Anda di halaman 1dari 14

Komplikasi Imobilisasi

pada Geriatri

Dampak Psikologis
Penurunan motivasi
Kemunduran kemampuan dalam
memecahkan masalah
Perubahan konsep diri
Ketidaksesuaian antara emosi dan situasi
Perasaan tidak berharga dan tidak
berdaya
Kesepian yang diekspresikan dengan
perilaku menarik diri dan apatis.

Dampak Fisiologis

System Musculoskeletal
Osteoporosis
Tanpa adanya aktifitas tanpa memberi beban
kepada tulang, tulang akan mengalami
demineralisasi. Proses ini akan menyebabkan
tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya
sehingga tulang menjadi keropos dan mudah
patah.
Atrofi Otot
Otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama
akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan
fungsi normalnya.

Kontraktur
Pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu
memendek atau memanjang. Lama-kelamaan kondisi ini
akan menyebabkan kontraktur. Proses ini sering
mengenai sendi, tendon, dan ligament.
Kekakuan dan Nyeri Sendi
Pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada sendi dapat
mengalami ankilosa. Selain itu tulang juga akan
mengalami demineralisasi yang akan menyebabkan
akumulasi kalsium pada sendi yang dapat
mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi.

Sistem Urinaria
Statis urine
Saat individu berada dalam posisi berbaring untuk waktu
lama, gravitasi justru akan menghambat proses tersebut.
Akibatnya pengosongan urine akan terganggu dan
terjadilah statis urine (terhentinya atau terhambatnya
aliran urine).
Batu ginjal
Terjadi akibat ketidakseimbangan antara kalsium dan asam
sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium. Akibatnya
urine menjadi basa, dan garam kalsium mempresipitasi
terbentuknya batu ginjal. Pada posisi horizontal akibat
imobilisasi, pelvis ginjal yang terisi urine basa menjadi
tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.

Retensi urine
Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk
melemaskan otot perineum pada saat berkemih.
Selain itu, penurunan tonus otot kandung kemih juga
menghambat kemampuan untuk megosongkan
kandung kemih secara tuntas.
Infeksi perkemihan
Urine yang statis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Selain itu sifat urine yang basa
akibat hiperkalsiuria juga mendukung proses
tersebut. Organisme yang umumnya menyebabkan
infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli.

Sistem Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi memengaruhi tiga
fungsi system pencernaan, yaitu
fungsi ingesti, digesti, dan eleminasi.
Dalam hal ini, masalah yang umum
ditemui salah satunya adalah
konstipasi. Konstipasi terjadi akibat
penurunan peristalsis dan mobilitas
usus. Jika konstipasi terus berlanjut,
feses akan menjadi keras dan
diperlukan upaya kuat untuk

Sistem Respirasi
Penurunan gerak penapasan
Kondisi ini dapat disebabkan oleh pembatasan
gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena
jarangnya otot tersebut digunakan, obat-obat
tertentu dapat juga mengakibatkan kondisi ini.
Atelektasis
Pada kondisi tirah baring, perubahan aliran darah
regional dapat menurunkan produksi surfaktan.
Kondisi ini ditambah dengan sumbatan sekret
pada jalan napas, dapat mengakibatkan
atelektasis.

Penumpukan secret
Normalnya sekret pada saluran pernapasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi atau
postur tubuh, serta dengan batuk. Pada
kondisi imobilisasi, sekret berkumpul pada
jalan napas akibat gravitasi sehingga
mengganggu proses difusi oksigen dan
karbondioksida di alveoli. Selain itu upaya
batuk untuk mengeluarkan sekret juga
terhambat karena melemahnya tonus otototot pernapasan.

Sistem Kardiovaskular
Hipotensi Ortostatik
Hal ini terjadi karena system saraf otonom tidak dapat menjaga
keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu individu bangun dari posisi
berbaring dalam waktu yang lama. Akibatnya perfusi di otak mengalami
gangguan, dan dapat mengalami pusing, berkunang-kunang, bahkan
pingsan.
Pembentukan Thrombus
Thrombus atau massa padat darah terbentuk di jantung atau pembuluh
darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor yakni gangguan aliran balik
vena menuju jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding
pembuluh darah. Jika trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan
masuk ke sirkulasi disebut embolus.
Edema Dipenden
Edema dipenden dapat terjadi pada area-area yang menggantung, seperti
kaki dan tungkai bawah pada individu yang sering duduk berjuntai du kursi.
Edema ini menghambat aliran balik vena menuju jantung yang
mengakibatkan lebih banyak edema.

Sistem Integumen
Turgor kulit menurun
Kulit dapat mengalami antropi akibat imobilitas yang
lama. Selain itu, perpindahan cairan antarkompartemen pada area tubuh yang menggantung
dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis
dan jaringan subkutan. Pada akhirnya kondidi ini
akan menyebabkan penurunan elastisitas kulit.
Kerusakan kulit
Kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrient menuju area tertentu. Ini mengakibatkan
iskemia dan nekrosis jaringan superficial yang dapat
menimbulkan ulkus dekubitus.

Sistem Neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi
menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan
lelah, iritabel, persepsi tidak realistis,
dan mudah bingung.

Metabolisme dan Nutrisi


Penurunan Laju Metabolisme
Laju metabolisme basal adalah jumlah energy minimal yang digunakan
untuk mempertahankan proses metabolisme. Pada kondisi imobilisasi,
laju metabolism basal, mobilitas usus serta sekresi kelenjar digestif
menurun seiring dengan penurunan kebutuhan energy tubuh.
Balans Nitrogen Negative
Pada kondisi imobilisasi, terdapat ketidakseimbangan antara proses
anabolisme dan katabolisme protein. Dalam hal ini, proses katabolisme
melebihi anabolisme. Akibatnya jumlah nitrogen yang diekskresikan
meningkat dan menyebabkan balans nitrogen negative.
Anoreksia
Penurunan nafsu makan biasanya terjadi akibat penurunan laju
metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap menyertai
kondisi imobilisasi. Jika asupan protein kurang kondidi ini bisa
menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen yang dapat berlanjut pada
status malnutrisi.

Anda mungkin juga menyukai