Anda di halaman 1dari 38

Anemia Aplastik

Pembimbing : dr. Raden Yutta Inten, Sp.A


PR
Pemeriksaan Rujukan Normal Satuan
Hemoglobin 10-16 g/dL
WBC ( Leukosit) 9-12 103/mm3
Neutrofil 50-70 %
Eusinofil 1-3 %
Basofil 0,4-1 %
Monosit 4-6 %
Limfosit 25-35 %
RBC (Eritrosit) 4,6-6,2 106/mm3
Hematokrit 33-38 %
Trombosit/Platelet 150-450 103/µL
MCV 82-92 fL
MCH 27-31 Pg/sel
MCHC 32-36 %
Perhitungan MCV (Mean Corpuscular Volume)
• MCV (Femtoliter) = 10 x HCT (%) : Eritrosit (106/µL)
• Makna Klinis = indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah
• Normositik = Ukuran sel normal
• Mikrositik = Ukuran sel <80 fL (ADB, Anemia Pernisiosa, dan Thalasemia)
• Makrositik = Ukuran sel >100 fL (penyakit hepar, alcoholism, kekurangan folat
dan B12, terapi valproat)
Perhitungan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)

• MCH (Picogram/sel) = Hb : Eritrosit


• Makna Klinis : Mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah
merah, menentukan kuantitas warna sel darah merah
• Normokromik
• Hiperkromik
• Hipokromik
Perhitungan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration)
• MCHC = Hemoglobin : Hematokrit
• Makna klinis : Menghitung Hb Rata-Rata dalam sel darah merah
Leukosit
• Neutrofil
• ˄ : infeksi bakteri dan parasit, perdarahan
• ˅ : peningkatan kerusakan sel, gangguan hormonal, infeksi berat
• Eusinofil
• ˄ : Neoplasma, Addison disease, alergi
• ˅ : peningkatan glukokortikosteroid
• Basofil
• ˄ : Leukemia granulositik
• ˅ : Infeksi akut, terapi steroid jangka panjang
• Monosit
• ˄ : Infeksi virus, bakteri, dan parasit
• ˅ : stress, peningkatan glukokortikoid
• Limfosit
• ˄ : Penyakit virus, bakteri, gangguan hormonal
• ˅ : Limfoma hodgkin, combustio
Retikulosit
• Retikulosit adalah sel darah merah muda
• Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X
100
• Nilai normal : 0,5-2%
Peripheral Blood Smear (MDT)
Jenis – Jenis anemia
• Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang
paling umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan tubuh mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia dapat terjadi
pada wanita hamil yang tidak mengonsumsi suplemen penambah zat
besi. Anemia juga dapat terjadi pada perdarahan menstruasi yang banyak,
tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti
aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita anemia kekurangan
zat besi adalah:
• Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es
(kondisi ini dinamakan pica).
• Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.
• Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
• Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh
juga membutuhkan vitamin B12 (Anemia Megaloblastik) dan asam folat
untuk membuat sel darah merah. Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut
dapat menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah merah
sehat dalam jumlah cukup sehingga terjadi anemia. Pada beberapa kasus,
terdapat penderita anemia akibat lambung tidak dapat menyerap vitamin
B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia
pernisiosa. Gejala-gejala yang umumnya dialami oleh penderita anemia
kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
• Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.
• Kehilangan kepekaan pada indera peraba.
• Sulit berjalan.
• Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.
• Mengalami demensia.
• Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat
menyebabkan anemia karena terjadinya gangguan pada proses
pembentukan dan penghancuran sel darah merah. Contoh-contoh
penyakit tersebut adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid
arthritis, penyakit ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit peradangan
kronis. Gejala-gejala yang dapat muncul pada kasus anemia akibat
penyakit kronis di antaranya adalah:
• Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
• Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.
• Borok pada kaki.
• Gejala batu empedu.
• Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
• Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka
terjadi namun berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik,
tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah dengan optimal.
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat,
penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
• Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit
seperti leukemia atau mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel
darah merah di sumsum tulang dan menimbulkan anemia. Gejala
yang ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
• Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan
disebabkan oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga
menyebabkan sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan
bulat bikonkaf seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk
sabit memiliki waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah merah
normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:
• Kelelahan.
• Mudah terkena infeksi.
• Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.
• Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
• Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah
merah dihancurkan oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu
produksinya. Beberapa penyakit dapat mengganggu proses dan
kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat
diturunkan secara genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
• Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau
penyakit malaria.
Definisi
• Etimologi  ‘An’ : Tidak ada, ‘Haima/haemo’: darah , Aplastik : tidak ada
pembentukan
• Anemia Aplastik  Kegagalan sumsum tulang memproduksi/meregenerasi sel
darah merah
• Pancytopenia
• Hipoplasia sumsum tulang
• Tanpa organomegali
• Anemia aplastik berat jika terdapat selularitas sumsum tulang <25% dan
memenuhi dua dari kriteria: jumlah granulosit <500/mm3 (nilai normal 2000-
7000/mm3), trombosit <20.000/mm3, retikulosit <20.000/mm3 (<0,5% total
eritrosit)
• Anemia aplastik sangat berat jika memenuhi kriteria anemia aplastik berat
dengan jumlah granulosit <200/mm3
Breakey VR, Meyn S, Ng V, Allen C, Dokal I, Lansdorp PM, et al. Hepatitis-associated aplastic anemia presenting as a familial bone marrow failure syndrome. J Pediatr Hematol Oncol. 2009 Nov. 31(11):884-7.
[Medline].
Hipoplasia sum-sum tulang
• Meningkatnya jaringan adiposa
• Berkurangnya sel hematopoetik
Sum-sum tulang normal

Lapidot, T., Dar, A., & Kollet,


O. (2005). How do stem cells find
their way
home?. Blood, 106(6), 1901-
1910. Accessed August 04,
2018.https://doi.org/10.1182/blo
od-2005-04-1417.
Etiologi
• Penyebab teoritis dari Anemia Aplastik adalah bone marrow failure
dari kegagalan anatomis maupun dari microenvironment dalam sum-
sum tulang itu sendiri.
• ±80% kasus  acquired, selebihnya diturunkan (inherited)
• Pada kasus-kasus Acquired Aplastic Anemia, disebabkan oleh kesalahan
terjemahan sistem imun (autoimun) oleh beberapa sebab
• Idiopatik
• Obat: kloramfenikol, antikanker, sulfa, fenilbutazon, dan lainnya
• Infeksi: hepatitis, mononukleosus infeksiosa Radiasi

Luzzatto L, Risitano AM. Advances in understanding the pathogenesis of acquired aplastic anaemia. Br J Haematol. 2018 Jul 5.
Bacigalupo A, Passweg J. Diagnosis and treatment of acquired aplastic anemia. Hematol Oncol Clin North Am. 2009;23(2):159–70.
Patofisiologi

Bacigalupo A. Aplastic anemia: pathogenesis and treatment. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2007;2007(1):23–8.
Diagnosa
• Anamnesa : keluhan yang pasien rasakan biasanya berkaitan dengan
• Anemia : wajah pucat, nadi cepat/berdebar, ekstremitas bengkak/edema,
mudah lelah, sakit kepala
• Trombositopenia : Ptekie, gusi berdarah, atau pendarahan pada mukosa
• Neutropenia : infeksi berulang, sariawan/ulkus di mulut dan tenggorokan
• Mayoritas Anemia Aplastik bersifat idiopatik dan sulit mencari etiologi
utamanya, sehingga kita perlu menggali lebih dalam faktor
keluarganya, lingkungan dan riwayan menderita penyakit infeksi.

Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lab : Ditemukan trias anemia aplastik  Anemia, Leukopenia (neutropenia)
dan Trombositopenia
• MDT : Normositik, normokrom normositer
• Analisis sumsum tulang : hiposeluler

Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
TERAPI
• Umum
• Mencari dan menghindarkan bahan yang mungkin menjadi penyebab
• Mencegah perdarahan dengan cara menghindari trauma → istirahat dan
pembatasan aktivitas
• Mencegah infeksi dengan menghindari kontak
• Makanan gizi seimbang (mulai makanan lunak)

Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
• Imunosupresan
• Antithymocyte globulin (ATG) Dosis 20 mg/kgBB/hr (1×/hr) dengan continuous infusion
dalam 12 jam selama 10 hr
• Kortikosteroid Metilprednisolon 2 mg/kgBB/hr i.v. tiap 6 jam diberikan dari hr 1–8
Prednisolon 1,5 mg/kgBB/hr (2×/hr) pada hr ke-9 dan 10, 1 mg/kgBB/hr (2×/hr) pada hr ke-
11–12, 0,5 mg/kgBB/hr (2×/hr) pada hr ke-13–14 (2×/hr), 0,25 mg/kgBB/hr pada hr ke-15
(1×/hr)
• Siklosporin A Dosis 10–12 mg/kgBB/hr p.o. dibagi 2 dosis, dengan memantau kadar
siklosporin dalam 2 mgg pertama. Terapi dilanjutkan sampai 1 th untuk mengurangi
kemungkinan kambuh, kemudian dosis ↓ 2,0 mg/kgBB setiap 2 mgg. Apabila didapatkan
kadar kreatinin ↑ >30% di atas normal, dosis ↓ 2 mg/kgBB/hr setiap mgg sampai kadar
kreatinin kembali normal
• G-CSF, 5 μg/kgBB s.k. sekali sehari, dimulai pada hr ke-5, dilanjutkan sampai penderita tidak
bergantung pada transfusi selama 2 bl, hitung neutrofil absolut >1.000/mm3 , Ht ≥25% dan
hitung trombosit ≥40.000/mm3 . Kemudian ↓ bertahap G-CSF bergantung pada hitung
neutrofil
• Transplantasi sumsum tulang/stem cell dari saudara sekandung dengan human leukocyte
antigen (HLA) identik
Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
• Suportif
• Transfusi darah Packed red cell (PRC) 10–15 mL/kgBB untuk mengatasi anemia,
indikasi Hb <7 g/dL (<10 g/dL dengan manifestasi klinis)
• Fresh whole blood (FWB) 10–15 mL/kgBB bila anemia disebabkan oleh perdarahan
hebat.
• Suspensi trombosit 1 IU/5 kgBB pada perdarahan akibat trombositopenia (tiap IU
diharapkan dapat ↑ jumlah trombosit 50.000–100.000/mm3) (1 IU = 5mL)
• Suspensi trombosit profilaksis diberikan bila jumlah trombosit <10×103/mm3 (atau
<20×103/mm3 dengan tanda-tanda pendarahan)
• Transfusi granulosit pada penderita dengan sepsis dan granulositopenia
• Pada keadaan kelebihan besi akibat transfusi berulang: terapi kelasi besi
• Antibiotik spektrum luas yang tidak mendepresi sumsum tulang(misalnya ampisilin
100 mg/kgBB/hr dan gentamisin 5 mg/kgBB/hr) sampai 3 hr bebas panas untuk
mengatasi infeksi
• Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF atau G-CSF) pada
neutropenia berat

Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
• Terapi Profilaksis
• Antibiotik profilaksis diberikan bila hitung neutrofil <0,2×109/L Amfoterisin i.v.
diberikan bila demam menetap saat antibiotik spektrum luas sudah diberikan.
Kelasi besi bila serum feritin >1.000 μg/L

Guinan EC. Diagnosis and management of aplastic anemia. Hematology Am Soc Hematol Educ Program. 2011;2011(1):76–81.
Prognosis
• The 5-year survival (Primary treatments included immunosuppressive
therapy (63%), allogenic stem cell transplantation (10%), or single-
agent cyclosporine/no specific therapy (27%).)
• 90.7% in patients aged 0–18 years,
• 90.5% in patients aged 19–39 years,
• 70.7% in patients aged 40–59 years, and
• 38.1% in patients aged ≥60 years

Vaht, Krista et al. Incidence and outcome of acquired aplastic anemia: real-world data from patients diagnosed in Sweden from 2000–2011. Haematologica. 2017 Oct;
102(10): 1683–1690. Prepublished online 2017 Jul 27. doi: 10.3324/haematol.2017.169862
• Tanpa pengobatan: setelah diagnosis tegak 50% meninggal dalam
waktu 6 bulan
SEKIAN
• Pada Anemia aplastik  rujuk
• Pada Thalasemia, dilakukan penegakan diagnosis sebelum di transfusi

Anda mungkin juga menyukai