Anda di halaman 1dari 37

RADIOGRAPH BASED DISCUSSION

ASITES SUSPECT SIROSIS HEPATIS

Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu


Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi
di Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati

Oleh

Ihsan Yusuf 012116413


Cintia Devi Mulyaningtyas 012116111

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2016
LEMBAR PENGESAHAN
RADIOGRAPH BASED DISCUSSION
ASITES SUSPECT SIROSIS HEPATIS

Diajukan guna melengkapi tugas kepanitraan klinis bagian ilmu radiologi


Fakultas Kedokteran
Oleh :

Ihsan Yusuf
012116413

Magelang, 22 September 2015


Telah dibimbing dan disahkan oleh,
Dokter pembimbing

Letkol (CKM) dr. Dwi Hartanto, Sp.P

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asam Urat .................................................................................... 6

2.1.1 Definisi Asam urat .............................................................. 6

2.1.2 Metabolisme Asam Urat ..................................................... 7

2.1.3 Ekskresi Asam Urat ............................................................ 8

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Dalam Darah 8

2.1.4.1 Genetik atau Riwayat keluarga ............................ 8

2.1.4.2 Berat Badan .......................................................... 9

2.1.4.3 Asupan senyawa Purin ......................................... 9

2.1.4.4 Jenis Kelamin ....................................................... 9

2.1.4.5 Aktivitas Fisik Anaerobik .................................... 10

2.2. Pepaya (Carica papaya Linn) ...................................................... 10

2.2.1 Taksonomi ........................................................................... 10

2.2.2 Morfologi ............................................................................ 11

2.2.3 Fungsi Biji Pepaya .............................................................. 12

2.2.4 Kandungan Biji Pepaya ....................................................... 12

iii
2.2.4.1 Tanin ....................................................................... 12

2.2.4.2 Flavonoid ................................................................ 13

2.2.4.3 Saponin ................................................................... 14

2.2.5 Ekstrak Kental Biji Pepaya ................................................. 15

2.2.6 Otak Sapi ............................................................................. 16

2.2.7 Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Ratus norvegicus) .......... 16

2.2.8 Mekanisme Kerja Ekstrak Kental Biji Pepaya Terhadap Kadar

Asam Urat ........................................................................... 17

2.2.9 Kerangka Teori ................................................................... 18

2.2.10 Kerangka Konsep .............................................................. 19

2.2.11 Hipotesis ........................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian .................................. 20

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 20

3.2.1. Variabel Penelitian ........................................................... 20

3.2.2. Definisi Operasional ......................................................... 20

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 22

3.3.1. Populasi Penelitian ........................................................... 22

3.3.2. Sampel .............................................................................. 22

3.4. Instrumen Penelitian ..................................................................... 23

3.5. Cara Penelitian ............................................................................. 24

3.6. Tempat dan Waktu ....................................................................... 28

3.7. Alur Penelitian .............................................................................. 29

iv
3.8. Analisa Hasil ................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah papaya (Carica papaya Linn) merupakan tanaman yang mudah

dijumpai di Indonesia namun pemanfaatannya masih belum maksimal. Biji

pepaya cenderung dibuang dan hanya digunakan sebagai pelestarian tanaman

(Adeneye et.al, 2009). Hasil analisis fitokimia menunjukan biji pepaya

mengandung Flavonoid, tanin, saponin yang telah terbukti dapat menurunkan

kadar asam urat dengan menghambat enzim xantin oxidase (Yulianto et.al,

2009). Allopurinol digunakan untuk menurunkan asam urat melalui

mekanisme inhibitor xantine oxide dengan mengikat sisi aktif enzim xantine

oxide, akan tetapi allopurinol memiliki efek samping seperti diare, mual,

muntah, dan pusing sehingga perlu dicari alternatif pengobatan yang aman

untuk menurunkan kadar asam urat darah. Pada penelitian Arsyiyanti (2012),

Jus biji pepaya terbukti dapat menurunkan kadar asam urat pada binatang

yang diinduksi makanan tinggi purin, tetapi sejauh ini belum pernah

dilakukan penelitian penggunaan ekstrak kental biji pepaya untuk

menurunkan kadar asam urat. Keuntungan biji pepaya dalam bentuk ekstrak

kental mempunyai kadar zat aktif (saponin) lebih banyak dibandingkan

dengan sediaan dalam bentuk jus (Latief, 2012).

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme senyawa purin yang

kemudian akan dieksresikan melalui urin, feses, dan keringat (Sustrani,

1
2

2004). Kadar asam urat yang meningkat daram darah (hiperurisemia)

menyebabkan asam urat mengendap di sendi dan dapat mengakibatkan

peradangan pada sendi (gout). Hiperurisemia hingga saat ini merupakan

masalah yang serius karena dapat menyebabkan komplikasi gagal ginjal

kronik, penyakit jantung, dan penyakit mata (Hidayat, 2009). Hiperurisemia

mengakibatkan peningkatan risiko dan mortalitas penyakit kardiovaskular

(Euser et.al., 2009). Prevalensi hiperurisemia cenderung meningkat baik di

negara maju maupun negara berkembang yang terjadi dalam beberapa

dekade terakhir ini. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, jumlah kasus hiperurisemia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan dibandingkan kasus penyakit tidak menular lainnya. Jika kondisi

ini dibiarkan tanpa penanganan serius, maka dapat menimbulkan risiko

penyakit seperti peradangan sendi (gout), hipertensi, diabetes mellitus, dan

gagal ginjal (Luk et.al., 2005).

Dari uraian di atas dilakukan penelitian untuk mencari pengobatan yang

mudah untuk dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama dalam

memanfaatkan biji pepaya (Carica papaya Linn.). Menurut penelitian

Meirindasari (2013), pemberian jus biji pepaya selama 21 hari pada dosis 400

mg/ekor/hari dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus. Pada

penelitian lain, pemberian biji pepaya selama 21 hari pada dosis 400

mg/ekor/hari dan 800 mg/ekor/hari dapat menurunkan kadar asam urat

masing-masing sebesar 30.43% dan 16,7% pada tikus (Arsyiyanti, 2012).

2
3

Akan tetapi tetapi sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian penggunaan

ekstrak kental biji pepaya untuk menurunkan kadar asam urat.

Senyawa saponin adalah salah satu golongan senyawa glikosida

dimana senyawa ini terdapat dalam ekstrak biji papaya yang berfungsi

menurunkan asam urat. Berdasarkan sifatnya, saponin dibedakan menjadi

steroid dan triterpenoid dimana triterpenoid yang dapat menghambat enzim

xantin oksidase yang akan mengkatalisis berturut turut hipoxantine menjadi

xantine kemudian asam urat (Briley, 2012). Penelitian menyebutkan bahwa

beberapa senyawa yang ada di dalam biji pepaya dapat menurunkan kadar

asam urat karena mengandung flavonoid, saponin, dan tanin (Yulianto et.al,

2009). Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian terhadap

kadar asam urat serum pada tikus yang diinduksi diit tinggi purin karena

apabila terbukti secara ilmiah terdapat penurunan kadar asam urat yang

mencapai kadar normal setelah diberikan ekstrak biji pepaya, maka ektrak

kental biji pepaya dapat menjadi salah satu terapi alternatif dalam membantu

menurunkan kadar asam urat pada kondisi hiperurisemia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh pemberian

ekstrak kental biji papaya (Carica papaya Linn) terhadap kadar asam urat

serum pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi diit tinggi purin ?

3
4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian

ekstrak kental biji buah papaya (Carica papaya Linn) terhadap

kadar asam urat serum pada tikus jantan galur wistar yang

diinduksi diit tinggi purin.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui rerata kadar asam urat serum

kelompok tikus jantan galur wistar yang diinduksi diit

tinggi purin.

1.3.2.2 Untuk mengetahui rerata kadar asam urat serum kelompok

tikus jantan galur wistar yang diberi allopurinol dengan

dosis 1.8 mg/kg berat badan/hari setelah diinduksi diit

tinggi purin.

1.3.2.3 Untuk mengetahui rerata kadar asam urat serum kelompok

tikus jantan galur wistar yang diberi ekstrak kental biji

papaya (Carica papaya Linn) dengan dosis 100 mg/kg

berat badan/hari setelah diinduksi diit tinggi purin.

1.3.2.4 Untuk mengetahui rerata kadar asam urat serum kelompok

tikus jantan galur wistar yang diberi ekstrak kental biji

papaya (Carica papaya Linn) dengan dosis 200 mg/kg

berat badan/hari setelah diinduksi diit tinggi purin.

4
5

1.3.2.5 Untuk mengetahui rerata kadar asam urat serum kelompok

tikus jantan galur wistar yang diberi ekstrak kental biji

papaya (Carica papaya Linn) dengan dosis 400 mg/kg

berat badan/hari setelah diinduksi diit tinggi purin.

1.3.2.6 Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar asam urat antar

kelompok dan menganalisa dosis ekstrak kental biji

pepaya yang paling berpengaruh terhadap kadar asam urat

serum pada tikus jantan galur wistar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

1.4.1.1. Sebagai data dasar dan bahan pertimbangan dalam

pengembangan obat obat tradisional selanjutnya.

1.4.1.2. Sebagai bahan landasan untuk penelitian selanjutnya

mengenai manfaat dari biji papaya (Carica papaya Linn).

1.4.2. Manfaat praktis

Memberi informasi kepada masyarakat luas terhadap manfaat

biji papaya (Carica papaya Linn) dapat menurunkan kadar asam

urat yang dapat menyebabkan hiperurisemia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asam Urat

2.1.1 Definisi Asam urat

Asam urat adalah senyawa asam yang berbentuk kristal yang

merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dimana merupakan

turunan dari nukleotida, yang merupakan salah satu komponen asam

nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Purin terdapat dalam

tubuh kita dan terkandung dari berbagai macam bentuk makanan, yaitu

makanan yang berasal dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan)

ataupun dari hewan (jeroan, daging, ikan) (wibowo S, 2006).

Asam urat mempunyai sifat sukar larut dalam air dan

konsentrasi asam urat dalam darah manusia sangat mendekati

kejenuhan, kondisi tersebut dapat menyebabkan pemecahan yang

berlebihan dari basa purin hingga menjadi asam urat yang berbentuk

kristal (wibowo S, 2006).

Gambar 2.1. Rumus Kimiawi Asam Urat

6
7

2.1.2 Metabolisme Asam Urat

Asam urat tubuh di bentuk dari nukleotida purin yang ada dalam

makanan yang kita konsumsi dan merupakan hasil dari metabolisme

dari pencernaan protein (Mayers, 2003). Produk purin dikonversi

menjadi asam urat melalui xanthine dalam reaksi yang dikatalisis oleh

xanthine oxydase. Purin berasal dari metabolisme dalam tubuh atau

faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh atau faktor eksogen

(sumber makanan) (Murray dkk, 2003). Makanan tinggi purin dari

produk hewani seperti hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, otak, daging,

ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir

setiap hari dikonsumsi dalam jumlah berlebihan (Wibowo S, 2006).

Jalur kompleks pembentukan asam urat dimulai dari ribose 5-

phosphate, suatu pentose yang berasal dari glycidic metabolism, dirubah

menjadi PRPP (phosphoribosyl purophosphate) dan kemudian

phosphoribosilamine, lalu ditransformasi menjadi inosine

monophosphate (IMP). IMP merupakan precursor untuk pembentukan

adenosine monophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate

(GMP) yang selanjutnya digunakan untuk sintesis DNA dan RNA ,

serta inosine yang kemudian akan mengalami degradasi menjadi

hypoxanthine, xanthine dan akhirnya menjadi uric acid (Murray dkk,

2003). Hypoxanthine dan guanine memasuki jalur salvage,

menggunakan hypoxanthine-guanine phosphoribosyltransferase

(HGPRT), suatu enzim yang merubah basa purin menjadi nukleotida.

7
8

Produk sampingan dari reaksi tersebut adalah hydrogen peroxidase

(H202), yang toksik untuk ginjal dan akan dirubah menjadi H20 dan 02

oleh catalase (Devlin, 2006). Perubahan hypoxanthine menjadi

xanthine dan kemudian asam urat dikatalisis oleh enzim xanthine

oxidase (Murray dkk, 2003).

2.1.3 Ekskresi Asam Urat

Asam urat dieksresi oleh ginjal melalui 4 jalur yaitu filtrasi,

reabsorbsi, sekresi, dan reabsorbsi pascasecretory. Pertama-tama asam

urat disaring di glomerolus, kemudian setelah sampai pada tubulus

proksimal terjadi sekresi asam urat yang merupakan produk akhir dari

metabolisme dengan transport aktif. Sekresi asam urat dari tubulus

proksimal ditambah dengan hasil filtrasi dari glomerolus yang hampir

tidak ada reabsorbsi asam urat di tubulus, yang menyebabkan ekskresi

yang cepat ke dalam urin (Murray dkk, 2003).

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Dalam Darah

2.1.4.1 Genetik atau Riwayat keluarga

Asam urat dalam tubuh berasal dari pemecahan

senyawa purin yang merupakan komponen inti sel. Sumber

seyawa purin ada dua yaitu dari dalam tubuh dan dari luar

tubuh. Makanan yang dikonsumsi merupakan sumber purin

yang berasal dari luar tubuh. Selain itu tubuh sendiri juga

memproduksi purin, yakni dari pemecahan sel-sel yang rusak.

Contohnya, penyakit anemia hemolitik, polisitemia, atau

8
9

leukimia menimbulkan kerusakan sel-sel darah dalam jumlah

besar sehingga asam urat dapat meningkat (Setyohadi B,

2004).

2.1.4.2 Berat Badan

Orang yang memiliki berat badan yang berlebih lebih

rentan terserang gout. Banyaknya lemak dalam tubuh akan

cenderung menghambat pengeluaran urat di ginjal (Setyohadi

B, 2004).

2.1.4.3 Asupan senyawa Purin

Beberapa jenis makanan yang bisa meningkatkan kadar

asam urat adalah makanan yang mengandung tinggi purin,

contohnya adalah ikan hearing, telur, jeroan. Konsumsi

jeroan akan memperberat kerja enzim hipoxantin untuk

mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam

darah, yang berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar

sendi sehingga menimbulkan rasa sakit (Wibowo S, 2006).

2.1.4.4 Jenis Kelamin

Peningkatan asam urat biasanya cenderung pada pria,

karena pada wanita memiliki hormon esterogen yang ikut

membantu pembuangan asam urat melalui urin. Pria tidak

memiliki hormon esterogen, maka asam urat pada pria

cenderung lebih tinggi. Jadi selama wanita memiliki hormon

estrogen, maka pembuangan asam urat cukup terkontrol, akan

9
10

tetapi ketika wanita sudah tidak memiliki estrogen, seperti

saat menopause, barulah wanita dapat mengalami

peningkatan asam urat (Nucleus precise, 2011).

2.1.4.5 Aktivitas Fisik Anaerobik

Salah satu penyebab yang mempengaruhi kadar asam

urat adalah olahraga atau aktivitas fisik. Olah raga atau

gerakan fisik akan menyebabkan peningkatan kadar asam

laktat. Asam laktat terbentuk dari proses glikolisis anaerob

yang terjadi di otot. Jika otot berkontraksi di dalam media

anaerob, yaitu media yang tidak memiliki oksigen maka

glikogen yang menjadi produk akhir glikolisis akan

menghilang dan muncul laktat sebagai produksi akhir utama.

Peningkatan asam laktat dalam darah akan menyebabkan

penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal (Mayers, 2003).

2.2. Pepaya (Carica papaya Linn)

2.2.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae (Tumbuh tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Dicotylrdonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Caricales

Familia : Caricacea

10
11

Genus : Carica

Species : Carica papaya L. (Warisno, 2003)

2.2.2 Morfologi

Pepaya (Carica papaya Linn) merupakan tanaman daerah tropis

yang dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m diatas permukaan laut

(dpl). Pepaya banyak ditanam di daerah tropis untuk di ambil buahnya.

Nama pepaya dalam Bahasa Indonesia diambil dari Bahasa

Belanda,Papaja. Dalam Bahasa Jawa pepaya disebut kates dan dalam

Bahasa Sunda disebut Gedang. Pohon pepaya umumnya tidak

bercabang atau ada juga yang memiliki cabang walaupun sedikit. Pohon

pepaya tumbuh kira kira 5 hingga 10 meter dengan daun yang

berbentuk spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip

lima dengan tungkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.

Pepaya adalah monodioecious atau berumah tunggal sekaligus

berumah dua dengan tiga kelamin, yaitu tumbuhan jantan, betina dan

hermaprodit. Tumbuhan pepaya jantan disebut Pepaya Gantung.

Walaupun jantan, kadang-kadang tumbuhan ini menghasilkan buah

secara partenogenesis. Akan tetapi, buah ini mandul atau tidak

menghasilkan biji subur dan dijadikan bahan obat tradisional.

Pepaya memiliki biji yang berwarna hitam atau kehitaman dan

terbungkus semacam lapisan berlendir atau pulp, untuk mencegahnya

dari kekeringan. Dalam pemeliharaan, biji-biji untuk benih terdapat

pada bagian tengah buah (Soedarya, 2009).

11
12

Gambar 2.2.3 biji pepaya

2.2.3 Fungsi Biji Pepaya

Beberapa fungsi pepaya bisa digunakan sebagai obat cacing gelang,

gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi pria, bahan

baku obat masuk angin, dan sebagai sumber mendapatkan minyak

dengan kandungan asam-asam lemak tertentu (Warisno, 2003).

2.2.4 Kandungan Biji Pepaya

2.2.4.1 Tanin

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk

ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak

dijumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk

menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat

protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol

yang memiliki beratmolekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan

dapat membentuk kompleks dengan protein. Selain itu tanin

juga dapat mengendapkan protein, alkaloid, dan glatin.

12
13

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan

terdiri dari senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali

diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil dalam Fitriana

(2005). Tanin terdiri dari sekelompok zat zat kompleks yang

terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh tumbuhan, antara

lain terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun dan buah

buahan. Ada beberapa jenis tumbuh tumbuhan atau tanaman

yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang,

tanaman akasia, gabus, bakau, pinus, pepaya dan gambir

Risnasari (2001) dalam Fitriana (2005).

2.2.4.2 Flavonoid

Flavonoid sebagai suatu senyawa fenol dalam dunia

tumbuhan dapat ditemukan dalam bentuk glikosida maupun

aglikonnya. Flavonoid salah satu metabolit sekunder,

kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh

adanya proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu

banyak mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa

pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksioksidasi, baik

secara enzim maupun non enzim. Flavonoid dalam tubuh

manusia berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi

jaringan tubuh terhadap kerusakan oksidatif akibat dari radikal

bebas yang berasal dari proses dalam atau luar tubuh, sehingga

sangat baik untuk pencegahan kanker (Tan, 2007).

13
14

Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula,

sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,

butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air.

Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung

menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan

demikian campuran pelarut dengan air merupakan pelarut yang

lebih baik untuk glikosida dalam Harbone (1987). Flavonoid

merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikalbebas.

Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan

membebaskan satuatom hydrogen dari gugus hidroksilnya yang

kemudian berikatan dengan satu radikal bebas (Mutiah dkk.,

2011). Flavonoid yang terkandung dalam biji pepaya dapat pula

menghambat kerja enzim xantin oksidase, sehingga dapat

menghambat pembentukan asam urat (olivine.p, 2005).

2.2.4.3 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah

terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin

merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun,

serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa

dan menghemolisis sel darah. Triterpen tertentu terkenal karena

rasanya, terutama kepahitannya. Pencarian saponin dalam

tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber

14
15

sapogenin yang mudah diperoleh, Saponin dan glikosida

sapogenin yang mudah diperoleh. Saponin dan glikosida

sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas

dalam tumbuhan (Harborne, 1987).

Biji pepaya mengandung saponin sebesar 88,39 mg.

Berdasarkan struktur kimianya, saponin dikelompokkan menjadi

tiga kelas utama yaitu kelas streroid, kelas steroid alkaloid, dan

kelas triterpenoid. Sifat yang khas dari saponin antara lain

berasa pahit, berbusa dalam air, beracun bagi binatang berdarah

dingin, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah

merah) jika diberikan berlebihan (Sukandar, 2008).

2.2.5 Ekstrak Kental Biji Pepaya

Biji pepaya memiliki kandungan zat aktif seperti saponin dan

flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat. Senyawa saponin

dan flavonoid merupakan senyawa yang memiliki sifat semipolar yang

lebih efektif bila berikatan dengan zat nonpolar seperti ethanol maupun

methanol. Akan tetapi ethanol lebih aman karena methanol mempunyai

sifat toksik dan mengakibatkan kerusakan hepar (Narayanaperumal,

2006). Sediaan biji pepaya dalam bentuk ekstrak kental memiliki

keuntungan dibandingkan dengan sediaan jus ataupun sediaan lainnya.

Jus biji pepaya yang bercampur air memiliki kandungan zat aktif yang

lebih sedikit karena hanya sedikit senyawa aktif yang tertarik pada

pengolahannya. Sediaan ekstrak kental yang didapatkan dari proses

15
16

maserasi biji buah pepaya dengan pelarut ethanol dapat menghasilkan

zat aktif yang lebih banyak karena kadar zat aktif berikatan dengan

senyawa ethanol yang nonpolar mengakibatkan jumlah zat aktif dalam

biji pepaya tertarik lebih banyak dan menghasilkan kadar zat aktif yang

lebih tinggi (Latief, 2012).

2.2.6 Otak Sapi

Otak Sapi merupakan salah satu makanan yang tinggi kandungan

purin yaitu 540 mg/1000 g (Chanar, 2006). Konsumsi makanan tinggi

purin akan mengakibatkan peningkatan kadar asam urat dalam serum

(Fitriana, 2005).

2.2.7 Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Ratus norvegicus)

Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan galur wistar

sebagai hewan coba. Tikus ini dipilih berdasarkan berat badannya yang

dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang,

dikendalikan, diambil darahnya dalam jumlah yang relatif besar, serta

mudah dikembangbiakan dan dipelihara di laboratorium. Tikus ini juga

tidak memiliki kandung empedu dan tidak dapat muntah (Kusumawati,

2004).

2.2.8 Mekanisme Kerja Ekstrak Kental Biji Pepaya Terhadap Kadar

Asam Urat

Biji pepaya (Carica papaya Linn) memiliki beberapa senyawa yang

dapat menurunkan kadar asam urat seperti flavonoid, saponin, dan tanin

16
17

(Yulianto et.al, 2009). Digunakan sebagai obat untuk menurunkan

kadar asam urat karena mengandung flavonoid dan saponin yang

bekerja dengan menghambat enzim xantin oksidase.

Xantin oksidase merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari

molekul-molekul protein yang tiap molekulnya tersusun atas 2 mol

FAD, 2 mol atom Mo dan 8 mol atom Fe. Enzim xantin oksidase di

dalam tubuh terdapat pada hati dan otot. Satu unit xantin oksidase dapat

mengkonversi satu mol substrat (xantin) menjadi asam urat tiap satu

menit pada pH optimum (pH 7.5) dan suhu optimum (25oC) (Murray et

al.2006). Jika xantin oksidase dihambat maka tidak akan terjadi

perubahan hypoxantine menjadi xantine dan kemudian menjadi asam

urat yang akan menurunkan asam urat dalam serum.

17
18

2.2.9 Kerangka Teori

Otak sapi Ekstrak Biji pepaya


(Carica papaya Linn)

Hipoxantine
Saponin Flavonoid

Enzim Xantin
Oksidase

xantine

Genetik

Kadar Asam Urat serum


Usia

Gaya Hidup

BMI

Jenis Kelamin

Keterangan :

: Mempengaruhi

18
19

2.2.10 Kerangka Konsep

Ekstrak kental biji Kadar Asam Urat


pepaya

2.2.11 Hipotesis

Pemberian ekstrak kental biji pepaya berpengaruh terhadap kadar

Asam Urat serum pada tikus jantan galur wistar yang diinduksi diit otak

sapi.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimental

laboratorium dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Control

Group Design.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Penelitian

3.2.1.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Ekstrak

Kental Biji Pepaya (Carica papaya Linn.)

3.2.1.2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah Kadar

Asam Urat tikus jantan galur wistar

3.2.1.3. Variabel Prakondisi

Variable prakondisi pada penelitian ini adalah Otak Sapi

3.2.2. Definisi Operasional

3.2.2.1. Ekstrak Kental Biji Pepaya

Ekstrak kental biji pepaya adalah ekstrak yang

didapatkan dari proses ekstraksi maserasi biji buah pepaya

dengan pelarut ethanol 95% sampai diperoleh ekstrak

20
21

kental. Ekstrak diberikan dengan sonde oral dengan dosis

bertingkat 100mg/ekor/hari, 200mg/ekor/hari dan

400mg/ekor/hari, selama 21 hari.

Skala : Ordinal

3.2.2.2. Kadar Asam Urat

Kadar Asam Urat dalam darah tikus galur wistar yang

diinduksi pakan tinggi lemak yang dinyatakan dengan

satuan g/dL, yang diukur dengan metode spektrofotometri

menggunakan alat Automatic Spectophotometer Urit yang

dilakukan analisa oleh Analis Laboratorium Patologi Klinik

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Skala : Rasio

3.2.2.3. OtakSapi

Otak sapi direbus terlebih dahulu kemudian

dihaluskan dengan cara diblender, setiap ekor tikus

diberikan otak sapi sebanyak 10% dari pakan standart

dalam 1 kali pemberian sonde oral selama 21 hari.

21
22

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

3.3.1.1. Populasi target

Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur wistar yang dipelihara di Laboratorium Biologi

Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada bulan

September 2014.

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Sampel yang dijadikan subjek harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1. Umur tikus 2-3 bulan

2. Sehat pada penampilan luar, gerak aktif, makan dan

minum normal, tidak ada luka dan tidak cacat

3. Berat badan sekitar 200 gram (kusumawati, 2004)

3.3.2.2. Kriteria Dropping Out

1. Tikus sakit dalam masa penelitian

2. Tikus mati dalam masa penelitian

Penentuan besar sample ditentukan sesuai ketentuan WHO,

dimana jumlah sample minimal 5 ekor tikus per kelompok perlakuan

ditambah 1 ekor tikus untuk menghindari kemungkinan lost of

follow, sehingga jumlah tiap kelompok adalah 6 ekor tikus.

Selanjutnya dirandomisasi untuk adaptasi lingkungan, lalu dilakukan

pengundian pada tikus. Sample dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1

22
23

kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Selanjutnya dilakukan

randomisasi untuk adaptasi lingkungan, dan dilakukan pengundian

pada tikus dan tikus yang nomernya terambil dalam undian adalah

sample yang terpilih (WHO, 1993).

3.4. Instrumen Penelitian

3.4.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kandang tikus lengkap dengan tempat pakan dan minumnya

2. Timbangan digital untuk menimbang ekstrak dan pakan tikus

serta berat tikus

3. Sonde oral

4. Spuit

5. Mikropipet

6. Alat-alat gelas (beker glass, gelas ukur, batang pengaduk,

tabung reaksi, pipet tetes)

7. Mikrohematokrit untuk mengambil sample darah tikus

8. Sentrifuge Scientific merk Rotofik 32

9. Rak dan tabung reaksi

10. Kapas Steril

11. Automatic Spectophotometer Urit

3.4.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Ekstrak kental biji pepaya

23
24

2. Pakan standar

3. Pakan tinggi lemak (otak sapi)

4. Aquades

5. Allopurinol tablet

3.5. Cara Penelitian

3.5.1. Cara Pembuatan Ekstrak Kental Biji Pepaya

Proses pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya Linn.)

dilakukan di laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

Cara pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya Linn.)

adalah sebagai berikut :

1. Sediakan biji pepaya (Carica papaya Linn.) yang sudah

dipisahkan dari buah pepaya sebanyak 10kg.

2. Biji pepaya (Carica papaya Linn.) dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan kemudian ditimbang sampai menjadi 1 kg biji

pepaya kering ( 10% biji pepaya basah ).

3. Kemudian biji pepaya kering diblender sampai halus kemudian

dimasukkan dalam ethanol panas 95%.

4. Selanjutnya dimaserasi dengan Hexane dengan perbandingan

1gr : 4ml selama 24 jam pada suhu ruang.

5. Kemudian dilakukan penyaringan dengan mengguankan kertas

saring, filtrat ditampung dalam gelas beaker.

24
25

6. Filtrat diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada

suhu 400c sehingga didapatkan ekstrak kental.

3.5.2. Dosis Penelitian

3.5.2.1. Penetapan dosis allopurinol

Dosis obat allopurinol untuk manusia adalah 100/70kg

BB/hari, maka pada tikus dikonversikan menjadi :

= 100 mg x 0,018

= 1,8 mg/200 g BB/hari

3.5.2.2. Penetapan dosis ekstrak

Dosis untuk tikus putih galur wistar dengan berat 200g

adalah :

= 200/1000 x 100mg = 20mg + aquadest 1 ml

= 200/1000 x 200mg = 40mg + aquadest 1 ml

= 200/1000 x 400mg = 80mg + aquadest 1 ml

3.5.3. Prosedur Penelitian

Pilih secara acak 24 ekor tikus putih jantan galur wistar yang

memenuhi syarat pada sampel, kemudian dibagi dalam 4 kelompok,

setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Hewan coba diadaptasikan

terlebih dahulu dengan lingkungannya selama 3 hari agar terbiasa

dengan lingkungannya dan tidak mengalami stres yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

3.5.4. Menyiapkan kandang tikus beserta tempat pakan dan minumnya.

25
26

3.5.5. Menyiapkan pakan tinggi purin

Otak sapi direbus dahulu kemudian dihaluskan dengan cara di

blender. Per ekor tikus diberikan pakan standart secara ad libitum,

otak sapi sebanyak 10% dari pakan standart dalam satu kali

pemberian per sonde selama 21 hari.Penentuan konsentrasi ini

berdasarkan penelitian sebelumnya dimana pemberian pakan tinggi

purin sebanyak 10% dari jumlah pakan yang diberikan Menurut

Apriani (2010) pemberian 10% otak sapi dari pakan standart selama

21 hari berpengaruh terhadap penambahan kadar asam urat pada

tikus.

3.5.6. Tikus dipuasakan selama 12 jam.

3.5.7. Pemberian Perlakuan

Kelompok 1 (K1) : Kelompok kontrol positif, tikus putih

jantan galur wistar diberi pakan standar BR12 + aquades + 1,8

mg /kg BB allopurinol selama 21 hari.

Kelompok 2 (K2) : Kelompok uji perlakuan, tikus putih jantan

galur wistar diberi pakan standar BR12 + aquades +

100mg/ekor/hari ekstrak kental biji pepaya selama 21 hari.

Kelompok 3 (K3) : Kelompok uji perlakuan, tikus putih jantan

galur wistar diberi pakan standar BR12 + aquades +

200mg/ekor/hari ekstrak kental biji pepaya selama 21 hari.

26
27

Kelompok 4 (K4) : Kelompok uji perlakuan, tikus putih jantan

galur wistar diberi pakan standar BR12 + aquades +

400mg/ekor/hari ekstrak kental biji pepaya selama 21 hari.

3.5.8. Pada hari ke 22 dilakukan pengambilan darah untuk diukur kadar

asam urat untuk mengetahui kadar asam urat setelah perlakuan yang

sebelumnya dipuasakan selama 12 jam.

3.5.9. Cara Pengambilan Darah

Peralatan yang digunakan adalah mikrohematokrit tubes steril,

botol penampung darah dan kapas steril. Darah diambil dengan

menusukkan mikrohematokrit tube pada vena opthalmicus di sudut

bola mata tikus secara periorbita, kemudian diputar perlahan-lahan

sampai darah keluar. Darah yang keluar ditampung dalam ependroff

sebanyak 2 cc. Cabut mikro hematokrit tube apabila darah yang

diperlukan telah mencukupi, kemudian bersihkan sisa darah disudut

bola mata tikus dengan kapas steril.

3.5.10. Cara Pemeriksaan Kadar Asam Urat

Asam Urat diukur sesudah dilakukan penelitian. Pemeriksaan

kadar Asam Urat menggunakan uji laboratorium dengan alat

Automatic Spectrophotometer Urit. Darah yang sudah ditampung

dalam tabung disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10

menit untuk mendapatkan serum. Prinsip pemeriksaan dengan

metode spektrofotometri.

27
28

3.6. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi dan Laboratorium

Patologi Klinik Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Waktu yang

diperlukan untuk penelitian adalah 21 hari, dilakukan pada bulan dan

pemeriksaan kadar Asam Urat dilakukan sesudah perlakuan percobaan pada

masing-masing kelompok.

28
29

3.7. Alur Penelitian

30 tikus jantan galur wistar

Randomisasi

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

(K1) (K2) (K3) (K4) (K5)

Tikus putih jantan Tikus putih jantan Tikus putih jantan tikus putih jantan Tikus putih jantan
galur wistar diberi galur wistar diberi galur wistar diberi galur wistar diberi galur wistar diberi
pakan standar pakan standar pakan standar pakan standar pakan standar
BR12 + BR12 + BR12 + BR12 + BR12 +
1g/ekor/hari otak 1g/ekor/hari otak 1g/ekor/hari otak 1g/ekor/hari otak 1g/ekor/hari otak
sapi + aquades + sapi + aquades + sapi + aquades + sapi + aquades + sapi + aquades
0,18 mg/200 g 20mg/ekor/hari 40mg/ekor/hari 80mg/ekor/hari
BB/hari ekstrak kental biji ekstrak kental biji ekstrak kental biji
allopurinol pepaya pepaya pepaya

21 hari 21 hari 21 hari 21 hari


21 hari

Pengambilan darah untuk observasi


postest kadar asam urat

29
30

3.8 Analisa Hasil

Data yang diperoleh adalah kadar asam urat serum. Hasil data diolah

dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data semua

kelompok diuji normalitas dengan Saphiro-Wilk Test dan diuji

homogenitasnya dengan Leuvenes Test. Uji statistik menunjukkan data

berdistribusi normal dan homogen kemudian dilanjutkan uji parametrik yaitu

uji One Way Anova untuk mengetahui efek terdapat pengaruh terhadap kadar

kolesterol. Apabila didapatkan hasil p<0,05 dilanjutkan uji Post Hoc Test

LSD untuk mengetahui pada kelompok perlakuan mana yang terdapat

perbedaan bermakna. Batas nilai yang dianggap signifikan dalam penelitian

adalah p<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adeneye AA, Olagunju JA,Preliminary hypoglycemic and hypolipidemi activities


of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn. inWistar rats.
Biology and Medicine, Vol. 1 (1): 1-10, 2009.

Arsyiyanti, Cut., 2012, Pengaruh Pemberian Jus Biji Pepaya (Carica Papaya L.)
Terhadap Kadar Asam Urat Tikus, Universitas Dipenogoro;Semarang.
Briley, M.S. & Eisenthal, R. 1975, Association of Xanthine Oksidase with the
Bovine Milk-Fat-Globule Membrane. Journal of Biochemistry,
147;417-423.
Cahanar, P., dan Suhanda, I., 2006, Makan Sehat Hidup Sehat, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta,31
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa tengah, Survailens Penyakit Tidak Menular pada
Puskesmas dan Rumah Sakit di Jawa Tengah, Semarang; 2007.

Euser SM, Hofman A, Westendorp RGJ, Breteler MMB. Serum uric acid and
cognitive function and dementi,. Brain. 2009;132:337-82.
Fitriana, 2005, Pengaruh Infusa Herba Meniran Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar
Hiperurisemi,www.litbang.com, dikutip tanggal 16 mei 2012
Harborne, J.B, 1987, Metode Fitokimia, ITB; Bandung.
Hidayat R. Gout dan Hiperurisemia, Medicinus. Edisi Juni-Agustus 2009;22:47-
50.
Kusumawati, D,.2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Latief, Abdul,2012, Obat Tradisional, EGC, Jakarta.
Liza, 2008, Mengenal Penyakit Asam Urat, http://www.keluargasehat.com,
dikutip tanggal 7 mei 2012.
Luk AJ, Simkin PA. Epidemiologi of Hiperuricemia and Gout. The American
Journal of Managed Care, Vol. 11;2005:11:425-442.
Mahan LK, Stump E, Krauses Food, Nutrition, and Diet Therapy 12th edition.
Pensylvania Saunders;2007.
Mayers, P.A.,2003, Biokimia Harper , Edisi 25, EGC, Jakarta, 260-279.

31
32

Meirindasari Neny (2013). Pengaruh Pemberian Jus Biji Pepaya terhadap Kadar
Kolesterol Total Tikus Sprague Dawley Dislipidemia. Artikel Penelitian
Universitas Diponegoro.
Murray, R. K.,Granner, D. K., Mayes, P.A., Rodwell, V. W., 2003, Biokimia
Harper, edisi 25, EGC, Jakarta, 282-284.
Mutiah Nuraini, D.Asharani, A.P.Dewi, N.wulandari. 2011. Khasiat Biji Pepaya
Bagi Penurunan Kolesterol Tikus, Skripsi FMIPA Muhammadiyah,
Yogyakarta.
Narayanaperumal JP, Ramasundaram SK, Sundaramahalingam M, Rathinasamy
SD.2006, Methanol-Induced Oxidative Stress in Rat Lymphoid Organ,
Journal of Ocupational Health , 48:20-27.
Nucleus Precise,2011, Asam Urat dan Gout. , http://www.mirbrokers.com, dikutip
tanggal 5 mei 2012.
Olivin P, 2005. Telaah Fitokimia dan Aktivitas Penghambatan Xantin Oksidase
Ektrak Kulit Batang Salam, Farmasi ITB http://www.bahan-
alam.fa.itb.ac.id.). Dikutip padatanggal 12 februari 2012.

Risnasari, 2001. Tannin Chemical Structural the structure of hydrolysable tannin.


http://www.ansci.corneledc.).Diaksespadatanggal 21 Desember 2013.
Setyohadi, B.,2004, Asam Urat Tinggi Jangan dibiarkan, Jakarta. e-
journal.uajy.ac.id/4839.pdf.Dikutiptanggal 21 Desember 2012.
Soedarya, A.P,2009,AgribisnisPepaya, CV. Pustaka Grafika, Bandung 1-5
Sukadar, E.Y., Andrajati,R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., dan
Kusnandar.2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Halaman 655, 656.
Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. Asam Urat Informasi Lengkap untuk Penderita
dan Keluarganya. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama;2004.
Tan Kim San., 2007, Diktat BercocokTanamBuah-buahanPepaya, Jakarta. e-
journal.uajy.ac.id/4839.pdf.Dikutiptanggal 21 Desember 2013.
Warisno, 2003, Budi Daya Pepaya, Cetakan Kelima, Kanisinus, Yogyakarta,1-19
WHO, 1993, Research Guidelines for the Safety and Efficiacy of Herbal
Medicine, Regional Office for Watern Pacific, Manila.
Wibowo, S.,2006,Asam Urat,11-98, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Yulianto D,2009, Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro oleh Ektrak Rosela
(Hibiscus sabdariffa) dan cuplikan (physalis angulata)(skripsi). Bogor :
Institusi Pertanian Bogor.

32

Anda mungkin juga menyukai