JULI, 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Oleh :
MUSFIRAH, S. KED.
Pembimbing :
dr. Hj. Ratni Rahim, Sp. PD.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Pencegahan ............................................................................................. 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
disimpan di dalam hati. Pada keadaan tidak adanya asupan folat, cadangan
folat biasanya akan habis dalam waktu ±5 bulan.4
3
Pada jenis total vegetarian yang sama sekali tidak mengkonsumsi makanan
sumber hewani, maka akan sangat rentan terhadap penyakit anemia
megaloblastik karena sumber vitamin B12 hanya terdapat di dalam makanan
sumber hewani, ditambah lagi dengan tidak terproduksinya faktor intrinsik
oleh tubuh sehingga vitamin B12 tidak dapat diserap.7
Defisiensi vitamin B12 biasanya disebabkan oleh malabsorbsi Vitamin B12
meskipun inadekuat diet umum terjadi pada orang tua. Penyebab yang lain
juga berhubungan dengan produksi faktor intrinsic inadekuat, atrophic
gastritis, reseksi atau gangguan yang disebabkan pertumbuhan bakteri terlalu
cepat, interaksi obat dan nutrisi umumnya dapat terjadi defek genetik.9
Defisiensi vitamin B12 pertama kali dideskripsikan pada tahun 1849 dan
dipertimbangkan dapat menimbulkan kematian hingga tahun 1926 ketika diet
hati, diet tinggi vitamin B12, yang menunjukkan suatu proses lambat penyakit.9
Insidensi anemia defisiensi vitamin B12 dilaporkan lebih tinggi di Sweden,
Denmark, dan United Kingdom dibandingkan negara-negara berkembang.12
4
Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) mengidentifikasi bahwa wanita usia subur dan wanita Hispanik
kulit non-black berisiko tinggi mengalami defisiensi asam folat karena asupan
asam folat yang tidak memadai. Sebagian negara maju mewajibakan asam
folat, dan sebagian besar negara Eropa merekomendasikan suplemen asam
folat ini sebelum konsepsi dan tiga bulan pertama kehamilan. Masyarakat
dengan status sosial dan ekonomi rendah serta lansia juga berisiko tinggi
defisiensi asam folat yang mana tidak adekuat asupan sayuran berdaun hijau,
malnutrisi, dan perubahan status mental.11
Ada beberapa gambaran morfologi yang umum terdapat pada semua jenis
anemia megaloblastic. Sumsum tulang sangat hiperseluler dan mengandungi
banyak prekursor sel darah merah yang megaloblastik. Megaloblas lebih besar
daripada progenitor eritroid normal (normoblas) dan mempunyai kromatin inti
yang tidak kasar dengan bangunan seperti jala yang halus. Pada waktu
megaloblas berdiferensiasi dan mendapat hemoglobin, kromatin inti tetap
tersebar secara halus dan gagal berkelompok, sebagai ciri khas normoblas.
Prekursor granulosit juga menunjukkan inti dan sitoplasma yang tidak
seimbang menghasilkan metamielosit raksasa (giant metamyelocytes).5
Penghambatan sintesis DNA dan/atau RNA pada sel darah merah yang
paling sering disebabkan oleh hipovitaminosis, khususnya defisiensi
sianokobalamin (B12) dan/atau asam folat. Mekanismenya adalah akibat
gangguan proses siklus B12 yang bergantung asam folat. Defisiensi asam folat
akan diikuti oleh terhambatnya sintesis basa nukleotida (khususnya timin),
menyebabkan terhambatnya sintesis DNA. Kekurangan vitamin B12 saja tidak
dapat sindrom makrositer tersebut jika kadar asam folat cukup. Suplementasi
asam folat tanpa adanya B12 mencegah anemia jenis ini (meskipun keadaan
patologis spesifik lain dari defisiensi B12 terus berlanjut).2
6
Asam folat dengan enzim katalisis dihydrofolate reductase (DHFR)
diperlukan untuk biosintesis basa nukleotida purin dan pirimidin untuk
digabungkan ke dalam DNA dan RNA, melalui pembentukan tetrahidrofolat
(FH4) yang dimulai ketika asam folat direduksi menjadi dihidrofolate (FH2),
yang kemudian direduksi menjadi FH4. Vitamin B12 berfungsi sebagai
koenzim dalam reaksi re-metilasi homosistein untuk membentuk metionin yang
diperlukan untuk reaksi metilasi substrat termasuk DNA, RNA, fosfolipid, dan
protein. Untuk reaksi metilasi tersebut diperlukan tetrahydrofolate (MTHF)
dari 5,10-MTHF. Hambatan proses metilasi merupakan awal dari kumpulan
gejala klinis yang dipengaruhi oleh adanya gangguan metabolism asam folat
dan B12. Hambatan proses metilasi akan menyebabkan ketidakstabilan
kromosom sehingga mudah terjadi mutasi, gangguan sintesis DNA (replikasi
DNA), dan gangguan translasi (produksi asam amino/protein). 2
Ciri umum pada anemia megaloblastic adalah defek pada sintesis DNA
dalam sel yang membelah dengan cepat. Pada tingkat yang lebih rendah
sintesis RNA dan protein terganggu. Pertumbuhan sel yang tidak seimbang dan
7
gangguan pembelahan sel terjadi sejak maturasi sel inti. Prekursor sel darah
merah yang lebih matang dihancurkan di sumsum tulang sebelum memasuki
aliran darah (hemolysis intramedullary).12
Gejala dan tanda yang timbul dapat disebabkan oleh anemianya (Hb yang
turun) maupun karena kondisi penyebab anemia megaloblastik. Gejala yang
dapat timbul antara lain.
1. Gejala umum anemia:
Gejala peningkatan tonus adrenergic atau dopaminergic akibat
penurunan kapasitas angkut oksigen:
- Lesu, lemah/lemas, mudah lelah
- Anemis terutama pada konjungtiva
- Takikardi, murmur ejeksi sistolik, gallop keempat (presistolik)
- Excertional dispneu, takipneu
- Konsentrasi menurun, pingsan
- Telinga berdenging
- Skotoma (edema papil)
2. Gejala khusus
Secara hematologik anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat
memberikan gambaran klinik yang sama, tetapi defisiensi vitamin B12
disertai kelainan neurologik. Kelainan neurologik, antara lain:
- Neuropati perifer (fenomena sarung tangan/kaos kaik, rasa terbakar
pada jari, mati rasa).
- Gangguan kognitif
- Gangguan memori
- Gangguan tidur
- Depresi
- Mania
- Psikosis2
8
Gejala anemia megaloblastic yang sekunder akibat defisiensi asam folat
dapat terlihat malnutrisi dab mengalami glossitis berat (lidah meradang, nyeri),
diare, dan kehilangan nafsu makan. 4
1. Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan ini dilakukan tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksan ini meliputi
- Kadar hemoglobin
Untuk mendefinisikan anemia WHO menggunakan kadar
hemoglobin sebagai patokan:
9
Wanita hamil 11.0 6.8
Pria (>15 tahun) 13.0 8.1
Sumber: Ilmu Penyakit Dalam, 20152
- Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Pada anemia megaloblastic dapat dijumpai “oval macrocyte”
dengan poikilositosis berat. MCV meningkat 110-125 fl.1
- Apusan darah tepi2
2. Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan meliputi hitung leukosit, hitung trombosit, hitung
retikulosit dan laju endap darah.2
Pada anemia megaloblastik biasanya ditemukan leukopenia ringan
dengan hipersegmentasi netrofi (rule of five dari Herbert), kadang-
kadang ditemukan trombositopenia ringan.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan sistem
hematopoiesis yang dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada
beberapa jenis anemia termasuk anemia megaloblastik.1
Pada kasus anemia megaloblastik, pemeriksaan sumsum tulang ini
dapat dijumpai hyperplasia eritroid dengan sel megaloblast, giant
metamyelocyte, sel megakariosit, dan cadangan besi sumsum tulang
meningkat.
4. Pemeriksaan Khusus untuk membedakan defisiensi vitamin B12 dan
asam folat
a. Pengukuran kadar vitamin B12 serum dan asam folat. Nilai
normal vitamin B12 <100 pg/ml, asa folat <3 ng/ml.
b. Respons terhadap replacement therapy dengan folat/B12
fisiologik
c. Ekskresi methymalonic acid urine meningkat pada defisiensi
vitamin B12
d. Ekskresi formioglutamic acid (FIGLU) urine meningkat pada
defisisensi asam folat.
10
5. Uji Schiling untuk defisiensi Vitamin B12
Uji schilling untuk menilai absorbs vitamin B12. Ada 2 tahap pada
uji schilling, uji tahap pertama, pasien diberikan vitamin B12 terlabel
radioisotope kobalt (57Co atau 58Co) per-oral. Secara berurutan vitamin
B12 tidak terlabel radioisotop injeksi intramuscular diberikan terlebih
dahulu sebelum vitamin B12 terlabel radioisotope kobalt per-oral
diberikan. Tujuan pemberian vitamin B12 injeksi adalah untuk
membuat reseptor transkobalamin/vitamin B12 dalam hati menjadi
jenuh, sehingga mencegah vitamin B12 terlabel radioisotop terikat
dalam jaringan tubuh (terutama pada hati). Jika vitamin B12 terlabel
radioisotope diserap dari saluran cerna, ia akan masuk ke dalam urin.
Kemudian urin dikumpulkan selama 24 jam berikutnya untuk menilai
penyerapan. Biasanya vitamin B12 terlabel radioisotope per oral akan
diserap ke dalam tubuh, oleh karena reseptor transkobalamin/vitamin
B12 dalam hati telah jenuh oleh vitamin B12 injeksi, maka akan banyak
vitamin B12 terlabel radioisotop yang tertelan akan diekskresikan
dalam urin.
Hasil uji normal menunjukkan 5% dari vitamin B12 terlabel
radioisotop dijumpai dalam urin selama 24 jam pertama. Pada pasien
dengan defisiensi karena penyerapan terganggu, vitamin B12 terlabel
radioisotope dalam urin terdeteksi kurang dari 5%.
Jika pada tahap pertama ditemukan kelainan, uji diulang dengan
tambahan faktor intrinsic gaster (GIF) per-oral sebagai uji tahap kedua.
Jika pada pengumpulan urin uji tahap kedua ini >5% adalah normal,
ini menunjukkan kurangnya produksi faktor intrinsik, atau anemia
pernisiosa.
Jika hasil uji tahap kedua rendah, menunjukkan penyerapan usus
yang abnormal (malabsorbsi), yang dapat disebabkan oleh penyakit
celiac, penyakit empedu, penyakit Whippie, infestasi cacing pita ikan,
atau penyakit hati.
11
Malabsorbsi vitamin B12 bisa disebabkan oleh disfungsi usus dari
tingkat vitamin amat rendah, menyebabkan kebingungan
menterjemahkan hasil uji jika B12 belum jenuh. Oleh karena itu
disarankan diberikan asam folat dan B12 beberapa minggu sebelum
dilakukan uji Schilling, karena kekurangan asam folat dan B12 akan
mengganggu fungsi sel saluran cerna sehingga menyebabkan
malabsorbsi vitamin B12 itu sendiri bahkan terhambatnya pembuatan
/sintesis faktor intrinsic gaster. Keadaan tersebut akan menyebabkan
hasil uji positif palsu untuk kedua uji vitamin B12 sederhana dan terkait
faktor intrinsic uji malabsorbsi vitamin B12.2
Uji tahap Uji tahap
Diagnosis
pertama kedua
Normal Normal atau defisiensi B12
<5% Normal Anemia Perniciosa
<5% <5% Malabsorbsi
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
4. Baldy CM. Gangguan Sel Darah Merah. Price SA, Lorraine MW. Editor.
Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC. 2006; 261-262.
11. Khan KM, Jialal I. Folic Acid (Folate) Deficiency. NCBI Bookshelf.
2018;1-4.
16