Anda di halaman 1dari 10

TRAUMA KIMIA

1. Trauma kimia
Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asam kuat
dan basa kuat. Ciri-ciri luka akibat zat kimia korosif amat tergantung dari
golongan zat kimia tersebut. Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein
sehingga menimbukan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen,
sedangkan basa kuat menyebabkan nekrosis liquefaktif dan saponifikasi dari
lemak sehingga menyebabkan kerusakan barier yang lebih parah dan
menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan yang lebih berat dan dalam
daripada yang ditimbukan karena asam.1,2

Gambar 1. Zat-zat kimia yang sering ditemukan dan mekanisme kerusakan


pada tubuh3
2. Patofisiologi
Tingkat di mana zat kaustik menghasilkan cedera jaringan ditentukan oleh
sejumlah faktor: pH, konsentrasi, durasi kontak, volume, dan cadangan asam atau
zat basa yang dapat dititrasi. Asam dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
pada tingkat pH <3 dan zat basa pada tingkat pH >11. Sifat fisik formulasi produk
(yaitu, cairan, gel, granular, atau padat) dapat mempengaruhi sifat kontak dengan
jaringan. Setelah konsumsi, kaustik padat atau granular sering melukai orofaring
dan esofagus proksimal, sedangkan konsumsi zat basa cair ditandai oleh cedera
esofagus dan lambung yang lebih luas. Cadangan asam tertitrasi atau zat basa
mengacu pada jumlah asam atau basa yang dibutuhkan untuk menetralkan agen;
semakin besar nilai ini, semakin besar pula potensi cedera jaringan.4
Luka bakar pada mukosa kerongkongan dari konsumsi kaustik
diklasifikasikan oleh sistem penilaian visual endoskopi: luka bakar tingkat 1
melibatkan edema jaringan dan hiperemia; luka bakar tingkat 2 meliputi ulserasi,
lepuh, dan eksudat keputihan, yang dibagi lagi menjadi lesi grade 2A
(noncircumferential) dan 2B (lebih dalam atau keliling); dan luka bakar tingkat 3
didefinisikan oleh ulserasi dalam dan lesi nekrotik. Setelah cedera mukosa awal,
remodeling jaringan terjadi sekitar 2 bulan. Dalam kasus-kasus ringan, fungsi
kerongkongan normal dipulihkan, tetapi dalam kasus yang parah, jaringan parut
padat terbentuk, menghasilkan pembentukan striktur. Strikum esofagus
merupakan sumber morbiditas yang signifikan dan mungkin memerlukan
perawatan jangka panjang dengan dilatasi, pemasangan stent, atau pembedahan.
Fase awal remodeling, khususnya hari 2 hingga 14, berhubungan dengan
peningkatan kerapuhan jaringan dan risiko perforasi yang lebih tinggi, baik secara
spontan maupun iatrogenik.4

3. Pemeriksaan fisik
Jika ditelan, periksa tanda-tanda kerusakan pada faring (luka bakar pada
mukosa, drooling), kerusakan pada system pernapasan (disfonia, batuk, stridor,
wheezing), dan kerusakan lambung (muntah, nyeri pada epigastrik).4 Semua
substansi korosif memiliki beberapa ciri-ciri yang mirip, yaitu:5
- Dapat ditemukan tumpahan cairan pada sekitar tubuh korban yang juga
dapat menimbulkan luka pada kulit korban yang dapat memberikan
petunjuk mengenai postur dan posisi korban ketika meminum substansi.
- Dapat ditemukan luka bakar pada bibir, luka bakar akibat mengalirnya
cairan yang dapat mencapai dagu, leher dan dada.
- Gambaran luka bakar pada mulut kadang dapat menunjukkan bentuk
tempat cairan yang digunakan ketika korban meminum cairan korosif
tersebut. Cairan yang diminum dengan mengunakan gelas mungkin akan
menimbulkan tanda yang mencapai pipi, sedangkan apabila korban
menggunakan botol, akan menimbulkan tanda yang hanya terdapat pada
mulut.
- Luka yang ditemukan pada korban juga dapat menetukan posisi korban
saat meminum zat korosif tersebut. Apabila korban meminum dengan
posisi duduk atau berdiri, maka mungkin akan didapatkan luka pada kulit
sesuai mengalirnya bahan cair yang mencapai dagu, leher, dan abdomen.
Sedangkan apabila korban meminum dengan posisi berbaring, maka
mungkin akan didapatkan luka pada kulit wajah, pipi dan mencapai bagian
belakang dari leher.
- Dapat ditemukan erosi pada mulut, faring, laring, dan esofagus. Bengkak
pada lidah dan glotis.
- Zat korosif yang mencapai laring dan saluran pernapasan juga
menyebabkan mukosa saluran napas menjadi rusak, dan aspirasi cairan
yang mencapai paru-paru dapat menyebabkan edema paru yang cepat dan
perdarahan.
- Esofagus bagian bawah dan lambung juga dapat rusak dengan cepat. Akan
terjadi perubahan warna, deskuamasi dan kadang perforasi.

Gambar 2. Konsumsi zat asam. A. luka bakar sedang pada intraoral pada
mukosa mulut bagian dalam dan lidah. B. lluka bakar pada lidah4
4. Pemeriksaan laboratorium
Untuk konsumsi yang disengaja, atau yang berasal dari asam atau alkali
yang kuat, evaluasi laboratorium harus mencakup gas darah vena atau arteri, panel
elektrolit, profil hepatik, hitung darah lengkap, profil koagulasi, laktat, dan jenis
dan skrining darah. Tertelan kaustik dapat menyebabkan asidosis celah anion
berdasarkan produksi laktat karena cedera jaringan langsung atau syok. Konsumsi
asam kuat dapat dikaitkan dengan kesenjangan anion yang parah (mis., Asam
sulfat) dan asidosis nongap (mis., Asam hidroklorat). Dapatkan kadar
acetaminophen dan salisilat untuk menyaring calon coingestan pada pasien yang
ingin bunuh diri. EKG diindikasikan mengikuti paparan asam hidrofluorik untuk
memeriksa perpanjangan interval QT dari hipokalsemia.4

5. Endoskopi
Endoskopi merupakan gold standar untuk mengevaluasi lokasi dan
keparahan kerusakan dari esophagus, lambung, dan duodenum setelah
mengkonsumsi zat tersebut. Endoskopi disarankan segera dilakukan setelah pasien
dewasa dan anak-anak dicurigai telah mengkonsumsi zat korosif kimia dengan
tanda dan gejala yang menunjukkan kerusakan yang parah seperti stridor atau luka
bakar pada orofaringeal yang signifikan dan /atau muntah, drooling, atau menolak
untuk makan, dengan atau tanpa luka bakar pada orofaringeal.4
Kerapuhan jaringan setelah luka bakar kaustik meningkat secara signifikan
pada 24 hingga 48 jam setelah cedera dan maksimal antara hari ke 5 dan 14.
Kebanyakan ahli sepakat bahwa endoskopi harus dilakukan lebih awal setelah
konsumsi, idealnya <12 jam dan tidak> 24 jam setelah konsumsi untuk
menghindari iatrogenik. perforasi.4

Golongan asam

1. Zat kimia golongan asam


Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:2,5
- Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO32
a. Asam sulfat, dalam bentuk terkonsentrasi, sangat korosif dan
menghasilkan panas yang sempurna jika berkontak dengan air atau
jaringan.2
 Warna jaringan menjadi abu-abu atau hitam dan kering, biasanya menjadi
kerak yang menghitam.5
 Jika dikonsumsi, lapisan lambung akan menjadi abu-abu, coklat
kehitaman atau hitam, atau bercampur dalam semua warna, tergantung
pada jumlah darah yang diubah. Perforasi gaster dapat terjadi.5
 Esofagus dan lambung menjadu abu-abu dan membengkak. Tergantung
pada jumah asam dan makanan yang telah masuk ke dalam lambung.
Lidah dapat menjadi abu-abu atau hitam dan terdistorsi.5
b. Asam hidroklorida memiliki efek yang sama dengan asam sulfat atau
asam nitrat, terutama pada membrane mukosa yang terkena. Tetapi tidak
begitu bahaya bagi kulit dibandingkan dengan asam sulfat ataupun asam
nitrat.2
 Jika dicerna, lambung akan menjadi menciut, menjadi massa yang
lembut, dan dapat menjadi perforasi.2
 Warna kehijauan hingga hitam, tergantung dari darah yang keluar di
dalam lambung tersebut.2
c. Asam nitrat memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan asam
sulfat, tetapi lebih berwarna kuning kecoklatan pada mukosa yang rusak.
Mungkin ada pola berwarna kuning atau coklat yang tajam pada kulit
yang terbakar yang mengenai wajah.2

Gambar 2. Korosif pada laring. a. esophagus dan b. lambung pada kasus bunuh diri akibat
menelan asam hiroklorida bercampur dengan dengan alkohol.5
d. Sodium hidroksida dalam bentuk terkonsentrasi, namun lembut, jika
dilihat seperti lendir yang licin.5
 Warna putih kotor hingga abu-abu.5

- Asam organic, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat.2
- Garam mineral, yaitu: AgNO3, Zinc Chlorida.2
- Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J.2

2. Kerusakan akibat zat asam


Luka oleh asam kuat menghasilkan koagulasi nekrosis. Ion hidrogen yang
terdisosiasi dan anionnya yang terkait menembus jaringan, yang menyebabkan
kematian sel dan pembentukan eschar. Proses ini diyakini membatasi penetrasi ion
hidrogen dan melindungi terhadap cedera yang lebih dalam. Ketika asam yang
dicerna menetap di lambung, nekrosis lambung, perforasi, dan perdarahan dapat
terjadi. Meskipun sebelumnya diduga asam bersifat esophagusparing dengan
sebagian besar cedera jaringan terkonsentrasi di lambung, endoskopi setelah
konsumsi asam menemukan insiden cedera lambung dan esofagus yang serupa.
Meskipun penghancuran jaringan relatif lebih sedikit, konsumsi asam yang kuat
menghasilkan cedera lambung tingkat tinggi (sekunder akibat pylorospasm dan
pooling) dan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi
alkali yang kuat. Konsumsi asam kadang-kadang rumit oleh penyerapan asam
sistemik dengan asidosis metabolik terkait, hemolisis, dan gagal ginjal.4
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan asam sehingga menimbulkan
luka ialah sebagai berikut:2
- Mengekstraksi air dari jaringan.
- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat
- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

3. Ciri-ciri luka akibat zat asam


Adapun ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut
dia atas ialah:2
- Terlihat kering
- Berwarna coklat kehitaman, kecuali disebabkan oleh nitric acid berwarna
kuning kehijauan
- Perabaan keras dan kasar

Golongan Basa

Trauma kimia akibat golongan basa menyebabkan penetrasi kulit lebih


dalam dan lebih luas daripada akibat golongan asam. Alkali akan bergabung
dengan protein dan lemak di jaringan untuk mementuk kompleks protein yang
larut dan sabun yang menyebabkan masuknya ion hidroksil ke dalam jaringan
tubuh yang lebih dalam. Alkali kuat memiliki ph > 12.4

1. Zat kimia golongan basa


Zat-zat kimia yang termasuk golongan basa antara lain:2,4
- Amonium hidroksida /NH4OH
- Potasium hidroksida /KOH
- Sodium hidroksida /NaOH
- Kalsium hidroksida /Ca(OH)2

2. Kerusakan akibat zat basa


Ion hidroksida sangat mudah untuk penetrasi ke dalam jaringan,
menyebabakan kerusakan selular dengan cara denaturaasi protein dan
saponifiakasi lipid. Hal tersebut diikuti oleh thrombosis dari mikrovaskular lokal
yang menyebabkan nekrosis jaringan. Kerusakan akibat zat basa menyebabkan
kerusakan jaringan dalam yang disebut dengan nekrosis likuefaktif.4
Tertelannya zat basa yang disengaja dapat menyebabkan penetrasi yang
dalam ke jaringan di sekitarnya dengan cedera organ multisistem, termasuk cedera
esofagus, perforasi lambung, dan nekrosis struktur perut dan mediastinum. Telah
dilaporkan pada penelitian sebelumnya, cedera yang parah pada pankreas,
kandung empedu, usus kecil, dan mediastinum setelah konsumsi zat basa yang
disengaja. Tertelan zat basa padat, seperti beberapa sediaan zat basa, memiliki
potensi yang lebih besar untuk cedera saluran orofaringeal dan proksimal esofagus
dan lebih sedikit untuk cedera pada bagian distal.4
Zat basa rumah tangga yang paling umum adalah pemutih, larutan natrium
hipoklorit 3% hingga 6% dengan pH sekitar 11. Pemutih cairan rumah tangga
bersifat minimal korosif terhadap kerongkongan dan jarang menyebabkan cedera
yang signifikan di luar luka bakar esofagus tingkat 1. Penyempitan kerongkongan
tidak diamati sebagai komplikasi dari konsumsi pemutih rumah tangga dalam
serangkaian yang melibatkan hampir 400 pasien. Namun, konsumsi pemutih
kekuatan industri yang mengandung konsentrasi natrium hipoklorit yang jauh
lebih tinggi dapat menyebabkan nekrosis lambung dan esofagus. Tertelan pemutih
dapat menyebabkan emesis sekunder akibat iritasi lambung dan/atau pneumonitis
setelah aspirasi. Iritasi paru terkait dengan produksi gas klorin di lambung atau
ketika dicampur dengan zat lain juga dapat terjadi. Reaksi umum adalah produksi
gas kloramin yang sangat mengiritasi ketika pembersih rumah tangga pemutih dan
amonia digabungkan.4
Cara kerja zat-zat golongan basa sehingga menyebabkan luka pada tubuh adalah:2
- Megadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk ikatan
alkaline albumine dan sabun
- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin

3. Ciri-ciri luka akibat zat golongan basa


Ciri-ciri luka yang terjadi akibat persentuhan dengan zat-zat golongan basa
adalah:2
- Terlihat basah dan edematous
- Berwarna merah kecoklatan
- Perabaan lunak dan licin
Karena biasanya bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair (larutan
pekat), maka bentuk luka biasanya sesuai dengan mengalirnya bahan cair

tersebut.1
Gambar 3. Luka akibat alkali4

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Siswandi S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et


al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Indonesia;1997. P.52.
2. Dahlan S, Trisnadi S. Ilmu Kedokteran Forensik, Pedoman Bagi Dokter dan
Penegak Hukum. Semarang : Fakultas Kedokteran Unissula;2019. P.90.
3. Gnaneswaran N, Perera E, Perera M, Sawhney R. Cutaneous chemical burns:
assessment and early management. Australian Family Physician. 2015. P.135-
9.
4. Stapczynski JS, Ma OJ, Yealy DM, Meckler GD, Cline DM. Tintinali’s
Emergency Medicine, A Comprehensive Study Guide. 8th ed. United States:
McGraw-Hill Education;2016. P. 1405-9.
5. Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. 4th ed. United States:CRC
Press Taylor & Francis Group;2016. P.625-7.

Anda mungkin juga menyukai