiroid. Diberikan >
1jam setelah diberi PTU. Efeknya dapat meningkatkan sintesis hormone tiroid.
Bisa diberikan Lugol's iodine (16 mg bd PO), potassium iodide (50 mg bd PO) or
sodium iodide (0.5 mg bd IV). Lithium karbonat (300 mg) dapat diberikan
sebagai pengganti pada pasien yang alergi iodine.
2. Propylthiouracil
Dapat mengahambat konversi T4 menjadi T3, memblok iodinasi tirosin dan
sekresi dari T4). Dosis awalnya 600-1000 mg, setelah 4-6 jam diteruskan dengan
200 mg. Kenapa dipilih PTU? Soalnya onset kerjanya cepat. Namun bila nggak
ada PTU, bias pake alternative lain yaitu methimazole dan carbimazole. MMI ini
diabsorbsinya lebih lambat daripada PTU, namun waktu paruhnya lama.
Kekurangan dari MMI ini dia tidak berefek pada konversi T4. Kan yang bias
ngefek Cuma PTU.
o Mengatasi aksi perifer dari hormone tiroid
Beta bloker: Intravena propanolol 0,5 mg 4-6 jam sekali. Kalian pasti bertanya-
tanya, kenapa diberi propanolol? Bukannya propanolol adalah obat gagal jantung?
Jadi, propanolol itu kan non-selektive beta bloker. Nah selain untuk obat gagal
jantung, propanolol punya efek samping yang menguntungkan untuk terapi
hipertiroid, yaitu menghambat perubahan T4 manjadi T3. Yang mana efek ini
dapat mengatasi aksi perifer dari hormone tiroid.
Tapi, kalo beta bloker yang selective malah nggak punya efek samping perifer
tadi. Jadi yang digunain adalah propanolol yang notabene non-selektive beta
bloker. Diltiazem, reserpine dan guanethidine bias dibrikan kepada pasien yang
kontraindikasi dengan beta bloker.
o Terapi supportive
Glukosa untuk nutrisi
Steroid: hidrokortison loading dose 300 mg diikuti dengan 100 mg.
hipoadrenalism relative terjadi sebagai hasil dari metabolism
kortikosteroid.
Sedasi
NG suction
Vitamin (khususnya thiamin)
Pendingin aktif. Chlorpromazine 25-50 mg tiap 4-6 jam untuk mencegah
gemetaran
Penggantian cairan. Pasien biasanya cenderung kehabisan cairan karena
adanya peningkatan kehilangan cairan tanpa sebab, diare, muntah, dan
penurunan sekresi ADH.
Pendinginan seharusnya dilakukan sebelum terapi spesifik untuk gagal
jantung diberikan.
Pembuangan dari obat-obat ditingkatkan dan perpendekan dosis interval
mungkin diperlukan.
Menghindari salisilat menyebabkan peningkatan mendadak dari
hormone tiroid bebas.
HIPOTIROIDISME
Hipotiroidisme adalah kelainan endokrin yang umum. Prevalensinya 1%-2% pada populasi,
dengan wanita (2%) > laki-laki (0,2%). Wanita biasanya pada keadaan postpartum, orang tua &
kelainan autoimun. 1/4000 neonatus terkena.
o Penyebab hipotiroidism:
Hipotiroidism primer
Kerusakan jaringan tiroid
Tiroiditis kronik autoimun (Hashimotos), radiasi, tiroidektomy, penyakit infiltrative.
Kerusakan sintesis hormone tiroid
Defisiensi iodine, obat dengan aksi antitiroid
Hipothyroidism central: pituitary, hypothalamus
Hypothyroidism transient
Tiroiditis subakut, setelah withdrawal dari terapi hormone tiroid pada pasien eutiroid
Primer Sentral Perifer
Tiroiditis Autoimun Kronik Tumor Resitensi hormon
Tiroid
Tiroiditis autoimun reversibel Trauma Hemangioma
(subakut,postpartum) infamtil masif
Ablasi RadioIodin Vaskuler
Pembedahan Infeksi
Radiasi Infiltrasi
Penyakit infeksi dan infiltrative Kongenital
Disgenesis Tiroid congenital Obat-obatan
Ekses yodium atau defisiensi
Obat-obatan
Glukokortikoids
Octeotride
Iodide
Amiodarone
Aluminium hydroxide
Ferrous sulfate
Sucralfate
Calcium
Rifampin
Phenytoin
Carbamazepine
Hipotiroidism sekunder adalah kondisi yang jarang dan disebabkan oleh malfungsi dari
kelenjar pituitary. Sedikit atau mungkin tidak adanya TSH (thyroid stimulating hormone). Oleh
karena itu, kelenjar tiroid tidak terstimulasi untuk membuat hormon tiroid.
Hipotiroid sekunder juga bisa diobati dengan tablet hormone tiroid. Pasien dengan
hipotiroidism sekunder perlu pemeriksaan di kelenjar pituirary.
(%) (%)
Kulit dingin 50 80
Mlksedema - -
Konstipasi 48 85
Lambat berbicara 36 99
Reflek melambat 77 94
Pemeriksaan Laboratorium
Penanganan Hipotiroidism
Iodium mempunyai peran penting pada perkembanan fisik maupun mental saat anak dalam
kandungan.
Spektrum GAKI
Fetus:
o abortus, lahir mati
o anomali kongenital
o peningkatan kematian perinatal
o peningkatan kematian anak
o kretin endemic
gangguan mental
bisu tuli
diplegia spastik
mata juling
o kretin miksedematosa
cebol
gangguan mental
o defek psikomotor
Neonatus: gondok neonatal, hipotiroid neonatal
Anak & remaja dewasa:
o Survei masyarakat dilakukan bila ditemukan 30% pada anak sekolah (termasuk
grade I)
o Derajat Endemi
o Endemi grade I (ringan), bila nilai median ekskresi yodium urin >50 ug I/g
kreatinin atau median urin 5-9,9 ug/dl, prevalensi gondok anak sekolah 5-20%
o Endemi grade II (sedang), bila nilai median ekskresi yodium urin 25-50 ug I/g
kreatinin atau median 2-4,9 ug/dl, prevelensi gondok anak sekolah sampai 30%
o Endemi grade III (berat), bila median <25 ug I/g kreatinin atau <2 ug/dl,
prevalensi gondok anak sekolah >30%, prevalensi kretin endemik 1-10%
Seorang yang lahir di daerah defisiensi yodium berat dengan 2 atau lebih kombinasi
gejala ireversibel berikut: retardasi mental, kelainan neuromotorik (gangguan bicara, cara
berjalan khas, refleks patologis dan refleks fisiologis meninggi, mata juling, gangguan
akibat kerusakan batang otak, serta late walker), dan gangguan pendengaran (bilateral,
tipe perseptif dan pada nada tinggi)
Dengan atau tanpa hipotiroid
o Daftar Pustaka:
o IPD FK UI jilid 3