Anda di halaman 1dari 2

Tipe-Tipe Anak yang Rentan Mengalami Bullying di Sekolah

Kasus bullying di sekolah mungkin sering kita dengar dari pemberitaan media.
Bahkan, perundungan mungkin juga menimpa anak-anak di sekitar kita. Mungkin kita
bertanya-tanya, apa saja faktor pada anak yang menyebabkan mereka menjadi korban
bullying di sekolah? Bullying, perisakan, atau perundungan, merupakan tindakan agresif
yang dilakukan secara verbal maupun fisik, yang sifatnya menganggu, merusak, maupun
melukai orang lain. Perundungan dapat berbentuk ejekan, cemoohan, ancaman, meminta
barang atau uang dengan paksa, maupun kekerasan fisik. Korban bullying yang tidak
dibantu dapat menderita kondisi depresi, gangguan kecemasan, bahkan mungkin
berkeinginan untuk bunuh diri. Tipe anak yang rentan menjadi korban bullying di sekolah
Anak yang menjadi korban penindasan di sekolah, akan menunjukkan tanda-tanda
mengalami bullying yang bisa diamati. Misalnya, Si Kecil akan sangat ketakutan untuk
kembali ke sekolah dan mengalami separation anxiety. Selain itu, anak mungkin akan
sering mengalami mimpi buruk, perubahan perilaku, nafsu makan yang turun, bahkan
mungkin mengompol di rumah. Beberapa tipe anak mungkin akan di-bully jika memiliki
kondisi fisik tertentu. Jika anak menunjukkan tanda di atas, apalagi jika masuk kelompok
di bawah ini, ia akan rentan mengalami bullying di sekolah. Anak yang pintar Siswa yang
menjadi korban bullying biasanya termasuk anak yang pintar dan cerdas, atau mungkin
memiliki keahlian yang membuatnya sering dipuji. Pelaku perisakan bisa merasa minder
atau iri dengan keahlian anak tersebut. Siswa yang tidak memiliki teman Anak yang
menjadi korban bullying cenderung tidak memiliki teman. Kalaupun punya teman,
jumlahnya sedikit. Akibatnya, korban akan menjadi sasaran untuk di-bully, dikucilkan
dari acara-acara sekolah, dan sering menghabiskan waktu sendirian.

Murid yang disukai di Sekolah


Anak yang disukai oleh siswa-siswi lain, juga kerap menjadi sasaran bully di sekolah.
Pelaku perisakan kerap merasa terancam, dengan popularitas yang dimiliki oleh korban.
Jenis bullying ini disebut dengan agresi relasional, yang cenderung sering dilakukan ‘geng
murid perempuan’ popular, terhadap anak perempuan lain. Contoh perilaku bullying agresi
relasional yakni menyebarkan rumor, memengaruhi orang lain untuk membenci korban, atau
merusak kepercayaan diri seseorang. Fenomena agresi relasional ini, mungkin juga
mengingatkan cerita Mean Girls, film terkenal adaptasi novel, yang dibintangi oleh Lindsay
Lohan dan Rachel McAdams. Anak dengan kebutuhan khusus Mungkin kita sudah sering
melihat film dengan plot cerita ini. Namun dalam kenyataannya, anak yang berkebutuhan
khusus, atau memiliki penyakit tertentu, rentan mengalami bullying di sekolah. Korban
bullying dalam kelompok ini, misalnya anak dengan gangguan spektrum autisme, penderita
ADHD, down syndrome, atau gangguan disleksia. Murid dengan keunikan fisik Anak yang
memiliki ciri fisik unik dan berbeda dari siswa kebanyakan, juga rentan menjadi korban
perundungan. Misalnya, anak dengan mata sipit, postur tubuh yang dianggap terlalu pendek,
kelewat tinggi, gemuk, dan ciri fisik lainnya. Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), sepanjang Januari-April 2019, setidaknya ada 20 kasus bullying, yang
melibatkan kekerasan fisik dan psikis. Perundungan tersebut pun berupa saling ejek di dunia
maya, yang berlanjut ke dunia nyata. Siswa yang berasal dari suku, etnis, ras, dan agama
tertentu Kasus bullying yang melibatkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sudah
sangat sering terjadi. Pada akhir tahun 2019, seorang anak di Alabama, Amerika Serikat,
dilaporkan_bunuh_diri.
Disebutkan oleh keluarganya, ia melakukan bunuh diri sebagai akibat bullying
rasisme karena korban berasal dari keluarga kulit hitam. Pada 2017, seorang murid SD
dengan ciri fisik menyerupai mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok),
menjadi korban bullying. Akibatnya, ia enggan masuk sekolah cukup lama, dan mengalami
ketertinggalan dalam pelajaran. Akhirnya, ia harus pindah ke sekolah lain. Membantu anak
yang mengalami bullying di sekolah Bullying di sekolah merupakan hal yang nyata, dan
mungkin dapat terjadi pada anak kita. Apabila anak menjadi korban perisakan, ada beberapa
langkah membantu korban bullying, yang bisa dilakukan. Mengeskpresikan kepedulian kita
Menyampaikan bahwa menjadi korban bullying di sekolah bukan kesalahan anak Mencari
bantuan dari pihak sekolah Menemui anak yang menjadi pelaku bullying Mencari bantuan
psikolog atau psikiater, jika kondisi mental anak sangat parah karena mengalami bullying
Perisakan atau bullying di sekolah merupakan keadaan serius, yang harus kita tangani.
Apabila dibiarkan, anak akan tidak bersemangat untuk belajar sehingga membuat performa
akademiknya menurun. Membiarkan anak terus di-bully juga akan membuat ia rentan untuk
menderita gangguan mental, seiring tumbuh kembangnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tipe-Tipe Anak yang Rentan Mengalami Bullying di
Sekolah",https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/15/081119720/tipe-tipe-anak-yang-rentan mengalami-
bullying-di-sekolah?page=3.
Editor : Wisnubrata

Anda mungkin juga menyukai