DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HYALINE MEMBRANE DISEASE
JAWABAN:
C. HYALINE MEMBRANE DISEASE
• Pada soal bayi dgn usia gestasi 28 minggu
(<34 minggu) risiko imaturitas paru dan
defisiensi surfaktan
• Bayi mengalami asfiksia berat + gambaran
Ro thoraks retikulogranular (dengan kata
lain groundglass) + air bronkogram dari
Faktor risiko, gejala, dan PX radiologi
menunjang diagnosis Hyaline Membran
Disease
• Sudden infant death syndrome istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kematian bayi yang tiba-tiba dan tidak terduga di bawah 1
tahun yang penyebabnya tidak jelas (meskipun setelah dilakukan autopsy,
review Riwayat klinis, dan penyelidikan di tempat kejadian). Kematian ini
sering terjadi selama tidur atau di area tidur bayi.
• Pneumonia neonatal biasanya terdapat risiko infeksi perinatal, misalnya
korioamnionitis. Biasanya memiliki gejala ke arah distress pernapasan dan
sepsis
• Tuberkulosis kongenital TB pada neonatus dengan penularan yang
dialami secara hematogen via vena umbilical, atau saat persalinan akibat
menelan cairan amnion/ secret servikovaginal, biasanya memiliki gejala
sepsis, distress napas, hepatomegaly, dan BBLR
• Penyakit jantung kongenital biasanya memiliki onset gejala > 6 jam
setelah lahir, banyak diantaranya memiliki murmur, atau kelainan jantung
lainnya seperti gallop, perbedaan TD di keempat ekstrimitas
HMD
• Gangguan pernapasan yang disebabkan imaturitas paru dan defisiensi
surfaktan, terutama terjadi pada neonatus usia gestasi<34 minggu atau
berat lahir <1500 gram
• Gejala Klinis
– Sesak, merintih, takipnea, retraksi interkostal dan subkostal, napas
cuping hidung, dan sianosis yang terjadi dalam beberapa jam
pertama kehidupan.
– Bila gejala tidak timbul dalam 8 jam pertama kehidupan, adanya PMH
dapat disingkirkan.
• Sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit
tipe II menghasilkan surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan
dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus
• Terapi:
• Endotracheal (ET) tube
• Continuous positive airway pressure (CPAP)
• Surfactant replacement
• Broad spectrum antibiotic (Ampicillin) stop if there is no proof of infection
KLASIFIKASI HMD
Derajat I, Bercak retikulogranuler dengan air Derajat II, Bercak retikulogranular menyeluruh dengan
bronchogram air bronchogram
Derajat III, Opasitas lebih jelas, dengan Derajat IV, Seluruh lapangan paru terlihat putih (opak),
airbronchogram lebih jelas meluas kecabang di perifer. Tidak tampak airbronchogram, jantung tak terlihat,
Gambaran jantung menjadi kabur. disebut juga “White lung”
Distres Pernapasan pada Neonatus
KELAINAN GEJALA
Biasanya pada bayi matur, pertumbuhan janin terhambat, terdapat
Sindrom aspirasi staining mekonium di cairan amnion dan kulit, kuku, atau tali pusar.
mekonium Pada radiologi tampak air trapping dan hiperinflasi paru, patchy
opacity, terkadang atelektasis.
Pada bayi prematur, pada bayi dengan ibu DM atau kelahiran SC,
Respiratory distress
gejala muncul progresif segera setelah lahir. Pada radiologi tampak
syndrome (penyakit
gambaran diffuse “ground-glass” or finely granular appearance, air
membran hyalin)
bronkogram, ekspansi paru jelek.
Biasanya pada bayi matur dengan riwayat SC. Gejala muncul setelah
Transient tachypnea of lahir, kemudian membaik dalam 72 jam pasca lahir. Pada radiologi
newboorn tampak peningkatan corakan perihilar, hiperinflasi, lapangan paru
perifer bersih.
Asfiksia perinatal
Asidemia pada arteri umbilikal, Apgar score sangat rendah, terdapat
(hypoxic ischemic
kelainan neurologis, keterlibatan multiorgan
encephalopathy)
2
• Anak laki-laki berusia 4 tahun dengan keluhan bercak biru yang terjadi
secara spontan pada sendi lutut kiri.
• Pernah mengalami perdarahan yang lama berhenti ketika suntik
imunisasi.
• Pada pemeriksaan diperoleh hemarthrosis, tanpa perdarahan yang
jelas.
• Laboratorium darah Hb 14 g/dL, leukosit 8,000/mL, trombosit
225,000/mL.
JENIS KELAINAN…
DIAGNOSIS SUSPEK HEMOFILIA
JAWABAN:
C. KOAGULASI
• Pernah mengalami perdarahan yang lama berhenti ketika
suntik imunisasi Riwayat perdarahan sebelumnya
• Keluhan bercak biru spontan sendi lutut kiri hemarthrosis
tanda perdarahan profunda.
• Perdarahan profunda lebih mengarahkan kecurigaan pada
gangguan koagulasi, sedangkan perdarahan superfisial
seperti ekimosis lebih mengarah pada gangguan
hemostasis primer (agregasi platelet)
• Jenis kelamin laki-laki ada kemungkinan gangguan
koagulasinya berupa hemofilia
• Trombosit 225,000/mL normal, bukan merupakan
gangguan kuantitatif trombosit
• Kuantitatif trombosit (misalnya pada kelainan liver,
uremia, platelet release disorder) dan kualitatif
trombosit (kelainan dalam jumlah trombosit, misalnya
ITP) merupakan gangguan pada hemostasis primer
(proses agregasi platelet) dengan manifestasi
perdarahan superfisial
• Trombosis proses pembentukan thrombus dalam
pembuluh darah, misalnya pada kasus DVT, STEMI
• Pembuluh darah gangguan hemostasis akibat
patensi pembuluh darah contohnya pada kasus scurvy
dan
Spontaneous bleeding
(without injury)
https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s11434-012-5165-4.pdf
Viskositas Darah
• Men have a significantly higher blood viscosity than women due
to differences in hematocrit and the deormability and
aggregation of erythrocytes
• Geographical factors also affect blood viscosity. Compared with
low-altitude residents, high altitude-residents have higher levels
of hematocrit, blood viscosity, blood flow, and circulating nitric
oxide (NO) products
• Another factor that influences blood viscosity is temperature.
When blood gets cold, it becomes "thicker" and flows more
slowly. Therefore, there is an inverse relationship between
temperature and viscosity.
https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s11434-012-5165-4.pdf
4
• Seorang anak perempuan 9 tahun mengalami gusi
sering bengkak dan mudah berdarah disertai dengan
luka yang lama sembuh.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperkeratosis
dan ekimosis perifolikular dan corkscrew hair pada
bulu tubuh.
DEFISIENSI VITAMIN…
DIAGNOSIS SCURVY
JAWABAN:
B. VITAMIN C
• Keluhan gusi bengkak + mudah berdarah
disertai dengan luka yang lama sembuh +
hiperkeratosis dan ekimosis perifolikular +
corkscrew hair pada bulu tubuh gejala
klinis defisiensi vitamin C, yang disebut
dengan scurvy
• Luka lama sembuh disebabkan karena
defisiensi Vitamin C mengganggu sintesis
dari kolagen dan jaringan ikat
• Defisiensi Vitamin A menyebabkan
xeroftalmia
• Defisiensi Vitamin E menyebabkan gangguan
neurologis (degenerasi spinocerebellar)
• Defisiensi vitamin B tergantung dari jenis
vitamin B, misa defisiensi B1 menyebabkan
beri-beri, defisiensi vitamin B3 menyebabkan
pellagra
• Defisiensi Vitamin D pada anak-anak
menyebabkan rakhitis
Scurvy
• Diakibatkan oleh defisiensi vitamin C
• Vit. C Redox agent mereduksi ion metal dan
membuang radikal bebas memproteksi DNA,
protein, dan pembuluh darah dari radikal bebas
• Vit. C triple helix formation dari kolagen
defisiensi vit. C gangguan sintesis kolagen
• Sintesis kolagen terganggu poor wound healing
area yang terkena: dentin, kulit, kartilago,
osteoid, dan pembuluh darah kapiler
Scurvy: Gejala Klinis
- follicular hyperkeratosis and - Cardiorespiratory symptoms,
perifollicular hemorrhage, with including dyspnea, hypotension,
petechiae and coiled hairs and sudden death have been
- Generalized systemic symptoms reported
are weakness, malaise, joint - Characteristic findings on
swelling, arthralgias, anorexia, magnetic resonance imaging
depression, neuropathy, and (MRI) are sclerotic and lucent
vasomotor instability metaphyseal bands, with
- Anemia periosteal reaction and adjacent
- impaired wound healing soft-tissue edema
- Ptekiae & ecchymoses
- gingivitis (with bleeding and
receding gums and dental
caries)
The gingival swelling and dusky color just above
two of the teeth indicate hemorrhage into the
gums of this patient with poor dentition. The
gingival abnormalities of scurvy occur only in the
presence of teeth, which presumably provide
portals of entry for microbes into the gums. One
hypothesis suggests that vitamin C deficiency
impairs neutrophil-mediated killing of bacteria,
leading to chronic gingivitis, which is then
complicated by bleeding from the fragile vessels
characteristic of scurvy.
Perifollicular hemorrhage
Tatalaksana Scurvy
- Jus jeruk setiap hari selama 7 hari
- Asam askorbat 3-5x100 mg/ hari sampai tercapai dosis
total 4 gram
- Asam askorbat sekali minum hanya boleh 100 mg karena
kemampuan usus dalam menyerap hanya 100 mg dalam
satu waktu
- Diet dengan kandungan vitamin C yang cukup
Bayi 0-6 bulan: 40 mg/hari
Bayi 7-12 bulan: 50 mg/hari
Anak 1-3 tahun: 15 mg/hari
Anak 4-8 tahun 25 mg/hari
5
• Anak 3 tahun keluhan lemas dan tampak pucat.
• PF ditemukan hepatomegali, splenomegali.
• Pemeriksaan laboratorium didapatkan gambaran anemia
mikrositik hipokrom.
• Riwayat mendapatkan transfusi darah berulang.
• Foto Rontgen didapatkan hair on end.
PX YG MENDUKUNG DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS THALASSEMIA
JAWABAN:
C. KADAR BILIRUBIN INDIREK DLM DARAH MENINGKAT
• Anak 3 tahun lemas pucat + PF ditemukan
hepatomegali, splenomegaly (organomegali) + lab
anemia mikrositik hipokrom + Riwayat
mendapatkan transfusi darah berulang + Ro hair
on end curiga Thalassemia
• Thalasemia termasuk ke dalam anemia hemolisis
sehingga akan ditemukan peningkatan bilirubin
indirek dalam darah
• Peningkatan kadar B2 tidak ditemukan pada thalasemia
• Kadar urobilinogen urin menurun karena merupakan ikterik
prehepatik, kadar urobilinogen urin seharusnya meningkat
• Penurunan kadar B1 tidak ditemukan pada thalasemia
• Peningkatan leukosit Talasemia tidak secara langsung
memengaruhi leukosit dan. Jika terdapat temuan leukositosis pd
thalassemia, bisa dipikirkan 3 hal: 1. terdapat infeksi; 2.
Peningkatan jumlah neutrofil secara kronis, karena alasan yang
tidak selalu jelas (biasanya pada thalassemia mayor); 3. Alat
penghitung sel laboratorium mungkin salah mengklasifikasikan
eritrosit berinti (eritrosit muda) sebagai leukosit
Ikterus
• Pucat kronik
• Hepatosplenomegali
• Ikterik
• Perubahan penulangan
• Perubahan bentuk wajah
facies cooley
• Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
• Riwayat keluarga +
• Riwayat transfusi
• Ruang traube terisi
• Osteoporosis
• “Hair on end” pd foto
kepala
Diagnosis thalassemia
(cont’d)
• Pemeriksaan darah
– CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW
– Apusan darah: mikrositik, hipokrom,
anisositosis, poikilositosis, sel target,
fragmented cell, normoblas +, nucleated
RBC, howell-Jelly body, basophilic
stippling
– Hiperbilirubinemia
– Tes Fungsi hati abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Tes fungsi tiroid abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Hiperglikemia (late findings krn overload
Fe)
– HbF , HbA2 n/, Tidak ditemukan HbA, thalassemia with target cells, hypochromia, Howell-Jolly
bodies, thrombocytosis, and nucleated RBCs.Image from
Hb abnormal (HbE, HbO, dll), Jenis Hb Stanley Schrier@ 2001 in ASH Image Bank 2001;
doi:10.1182/ashimagebank-2001-100208)
kualitatif
6
• Anak 3 tahun keluhan lemas dan tampak pucat.
• PF ditemukan hepatomegali, splenomegali.
• Pemeriksaan laboratorium didapatkan gambaran anemia
mikrositik hipokrom.
• Riwayat mendapatkan transfusi darah berulang.
• Foto Rontgen didapatkan hair on end.
Pucat
Hair on End
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1365-2141.2008.07404.x
Diploic Space
• The diploic space is the medullary
cavity of the skull (marrow-
containing area in the skull vault
between the inner and outer layers
of compact/dense bone) and a
location of normal physiologic
hematopoiesis in adults.
• Thus, expansion of this structure
most commonly occurs in the
setting of chronically increased
intramedullary hematopoiesis. The
widened appearance is most
commonly bilateral.
Hair‐on‐end appearance of the skull is a
characteristic feature of chronic haemolysis
usually seen in patients with thalassaemia and
sickle cell anaemia. It results from accentuated
vertical trabeculae between the inner and outer
tables of the skull because of excessive bone
marrow hyperplasia.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2082904/
7
• Anak laki-laki 5 tahun dgn pemeriksaan fisik ditemukan
thrill sistolik pada perabaan di parasternal kiri bawah
dan terdapat murmur pansistolik.
• Hasil pemeriksaan foto dada tampak pembesaran ruang
ventrikel kiri dan kanan, serta atrium kiri.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS VSD
JAWABAN:
C. VSD
• Anak dengan thrill sistolik + murmur pansistolik
pada perabaan di parasternal kiri bawah
Pemeriksaan fisik sesuai dengan PJV ventricular
septal defect (VSD)
• Foto dada RVH + LVH + LAE mendukung
pembesaran ruangan jantung sesuai VSD
• Dari PF dan RO, dapat disimpulkan jika ps
mengalami VSD
• Tetralogi fallot murmur ejeksi sistolik, RO
sepatu boot
• ASD wide fixed splitting S2, RO berupa RAE +
LAE + RVH
• Insufisiensi katup aorta murmur diastolik ICS
2 sebelah kanan
• Stenosis katup mitral murmur diastolik pada
apeks
Ventricular Septal Defect
VSD:
Pathophysiology & Clinical Findings
Pansystolic murmur & thrill
Flow across VSD
over left lower sternum.
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT
JAWABAN:
C. PEMBERIAN CAIRAN ISOTONIK IV 30 ML/KGBB
SELAMA 1 JAM
• Anak usia 8 bulan muntah dan diare sejak 3
hari 10 kali/ hari + tidak sanggup makan
dan minum + apatis + Ubun-ubun sangat
cekung, turgor kulit kembali sangat lambat
diare akut dehidrasi berat
• Terpi yang diberikan adalah terapi C
Pemberian cairan isotonik (RL) IV 30
ml/kgBB selama 1 jam dilanjutkan dengan
70 ml/kgBB selama 5 jam
Gejala dan tanda dehidrasi
14
• Anak 18 bulan ke IGD RS setelah mengalami
sesak napas setelah bermain dengan kacang
goreng kurang lebih 30 menit yang lalu.
• Dari pemeriksaan didapatkan anak kompos
mentis, sianosis, respirasi 52x/menit.
PENANGANAN AWAL…
DIAGNOSIS CHOKING
JAWABAN:
C. HEIMLICH MANUVER
• Anak 18 bulan ksesak napas setelah
bermain dengan kacang goreng kurang +
kompos mentis, sianosis choking
• Pertolongan awal yang bisa dilakukan pada
pasien tersedak masih sadar usia > 1 tahun
adalah Heimlich manuver
• Back blow pertolongan awal choking pada usia < 1
tahun
• Trakeostomi Langkah akhir yang dilakukan pada
foreign body aspiration jika benda asing tidak bisa
keluar dengan manuver, dan berloka di saluran napas
atas
• Triple airway maneuver manajemen airway pada
kasus trauma
• Pemasangan nasopharyngeal airway manajemen
airway pada kasus trauma pada pasien yang tidak
mampu mempertahankan patensi jalan napas
Tatalaksana
15
• Anak laki-laki 5 tahun keluhan pembengkakan
seluruh tubuh.
• Pembengkakan ini terjadi untuk kedua kalinya.
Pembengkakan pertama terjadi tahun lalu dan
sempat diberikan obat selam 8 minggu oleh dokter.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINDROM NEFROTIK
JAWABAN:
C. SINDROM NEFROTIK RELAPS JARANG
• Anak laki-laki 5 tahun keluhan
pembengkakan seluruh tubuh yang terjadi
untuk kedua kalinya.
• Pembengkakan pertama terjadi tahun lalu
dan sempat diberikan obat selam 8 minggu
oleh dokter frekuensi relaps < 4 kali
dalam 1 tahun sindrom nefrotik relaps
jarang
• Sindroma nefrotik idiopatik = sindrom nefrotik primer
(muncul bukan karena kelainan sekunder maupun
kongenital)
• Sindroma nefrotik resisten kortikosteroid tidak
terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh
(full dose) 2 mg/kgBB/hari selama 4 minggu.
• Sindroma nefrotik relaps sering relaps terjadi ≥ 2
kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau
≥ 4 kali dalam periode 1 tahun
• Sindroma nefrotik sensitive kortikosteroid sindrom
nefrotik yang tertangani dengan pemberian steroid
Sindrom Nefrotik
PX KONFIRMASI DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ASD
JAWABAN:
B. ECHOCARDIOGRAPHY
• Bayi laki-laki 1 bulan dengan auskultasi
dada didapatkan wide fixed splitting S2
Atrial Septal Defect
• Pemeriksaan penunjang yg baik untuk
konfirmasi diagnosis ASD ialah
echocardiography biasanya mengunakan
Transthoracic echocardiography (TTE)
• Elektrokardiografi dan foto thoraks tidak selalu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis ASD, tetapi
sering dilakukan sebagai evaluasi awal pada suspek
penyakit jantung
• Kateterisasi jantung biasanya dilakukan jika ASD
sudah menimbulkan hipertensi pulmonal, untuk
menentukan strategi tatalaksana terbaik
• Gambaran darah tepi tidak dipakai dlm penegakan
diagnosis PJB
Postnatal Diagnosis of ASD
• An isolated ASD may be clinically suspected based upon findings
on physical examination (midsystolic pulmonary flow or ejection
murmur and fixed splitting of the second heart sound) and
electrocardiogram (incomplete right bundle branch block. The
diagnosis is confirmed by echocardiography.
• Echocardiography — Echocardiography is the test of choice for
the diagnosis of ASD.
– Transthoracic echocardiography (TTE) is usually definitive in diagnosing
secundum ASDs.
– Shunt volume, shunt ratios, and pulmonary artery pressures can be
estimated with Doppler flow echocardiography.
– Transesophageal echocardiography (TEE) is often necessary to precisely
measure ASD margins. TEE is generally superior to TTE in measuring the
size and position of ASDs, diagnosing sinus venosus defects, assessing for
other abnormalities.
Examination
• Magnetic resonance imaging
– Can be helpful in selected cases with suspected associated defects or in
patients in whom there are inconclusive echocardiographic findings.
• Electrocardiogram findings
– Though not necessary to make the diagnosis of ASD, many patients
undergo electrocardiogram (ECG) as part of the initial evaluation for
suspected heart disease.
– May be normal in small shunt. Moderate to large shunting prolonged
QRS complex, incomplete right bundle branch block), right axis deviation
• Chest radiograph findings
– Though not necessary to make the diagnosis of ASD, many patients have
a chest radiograph performed as part of the initial evaluation for
suspected heart disease or to evaluate pulmonary symptoms.
– The heart often has a characteristic triangular appearance.
– The right atrium and ventricle are usually enlarged, while the left atrium
and left ventricle are normal.
18
• Laki-laki usia 6 tahun dengan keluhan nyeri otot
sejak 1 minggu yang lalu.
• Sudah 1 bulan terakhir ibunya memberikan telur
setengah matang.
• Pada pemeriksaan fisik dijumpai kulit kering, rambut
jarang dan mudah rontok.
DEFISIENSI VITAMIN…
DIAGNOSIS DEFISIENSI VITAMIN B7
JAWABAN:
E. BIOTIN
• Laki-laki usia 6 tahun dengan keluhan nyeri
otot sejak 1 minggu yang lalu + PF kulit
kering, rambut jarang dan mudah rontok
gejala defisiensi vitamin B7 (biotin)
• Sudah 1 bulan terakhir ibunya memberikan
telur setengah matang protein dari putih
telur (avidin) berikatan secara ireversibel
dengan biotin, sehingga vitamin tersebut
tidak dapat diserap egg white injury
syndrome
• Tiamin menyebabkan beri-beri (gejala
kardiovaskular dan/atau saraf)
• Niasin menyebabkan pellagra (4D: diare, dermatitis,
demensia, death)
• Piridoksin Anemia, weakness, insomnia, difficulty
walking, nasolabial seborrheic dermatitis, cheilosis,
stomatitis
• Riboflavin Nonspecific symptoms including edema
of mucous membranes, angular stomatitis, glossitis,
and seborrheic dermatitis (eg, nose, scrotum)
Biotin Deficiency
Defisiensi Biotin (Vitamin B7)
• Defisiensi biotin (Vitamin B7) jarang terjadi karena :
– Kebutuhan harian yang sedikit (150-300 μg)
– biotin terdapat hampir di semua jenis makanan
– Flora normal usus mensintesis biotin
– Biotin mengalami proses recycle.
• Penyebab defisiensi Biotin :
– Konsumsi antikonvulsan tertentu (phenytoin, primidone,
carbamazepine)
– Penggunaan antibiotik spektrum luas
– Konsumsi putih-telur mentah dalam jumlah cukup banyak (Egg-white
injury syndrome). putih telur mentah berisi glycoprotein avidin yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap biotin berikatan secara
ireversibel tidak bisa diserap usus defisiensi
– Defisiensi enzim biotinidase (defek genetik)
Scheinfeld, NS. Biotin Deficiency. http://emedicine.medscape.com/article/984803-overview
Manifestasi Klinik
Timbul 3-5 minggu setelah onset defisiensi biotin:
• Kulit Kering
• Dermatitis seboroik
• Infeksi jamur
• Rash
• Brittle hair (mudah patah), rambut rontok, alopecia
• Gejala traktus gastrointestinal (Mual, muntah, anoreksia)
Vitamin B12 Megaloblastic anemia (pernicious anemia), peripheral neuropathy with impaired proprioception
(cobalamin) and slowed mentation
Folate (Vitamin B9) Megaloblastic anemia
Nonspecific symptoms including altered mental status, myalgia, dysesthesias, anorexia,
Biotin (Vitamin B7)
maculosquamous dermatitis
Nonspecific symptoms including paresthesias, dysesthesias ("burning feet"), anemia,
Pantothenate (Vit. B5)
gastrointestinal symptoms
Vitamin C Scurvy – fatigue, petechiae, ecchymoses, bleeding gums, depression, dry skin, impaired wound
(ascorbate) healing
Fat-soluble vitamins
Vitamin A Night blindness, xerophthalmia, keratomalacia, Bitot spot, follicular hyperkeratosis
Vitamin D Rickets, osteomalacia, craniotabes, rachitic rosary
Vitamin E Sensory and motor neuropathy, ataxia, retinal degeneration, hemolytic anemia
Vitamin K Hemorrhagic disease
19
• Anak lak-laki usia 2 tahun BB 15 kg dalam perawatan di RS atas
indikasi diare akut dehidrasi berat.
• Di IGD, ps diberikan terapi cairan C untuk dehidrasi berat
tersebut, zinc, dan probiotik.
• Keesokan harinya, kondisi pasien membaik, tidak lagi
mengalami diare ataupun muntah.
• Saat ini cairan infus pasien dalam hitungan maintenance.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINDROM NEFRITIK
JAWABAN:
D. RPGN (RAPIDLY PROGRESSING
GLOMERULONEPHRITIS)
• Anak 6 tahun sakit tenggorokan yang sering
kambuh + gross hematuria + edema periorbita
+/+; urinalisis gross hematuria dan proteinuria
+1 sindrom nefritik ec suspek GNAPS
• Dari biopsy ginjal ditemukan epithelial
crescent pada glomerulus temuan biopsi
sesuai dengan Rapidly Progressing
Glomerulonephritis (RPGN)
• Sebagian Glomerulonefritis post streptokokal
bisa berkembang menjadi RPGN
• Glomerulonefritis membranoproliferative GNAPS
memiliki gambaran patologis ini
• Lipoid nefrosis nama lain minimal change
nephropathy, merupakan patologi tersering dari
sindrom nefrotik idiopatik di anak
• Glomerulosklerosis fokal segmental gambaran
patologi tersering sindrom nefrotik pada dewasa
• Minimal Change Nefropathy merupakan patologi
tersering dari sindrom nefrotik idiopatik di anak
Rapidly progressive GN
• Clinical syndrome manifested by features of glomerular
disease in the urine and by progressive loss of renal
function over a comparatively short period of time (days,
weeks or months).
• It is most commonly characterized morphologically by
extensive crescent formation
• RPGN occurs rarely in children.
• Causes of pediatric RPGN include:
– Primary GN − IgA nephropathy, MPGN, and anti-glomerular
basement membrane (GBM) disease
– Secondary GN − Granulomatosis with polyangiitis, lupus
nephritis, poststreptococcal GN, IgAV (HSP) nephritis, and
microscopic polyangiitis
UPTODATE. 2018
Glomerulonephritis, crescentic (RPGN). Compression of the glomerular tuft with a circumferential
cellular crescent that occupies most of the Bowman space. Rapidly progressive
glomerulonephritis (RPGN) is defined as any glomerular disease characterized by extensive
crescents (usually >50%) as the principal histologic finding and by a rapid loss of renal function
(usually a 50% decline in the glomerular filtration rate [GFR] within 3 mo) as the clinical
correlate.
Image courtesy of Madeleine Moussa, MD, FRCPC, Department of Pathology, London Health Sciences Centre, London, Ontario, Canada.
Rapidly progressive GN
• The presenting complaints in RPGN may be
similar to those in severe postinfectious
glomerulonephritis: the acute onset of
macroscopic hematuria, decreased urine
output, hypertension, and edema.
• More commonly, however, RPGN has an
insidious onset with the initial symptoms
being fatigue or edema
UPTODATE. 2018
RPGN Types
• Types — RPGN is usually due to one of three
disorders, which reflect different mechanisms of
glomerular injury:
– Immune complex: refers to glomerulonephritis associated
with deposition of immune complexes in the glomeruli.
• In most cases, the serologic and histologic findings will point to
the underlying disease, such as mesangial IgA deposits in IgA
nephropathy, antistreptococcal antibodies and subepithelial
humps in postinfectious glomerulonephritis, antinuclear
antibodies,
– Pauci-immune: a necrotizing glomerulonephritis with few
or no immune deposits by immunofluorescence and
electron microscopy.
– Anti-GBM antibody disease glomerular disease caused by
anti-GBM antibodies.
Treatment of RPGN in Post Strep GN
• Patients with poststreptococcal glomerulonephritis typically recover
spontaneously, although recovery may not be complete, particularly in adults.
• Although there is no evidence that aggressive immunosuppressive therapy has
a beneficial effect in patients with rapidly progressive crescentic disease,
patients with more than 30 percent crescents on renal biopsy are often treated
with methylprednisolone pulses.
• Empiric initial therapy consists of intravenous pulse methylprednisolone (500
to 1000 mg/day for three days) and consideration of plasmapheresis,
especially if the patient has hemoptysis.
• Plasmapheresis may be a beneficial addition to therapy for patients who
present with severe renal failure (serum creatinine >6 mg/dL) or those who
progress despite treatment.
• However, despite aggressive treatment, approximately half of the affected
children will develop end-stage renal disease (ESRD).
UPTODATE. 2018
21
• Bayi lahir secara SC dengan usia gestasi aterm tidak langsung
menangis dan tidak bernapas.
• Sudah dilakukan tindakan resusitasi lengkap hingga pemberian
epinefrin namun bayi tetap tidak bernapas dan tidak terdapat
denyut jantung spontan selama 10 menit.
TINDAKAN SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS RESUSITASI NEONATUS
JAWABAN:
A. MENGHENTIKAN RESUSITASI
• Bayi lahir secara SC dengan usia gestasi aterm
tidak langsung menangis dan tidak bernapas.
• Sudah dilakukan tindakan resusitasi lengkap
hingga pemberian epinefrin namun bayi tetap
tidak bernapas dan tidak terdapat denyut jantung
spontan selama 10 menit dianggap layak untuk
menghentikan resusitasi
Resusitasi
Neonatus
Kapan menghentikan resusitasi?
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
22
• Anak perempuan 9 bulan dengan keluhan belum bisa
tengkurap.
• Pasien sering memuntahkan susu yang diminumnya tetapi
nafsu makan pasien masih baik.
• Pada pemeriksaan ditemukan makroglosus, anak menangis
keras, hernia umbilikal, dan gerakan anak yang menurun.
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
Fase stabilisasi
– Porsi kecil, osmolaritas rendah, rendah laktosa F75
– Peroral/NGT
– Energi: 80-100 kkal/kgBB/hari
– Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
– Cairan: 130 mL/kgbb/hari
– Lanjutkan pemberian ASI setelah formula dihabiskan
Pemberian Makanan
• Fase stabilisasi (Inisiasi)
– Energi: 80-100 kal/kg/hari
– Protein: 1-1,5 gram/kg/hari
– Cairan: 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari (edema)
• Fase transisi
– Energi: 100-150 kal/kg/hari
– Protein: 2-3 gram/kg/hari
• Fase rehabilitasi
– Energi: 150-220 kal/kg/hari
– Protein: 3-4 gram/kg/hari
8. Mencapai kejar-tumbuh
– Target peningkatan berat badan >10 g/kg/hari
Bila kenaikan berat badan <5g/kgBB/hari, lakukan penilaian ulang apakah target
asupan makanan memenuhi kebutuhan dan cek tanda-tanda infeksi
24
• Anak laki-laki 4 tahun, berat badan 15 kg, keluhan benjolan
diperut sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.
• Benjolan makin membesar sejak 8 bulan yang lalu disertai
penurunan nafsu makan, berat badan yang menurun, tidak
terdapat nyeri kadang kencing campur darah.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan diperut sebelah
kanan terabamassa keras yang terfiksir.
PX RADIOLOGIS AWAL…
DIAGNOSIS TUMOR WILMS
JAWABAN:
A. ULTRASONOGRAFI ABDOMEN
• Anak laki-laki 4 tahun, dgn massa abdomen
kanan keras terfiksir sejak 1 tahun
bertambah besar 8 bulan + penurunan
nafsu makan + BB menurun + hematuria
tumor ganas di ginjal pada anak tumor
ganas tersering adalah nefroblastoma
(Wilms tumor)
• Pemeriksaan radiologis awal untuk
assessment massa tumor intrabdomen
adalah USG
• Intravenous pielografi pemeriksaan yang
biasanya digunakan untuk melihat bagtu
saluran kemih
• Angiografi ginjal jarang digunakan untuk
diagnosis dan staging wilms tumor
• CT scan tanpa kontras melihat ekstensi
tumor wilms, terutama dengan menggunakan
kontras
• CT scan dengan kontras melihat ekstensi
tumor
Wilms tumor
TERAPI YG DIBERIKAN…
DIAGNOSIS VITAMIN K DEFICIENCY BLEEDING
JAWABAN:
C. VITAMIN K
• Bayi perempuan berusia 4 hari keluhan BAB 1x
berdarah dan muntah darah berwarna merah
segar tadi pagi + PF terdapat petekie
manifestasi perdarahan pada bayi baru lahir
• Riwayat persalinan cukup bulan, ditolong
dukun di desa ada kemungkinan tidak
diberikan suntikan vitamin K1 IM
• Dari faktor risiko dan temuan klinis, diagnosis
kerja dari kasus ini adalah classic vitamin K
deficiency bleeding
• Terapi yang diberikan ialah injeksi vitamin K,
transfusi FFP
• Asam traneksamat obat antifibrinolisis
• Vit. C diberikan pada scurvy
• Kriopresipitate Hanya mengandung faktor
pembekuan VIII, XIII, von Willebrand factor, dan
fibrinogen
• Carbazochrome obat yang meningkatkan agregasi
platelet dan juga adhesi platelet membentukplatelet
plug dengan cara beriteraksi dgn α-adrenoreceptors
pada permukaan platelet
Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB)
Stadium Characteristic
Early-onset VKDB usually occurs during first 24 hours after birth. Baby born of
mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic VKDB Occurs during 2 to 7 day of life when the prothrombin complex
is low. It was found in babies who do not received VKP or
VK supplemented.
Bleeding commonly occurs in the umbilicus, gastrointestinal
(GI) tract (ie, melena), skin, nose, surgical sites (ie, circumcision)
and, uncommonly, in the brain.
Late-onset VKDB / Late-onset vitamin K deficiency bleeding usually occurs
APCD (acquired between age 2-12 weeks; however, it can be seen as long as 6
prothrombin months after birth. This disease is most common in breastfed
complex disorder) infants who did not receive vitamin K prophylaxis at birth.
More than half of these infants present with acute intracranial
hemorrhages
Acquired Prothrombine Complex Deficiency
(APCD) dengan Perdarahan Intrakranial
• Acquired Prothrombine Complex Deficiency (APCD)
dengan Perdarahan Intrakranial merupakan
kelanjutan dari VKDB (late onset VKDB)
• Etiologinya adalah defisiensi vitamin K yang dialami
oleh bayi karena : (1) Rendahnya kadar vitamin K dalam
plasma dan cadangan di hati, (2) Rendahnya kadar
vitamin K dalam ASI, (3) Tidak mendapat injeksi vitamin
K1 pada saat baru lahir
• Mulai terjadi 8 hari-6 bulan, insidensi tertinggi 3-8
minggu
• 80-90% bermanifestasi menjadi perdarahan
intrakranial
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MORBILI
JAWABAN:
A. MORBILI
• Laki-laki usia 5 thn demam, batuk, pilek, Suhu 380C,
kemerahan pada konjungtiva bilateral, dan sekret
cair bening dari mata dan hidung Demam +
Cough, Coryzae, Conjunctivitis
• Tmbul bercak kemerahan dari wajah ke badan dan
punggung eksantema akut
• Pasien belum pernah divaksinasi faktor risiko
• Leukosit 3.000/mm3, limfosit= 50% leukopenia
dengan limfositosis relative infeksi virus
• Infeksi virus dengan gejala demam + 3C + FR belum
imunisasi morbili
• Varicella lesi kulit polimorfik mulai dari papul
kemerahan, vesikel jernih, vesikel isi pus, hingga
pecah dan meninggalkan krusta
• Rubella asimtomatik, demam tidak tinggi,
limfadenopati postaurikula/ suboksipital
• Herpes simplek lesi vesikel berkelompok
dengan dasar kemerahan
• Roseola infantum demam tinggi mendadak,
turun mendadak, kemudia baru timbul rash
Morbili
Species: Measles morbillivirus • Masa infeksius: 1-2 hari
Genus: Morbillivirus
Family: Paramyxoviridae sblm prodromal s.d. 4 hari
Order: Mononegavirales setelah muncul ruam
Single-stranded, negative-sense, enveloped
(non-segmented) RNA virus • Prodromal
– Hari 7-11 setelah eksposure
• Kel yg rentan:
– Demam, batuk,
– Anak usia prasekolah yg blm konjungtivitis,sekret hidung.
divaksinasi (cough, coryza, conjunctivitis
– Anak usia sekolah yang gagal 3C)
imunisasi
• Enanthem ruam
• Musin: akhir musim dingin/ kemerahan
musim semi
• Koplik’s spots muncul 2 hari
• Inkubasi: 8-12 hari sebelum ruam dan
bertahan selama 2 hari.
Morbili
KOMPLIKASI DIAGNOSIS & TERAPI
• Otitis Media (1 dari 10 penderita • Diagnosis:
campak pada anak)
• Diare (1 dari 10 penderita campak) – manifestasi klinis, tanda
• Bronchopneumonia (komplikasi patognomonik bercak Koplik
berat; 1 dari 20 anak penderita – isolasi virus dari darah, urin,
campak)
• Encephalitis (komplikasi berat; 1 atau sekret nasofaring
dari 1000 anak penderita campak) – pemeriksaan serologis: titer
• Pericarditis antibodi 2 minggu setelah
• Subacute sclerosing timbulnya penyakit
panencephalitis – late sequellae
due to persistent infection of the
CNS; 7-10 tahun setelahnya; 1:
100,000 orang)
27
• Anak laki-laki 8 thn dengan keluhan nyeri saat
menelan 2 hari yang lalu.
• Pasien juga demam suhu 390C , tonsil membesar,
hiperemis. Apusan tenggorok coccus berderat gram
(+).
• Pemeriksaan darah hemolisis sempurna.
KOMPLIKASI YANG BISA MUNCUL 2-3 MINGGU KMDN…
DIAGNOSIS STREPTOCOCCAL (GABHS) TONSILITIS
JAWABAN:
C. DEMAM RHEUMATIK
• Anak laki-laki 8 thn dengan keluhan nyeri saat
menelan 2 hari + suhu 390C, tonsil membesar,
hiperemis tonsillitis akut
• Apusan tenggorok coccus berderat gram (+)
streptococcus
• Pemeriksaan darah hemolisis sempurna
streptococcus beta hemolitikus
• streptococcus beta hemolitikus grup A bisa
menyebabkan komplikasi nonsupuratif berupa
demam rematik yang biasanya muncul 2-3
minggu setelah
• Syok septik bisa disebabkan oleh golongan streptokokus,
terjadi ketika patogen masuk ke dalam peredaran darah
sistemik dan menyebabkan berbagai gangguan organ termasuk
kardiovaskular sehingga membutuhkan vasopressor
• Demam skarlatina salah satu komplikasi yang bisa terjadi
pada GABHS, tetapi biasanya muncul dalam beberapa hari
setelah timbul gejala infeksi
• Penyakit jantung rematik komplikasi lanjut dari demam
rematik, dimana kerusakan katup sudah menetap
• Infeksi sistem saraf pusat bisa disebabkan oleh GABHS
dengan penyebaran kontinu dr infeksi telinga atau secara
hematogen, biasanya gejala bersifat akut
Streptococcus
• Streptococci are Gram-positive, nonmotile,
nonsporeforming, catalase-negative cocci that occur in
pairs or chains.
• Most require enriched media (blood agar).
• They are divided into three groups by the type of
hemolysis on blood agar:
– β-hemolytic (clear, complete lysis of red cells),
– α hemolytic (incomplete, green hemolysis),
– γ hemolytic (no hemolysis).
• Bacitracin sensitivity presumptively differentiates group A
from other β-hemolytic streptococci (B, C, G)
Suppurative Complication of GAS
Tonsilopharyngitis
• Tonsillopharyngeal cellulitis • Streptococcal bacteremia
or abscess • Osteomyelitis
• Impetigo - Purulent, honey- • Otitis media
colored, crusted skin lesions • Sinusitis
• Necrotizing fasciitis • Meningitis or brain abscess
• Cellulitis (a rare complication
resulting from direct
extension of an ear or sinus
infection or from
hematogenous spread)
The nonsuppurative complication
of GAS Tonsillopharyngitis
• Acute Rheumatic Fever - Defined by Jones criteria
– Acute rheumatic fever (ARF) is a sequela of streptococcal
infection—typically following 2 to 3 weeks after group A
streptococcal pharyngitis—that occurs most commonly in
children and has rheumatologic, cardiac, and neurologic
manifestations.
• Rheumatic heart disease - Chronic valvular damage,
predominantly the mitral valve
• Acute glomerulonephritis
• Scarlet fever
• Streptococcal toxic shock syndrome
Emedicine
28
• Anak perempuan usia 2 tahun muntah dan diare sejak 3 hari.
• Diare 4 kali dalam 1 sehari dengan volume 1/5 gelas, feses cair, berbuih, darah
dan lendir tidak ada.
• Anak tampak sakit sedang, nadi 100x/menit, RR 30x/menit, T 36,9°C, akral
hangat.
• Ubun-ubun kecil cekung, anak tampak haus, rewel, tapi masih mau minum.
• Dokter memberikan oralit untuk terapi cairannya.
• Sejak dari 10 tahun yang lalu didalam garam oralit ditambahkan glukosa dan
asam amino.
o Chronic sinusitis
o Obstructive azoospermia
• Farmakologis
– Antibiotic therapy based on results of Gram stain and culture
and sensitivity of sputum.
– Bronchodilators for patients with airflow obstruction.
– Long-term pancreatic enzyme replacement
34
• Anak laki-laki 2 tahun demam dan batuk “menyalak”. Batuk dimulai
tiba-tiba di tengah malam.
• Temperatur 37,9oC dan tampak cemas.
• Denyut jantung 160x/menit dan laju pernapasan 32x/menit.
• Nafas tampak kesulitan dan menggunakan bantuan otot bantu
pernapasan.
• Terdengar suara stridor yang cukup jelas.
• Pemeriksaan auskultasi paru tidak menunjukkan kelainan apapun.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CROUP
JAWABAN:
C. CROUP
• Anak laki-laki 2 tahun demam dan batuk
“menyalak” infeksi dengan gejala barking
cough
• Sulit bernapas + otot bantu pernapasan +
stridor sumbatan jalan napas atas
• Pemeriksaan auskultasi paru tidak
menunjukkan kelainan apapun tidak ada
wheezing/rhoki bukan kelainan saluran
napas bawah
• Infeksi saluran napas atas akut yang
menyebabkan barking cough dan stridor ialah
croup
• Epiglotitis distress napas, drooling, dysfagia,
stridor
• Abses peritonsilar hot potato voice, trismus,
uvula terdorong kontralateral
• Asma terdapat pencetus, riwayat atopi,
wheezing
• Bronkiolitis < 2 tahun dengan wheezing,
ekspirasi memanjang
Croup
• Croup (laringotrakeobronkitis viral) adalah
infeksi virus di saluran nafas atas yang
menyebabkan penyumbatan
• Croup generally affects the larynx and trachea,
although this illness may also extend to the
bronchi.
• Merupakan penyebab stridor tersering pada
anak
• Gejala: batuk menggonggong (barking cough),
stridor, demam, suara serak, nafas cepat disertai
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Penyebab tersering ialah virus Parainfluenza tipe
1, 2, dan 3
– Paling sering tipe 1 dan 2 (terutama tipe 1) Steeple sign
Pemeriksaan
• Croup is primarily a clinical diagnosis
• Laboratory test results rarely contribute to confirming this
diagnosis. The complete blood cell (CBC) count may suggest a
viral cause with lymphocytosis
• Radiography : verify a presumptive diagnosis or exclude other
disorders causing stridor.
– The anteroposterior (AP) radiograph of the soft tissues of the neck
classically reveals a steeple sign (also known as a pencil-point sign
or wine bottle sign), which signifies subglottic narrowing
– Lateral neck view may reveal a distended hypopharynx (ballooning)
during inspiration
• Laryngoscopy is indicated only in unusual circumstances (eg,
the course of illness is not typical, the child has symptoms that
suggest an underlying anatomic or congenital disorder)
Klasifikasi dan Penatalaksanaan
Ringan Berat
• Gejala: • Gejala:
– Demam – Stridor saat istirahat
– Takipnea
– Suara serak
– Retraksi dinding dada bagian
– Batuk menggonggong bawah
– Stridor bila anak gelisah • Terapi:
• Terapi: – Steroid (dexamethasone) dosis
tunggal (0,6 mg/kg IM/PO)
– Rawat jalan dapat diulang dalam 6-24 jam
– Pemberian cairan oral, – Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 2-
ASI/makanan yang sesuai 3 mL NS, nebulisasi selama 20
– Simtomatik menit
WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO; 2008.
35
• Anak laki-laki 11 tahun datang dengan keluhan pembengkakan
di daerah rahang bawah kanan dan kiri sampai ke pipi sehingga
telinga pasien tampak terangkat,
• Disertai malaise, demam, dan penurunan nafsu makan.
• Teman-teman di sekolahnya juga ada yang menderita keluhan
yang sama.
• Sakit gigi (-).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MUMPS
JAWABAN:
B. PAROTITIS EPIDEMIKA
• Anak laki-laki 11 tahun datang dengan keluhan
pembengkakan di daerah rahang bawah kanan dan kiri
sampai ke pipi sehingga telinga pasien tampak terangkat
lokasi area kelenjar parotis
• Disertai malaise, demam, dan penurunan nafsu makan
tanda infeksi
• Teman-teman di sekolahnya juga ada yang menderita
keluhan yang sama menyebabkan outbreak infeksi
virus
• Sakit gigi (-) menyingkirkan bengkak akibat karies
dentis
• Infeksi kelenjar parotis yang menyebabkan outbreak
(karena mudah menular) adalah mumps (parotitis
epidemika)
Mumps (Parotitis
Epidemica)
• Acute, self-limited, systemic
viral illness characterized by the
swelling of one or more of the
salivary glands, typically the
parotid glands.
• Highly infectious to nonimmune
individuals and is the only cause
of epidemic parotitis.
• Taksonomi:
– Species: Mumps rubulavirus
– Genus: Rubulavirus
– Family: Paramyxoviridae
– Order: Mononegavirales
Mumps
• Salah satu penyebab parotitis • Penularan terjadi sejak 6 hari
• Satu-satunya penyebab parotitis sebelum timbulnya
yang mengakibatkan “occasional pembengkakan parotis sampai 9
outbreak” hari kemudian.
• Disebabkan oleh paramyxovirus, • Bisa tanpa gejala
dengan predileksi pada kelenjar • Masa inkubasi 12-25 hari, gejala
dan jaringan syaraf. prodromal tidak spesifik ditandai
• The transmission mode is person dengan mialgia, anoreksia,
to person via respiratory droplets malaise, sakit kepala dan demam
and saliva, direct contact, or ringan Setelah itu timbul
fomites. pembengkakan
• Insidens puncak pada usia 5-9 unilateral/bilateral kelejar parotis.
tahun. • Gejala ini akan berkurang setelah
• Imunisasi dengan live attenuated 1 minggu dan biasanya
vaccine sangat berhasil (98%) menghilang setelah 10 hari.
Mumps
• Komplikasi : Meningitis/encephalitis, Sensorineural hearing
loss/deafness, Guillain-Barré syndrome, Thyroiditis,
Myocarditis, orchitis (terjadi pada laki-laki usia
postpubertal)
• Approximately one third of postpubertal male patients
develop unilateral orchitis.
• Prevention : Vaccinating children with MMR Jadwal IDAI
2017: jika sudah imunisasi campak 9 bulan, MMR diberikan
usia 15 bulan (interval minimal 6 bulan); jika belum
mendapat campak 9 bulan, MMR bisa diberikan usia 12
bulan
Mumps Treatment
• Conservative, supportive medical care is indicated for
patients with mumps.
• No antiviral agent is indicated, as mumps is a self-
limited disease.
• Encouraging oral fluid intake
• Refrain from acidic foods and liquids as they may cause
swallowing difficulty, as well as gastric irritation.
• Analgesics (acetaminophen, ibuprofen)
• Topical application of warm or cold packs to the
swollen parotid may soothe the area.
NEUROLOGI
36
• Laki-laki 18 thn sesak sejak 3 jam yang lalu. RR 32 x/menit.
• Sebelumnya pasien mengalami kebas dan kesemutan pada kedua
tangan dan kaki. Sejak 3 hari sebelumnya pasien mengalami kelemahan
pada kedua tungkai yang menjalar ke kedua lengan.
• Terdapat riwayat infeksi saluran pernapasan 2 minggu sebelumnya.
• Kesadaran compos mentis, pemeriksaan motorik terdapat kelumpuhan
keempat anggota gerak tanpa peningkatan reflex.
PENYEBAB TERSERING…
DIAGNOSIS GBS
JAWABAN:
E. LESI RADIX ANTERIOR DAN POSTERIOR
• Pasien mengalami kebas dan kesemutan pada
kedua tangan dan kaki serta kelemahan pada kedua
tungkai yang menjalar ke kedua lengan pasien
mengalami defisit motorik dan sensorik yang
berjalan secara ascenden.
• Pemeriksaan motorik terdapat kelumpuhan
keempat anggota gerak tanpa peningkatan reflex
kelumpuhan tipe LMN neuropati perifer.
• Riwayat infeksi saluran pernapasan 2 minggu
sebelumnya mengarahkan diagnosis GBS.
• Sesak napas salah satu komplikasi GBS.
• Patomekanisme yang tepat lesi radix anterior
dan posterior.
• Lesi vaskuler hemisfer serebri defisit
neurologi yang dialami biasanya datang secara
tiba-tiba misal pada stroke.
• Lesi sentral medulla spinalis memberikan
gejala kelumpuhan motorik tipe UMN.
• Infeksi intrakranial tidak dijelaskan adanya
ciri infeksi dari intrakranial, misal kejang/
penurunan kesadaran.
• Infeksi meningens pasien akan mengalami
gejala demam, kaku kuduk, dsb.
SINDROMA GUILLAIN-BARRE (GBS)
• Penyebab paralisis akut akibat neuropati dimediasi imun yang biasanya
terjadi setelah infeksi saluran napas atau saluran cerna.
• Dikenal juga dengan acute imflamatory demyelinating polyneuropathy.
• Gastroenteritis akibat infeksi Campylobacter jejuni paling banyak
berhubungan dengan GBS.
• Gejala memburuk dalam hitungan hari hingga 3 minggu, diikuti periode
stabil kemudian proses penyembuhan ke fungsi normal atau mendekati
normal
• Ciri:
– Progressive ascending weakness, symmetric (kelemahan simetris mulai dari
ekstremitas distal ke proksimal)
– Arefleksia atau reflex menurun
– Diplegia fasial
– Kelemahan bisa hingga libatkan otot pernapasan (10-30%) hingga dibutuhkan
ventilasi mekanik
– Parestesia pada tangan dan kaki
– 70% pasien bisa diserta disfungsi otonom: takikardia, hipertensi bergantian
dengan hipotensi, ileus, retensi urin
– Varian GBS Miller Fisher: Opthalmoplegia dengan Ataxia dan Arefleksia
Sumber:
Ganti L, Goldstein JN. Neurologic Emergencies. Springer 2018.
PPK neurologi 2017
pencetus
Pemeriksaan Penunjang
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klini dan
pemeriksaan fisik
• Lumbal pungsi dan analisis CSF
– disosiasi albuminositologi (peningkatan protein tanpa
pleocytosis)
– Jumlah sel <10 mononuclear cell/mm3
• Pemeriksaan lain untuk singkirkan diagnosis banding:
– Lab lengkap: DPL, OT, PT, GDS, Elektrolit, Ur, Cr, antibody
glikolipid, serologi CMV/EBV/Mycoplasma, kadar kreatin
kinase
– MRI
– EMGadanya tanda demyelinisasi dari perlambatan
konduksi, perpanjangan latensi distal, perpanjangan
gelombang F, Blok konduksi atau berkurangnya respon
terhadap rangsang
Tatalaksana
• Perawatan intensif diperlukan bila terdapat
– gejala disoutonomia,
– berkurangnya Forced vital capacity (<20 mL/kg)
– Kelemahan otot bulbar
– Berkurangnya trigger napas
• Pemberian IVIG (efikasi lebih baik bila diberikan
1-2 minggu pertama onset)
– IVIG 0,4 gram/ kg BB/ hari selama 5 hari
• Plasmapheresis/ plasma exchange
• Terapi rehabilitasu untuk fisik, okupaso dan
wicara
Sumber:
Ganti L, Goldstein JN. Neurologic Emergencies. Springer 2018.
PPK neurologi 2017
37
• Pria, 23 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas.
• Pasien terlempar dari sepeda motornya dan yang terkena aspal
pertama adalah tungkai. Kedua tangan pasien menjauhi kepala agar
menahan kepala tidak terkena aspal sehingga kedua tangannya yang
terkena aspal.
• Pada pemeriksaan tidak didapatkan luka pada lengan atas dan bawah,
terdapat luka robek pada telapak tangan.
• Kini pasien tidak dapat melakukan abduksi sendi bahu kiri.
LETAK LESI?
DIAGNOSIS CEDERA AKSILARIS
JAWABAN:
A. AKSILARIS
• Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
Kedua tangan pasien menjauhi kepala agar
menahan kepala tidak terkena aspal
sehingga kedua tangannya yang terkena
aspal tidak dapat melakukan abduksi
sendi bahu kiri saraf yang paling mungkin
cedera N. Axillaris Sinistra.
• Radial mempersarafi lengan bawah bagian
lateral.
• Ulna mempersarafi lengan bawah dan
tangan bagian medial.
• Medianus mempersarafi otot flexor lengan
bawah dan 3 ½ jari bagian lateral.
• Plexus Brachialis terdapat 3 tipe total
paralisis, erb’s palsy, klumpke palsy.
INJURY TO AXILLARY NERVE
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HNP
JAWABAN:
C. HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
• Diagnosis HNP ditegakkan atas dasar:
– Adanya keluhan nyeri pinggang kanan yang
menjalar hingga kaki kanan, disertai hilang rasa
– Nyeri memberat saat bersin/ batuk dan muncul
setelah pasien kerja berat (mendorong truk)
– Pemeriksaan lasegue tungkai kanan (+)
– MRI ditemukan buldging nucleus di L5
• Fraktur vertebrae L5 tidak ada tanda-tanda fraktur, seperti
krepitasi. Pada MRI juga tidak terlihat fraktur.
• Spondilitis ankilosis peradangan kronis yang menyerang
tulang belakang yang menyebabkan hilangnya kelenturan/
fleksibilitas dari struktur tersebut.
• Rheumatoid arthritis peradangan kronis sendi multiple
simetris yang disebabkan rheumatoid antibody.
• Stenosis spinal penyempitan ruang medulla spinalis yang
disebabkan berbagai etiologi, misalnya spondylosis, trauma.
Hernia Nukleus Pulposus
• Keluarnya nucleus
pulposus dari discus
melalui robekan annulus
fibrosus
– Keluar ke belakang/dorsal
menekan medulla spinalis
– Mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis
• Common causes:
– Heavy lifting
– Trauma
– Poor sitting posture
– Frequent bending forward
– Degenerative
Gejala Klinis
• Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke
bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai
bawah bagian atas). Dikarenakan mengikuti jalannya N.
Ischiadicus yang mempersarafi kaki bagian belakang.
1. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk,
mengangkat barang berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1
(garis antara dua krista iliaka).
4. Nyeri Spontan, sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi
berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat. Sedangkan bila
berbaring nyeri berkurang atauhilang.
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Pemeriksaan
• Motoris
– Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul
dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
– Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
• Sensoris
– Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
– Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
– Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
2. Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
3. Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
4. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari
kaki (L5).
5. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau
plantarfleksi (S1).
6. Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
7. Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
8. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi
untuk segera operasi.
9. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk operasi.
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Straight leg raise test
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
X-Ray AP & Lateral View
MRI
39
• Pria 45 thn dengan keluhan nyeri pada daerah pipi kanan
sejak 3 hari yang lalu disertai rasa seperti ditusuk,
tersetrum dan terbakar selama beberapa detik sampai 4
menit.
• Keluhan bertambah berat bila pasien membasuh wajah
dan menggosok gigi.
LETAK LESI?
DIAGNOSIS NEURALGIA TRIGEMINAL
JAWABAN:
E. TRIGEMINAL
• Keluhan nyeri pada daerah pipi kanan sejak
seperti ditusuk, tersetrum dan terbakar
serta bertambah berat bila pasien
membasuh wajah dan menggosok gigi
neuralgia trigeminal.
• Saraf yang mengalami gangguan N.
Trigeminalis.
• Fasialis memiliki jaras motorik yang
mempersarafi otot-otot wajah dan kelopak
mata.
• Optikus berperan dalam indera penglihatan.
• Okulomotorius memiliki jaras motorik yang
mempersarafi otot-otot bola mata.
• Abdusens kerusakan menyebabkan pasien
tidak dapat melirik ke arah lateral.
Neuralgia Trigeminal (Tic Douloureux)
40
• Wanita 55 thn dengan kelemahan pada kedua tungkai bawah sejak 3 bulan yang lalu
disertai tidak dapat BAK, rasa kebas dimulai dari ujung jari kaki sampai pusar.
• Keluhan diawali dengan nyeri punggung bawah.
• Riwayat batuk lama hingga 3 bulan dialami pasien dan telah meminum obat yang salah
satunya dapat menyebabkan urin berwarna merah sejak 2 bulan yang lalu.
• KU sakit sedang, terdapat benjolan pada vertebra thoracal IX (9) yang teraba keras.
• Pemeriksaan neurologis kekuatan motorik ektremitas atas 5/5, bawah 3/3. Reflex
patologis +/+, hipestesia setinggi thoracal 10 kebawah.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SPONDILITIS TB
JAWABAN:
C. SPONDILITIS TB
• Pemeriksaan neurologis kekuatan motorik
ektremitas atas 5/5, bawah 3/3. Reflex
patologis +/+, hipestesia setinggi thoracal 10
kebawah adanya defisit neurologis setinggi
T-10.
• Benjolan pada vertebra thoracal IX (9) yang
teraba keras gibbus
• Riwayat batuk lama hingga 3 bulan dan minum
OAT.
• Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah
spondilitis TB.
• Trauma medulla spinalis tidak dijelaskan adanya
riwayat trauma.
• Myelitis transversalis peradangan pada satu
bagian saraf tulang belakang. Kondisi ini ditandai
dengan rasa nyeri, kebas atau mati rasa, tungkai
atau lengan terasa lemah, serta gangguan buang
air kecil dan buang air besar idiopatik.
• Abses medulla spinalis abses pada medulla
spinalis biasanya disebabkan secara hematogen,
penyebab tersering adalah Staphylococcus dan
Streptococcus sp.
• Tumor metastasis tidak ada riwayat keganasan.
SPONDILITIS TB
• Spondilitis TB dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai
tulang belakang. Bersifat kronis destruktif yang mengenai tulang vertebra.
Gejala:
• Adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri
• Terdapat Gejala – gejala TB
• Paraparesis, rasa kebas, baal, gangguan defekasi dan miksi
298
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium
• Kelainan bentuk tulang belakang
• Pernapasan cepat • Hitung-jumlah lekosit dapat
• Infiltrat paru akan terdengar sebagai normal atau meningkat
ronkhi, kavitas akan terdengar sedikit, pada hitung jenis
sebagai suara amforik atau bronkial ditemukan monositosis
dengan predileksi di apeks paru
• Terdapat abses paravertebra yang • Laju Endap Darah (LED)
dapat teraba, bahkan terlihat dari biasanya meningkat
luar punggung berupa
pembengkakan • Peningkatan kadar C-
• Pada pemeriksaan neurologis bisa reactive protein (CRP)
didapatkan gangguan fungsi motorik,
sensorik, dan autonom
• Uji Mantoux positif pada
• Jika kelumpuhan sudah lama, otot sebagian besar pasien
akan atrofi , yang biasanya bilateral
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Radiologi hingga saat ini merupakan pemeriksaan
yang paling menunjang untuk diagnosis dini
spondilitis TB karena memvisualisasi langsung
kelainan fisik pada tulang belakang.
• Pada infeksi TB spinal, klinisi dapat menemukan
penyempitan jarak antar diskus intervertebralis,
erosi dan iregularitas dari badan vertebra, serta
massa paravertebral.
X-Ray
302
303
Gambaran MRI vertebra terlihat adanya fraktur kompresi, kifosis di T5-T6, dan abses
paravertebral.
Gambaran MRI terlihat akumulasi Foto MRI menunjukkan destruksi
cairan di daerah dorsal yang korpus vertebra dan diskus
menggambarkan abses intervertebralis, serta abses
paravertebral paravertebral
Pemeriksaan Bakteriologi dan
Histopatologi
• Diperlukan pengambilan bahan melalui biopsi atau operasi.
Biopsi dapat dilakukan dengan cara fine needle aspiration
dengan tuntunan CT atau video assisted thoracoscopy.
• Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan
Ziehl Nielsen, Tan Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau dengan
metoda fluorokrom yang memakai pewarnaan auramine dan
rhodamine.
• Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis
tuberkulosa lebih rendah bila dibandingkan dengan
tuberkulosis paru.
• Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran
granuloma epiteloid yang khas dan sel datia langerhans ,
suatu giant cell multinukleotid yang khas.
Pemeriksaan dengan Kultur
• Semua spesimen yang mengandung mikobakteria
harus di inokulasi melalui media kultur, karena :
kultur lebih sensitif dari pada pemeriksaan
mikroskopis.
• Kultur dapat melihat perkembangan organisme yang
diperlukan untuk identifikasi yang akurat dan dengan
pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi tes
terhadap obat-obat anti tuberkulosa
TATALAKSANA
Penanganan spondilitis TB secara umum dibagi
menjadi dua bagian yang berjalan dapat secara
bersamaan, medikamentosa dan pembedahan.
Tujuan penatalaksanaan :
• mengeradikasi kuman TB
• mencegah dan mengobati defisit neurologis
• memperbaiki kifosis
Tatalaksana Medikamentosa
• The United States Centers for Disease Control merekomendasikan
pengobatan spondilitis TB pada bayi dan anak-anak setidaknya harus
selama 12 bulan.
• Regimen terapi OAT untuk pasien TB :
⁻ Kategori I : kasus baru TB paru / kasus baru dengan TB ekstraparu
2HRZE(HRZS) fase inisial dilanjutkan 4HR fase lanjutan atau 2HRZE(HRZS)
fase inisial dilanjutkan 4H3R3 fase lanjutan, atau 2RHZE(HRZS) fase inisial
dilanjutkan 6HE fase lanjutan
⁻ Kategori II : kasus gagal pengobatan, relaps, drop-out, diberikan 2RHZES
fase inisial dilanjutkan 5HRE fase lanjutan, atau 2HRZES fase inisial
dilanjutkan 5H3R3E3 fase lanjutan.
• Terapi medikamentosa dikatakan gagal jika dalam 3–4 minggu, nyeri dan
atau defisit neurologis masih belum menunjukkan perbaikan setelah
pemberian OAT yang sesuai.
Penggunaan Steroid pada Spondilitis TB
• Pada PPK Neurologi 2016 penggunaan steroid termasuk ke dalam
tatalaksana spondilitis TB. Regimen dalam PPK Neurologi 2016:
– Obat anti TB oral
– Steriod: dexamethasone iv, dilanjut po
– Edukasi: pengobatan jangka panjang, perawatan di rumah,
– Diet:tinggi kalori dan protein
• Pada beberapa jurnal disebutkan peran steroid dalam terapi TB.
Penggunaan steroid bermanfaat pada infeksi TB di Sistem Saraf
Pusat dan perikarditis TB.
• Tidak ada anjuran mengenai penggunaan neurotropik, seperti:
citicolin, piracetam, meticobal, dsb; untuk terapi spondilitis TB.
1. Chhabra N, Dixit R, Aseri ML. Adjunctive Corticosteroid Therapy in Tuberculosis Management: A Critical
Reappraisal. IJPSR/Vol. II/ Issue I/January- March, 2011/10-15.
2. Khadiravan T & Dee[anjali S. Role of Corticosteroids in the Treatment of Tuberculosis: An Evidence-based Update.
JIPMER. 2010.
3. PPK Neurologis 2016
Pembedahan
Pada pasien yang direncanakan dioperasi, minimal 10 hari
sebelum operasi OAT harus sudah diberikan.
Indikasi pembedahan spondilitis TB :
1. Defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia
2. Deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai
nyeri, dalam hal ini kifosis progresif (30º untuk dewasa,
15º untuk anak-anak)
3. Tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu
4. Abses luas
5. Biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis
6. Nyeri berat karena kompresi abses
41
• Pria 67 thn dengan keluhan kedua tangan sering gemetar
sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan tangan gemetar terutama
saat istirahat serta gerak menjadi lambat.
• Kemudian pada pemeriksaan neurologis ditemukan
hipomimia, ayunan tangan menghilang saat berjalan, serta
rigiditas pada lengan.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS PARKINSON
JAWABAN:
B. PARKINSON
• Diagnosis parkinson ditegakkan atas dasar:
– Adanya keluhan tremor dan gerak menjadi
lambat sejak 2 bulan yang lalu.
– PF: ditemukan hipomimia, ayunan tangan
menghilang saat berjalan, serta rigiditas pada
lengan.
• Tremor esensial jenis tremor yang paling sering terjadi.
Belum diketahui secara pasti penyebab dari tremor ini, namun
umumnya tremor berkaitan dengan faktor keturunan.
Seseorang dengan orang tua yang menderita tremor esensial
lebih berisiko mengalami kondisi yang sama.
• Atetosis kelainan gerak tubuh yang ditandai dengan gerakan
menggeliat atau meliuk yang lambat, berulang, dan tak sadar,
terutama di tangan, leher, jari, lengan, dan kaki.
• Korea kelainan saraf otot yang menyebabkan pergerakan
tubuh yang tidak disadari dan tidak dapat diprediksi. Kelainan
ini berhubungan dengan gerak cepat dan tak terkoordinasi, yang
umumnya terjadi di bagian wajah, tangan, dan kaki.
• Balismus gerakan otot yang datang secara kasar dan cepat,
terutama mengenai otot proksimal (berbeda dengan khorea
yang mengenai otot distal).
Parkinson
• Parkinson:
– Penyakit neuro degeneratif karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus.
– Gangguan kronik progresif:
• Tremor resting tremor, mulai pd tangan, dapat meluas hingga
bibir & slrh kepala
• Rigidity cogwheel phenomenon, hipertonus
• Akinesia/bradikinesia gerakan halus lambat dan sulit, muka
topeng, bicara lambat, hipofonia
• Postural Instability berjalan dengan langkah kecil, kepala dan
badan doyong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan sendiri
Parkinson Disease
Gejala dan Tanda Parkinson
Gejala awal tidak spesifik Gejala Spesifik
• Nyeri • Tremor
• Gangguan tidur • Sulit untuk berbalik badan
•Ansietas dan depresi di kasur
•Berpakaian menjadi lambat •Berjalan menyeret
•Berjalan lambat •Berbicara lebih lambat
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS MILD COGNITIVE IMPAIRMENT
JAWABAN:
E. MILD COGNITIVE IMPAIRMENT
• Diagnosis mild cognitive impairment
ditegakkan atas dasar:
– Adanya gangguan kognitif sering lupa
mengucapkan beberapa kata dan melakukan
pekerjaan yang berulang-ulang.
– Pemeriksaan fisik tidak ditemukan defisit
neurologis. MMSE skor 22. Pada pemeriksaan
CT scan tidak ditemukan lesi patologis.
– Aktivitas sehari-hari baik, masih bisa
memimpin perusahaan.
• Delirium gangguan mental serius dengan onset akut, biasanya
pada pasien dgn penyakit berat (misalnya infeksi SSP, tifoid toksik)
yang menyebabkan penderita mengalami kebingungan parah dan
berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
• Demensia penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan
cara berpikir. Berbeda dengan MCI, pada demensia pasien tidak dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
• Alzheimer salah satu jenis dementia yang
mengakibatkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan
bicara, serta perubahan perilaku secara bertahap. Kondisi ini banyak
ditemukan pada orang-orang di atas 65 tahun.
• Space occupying lesion (SOL) merupakan generalisasi masalah
tentang adanya lesi pada ruang intrakranial, khususnya yang
mengenai otak. Penyebabnya meliputi hematoma, abses otak dan
tumor otak.
Mild Cognitive Impairment
• Komplikasi
– Anoksia otak
– fraktur vertebra
– Aspirasi, penumonia
– Low intake, Dehidrasi
– Disfungsi otonom: hiper/hipotensi, hiperhidrosis
– Kematian
44
• Perempuan 16 thn dengan keluhan kehilangan
kesadaran yang biasanya terjadi selama 15 detik,
tetapi kemudian pasien akan sadar kembali serta
dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
• Keluhan tidak disertai mulut mengecap.
TATALAKSANA?
DIAGNOSIS KEJANG ABSANS
JAWABAN:
C. OBAT UNTUK HAMBAT KANAL KASLIUM TIPE T
• Keluhan kehilangan kesadaran yang
biasanya terjadi selama 15 detik, tetapi
kemudian pasien akan sadar kembali serta
dapat melakukan aktivitas seperti biasa
kejang absans.
• Obat antiepilepsi yang efektif untuk kejang
absans antara lain etosuksimid yang
bekerja menghambat kanal kalsium tipe T.
• Obat untuk hambat kanal natrium fenitoin,
gabapentin, pregabalin memperburuk bangkitan
kejang absans.
• Obat untuk hambat kanal kalium tidak diketahui
OAE yang memilki mekanisme ini.
• Obat yang berikatan dengan reseptor GABA
benzodiazepine dan barbiturates memperburuk
bangkitan kejang absans.
• Obat yang menurunkan kadar GABA efek
kebalikan dari asam valproat. Asam valproat efektif
juga dalam pengobatan kejang absans, mekanisme
kerjanya dengan meningkatkan neurotransmitter
GABA.
Pilihan Terapi Sindrom Epilepsi Etosuksimid: tidak tersedia di Indonesia
Level of confidence:
A: efektif sebagai monoterapi; B: sangat mungkin sebagai monoterapi; C: mungkin efektif sebagai
monoterapi; D: berpotensi untuk efektif sebagi monoterapi
Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Perdossi. 2014
45
• Laki-laki 25 tahun penurunan kesadaran
• 2 jam SMRS kecelakaan, tidak memakai helm
• Pingsan sebentar kemudian siuman lagi
• 1 jam di rumah pasien mengeluh pusing, muntah-muntah dan
akhirnya tak sadarkan diri
• GCS E3V3M5, pupil anisokor, dan terdapat vulnus ekskoriasi
pada regio temporal kiri
KEMUNGKINAN PERDARAHAN…
DIAGNOSIS PERDARAHAN EPIRDURAL
JAWABAN:
A. EPIDURAL
• Laki-laki dengan kondisi terdapat cedera
kepala setelah kecelakaan motor, ditemukan
adanya:
– Penurunan kesadaran GCS 11
– Ada lucid interval pingsan kemudian siuman
dan kembali penurunan kesadaran dalam 2 jam
– Pupil anisokor
– Cedera daerah temporal (ada luka temporal)
• Kondisi mengarah pada perdarahan epidural
• Biasanya sering akibat rupture arteri meningea
media
• Subdural perdarahan antara korteks serebri dan
duramater, rupture bridging vein, gejala klinis
biasanya tidak terlalu hebat kecuali ada efek massa
bisa sebabkan nyeri kepala, muntah, kejang, dan
penurunan kesadaran
• Subarachnoid bisa ditemukan penurunan
kesadaran, nyeri kepala hebat, tanda rangsang
meningeal
• Intraserebral terdapat penurunan kesadaran
gradual, muntah, nyeri kepala gradual
• Intraventrikuler bisa ditemukan penurunan
kesadaran gradual, nyeri kepala, kejang
Hematoma Intrakranial
• Jenis:
– Hematoma ekstradural (hematoma epidural)
– Hematoma subdural
– Hematoma intraparenkimal:
• Hematoma subarakhnoid
• Hematoma intraserebral
• Hematoma intraserebellar
Epidural Pemeriksaan:
• CT Scan: gambaran
hiperdens antara
tulang tengkorak dan
duramater, umumnya
daerah temporal,
bikonveks
HEMATOM
HEMATOM EPIDURAL HEMATOM SUBDURAL
SUBARAKHNOID
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FRAKTUR BASIS CRANII
JAWABAN:
A. FRAKTUR BASIS CRANII
• Pada pasien 1 hari setelah kecelakaan
tampak ada kondisi cedera kepala dengan
ditemukan:
– Racoon eyes
– Battle sign
– Penurunan kesadaran dan muntah tanda
peningkatan TIK
• Kondisi diatas sesuai fraktur basis craniii
• Perdarahan epidural ada lucid interval, pupil
anisokor, hemiparesis/plegia
• Perdarahan subdural gejala klinis biasanya tidak
terlalu hebat kecuali ada efek massa bisa sebabkan
nyeri kepala, muntah, kejang, dan penurunan
kesadaran
• Fraktur calvaria cranii jenis fraktur cranium,
terdapat fraktur os calvaria (termasuk parietal
bone, squamosal temporal bone, calvarial
sphenoid, calvarial occipital, frontal bone)
• Perdarahan subarchnoid bisa ditemukan
penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat, tanda
rangsang meningeal
Fraktur basis cranii
• Fraktur yang terjadi pada
tulang yang membentuk
dasar tengkorak
• Terbagi atas:
– fossa anterior
– fossa media
– fossa posterior
• Fraktur pada masing-
masing fossa akan
memberikan manifestasi
yang berbeda
Skull Base Anatomy
Fraktur basis cranii
(fossa anterior)
• Dibatasi oleh
– os.spenoid, procesus clinoidalis
anterior, dan jagum spenoidalis
• Manifestasi / tanda gejalanya terjadi
perlahan 12-24 jam
• Tanda dan gejala:
– Ekimosis periorbital (Racoon
Eyes/brill hematome)
– Tidak disertai cedera local
– Hematome subconjungtiva
– Anosmia (Gangguan
N.Olfactorius)
– Rhinorea (Kebocoran CSS)
terdapat `Halo - sign`
– Gangguan Visus (Gg.N.optikus)
Fraktur basis cranii
(fossa media)
• Dibatasi oleh:
– os.temporalis, procesus clinoidalis
posterior, dan dorsum sella
• Tanda-gejala
– Echymosis mastoid (battle sign)
– Otorrhea
– Hematotimpanum
– Sakit kepala
– Gangguan visus dan gerak bola
mata
• 25% Gangguan N.VII dan N.VIII
Fraktur basis cranii
(fossa posterior)
• Merupakan dasar
kompartemen infratentorial
• Sering tidak disertai tanda yang
jelas namun segera
menimbulkan kematian
CT Scan courtesy: University of Texas Health Science Center at San Antonio, Department of Neurosurgery
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS EPILEPSI
JAWABAN:
D. KEJANG EPILEPSI
• Pasien episode hilang kesadaran dalam 2
tahun terakhir, berulang ada kejang
grand mal
– Tatapan kosong terpaku tubuh mengencang
(tonik) kelojotan keempat ekstremitas
(klonik)
• Bangkitan/kejang berulang sesuai
kondisi kejang epilepsi
• Syncope pingsan, hilang kesadaran
sementara
• Tetanus gangguan neuromuscular akut,
terdapat kaku dan kejang otot
• Stroke biasanya akan ada deficit neurologis
selain kejang dialami
Epilepsi
• Definisi:
– suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang akibat dari adanya gangguan
fungsi otak secara intermiten, yang disebabkan
oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan
di neuron-neuron secara paroksismal, dan
disebabkan oleh berbagai etiologi.
• Generalised seizures
(include absance type)
• Unclassified seizures
Klasifikasi International League
Against Epilepsy (ILAE)
KEJANG FOKAL
KEJANG PARSIAL SEDERHANA KEJANG PARSIAL KOMPLEKS KEJANG PARSIAL MENJADI
KEJANG GENERALISATA
SEKUNDER
• Kesadaran tidak terganggu , • Terdapat gangguan • Kejang parsial sederhana
dengan gangguan salah kesadaran walaupun atau kompels yang menjadi
satu atau lebih dari : diawali kejarng parsial kejang umum
1. Gejala motorik : kedutan sederhana
wajah atau salah satu sisi • Bisa disertai otomatisme :
2. Gejala somatosensorik : - Mengecap-ngecap bibir
mendengar musik, - Mengunyah
parestesia - Gerakan berulang pada
3. Gejala psikis : rasa takut, tangan
visi panoramik • Bisa tanpa otomatisme :
4. Gejala otonom : muntah, - Tatapan terpaku
berkeringat, dilatasi pupil
5. Kejang tubuh (gerakan
Klasifikasi International League
Against Epilepsy (ILAE)
KEJANG UMUM
Kejang Atonik
• Hilangnya tonus mendadak pada otot leher, badan, dan anggota badan
Kejang Mioklnik
• Kejang yang terjadi pada sekelompok otot bilateral involunter secara mendadak
• Kedutan pada bahu, leher, lengan atas dan kaki
50
• Wanita usia 27 tahun mata kiri tidak dapat membuka sejak 1
minggu yang lalu
• Pandangan ganda
• Pupil ka/ki: 2 mm/3 mm
• Refleks cahaya langsung (RCL) ka/ki: +/-, refleks konsesual ka/ki
+/-
• Tes akomodasi terganggu
PENYEBAB KELUHAN…
DIAGNOSIS PARESIS N. III KIRI
JAWABAN:
B. PARESIS N. III KIRI
• Wanita usia 27 tahun terdapat:
– Lagoftalmus: mata kiri tidak dapat membuka
sejak 1 minggu yang lalu terjadi bila ada
paresis N. III
– Diplopia + Gangguan akomodasi gangguan
saraf menginervasi otot ekstraokuler
– Pupil ka/ki: 2 mm/3 mm, refleks cahaya
langsung (RCL) ka/ki: +/-, refleks konsesual
ka/ki +/- paresis N. III sinistra
• Kondisi sesuai dengan paresis N. III sinistra
Cranial Nerve
Relative Afferent
Pupillary Defect (RAPD)
• The physiological basis of the RAPD test is that, in
healthy eyes, the reaction of the pupils in the right and
left eyes are linked consensual light reflex.
• light reflex pathway has two parts :
1. The afferent part of the pathway (red) refers to the
nerve impulse/message sent from the pupil to the brain
along the optic nerve when a light is shone in that eye.
2. The efferent part of the pathway (blue) is the
impulse/message that is sent from the mid-brain back to
both pupils via the ciliary ganglion and the third cranial
nerve (the oculomotor nerve), causing both pupils to
constrict, even though only one eye is being stimulated
by the light
Broadway DC. Relative Afferent Pupillary Defect. Community Eye Health Journal | VolUME 25 ISSUES 79 & 80 | 2012
Pemeriksaan refleks cahaya pada Paresis N. III
Sinsitra:
• Pupil OD: RCL (+); RCTL (+)
• Pupil OS: RCL (-); RCTL (-)
51
• Wanita 40 tahun mulutnya mencong sejak 3 jam yang lalu
• Setelah mengendarai sepeda motor
• Sudut mulut tertarik ke arah kanan saat tersenyum, mata
kiri tidak dapat menutup sempurna, tidak ada kerutan
pada dahi kiri
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CLUSTER TYPE HEADACHE
JAWABAN:
D. CLUSTER TYPE HEADACHE
• Pasien dengan nyeri kepala ciri:
– Nyeri kepala sebelah kanan hebat
– Hilang timbul, muncul malam hari ada
periodesitas
– Sekitar bola mata dan pelipis lokasi nyeri
pada kluster
– Disertai injeksi konjungtiva, rinorea ipsilateral
• Sesuai dengan nyeri kepala kluster (Cluster
type headache)
• Migren dengan aura karakteristik nyeri migraine
berdenyut, namun ada gejala aura (visual, sensory,
motoric, brainstem, retinal)
• Migren tanpa aura nyeri kepala primer kualitas
vascular (berdenyut), unilateral, bisa disertai
fotofobia atau fonofobia selama nyeri kepala
• Neuralgia trigeminal nyeri wajah akibat
rangsangan stimulus yang umumnya tidak
sebabkan nyeri
• Tension Type Headache nyeri kepala primer,
nyeri bilateral atau terasa menekan atau mengikat
Sumber: .
PPK neurologi 2017
• Periodesitas (sering pada malam hari, berulang setiap hari pada waktu tertentu
yang sama, selama minguan atau bulanan)
• Bila ada deficit neurologis atau tidak membaik denga pengobatan 3 bulan lebih,
bisa diindikasikan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala + kontras.
53
• Laki-laki 65 tahun mendadak mengalami kelemahan pada
tubuh bagian kiri, mulut mencong, bicara pelo (dysartria) sejak
3,5 jam yang lalu
• Hemiparese sinistra, parese N VII dan XII sentral, reflex
babinski +, TD 140/100 mmHg, kesadaran compos mentis
• Riwayat perokok berat
• Hendak berikan trombolitik
TX AWAL?
DIAGNOSIS LUKA BAKAR DGN TRAUMA INHALASI
JAWABAN:
E. INTUBASI
• Pasien pada kasus ini mengalami luka bakar (tidak disebutkan
penyebabnya) 2,5 jam yang lalu.
• Pasien tampak agitasi, TD 90/40 mmHg, nadi 112x/menit, BB 40
kg, seluruh akral dingin dan parestesia pada tangan kanan.
• Terdapat jelaga di lubang hidung dan sputum, lepuh dan
eritema pada kulit muka, leher bagian depan dapat
disimpulkan pasien mengalami trauma inhalasi.
• Disertai lepuh pada kedua lengan atas, terdapat luka pucat dan
kering pada seluruh lengan bawah kanan dan kedua paha
luka bakar derajat II - III.
• Dapat disimpulkan pasien mengalami trauma inhalasi disertai
dengan luka bakar derajat II – III di lengan dan paha. Tindakan
yang pertama kali harus dilakukan pada kasus ini adalah
intubasi umtuk mengamankan jalan napas.
• Oksigen 6-8 lpm pemberian oksigen diawali
dengan mengamankan jalan napas terlebih dahulu
agar efektif.
• Eskarotomi lengan kanan dilakukan setelah
primary survey selesai dilakukan.
• IVFD 1000-2000 cc secepatnya pada luka bakar
pemberian cairan diberikan dengan rumas tertentu
misal formula Baxter dan dapat ditambahkan
perkiraan kekurangan cairan pada pasien dengan
pertimbangan beberapa indikator antara lain nadi
dan tekanan darah.
• Formula Baxter secepatnya kebutuhan cairan
dengan rumus Baxter diberikan 50% pada 6 jam
pertama dan 50% pada 18 jam berikutnya.
Tindakan Penyelamatan Segera pada
Luka Bakar
• Kontrol Airway
• Menghentikan
proses luka bakar
• Pemsangan akses
intravena
Tatalaksana Emergency luka Bakar
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb
2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
Inhalation Injury
• Antisipasi gangguan respirasi pada korban luka bakar yang
memiliki luka di :
– Kepala, wajah, atau dada
– Rambut hidung, atau alis terbakar
– Suara serak, takipnea atau keluar air liur yang banyak(pasien
kesulitan untuk menelan air liur)
– Kehilangan kesadaran di lokasi kejadian
– Mukosa Nasal atau Oral berwarna merah atau kering
– Jelaga pada mulut atau hidung
– Batuk dengan sputum kehitaman
– Lokasi kebakaran yang tertutup atau terdapat riw.terperangkap
• Semua pasien yang terperangkap dalam api memiliki
kemungkinan keracunan CO atau mengalami hipoksia
Inhalation Injury Management
• Airway, Oxygenation and Ventilation
• Airway Control – Penilaian awal karena sering terhadap edema jalan napas
• Ventilator – Pertimbangkan Intubasi awal dengan RSI(rapid sequence
• Chest intubation)Ventilator
• Inflamasi dari alveolimengurangi oxigenasi
physiotherapy • After intubated, patients with inhalation injury should receive
• Suctioning mechanical ventilation
– Recommended HFPV (High frequency percussion ventilation)
• Therapeutic – Trend for less barotrauma, less VAP, less sedation
bronchoscopy – Bila terdapat keragu-raguan oxygenate and ventilate
• Pharmacologic – Bronkodilator dapat dipertimbangkan bila terdapat
bronkospasm
adjuncts
– Diuretik tidak sesuai untuk pulmonary edema
• Circulation
– Tatalaksana syok
– IV Access
• LR/NS large bore, multiple IVs
• Titrate fluids to maintain systolic BP and perfusion
– Avoid MAST/PASG
57
• Perempuan, berusia 20 tahun, dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara kanan, tidak ada nyeri. Pasien
tidak sadar kalau benjolannya membesar.
• Pada pemeriksaan benjolan ada di mamae dextra kuadran
laterosuperior, diameter 2 cm, padat, kenyal, rata, mobile,
dan berbatas tegas. KGB axilla tidak membesar.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS FAM
JAWABAN:
B. FAM
• Diagnosis FAM pada kasus ini, ditegakkan
atas dasar:
– Usia pasien yang masih 20 tahun.
– Benjolan soliter yang bersifat jinak, hal
tersebut dilihat dari PF yang menunjukkan:
benjolan ada di mamae dextra kuadran
laterosuperior, diameter 2 cm, padat, kenyal,
rata, mobile, KGB axilla tidak membesar.
• Nekrosis lemak suatu kondisi timbulnya kerusakan pada jaringan lemak payudara
yang terjadi secara spontan, akibat trauma / cedera pada payudara, atau karena
terapi radiasi. Gejala nekrosis lemak di payudara, diantaranya: muncul massa /
benjolan yang teraba keras, tidak membesar, terkadang nyeri, dan bisa disertai
perubahan kulit disekitar benjolan misalnya kulit tertarik atau keriput.
• Fibrokistik mamae pertumbuhan jaringan fibrosa yang abnormal, sehingga lebih
menonjol dibanding jaringan lemak. Jaringan fibrosa juga membentuk jaringan parut
dan jaringan ikat. Biasanya menimpa wanita dalam rentang usia 30-50 tahun.
• Papiloma interduktal tumor jinak yang terbentuk di duktus, yaitu saluran yang
membawa susu dari kelenjar susu (lobulus) ke puting payudara. Tumor ini terbentuk
dari jaringan fibrosa, kelenjar, dan pembuluh darah. Paling sering menimpa wanita
usia 35-55 tahun.
• Karsinoma interduktal pertumbuhan sel abnormal pada jaringan yang melapisi
suatu organ. Pertumbuhan ini umumnya terbatas pada jaringan tersebut. Namun bila
dibiarkan, kumpulan sel abnormal ini bisa tumbuh dan berkembang menjadi kanker,
lalu menyebar ke jaringan normal yang ada di sekitarnya.
Fibroadenoma
• Most common benign tumor of
breast.
• Benign tumors that represent a
hyperplastic or proliferative process in
a single terminal ductal unit.
• Young females:15 -25yrs of age.
• Aberration in normal development of
a lobule.
• Cause -unknown.
• 10% of disappear spontaneously each
year.
• Most stop growing after they reach 2-
3 cm.
• Clinical features • Treatment
• Watchfull waiting
– Painless swelling • Excision of the lump
– Smooth, firm, non- • In pericanalicular type -
tender periareolar incision
• Intracanalicular-
– Well-localized submammary incision
– Moves freely within the
breast tissue- breast
mouse.
– Axillary LN not enlarged.
THE BREAST LUMP
Tumors Onset Feature
Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
Breast cancer 30-menopause
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
< 30 years
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
lumps in both breasts that increase in size and
Fibrocystic
20 to 40 years tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
mammae
have nipple discharge
Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
Mastitis 18-50 years
lactating and may have recently missed feedings.fever.
intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Philloides smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
30-55 years
Tumors tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
occurs mainly in large ducts, present with a serous or
Duct Papilloma 45-50 years
bloody nipple discharge
58
• Pria, 20 tahun dengan lengan kiri atas terpasang gips. Gips
dipasang 2 hari yang lalu akibat fraktur pada daerah tersebut.
• Gips dipasang oleh dukun urut patah tulang.
• Sekarang pasien mengeluh nyeri pada lengan kirinya yang
semakin bertambah kuat dan terasa terutama bila digerakkan,
jari-jari tangan tampak pucat dan capillary refill memanjang.
TINDAKAN SEGERA?
DIAGNOSIS SINDROM KOMPARTEMEN
JAWABAN:
A. MEMBUKA GIPS
• Pasien dengan riwayat fraktur pada lengan
kiri atas dan sudah dipasang gips.
• Pada pasien ditemukan gejala sindrom
kompartemen yaitu nyeri dan pucat pada
daerah distal. Terdapat gejala yaitu 5P
(Pain, Pallor, Parestesia, Paralisis, dan
Pulselessness).
• Dapat disimpulkan diagnosis yang tepat
pada kasus ini adalah sindrom
kompartemen. Yang harus dilakukan
membuka gips yang menyebabkan tekanan
intrakompartemen meningkat.
• Mengganti gips dilakukan apabila sindrom
kompartemen teratasi dan jenis fraktur yang
dialami merupakan hairline fractured.
• Memberikan pain-killer terapi supportif
kurang tepat.
• Fasiotomi dilakukan apabila setelah
membuka gips gejala tidak kunjung berkurang.
• Eskarotomi dilakukan pada kasus luka bakar
derajat 3.
Compartment Syndrome
59
• Laki-laki, 20 tahun tidak sadarkan diri karena kecelakaan lalu lintas.
• Kesadaran GCS 3 (E1V1M1) dan adanya trauma pada daerah wajah
terutama hidung dan mulut.
• Airway tidak clear, terdapat banyak darah pada rongga mulut.
• Breathing spontan, frekuensi napas 40X/ menit, gurgling (+).
• Tekanan darah 70X/ palpasi, Nadi 120X/ menit, tekanan dan isi kurang
penuh. Akral dingin.
MASALAH UTAMA?
DIAGNOSIS PNEUMOTHORAX
JAWABAN:
B. BREATHING
• Diagnosis pneumothorax ditegakkan atas
dasar:
– Adanya riwayat trauma akibat lalu lintas.
– Pasien tampak sesak, laju napas 32x/ menit.
– PF: dari inspeksi terdapat memar dan
ketinggalan gerak pada hemitoraks kanan,
perkusi hipersonor/ sonor, auskultasi vesikuler
(-)/ (+).
• Pneumothorax menyebabkan gangguan
ventilasi. Gangguan ventilasi termasuk ke
dalam gangguan breathing.
• Airway
• Circulation
• Disability
• Environment
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS PERITONITIS
JAWABAN:
E. PERITONITIS SEKUNDER EC PERFORASI ULKUS
LAMBUNG
• Peritonitis merupakan reaksi radang pada rongga
peritoneum, yang diakibatkan reaksi pada
intraabdomen seperti kebocoran viscus ataupun
reaksi radang akibat infeksi sistemik seperti
peritonitis TB.
• Pada pasien ditemukan defans muskluar umum dan
ditemukan free air abdomen pada sub diafragma
kanan dipikirkan terjadinya kebocoran viscus pada
ulkus peptikum yang perforasi.
• Pada pasin juga ditemukan factor resiko yaitu
meminum obat-obatan anti nyeri yang biasanya
golongan NSAID, yang memiliki efek samping
menghambat prostaglanding lambung, yang
efeknya mengurangi sekresi mucus lambung.
• Sehingga diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah
peritonitis sekunder ec perforasi ulkus lambung.
• Peritonitis primer peritonitis yang bermula
memang akibat infeksi pada peritoneum.
• Peritonitis tersier infeksi intra abdominal
yang persisten atau rekuren walaupun sudah
dilakukan tatalaksana adekuat.
• Perforasi appendix tidak ada gejala
appendisitis yang dijelaskan pada pasien.
• Peritonitis sekunder ec perforasi appendix
tidak ada gejala appendisitis yang dijelaskan
pada pasien.
PERITONITIS
• Peritonitis
– Peradangan dari peritoneum
– Disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur atau reaksi inflamasi
peritoneum terhadap darah(pada kasus trauma abdomen)
• Jenis:
– Peritonitis Primer
• Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari peradaran darah dan
pembuluh limfe ke peritoneumpenyakit hati
• Cairaan terkumpul pada rongga peritoneum, menghasilkan lingkungan
yang cocok untuk pertumbuhan bakteri
• Jarang terjadi kurang dari 1% dari seluruh kasus peritonitis
– Peritonitis Sekunder
• Lebih sering terjadi
• Terjadi ketika infeksi menyebar dari traktus bilier atau GIT
http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-000127.htm#ixzz28YAqqYSG
PERITONITIS
• Peritonitis Sekunder
– Bakteri, enzim, atau cairan empedu mencapai
peritoneum dari suatu robekan yang berasal dari
traktus bilier atau GIT
– Robekan tersebut dapat disebabkan oleh:
• Pancreatitis
• Perforasi appendiks
• Ulkus gaster
• Crohn's disease
• Diverticulitis
• Komplikasi Tifoid
Gejala dan Tanda
• Distensi dan nyeri pada Tanda
abdomen • BU berkurang atau
• Demam, menggigil absenusus tidak dapat
• Nafsu makan berkurang berfungsi
• Mual dan muntah • Perut seperti papan
• Peningkatan frekuensi • Peritonitis primerasites
napas dan nadi
• Nafas pendek
• Hipotensi
• Produksi urin berkurang
• Tidak dapat kentut atau BAB
X-Ray Normal
Gambaran radiologis pada peritonitis:
a. Adanya kekaburan pada cavum abdomen
b. Preperitonial fat dan psoas line menghilang
c. Adanya udara bebas subdiafragma atau
d. Adanya udara bebas intra peritoneal
62
• Bayi laki-laki usia 10 hari, dengan keluhan kembung perut sejak
5 hari yang lalu.
• Diketahui pasien pertama kali BAB saat usia 3 hari dengan BAB
berwarna kehijauan dan lengket. Pasien sudah tidak bisa BAB
selama 4 hari.
• Dari pemeriksaan radiologis barium enema ditemukan
penyempitan segmen distal colon.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS HIRSCHSPRUNG DISEASE
JAWABAN:
D. HIRSCHSPRUNG DISEASE
• Diagnosis Hirschsprung Disease ditegakkan
atas dasar:
– Bayi usia 10 hari dengan keluhan kembung dan
tidak bisa BAB
– Adanya keterlambatan keluar mekonium
– Dari pemeriksaan radiologis barium enema
ditemukan penyempitan segmen distal colon.
• Divertikel kantung kecil yang terdapat pada dinding usus,
salah satu bagian dari sistem pencernaan. Menimbulkan gejala
apabila mengalami peradangan, antara lain: nyeri perut, feses
bercampur darah, mual dan muntah.
• Involusi colon ukuran colon lebih kecil dari yang seharusnya
biasa akibat proses peradangan kronis, misal pada IBD.
• Involusi anorektal ukuran anus rectum lebih kecil dari
ukurang yang seharusnya.
• Invaginasi suatu keadaan darurat medis yang melibatkan
obstruksi usus. Dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Hal ini
terjadi paling sering pada anak-anak. Gejala berupa menangis
keras tiba-tiba, yang terjadi setiap 15-20 menit, muntah, dan
tinja bercampur darah dan lendir.
HISRCHSPRUNG DISEASE
• Tanda – tanda klinis:
– Keterlambatan mekonium
– Tanda obstruksi letak rendah
– Mekonium keluar, tanda obstruksi menghilang
obstruksi berulang obstipasikronik.
– Mutlak dilakukan colok dubur --> jika tidak ada
hambatan mekanik
Hirschsprung
• Suatu kelainan bawaan
berupa aganglionik usus,
mulai dari spinchter ani
interna kearah proksimal
dengan panjang yang
bervariasi, tetapi selalu
termasuk anus dan setidak-
tidaknya sebagian rectum
dengan gejala klinis berupa
gangguan pasase usus.
• Tidak terdapat ganglion
Meisner dan Auerbach
CLINICAL FEATURES
1. Failure to pass meconium in 4. TOXIC MEGACOLON : Fever,
the 1st 24h of life Abdominal distension, Bile
– 98% of neonates pass stained vomitous, Explosive
meconium in the first 24 hours diarrhoea, Dehydration,
of age.. Any newborn who fails Shock.
to pass meconium in the first
24-48 hours of life should be 5. Spontanous perforation
evaluated for possible occurs in 3%,specially if long
Hirschsprung's disease. segment aganglionosis.
2. Neonatal Intestinal 6. Chronic constipation patients
obstruction may have chronic
– symptoms include bilious constipation in response to
vomiting, abdominal distension changes in feeding. And may
and refusal to feed. have Growth retardation.
3. Recurrent Enterocolitis Multiple fecal masses on
– mainly in the 1st three months abdominal examination.
of life.
63
• Laki-laki usia 61 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kanan
bawah sejak 2 hari yang lalu, disertai mual dan muntah.
• Pasien jarang minum dan tiap buang air kecil sering merasa
tidak tuntas.
• PF: TD 140/90 mmHg, nyeri ketok CVA kanan (+). Lab urin
didapatkan Ca Oksalat (+++), kreatinin 2,31 mg/dL.
PX PENUNJANG?
DIAGNOSIS BATU SALURAN KEMIH
JAWABAN:
C. CT NON-CONTRAST
• Adanya nyeri pinggang kanan disertai mual
dan muntah, adanya riwayat jarang minum,
pada pemeriksaan nyeri ketok CVA kanan (+),
lab urin didapatkan Ca Oksalat (+++)
mengarahkan diagnosis pada batu saluran
kemih/ urolithiasis.
• Pemeriksaan penunjang yang paling tepat
adalah CT Non-Contrast yang memiliki tingkat
akurasi tinggi tanpa membebani ginjal.
• Batasan penggunaan cairan kontras intravena:
nilai ureum <50 mg/dL dan/ atau creatinine
<1,2 mg/dL.
• USG sangat bergantung pada operator.
• CT Urografi gold standard, namun perlu
dipertimbangkan fungsi ginjal pasien.
• BNO IVP butuh persiapan, dan mengingat
fungsi ginjal dari pasien yang sudah geriatri,
dengan riwayat hipertensi, dan kreatinin 2,31.
• Cystografi tidak tepat.
Urolithiasis
• Urolitiasis pembentukan batu
didalam sistem traktus urinarius
sehingga menimbulkan
manifestasi sesuai dengan
derajat penyumbatan yang
terjadi ginjal, ureter, kandung
kemih atau uretra.
• Gejala umum:
– Nyeri pada area flank
– Gejala iritatif saat BAK
– Nausea
– Hematuria bila terjadi obstruksi
• Jenis batu saluran kemih:
– Kalsium Oksalat (56,3%),
– Kalsium Fosfat 9,2%,
– Batu Struvit 12,5%,
– Batu Urat 5,5% dan
– sisanya campuran.
https://www.uptodate.com/contents/diagnosis-and-acute-management-of-suspected-
nephrolithiasis-in-adults
Modalitas radiologi dalam diagnosis
Modalitas Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Kelebihan Kekurangan
Tidak meradiasi
BNO 45-59 71-77 Terjangkau dan murah Kurang baik untuk melihat batu di
ureter media dan batu radiolusen
Digunakan sebagai pemeriksaan awal
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS HEMATOTHORAX DEXTRA
JAWABAN:
B. HEMATOTHORAX DEXTRA
• Diagnosis hematothorax dextra ditegakkan
atas dasar:
– Adanya riwayat trauma dada akibat kecelakaan
lalu lintas.
– PF: nampak jejas di dada kanan. Pada
pergerakan dada kanan tertinggal.
– Pada pemeriksaan radiologis, tampak bayangan
berkabut (opak) merata di lapangan paru
kanan dan gambaran paru kiri normal.
• Pneumothorax dextra pasien mengeluhkan
sesak, pada perkusi didapatkan hipersonor, dan Ro
Paru menunjukkan gambaran radiolusen avaskular
pada lapang paru yang terkena.
• Efusi pleura dextra biasanya bukan akibat
trauma. Etilogi tersering adalah TB paru atau
kanker paru.
• Flail chest dextra pernapasan paradoksal,
terdapat fraktur segmental pada tulang iga
multipel.
• Tension pneumothorax dextra kondisi yang
mengancam, pasien mengalami sesak berat,
hipitensi, JVP meningkat, dan trakea terdorong ke
sisi yang sehat.
HEMATOTHORAX
65
• Laki-laki 30 tahun ddalam kondisi tidak sadar.
• Dikatakan bahwa pasien telah menjadi korban tabrak lari satu
jam yang lalu.
• PF: didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi >120x/menit,
laju napas 30x/ menit. Didapatkan fraktur terbuka di kedua
femur. Perkiraan kehilangan darah 30-40%.
TATALAKSANA?
DIAGNOSIS VULNUS LACERATUM
JAWABAN:
E. TIDAK DIBERIKAN IMUNISASI
• Anak laki – laki 10 tahun dengan keluhan luka
yang cukup dalam pada tumit kaki kanannya
akibat terjatuh dari sepeda motor.
• Diketahui pasien mendapatkan imunisasi
lengkap DPT dan baru mendapatkan booster
tetanus 6 bulan yang lalu.
• Berarti pasien memiliki luka “kotor” dengan
status imunisasi lengkap (booster<5 tahun yll)
sehingga pilihan jawaban yang tepat untuk
kasus ini adalah tidak diberikan imunisasi.
• Tetanus toxoid jika status imunisasi buruk
dengan luka bersih, atau status imunisasi baik tapi
booster >10 thn dengan luka bersih, atau status
imunisasi baik tapi booster > 5 tahun dengan luka
kotor
• Tetanus immune globulin (equine)
• Tetanus immune globulin (human)
• Tetanus toxoid dan tetanus immune globulin
(human) pada tempat yang berbeda pada kasus
status imunisasi buruk dengan luka kotor
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS FRAKTUR COLLES
JAWABAN:
A. FRAKTUR COLLES
• Pada pasien ditegakkan fr. Colles karena
ditemukan usia tua osteoporosis, fraktur
pada distal radioulnar dan terdapat
angulasi ke dorsal, pasien terjatuh pada
posisi telapak tangan dorsofleksi.
• Fr. Galleazi fraktur radius distal disertai
dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal.
• Fr. Montegia fraktur ulna sepertiga proksimal
disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum
radius.
• Dislokasi sendi radiocarpal tidak tepat, pada
soal sudah dijelaskan terdapat angulasi, pilihan
lebih mengarah pada fraktur.
• Dislokasi sendi distal radioulnar tidak tepat,
pada soal sudah dijelaskan terdapat angulasi,
pilihan lebih mengarah pada fraktur.
FRAKTUR ANTEBRACHII
• Fraktur Galeazzi
– fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi
radioulnar distal.
• Fraktur Monteggia
– fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke
anterior dari kapitulum radius.
• Fraktur Colles:
– fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan
tangan dengan pergeseran dorsal fragmen distal.
• Fraktur Smith:
– Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior
(volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture.
Fraktur Monteggia
Fraktur Galeazzi
Fraktur Colles
Fraktur Smith
68
• Laki-laki 78 tahun datang ke poliklinik mengeluh bila berjalan kaki
terasa sakit hingga sulit untuk melangkah. Kadang-kadang terjatuh.
• Keluhan yang lain adalah kalau mau buang air kecil tercecer sebelum
sampai ke toilet. Keluhan sudah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu.
• RT: TSA baik, ampula tidak kolaps, nyeri tekan tidak ada, protat teraba
kenyal, nyeri tidak ada. Sarung tangan: feses ada, darah dan lender
tidak ada.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS INKONTINENSIA FUNGSIONAL
JAWABAN:
D. FUNGSIONAL
• Masalah utama pada pasien adalah ketika
ingin BAK selalu tercecer sebelum sampai di
toilet inkontinensia urin.
• Pada soal dijelaskan bahwa pasien memiliki
ganguan muskuloskeletal kaki terasa sakit
hingga sulit berjalan dan terkadang jatuh.
• Hasil pemeriksaan RT dalam batas normal.
• Dari 3 poin di atas dapat disimpulkan jenis
inkontinensia yang dialami pasien adalah
inkontinensia fungsional akibat gangguan
muskolskeletal.
• Stres Akibat meningkatnya tekanan intraabdominal,
seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga. Umumnya
disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul.
• Urgensi Dikaitkan dengan sensasi keinginan berkemih
akibat dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor
overactivity). Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan
dengan inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke,
penyakit Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis.
• Overflow Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan
dengan distensi kandung kemih yang berlebihan. Hal ini
disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti pembesaran
prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau
sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak
berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-
obatan.
• Campuran memiliki lebih dari satu etiologi.
Inkontinensia Urin
• Kondisi kesehatan dimana pasien tidak dapat mengendalikan
kandung kemihnya dan seringkali buang air kecil tanpa
disengaja atau urin yang terus keluar.
• Faktor risiko:
– Kelebihan berat badan terutama orang dengan BMI 30 kg/m2 atau lebih
berat akan menyebabkan regangan konstan pada kandung kemih dan otot-
otot sekitarnya. Pada gilirannya akan menyebabkan kebocoran urin, misalnya
ketika batuk atau bersin.
– Merokok akan meningkatkan risiko terkena inkontinensia urin karena merokok
dapat menyebabkan kandung kemih terlalu aktif karena efek nikotin pada
dinding kandung kemih.
– Konsumsi kafein dan alkohol akan meningkatkan risiko inkontinensia urin
karena keduanya bersifat diuretik, yang menyebabkan kandung kemih terisi
dengan cepat dan memicu keinginan untuk sering buang air kecil.
Urinary Incontinence
Acute chronic
• Stress UI
• Overflow UI
• Urgency UI --- OAB
• Functional UI
• Mixed UI
BASICS MECHANISMS
Urgensi Dikaitkan dengan sensasi keinginan berkemih akibat dengan kontraksi detrusor
tak terkendali (detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis sering
dikaitkan dengan inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit
Parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup
waktu untuk sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga
timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan
penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75 tahun.
Overflow Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih
yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien umumnya mengeluh keluarnya
sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
Fungsional Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran urin
akibat faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab tersering adalah demensia
berat, masalah muskuloskeletal berat, faktor lingkungan yang menyebabkan
kesulitan untuk pergi ke kamar mandi, dan faktor psikologis.
69
• Laki-laki berusia 20 tahun, dengan riwayat trauma akibat
kecelakaan sepeda motor.
• Pasien mengeluh tidak bisa BAK.
• PF: didapatkan darah keluar dari OUE disertai dengan
pembengkakan skrotum dan terdapat gambaran butterfly
appreance pada daerah perineum pasien, buli pasien juga
teraba penuh. Pemeriksaan RT dalam batas normal.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS RUPTUR URETRA ANTERIOR
JAWABAN:
A. RUPTUR URETRA ANTERIOR
• Diagnosis ruptur uretra uretra anterior,
ditegakkan atas dasar:
– Adanya riwayat trauma akibat KLL.
– Ada keluhan retensio urin.
– Didapatkan darah keluar dari OUE disertai
dengan pembengkakan skrotum dan terdapat
gambaran butterfly appreance pada daerah
perineum pasien, buli pasien juga teraba
penuh.
– Pemeriksaan RT dalam batas normal.
• Ruptur uretra posterior jarang terjadi
butterfly hematom. Pemeriksaan RT didapatkan
prostat melayang.
• Torsio testis keluhan nyeri pada testis secara
tiba-tiba, phren sign (-).
• Ruptur buli jejas di area suprapubik,
hematuria. Perlu dipastikan dengan
pemeriksaan systogram.
• Hidrokel pembesaran di area skrotum, tidak
nyeri, tes transluminasi (+).
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Trauma Uretra
• Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
– Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
– Retensi urin setelah
kecelakaan
– Darah pada muara OUE
– Ekimosis dan hematom
perineal
Uretra Anterior:
• Anatomy:
– Bulbous urethra
Uretra Posterior :
– Pendulous urethra • Anatomy
– Fossa navicularis – Prostatic urethra
• Etiologi: – Membranous urethra
– Straddle type injuries • Etiologi:
– Intrumentasi – Fraktur tulang Pelvis
– Fractur penis • Gejala klinis:
• Gejala Klinis: – Darah pada muara OUE
– Disuria, hematuria – Nyeri Pelvis/suprapubis
– Hematom skrotal – Perineal/scrotal hematom
– Hematom perineal akan timbul bila terjadi robekan – RT Prostat letak tinggi atau
pada fasia Buck’s sampai ke dalam fasia melayang
Colles‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum • Radiologi:
– will be present if the injury has disrupted Buck’s – Pelvic photo
fascia and tracks deep to Colles’ fascia, creating a
– Urethrogram
characteristic ‘‘butterfly’’ hematoma in the
perineum • Therapy:
• Therapy: – Cystostomi
– Cystostomi – Delayed Repair
– Immediate Repair
• Don't pass a diagnostic • Retrograde
catheter up the patient's urethrography
urethra because: – Modalitas pencitraan yang
– The information it will give utama untuk mengevaluasi
will be unreliable. uretra pada kasus trauma
– May contaminate the dan inflamasi pada uretra
haematoma round the
injury.
– May damage the slender
bridge of tissue that joins
the two halves of his
injured urethra
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
70
• Laki-laki umur 40 tahun dalam kondisi setengah
sadar akibat trauma dada yang dialami saat KLL.
• Dari pemeriksaan didapat TD 80/50 mmHg, nafas
32x/menit, bunyi jantung terdengar jauh, JVP 5 +
5 cm H2O, dan pulsus paradoksus.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS CARDIAC TAMPONADE
JAWABAN:
E. CARDIAC TAMPONADE
• Pada pasien didapatkan adanya trauma
dada akibat KLL dan ditemukan gejala trias
beck (hipotensi, JVP meningkat, dan suara
jantung menjauh), sehingga tamponade
jantung dapat ditegakkan.
• Congestive heart failure merupakan penyakit
kronis, etiologi bukan dari trauma dada.
• Ruptur aorta thoracalis jarang terjadi, tidak
ditemuakn trias beck.
• Pleural effusion penyebab tersering TB paru
ataupun Ca Paru.
• Pericarditis tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi pada pasien ataupun faktor risiko yang
sesuao untuk perikarditis.
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Cardiac Tamponade
Gejala Pemeriksaan Fisik
• Takipnea dan DOE, rest • Takikardi
air hunger • Hypotension shock
• Weakness • Elevated JVP with blunted
• Presyncope y descent
• Dysphagia • Muffled heart sounds
• Batu • Pulsus paradoxus
• Anorexia – Bunyi jantung masih
terdengar namun nadi
• (Chest pain) radialis tidak teraba saat
inspirasi
• (Pericardial friction rub)
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
71
• Bayi laki-laki berusia 10 bulan dengan keluhan penis
terlihat abnormal.
• PF: ditemukan, dorsal penis hampir menempel ke kulit
abdomen, tampak mukosa uretra pada dorsal penis
dengan efek meluas dari skrotum sampai dengan gland
penis, dan celah tulang pubis tampak melebar.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS EPISPADIA
JAWABAN:
E. EPISPADIA
• OUE terletak di dorsal penis epispadia.
• Pepispadia serin disertai gangguan struktur
yang lain, seperti dorsal penis hampir
menempel ke kulit abdomen dan celah
tulang pubis tampak melebar.
• Hipospadia panesratal
• Hipospadia penile shaft
• Hipospadia penoscrotal
• Hipospadia perineal
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
72
• Laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri pada
tungkai kanan dan tidak dapat diluruskan. Tiga puluh
menit yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
• Pemeriksaan fisik didapatkan tungkai kanan tidak dapat
diluruskan, sendi panggul flexi, adduksi dan endorotasi.
DIAGNOSISI?
DIAGNOSIS DISLOKASI PANGGUL POSTERIOR
JAWABAN:
B. DISLOKASI PANGGUL KE POSTERIOR
• Pasien mengalami KLL.
• Pemeriksaan fisik didapatkan tungkai
kanan tidak dapat diluruskan, sendi panggul
flexi, adduksi dan endorotasi dislokasi
panggul ke arah posterior.
• Dislokasi sendi panggul ke anterior sangat
jarang terjadi. Ekstensi panggul, posisi tungkai
abduksi dan eksorotasi.
• Fraktur collum femoris tidak ditemukan
tanda-tanda fraktur.
• Fraktur femur 1/3 proksimal tidak ditemukan
tanda-tanda fraktur.
• Fraktur intertronkanter tidak ditemukan
tanda-tanda fraktur.
DISLOKASI SENDI PANGGUL
Posterior Hip Dislocation
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
Tatalaksana Dislokasi Sendi Panggul:
Reposisi
• Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain:
– Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi
tulang sehingga kembali pada posisi yang
seharusnya reduction/reposisi
• Pada beberapa kasus, reduksi harus dilakukan
di OK dan diperlukan pembedahan
• Setelah tindakan, harus dilakukan
pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan
untuk mengetahui posisi dari sendi.
73
• Laki-laki 45 tahun, dengan keluhan penurunan kesadaran
setelah mengalami kecelakaan sepeda motor tunggal.
• Pada pemeriksaan didapatkan cephal hematom pada regio
temporal kiri 15cm.
• Pemeriksaan neurologis: GCS 7, hemiparesis dextra, pupil
anisokor 5mm/3mm.
• TD :170/80mmHg, nadi 60 x/menit, RR 26 x/menit irregular.
TX AWAL?
DIAGNOSIS TRAUMA KEPALA
JAWABAN:
B. INTUBASI ENDOTRAKEAL
• Pasien mengalami trauma kepala pasca
kecelakaan sepeda motor.
• Dari penjelasan dapat disimpulkan pasien
mengalami cedera kepala berat yang ditunjukkan
dari GCS 7 disertai tanda-tanda peningkatan TIK
(pupil anisokor, trias cushing tensi meningkat,
bradikardia, dan pernapasan irregular).
• Pada kondisi tersebut pasien tidak dapat
mempertahankan patensi jalan napas, seringkali
lidah jatuh ke belakang menutupi jalan napas.
Sehingga tatalaksana awal yang tepat adalah
intubasi endotracheal.
• Pasang iv line setelah Airway dan Breathing
dievaluasi.
• Ventilator dapat diberikan setelah ETT
terpasang.
• Antihipertensi tangani dulu penyebab
tekanan TIK.
• Observasi neurologi diperlukan, dilakukan
setelah ABC selesai dievaluasi.
ATLS Coursed 9th Edition
Cervical in-line immobilization
Indikasi Airway definitif
74
• Saat ini anda adalah seorang dokter jaga IGD Rumah Sakit di
sebuah tempat terpencil. Ada sebuah musibah didaerah tsb.
• Anda sedang melayani 5 pasien dibantu seorang perawat.
Terdapat kabar bahwa akan ada 5 orang pasien lagi yang
sedang dlm perjalanan menuju UGD tersebut.
• Kemudian anda menghubungi dokter specialis yang saat itu
kebetulan sedang tidak bertugas.
4. Black- Meninggal
– Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan
RESPIRATIONS/VENTILATIONS
NONE
YES
REPOSITION AIRWAY
ASSESS RESPIRATIONS/VENTILATIONS
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Circulation)
PERFUSION
IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
START Algorithm (Disability)
MENTAL STATUS
DELAYED IMMEDIATE
Immediate
Patients Delayed
Deceased
75
• Pasien bayi usia 3 hari dibawa ibunya dengan
keluhan mual-muntah setiap diteteki beberapa
jam, menurut ibunya sejak lahir perut bayi sudah
besar dan makin kembung sampai saat ini,
pasien pernah BAB, terdapat retensi kehijauan.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS ATRESIA DUODENAL
JAWABAN:
E. ATRESIA DUODENAL
• Diagnosis atresia duodenal ditegakkan atas
dasar:
– Usia bayi yang baru 3 hari.
– Terdapat muntah kehijauan setelah beberapa
jam diberi ASI.
– Gambaran Ro Abdomen Double Bubble.
• Ileal atresia gambaran Ro Abdomen: Triple
Bubble.
• Ileus obstruksi perut kembung, mual dan
muntah. Ro Abdomen: Hearing Bone + Step
Ladder.
• Hypertrophic piloric stenosis Single Bubble
Sign.
• Annular pancreas perut kembung dan biilous
vomitting. Sulit dinilai dengan Ro Abdomen.
Atresia Duodenum
GIT Congenital Malformation
Disorder Clinical Presentation
Hirschprung Congenital aganglionic megacolon (Auerbach's Plexus)
Fails to pass meconium within 24-48 hours after birth,chronic constipation
since birth, bowel obstruction with bilious vomiting, abdominal distention,
poor feeding, and failure to thrive, Chronic Enterocolitis.
RT:Explosive stools .
Criterion standardfull-thickness rectal biopsy.
Treatment remove the poorly functioning aganglionic bowel and create
an anastomosis to the distal rectum with the healthy innervated bowel
(with or without an initial diversion)
Anal Atresia Anal opening (-), The anal opening in the wrong place,abdominal
distention, failed to pass meconium,meconium excretion from the fistula
(perineum, rectovagina, rectovesica, rectovestibuler).
Low lesionthe colon remains close to the skin stenosis anus, or the
rectum ending in a blind pouch.
High lesionthe colon is higher up in the pelvis fistula
Hypertrophic Hypertrophy and hyperplasia of the muscular layers of the pylorus
Pyloric functional gastric outlet obstruction
Stenosis Projectile vomiting, visible peristalsis, and a palpable pyloric tumor(Olive
Disorder Clinical Presentation
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Ileal atresia. Upright Jejunal atresia: The “triple
radiograph of the abdomen bubble” sign on the erect
Duodenal atresia. Doble demonstrates many dilated plain abdominal
buble sign loops of bowel and air-fluid radiograph.
levels
76
• Laki-laki 18 tahun, dengan keluhan nyeri pada tungkai
bawah setelah 1 jam SMRS.
• Pasien baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas pada
tungkai bawah, krepitasi (+), dan nyeri sumbu 1/3
proksimal. Arteri dorsalis pedis teraba lemah.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS FRAKTUR CRURIS
JAWABAN:
C. FRAKTUR CRURIS DGN RUPTUR A. TIBIALIS
• Adanya riwayat KLL, pemeriksaan fisik
didapatkan deformitas pada tungkai bawah,
krepitasi (+), dan nyeri sumbu 1/3
proksimal fraktur cruris.
• Arteri dorsalis pedis teraba lemah ada
kemungkinan ruptur arteri tibialis anterior.
• Fraktur kruris dengan instabilitas sendi pergelangan kaki
tidak didapatkan tanda instabilitas pergelangan kaki.
• Fraktur kruris dengan instabilitas sendi genu tidak ada tanda-
tanda instabilitas genu
• Fraktur kruris dengan ruptur tendon achiles harus dinilai
lebih lanjut, misal pemeriksaan thompson, dsb.
• Fraktur kruris dengan kompartemen sindrom tidak dijelaskan
tanda 5P.
FRAKTUR CRURIS
• Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya,
yang di sebabkan karena trauma atau tenaga fisik
yang terjadi pada tulang tibia dan fibula.
• Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk
patah tulang tibia dan fibula yang biasanya
terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis,
atau persendian pergelangan kaki
FRAKTUR TIBIA
FRAKTUR FIBULA
• Lokasi tersering adalah
2-5 cm dari bagian
distal malleolus lateral.
• Biasanya berkaitan
dengan fraktur dislokasi
ankle joint.
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
77
• Laki-laki usia 35 tahun, dengan keluhan nyeri hebat di ujung jari kaki
kanan dan kiri sejak 3 bulan terakhir. Nyeri diperberat dengan aktivitas
dan hilang jika istirahat.
• Diketahui pasien merokok 2 bungkus sehari sejak usia 14 tahun.
• Pada pemeriksaan fisik terlihat ujung jari berwarna kehitaman, teraba
dingin. Riwayat penyakit kencing manis dan darah tinggi disangkal.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS THROMBOANGITIS OBLITERANS
JAWABAN:
A. THROMBOANGITIS OBLITERANS
• Diagnosis Thromboangitis Obliterans,
ditegakkan atas dasar:
– Keluhan nyeri hebat di ujung jari kaki kanan
dan kiri sejak 3 bulan terakhir, diperberat
dengan aktivitas dan hilang jika istirahat.
– Diketahui pasien merokok 2 bungkus sehari
sejak usia 14 tahun.
– Pada pemeriksaan fisik terlihat ujung jari
berwarna kehitaman, teraba dingin.
– Riwayat penyakit kencing manis dan darah
tinggi disangkal bukan akibat aterosklerosis
• Raynaud phenomenon arteri yang lebih kecil yang
memasok darah ke kulit mengerut berlebihan akibat
dingin, sehingga membatasi suplai darah ke daerah yang
terkena. Jari tangan, jari kaki, telinga, atau ujung hidung
mati rasa dan terasa dingin sejuk saat suhu dingin atau
stres. Kondisi ini sering disertai dengan perubahan warna
kulit.
• Acute limb ischimia gejala klaudikasio intermiten
disertai 6P.
• Critical limb ischemia kondisi penyakit arteri perifer
(PAP) tungkai bawah yang paling berat dimana
didapatkan nyeri iskemik saat istirahat, dan ulserasi
akibat insufisiensi arteri atau gangren.
• Compartement syndrome Tekanan mengurangi aliran
darah sehingga otot dan saraf kekurangan nutrisi.
2. Buerger’s Disease
(Thrombangiitis Obliterans)
• Secara khusus dihubungkan dengan merokok
• Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada
pembuluh darah tibial
• Presentation
– Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas
– Gangrene
– Ulceration
• Recurrent superficial thrombophlebitis (“phlebitis migrans”)
• Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor risiko
aterosklerosis yang lain
• Angiography - diffuse occlusion of distal extremity vessels
• Progresivitas – dari distal ke proximal
• Remisi klinis dengan penghentian merokok
Buerger’s treatment
• Rawat RS
• Memastikan diagnosis dan arterial imaging.
• Vasoactive dilation is done during initial
admission to hospital, along with debridement of
any gangrenous tissue.
• Tatalaksana selanjutnya diberikan bergantung
keparahan dan derajat nyeri
• Penghentian rokok menurunkan insidens
amputasi dan meningkatkan patensi dan limb
salvage pada pasien yang melalui surgical
revascularisation
CT-angiografi menunjukan stenosis
segmental arteri tungkai bawah
Vasoactive drugs
• Nifedipine dilatasi perifer dan meningkatkan
aliran darah distal
– Diberikan bersamaan dengan penghentian rokok,
antibiotik dan iloprost
• Pentoxifylline and cilostazol have had good
effects, although there are few supportive data.
Pentoxifylline has been shown to improve pain
and healing in ischaemic ulcers. Cilostazol could
be tried in conjunction with or following failure of
other medical therapies (e.g., nifedipine).
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1148/treatment/step-by-
step.html
Disease Pathophysiology Symptoms Physical Workup
Peripheral Arterial narrowing Claudication Abnormal Ankle Brachial
Artery Decreased with exertion, in lower Index.
Occlusive blood flow = Pain severe occlusion extremity Duplex
Disease ischemic pain at pulse Ultrasound.
Pain results from rest. mottling & Digital
an imbalance Pain reproduced cyanosis Subtraction
between supply by elevating the Angiography
and demand of leg. Buerger Test: Gold
blood flow Elevate the leg Standard
to 45° - and Intervention
look for pallor at the same
time
Buerger Combination of Pain or Enlarged, red, An angiogram
acute tenderness not tender cord- or arteriogram
affected by
inflammation and exercise like veins. of the
thrombosis of the Numbness and Discoloration extremities.
arteries and veins tingling in the Two or more A Doppler
limbs. limbs affected
in the hands and ultrasound.
Skin ulcers or
feet gangrene of the
digits.
Disorder Onset Etiology Clinical Feat.
Buerger Disease chronic Segmental vascular Intermitten claudicatio,Smoking
inflammation
Polyarteritis nodosa acute immune complex– Fever,Malaise,Fatigue,Anorexia,
induced disease weight loss,Myalgia,Arthralgia in large
necrotizing joints,polyneuropathy, cerebral
inflammatory lesions ischemia, rash, purpura, gangrene,
small and medium- Abdominal pain, does not involve the
sized arteries lungs
• Grade II hemorrhoids may protrude beyond the anal verge with straining
or defecating but reduce spontaneously when straining ceases (ie, return
to their resting point by themselves)
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS HERNIA INGUINALIS
JAWABAN:
B. HERNIA INGUINALIS
• Diagnosis Hernia Inguinalis ditegakkan, atas
dasar:
– Terdapat benjolan pada perut kanan bawah
sebesar telor ayam, benjolan dirasakan
terutama saat melompat dan sakit pada
perabaan sejak 6 bulan yang lalu.
– Pada pemeriksaan teraba benjolan di atas
ligamentum inguinale.
• Hernia Femoralis benjolan berada di bawah
ligamentum inguinal.
• Hernia scrotalis merupakan perpanjang dari
hernia inguinalis lateral.
• Hernia umbilicalis berada di area umbilikal.
• Hernia hiatal Hiatal hernia dapat tidak
memiliki gejala. Dalam beberapa kasus,
mungkin terkait dengan heartburn dan rasa
tidak nyaman di perut.
HERNIA
/VENTRAL HERNIA
INGUINAL HERNIA
• Most common
• Most difficult to understand
• Congenital ~ indirect
• Acquired ~ direct or indirect
• Direk • Indirek
• usually no peritoneal sac • has peritoneal sac
• medial to epigastric vessels • lateral to epigastric vessels
• Timbul karena adanya defek atau kelemahan • mengikuti kanalis inguinalis
pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach • Karena adanya prosesus vaginalis persistent
• segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh • The processus vaginalis outpouching of
• Inferior : ligamentum inguinale, peritoneum attached to the testicle that trails
• Lateral: pembuluh darah epigastrika behind as it descends retroperitoneally into the
inferior scrotum.
• Medial : tepi otot rectus
Hernia Inguinalis vs Hernia Femoralis
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS PAPILLOMA INTRADUKTAL
JAWABAN:
A. PAPILLOMA INTRADUKTAL
• Diagnosis Papilloma Intraduktal ditegakkan
atas dasar:
– Adanya keluhan keluar cairan dari putting susu
disertai darah.
– Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan
siklus menstruasi normal.
– Pada pemeriksaan fisis tidak didapatkan
benjolan, tidak ada retraksi papil, tidak ada
pembesaran kelenjar.
• Fibrokistik pertumbuhan jaringan fibrosa yang
abnormal, sehingga lebih menonjol dibanding
jaringan lemak. Jaringan fibrosa juga membentuk
jaringan parut dan jaringan ikat. Biasanya menimpa
wanita dalam rentang usia 30-50 tahun.
• FAM usia 20-30 tahun, benjolan biasanya soliter,
massa kenyal padat, berbatas tegas, mobile.
• Tumor Phyloides jenis tumor payudara yang
langka. Pola sel mereka menyerupai daun, dan
nama “phyllodes” berasal dari kata Yunani yang
berarti “seperti daun.” Tumor phyllodes dapat
tumbuh dengan cepat, tetapi mereka tidak selalu
menyebar di luar payudara.
• Mastitis peradangan payudara.
Papilloma Intraduktal
• Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan
menyerupai kutil dengan disertai tangkai yang
tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari
jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular.
• Epidemiologi: terjadi pada wanita pada masa
reproduktif akhir, atau post-menopause. Usia
rerata 48 tahun.
http://radiopaedia.org/
http://radiopaedia.org/
• Galactogram
USG
• Atas: nodul solid dalam
duktus
• Bawah: nodul
bertangkai dengan
dilatasi duktus
Tatalaksana dan Prognosis
• Papilloma intraduktal solitereksisi
• Menurut komuniti dari College of American
Pathologist, wanita dengan lesi ini mempunyai
risiko 1,5 – 2 kali untuk terjadinya karsinoma
mammae.
81
• Laki-laki usia 49 tahun mengeluhkan rasa nyeri di bawah
kemaluan dan BAK menjadi sering sejak 5 bulan terakhir.
• Suhu afebris. Pada pemeriksaan fiisk ditemukan
pemeriksaan rectal toucher nodul (-), pembesaran prostat
(+) difus, nyeri tekan ringan.
• Lab. cairan prostat 28 leukosit/ LPB.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS CHRONIC BACTERIAL PROSTATITIS
JAWABAN:
C. CHRONIC BACTERIAL PROSTATITIS
• Diagnosis chronic bacterial prostatitis
ditegakkan atas dasar:
– Keluhan rasa nyeri di bawah kemaluan dan BAK
menjadi sering sejak 5 bulan terakhir.
– Suhu afebris. Pada pemeriksaan fiisk
ditemukan pemeriksaan rectal toucher nodul (-
), pembesaran prostat (+) difus, nyeri tekan
ringan.
– Lab. cairan prostat 28 leukosit/ LPB.
• Siphilis Sifilis terjadi dalam beberapa bertahap, dan
gejalanya bervariasi pada setiap tahap. Tahap pertama
melibatkan luka tanpa rasa sakit pada alat kelamin,
dubur, atau mulut. Setelah sakit awal sembuh, tahap
kedua ditandai dengan ruam. Kemudian, tidak ada gejala
sampai tahap akhir yang mungkin terjadi beberapa tahun
kemudian. Tahap akhir ini dapat mengakibatkan
kerusakan otak, saraf, mata, atau jantung.
• Acute bacterial prostatitis gejala inflamasi sangat
jelas.
• BPH gejala LUTS, RT: pool atas prostat tidak teraba.
• Adenoma prostat hematuria. RT: prostat bernodul.
Prostatitis
• Incidence/prevalence: 4% -11%
• 8-12% of urologist office visits
• Life time prevalence 14.8%
• most common urological diagnosis in men <50
• Quality of Life is dismal (depressing) !
• Sukar disembuhkan masalah rumit
• Prostat sekretnya memiliki anti bakteriel
• Drach, fair, Meares & Stamey (1978) Klasifikasi
Sindroma Prostatitis
1. Prostatitis akut bakteriel
2. Prostatitis kronis bakteriel
3. Prostatitis non bakteriel
4. Prostatodinia
Aetiology
• 5 – 15% of Prostatitis
• Recurrent UTI’s in 25 – 40%
• May be asymptomatic between episodes or have a long
history of CPPS.
• Treat with Antibiotics
• sesuai hasil kultur
• Fluoroquinolones (Cipro- Levo- and Ofloxacine) most effective.
• 12 weeks of treatment.
• 60 – 85% bacteriological cure.
• 40% symptom cure.
PROSTATITIS KRONIS BAKTERIEL
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS TORSIO TESTIS DEXTRA
JAWABAN:
A. TORSIO TESTIS DEXTRA
• Diagnosis torsios testis ditegakkan atas
dasar:
– Keluhan buah zakar sebelah kanan nyeri
mendadak saat bangun tidur. Nyeri dirasakan
kurang lebih sudah 4 jam.
– Riwayat trauma di area pelvis maupun nyeri
saat kencing disangkal.
– Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada
skrotum kanan, nyeri juga tidak berkurang saat
skrotum diangkat ke cranial (Phren sign
negatif).
• Varicocele dextra massa seperti cacing di
area skrotum, biasanya tidak terasa nyeri.
• Hernia scrotalis dextra merupakan bagian
dari hernia inguinalis lateral, tidak
menimbulkan gejala apabila tidak terjadi
strangulata.
• Epididimoorchitis dextra phren sign (+).
• Varicocele terinfeksi dextra tanda
peradangan sangat jelas, terjadi
pembengkakan, merah, nyeri, dan suhu teraba
lebih hangat dibangingkan kulit sekitar.
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Phren Sign
RINGDAHL ERIKA,et al. Testicular Torsion
Am Fam Physician. 2006 Nov 15;74(10):1739-1743. Columbia, Missouri. In
http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1739.html
Ultrasound
• Normal: homogenous symmetric
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS PARAFIMOSIS
JAWABAN:
C. PARAFIMOSIS
• Pada pemeriksaan fisik didapat ujung kulit
penis terlipat ke belakang glans penis dan
tidak dapat dikembalikan, glan penis
tampak membengkak, berwarna merah
kebiruan parafimosis.
• Epispadia OUE di dorsal.
• Hipospadia OUE di ventral penis.
• Tumor penis jarang terjadi, keluhan berupa
benjolan/ massa yang ada di penis.
• Fimosis preputium menguncup tidak dapat
ditarik ke arah proksimal.
Phimosis vs Paraphimosis
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus terjepit di sulkus
• Komplikasiinfeksi koronarius
– Balanitis • Gawat darurat bila
– Postitis – Obstruksi vena
– Balanopostitis superfisial edema dan
nyeri Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
• Treatment
retraction – Manual reposition
– Dorsum incisionbila – Dorsum incision
telah ada komplikasi
Parafimosis
• Prepusium yang diretraksi Tatalaksana Parafimosis
hingga sulkus koronarius • Mengembalikan prepusium
tidak dapat dikembalikan secara manual dengan
pada posisi semula. memijat glans penis selama
3-5 menit untuk
• Retraksi prepusium ke prox mengurangi edema.
secara berlebihan tidak • Bila tidak berhasil, perlu
dapat dikembalikan seperti dilakukan dorsum insisi.
semula menjepit penis • Setelah edema dan reaksi
obstruksi aliran balik inflamasi hilang
vena superfisial edema, sirkumsisi.
nyeri nekrosis glans
penis.
Paraphimosis
• Tight preputial ring is
trapped behind the
glans after retraction
– Very painful
– Edematous preputial skin
and glans
– Urinary retention
• Requires immediate
attention
– Pain
– Possible necrosis
• Management
– Compression
– Dorsal slit
84
• Anak laki-laki berusia 3 tahun dengan kantung
buah zakar sebelah kiri kosong.
• Dari pemeriksaan didapatkan testis sisi kiri di
daerah inguinal.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS KRIPTORKISMUS
JAWABAN:
E. KRIPTORKISMUS
• Kantung buah zakar sebelah kiri kosong.
• Dari pemeriksaan didapatkan testis sisi kiri
di daerah inguinal kriptorkismus.
• Fimosis preputium menguncup tidak dapat
ditarik ke arah proksimal.
• Hidrokel pembesaran di area skrotum, tidak
nyeri, tes transluminasi (+).
• Hernia Skrotalis merupakan perpanjang dari
hernia inguinalis lateral.
• Varikokel massa seperti cacing di area
skrotum, biasanya tidak terasa nyeri.
Kriptorkismus
• Undesensus testis adalah suatu keadaan
dimana setelah usia 1 tahun, satu atau kedua
testis tidak berada di dalam kantung skrotum,
tetapi masih berada di salah satu tempat
sepanjang jalur desensus normal.
• Kriptorkismus : cryptos (Yunani)
tersembunyi Dan orchis (latin) testis
Klasifikasi
• Undesensus testis sesungguhnya ( true undescended) :
• testis mengalami penurunan parsial melalui jalur yang normal,
tetapi terhenti.
• Dibedakan menjadi teraba (palpable) dan tidak teraba
( impalpable)
• Testis ektopik :
• testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang
normal.
• Testis retractile:
• testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat
refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke
kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang sebenarnya.
686
Komplikasi
1. Hernia. Sekitar 90% penderita kriptorkismus menderita hernia inguinalis
ipsilateral yang disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
2. Torsi. Terjadi karena abnormalnya jaringan yang menjangga testis yang
kriptorkismus dan tingginya mobilitas testis16 serta sering terjadi setelah
pubertas.
3. Trauma. Testis yang terletak di atas pubic tubercle mudah terjadi injuri oleh
trauma.
4. Neoplasma. Testis yang mengalami kriptorkismus pada dekade ke-3 atau ke-42,
mempunyai kemungkinan keganasan 20–30 kali lebih besar daripada testis yang
normal.
– Kejadian neoplasma lebih besar terhadap testis intra abdominal yang tidak diterapi, atau yang
dikoreksi secara bedah saat/setelah pubertas, bila dibandingkan dengan yang intra kanalikular.
– Neoplasma umumnya jenis seminoma.
– Namun, ada laporan bahwa biopsi testis saat orchiopexy akan meningkatkan risiko keganasan.
5. Infertilitas. Kriptorkismus bilateral yang tidak diterapi akan mengalami infertilitas
lebih dari 90% kasus, sedangkan yang unilateral 50% kasus. Testis yang berlokasi
di intra abdominal dan di dalam kanalis inguinalis, akan mengurangi
spermatogenik, merusak epitel germinal.
6. Psikologis. Perasaan rendah diri terhadap fisik atau seksual akibat tidak adanya
testis di skrotum
85
• Laki-laki 28 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas, posisinya terjepit
antara jok dan bangku.
• Pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah. Dari lubang penis keluar
darah.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80, HR
100x/menit, RR 20x/menit, buli-buli penuh, dan terdapat nyeri ketok
suprapubik.
• Hasil pemeriksaan X-Ray menunjukkan fraktur pada regio pelvis.
TINDAKAN?
DIAGNOSIS RUPTUR URETRA
JAWABAN:
A. PUNKSI SUPRAPUBIS DAN URETROGRAFI
• Dengan adanya darah yang menetes dari
OUE, perlu dipikirkan adanya suatu ruptur
uretra. Hal ini didukung dengan adanya
trauma di area pelvis akibat KLL dan hasil
Rontgen menunjukkan fraktur pelvis.
• Dari soal dijelaskan bahwa buli-buli pasien
penuh, sehingga tindakan yang harus
segera dilakukan pada pasien ini adalah
punksi suprapubis dan uretrografi.
• Dari pemeriksaan didapatkan testis sisi kiri
di daerah inguinal kriptorkismus.
• Pemeriksaan urografi intravena lebih tepat
urografi retrograde.
• USG kandung kemih tidak begitu sensitif
pada kasus trauma buli, dan pada kasus ini
kecurigaan besar pada ruptur uretra.
• Pemeriksaan fungsi ginjal kurang diperlukan.
• Kateterisasi uretra kontraindikasi.
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Trauma Uretra
• Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
– Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
– Retensi urin setelah
kecelakaan
– Darah pada muara OUE
– Ekimosis dan hematom
perineal
Uretra Anterior:
• Anatomy:
– Bulbous urethra
Uretra Posterior :
– Pendulous urethra • Anatomy
– Fossa navicularis – Prostatic urethra
• Etiologi: – Membranous urethra
– Straddle type injuries • Etiologi:
– Intrumentasi – Fraktur tulang Pelvis
– Fractur penis • Gejala klinis:
• Gejala Klinis: – Darah pada muara OUE
– Disuria, hematuria – Nyeri Pelvis/suprapubis
– Hematom skrotal – Perineal/scrotal hematom
– Hematom perineal akan timbul bila terjadi robekan – RT Prostat letak tinggi atau
pada fasia Buck’s sampai ke dalam fasia melayang
Colles‘‘butterfly’’ hematoma in the perineum • Radiologi:
– will be present if the injury has disrupted Buck’s – Pelvic photo
fascia and tracks deep to Colles’ fascia, creating a
– Urethrogram
characteristic ‘‘butterfly’’ hematoma in the
perineum • Therapy:
• Therapy: – Cystostomi
– Cystostomi – Delayed Repair
– Immediate Repair
• Don't pass a diagnostic • Retrograde
catheter up the patient's urethrography
urethra because: – Modalitas pencitraan yang
– The information it will give utama untuk mengevaluasi
will be unreliable. uretra pada kasus trauma
– May contaminate the dan inflamasi pada uretra
haematoma round the
injury.
– May damage the slender
bridge of tissue that joins
the two halves of his
injured urethra
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
Uretrografi
Ruptur Parsial
Ruptur total
86
• Seorang pria usia kira-kira 30an, sedang dalam perjamuan
makan dan tiba-tiba ia tersedak.
• Kebetulan ada seorang dokter disana, dokter menyuruh
pria itu untuk batuk sekeras kerasnya dan telah dilakukan
Heimlich maneuver 5 kali, tetapi tidak berhasil.
• Lalu pria itu tidak sadarkan diri dan tampak tidak
bernapas.
TINDAKAN?
DIAGNOSIS CHOKING
JAWABAN:
E. MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU
• Pasien tersedak di suatu perjamuan makan.
• Telah dilakukan Heimlich maneuver 5 kali,
tetapi tidak berhasil.
• Lalu pasien tidak sadarkan diri dan tampak
tidak bernapas.
• Tindakan yang harus dilakukan dalam
kondisi tersebut adalah melakukan
resusitasi jantung paru.
• Merogoh semampunya dengan jari hanya
jika benda asing dapat terlihat.
• Heimlich maneuver tidak tepat.
• Pemasangan ETT kondisi di lapangan tanpa
alat yang memadai.
• Memberikan bantuan napas kurang tepat,
sebaiknya dilakukan resusitasi jantung paru.
Tatalaksana
87
• Wanita 25 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas satu
jam yang lalu.
• Pasien mengalami trauma di area wajah. Wajah pasien
penuh dengan darah hingga hidung dan mulut.
• Pada pemeriksaan didapatkan penurunan kesadaran GCS
E3M4V1, TD 110/70mmHg, nadi 94x/ menit, laju napas
30x/ menit, ditemukan suara seperti berkumur.
TINDAKAN?
DIAGNOSIS TRAUMA KEPALA DAN WAJAH
JAWABAN:
E. SUCTION DAN PASANG COLLAR NECK
• Pasien mengalami trauma kepala dan trauma
wajah akibat kecelakaan lalu lintas.
• Kesadaran pasien menurun GCS E3M4V1,
wajah pasien hingga hidung dan mulut penuh
darah, terdengar suara berkumur, laju napas
30x/ menit.
• Pada pasien yang mengalami trauma kepala
perlu dipasang collar neck karena dicurigai
disertai dengan cedera cervical.
• Hidung dan mulut pasien yang penuh darah
serta didapatkan suara seperti berkumur
menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
dalam hal ini diperlukan suction untuk
membebaskan jalan napas.
• Resusitasi cairan nadi dan tekanan darah
dalam batas normal.
• ETT sulit dipasang apabila rongga mulut
pasien penuh darah, perlu suction terlebih
dahulu.
• NGT tidak tepat.
• Rujuk segera ke Sp. Bedah tidak tepat.
ATLS Coursed 9th Edition
Cervical in-line immobilization
Indikasi Airway definitif
88
• Laki-laki usia 25 tahun tertabrak sepeda motor saat jalan
sore.
• Keadaan umum pasien tampak kesakitan, kesadaran
komposmentis.
• Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan hematom dan
deformitas di paha kanan, krepitasi (+), nyeri tekan (+),
dan nyeri sumbu (+).
PX PENUNJANG?
DIAGNOSIS FRAKTUR FEMUR
JAWABAN:
B. RONTGEN 2 SISI
• Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan
hematom dan deformitas di paha kanan,
krepitasi (+), nyeri tekan (+), dan nyeri
sumbu (+) fraktur femur.
• Pemeriksaan rontgen pada fraktur
ekstrimitas dianjurkan mengambil dari 2
arah yang berbeda, sehingga pemeriksaan
yang tepat adalah Rontgen 2 sisi.
• Rontgen 1 sisi
• Rontgen lateral
• Rontgen anterior
• Rontgen posterior
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS OSTEOMIELITIS
JAWABAN:
A. OSTEOMIELITIS PASCA FRAKTUR
• Pada foto rontgen didapatkan reaksi periosteal menipis,
fokus litik dikelilingi tepi yang sklerotik, dan tampak
osteolitik merupakan gambaran rontgen dari Abses
Brodie
• Pada pasien juga ditemukan adanya keluhan bengkak pada
tungkai kanan disertai nyeri dan sulit untuk digerakkan
serta adanya riwayat fraktur dua minggu yang lalu.
• Dengan gambaran tersebut diatas diagnosis yang tepat
pada kasus ini adalah osteomyelitis subakut. Namun
pilihan tersebut tidak ada pada pilihan jawaban, sehingga
jawaban yang dipilih adalah osteomyelitis pada fraktur
oleh karena pertanyaan yang ditanyakan adalah diagnosis
bukan suatu temuan rontgen.
• Abses brodie merupakan slah satu bentuk gambaran
radiologis dari osteomyelitis subakut, bukan suatu
diagnosis.
• Ostesarkoma pasca fraktur gambarab
rontgen sunburst appearance.
• Abses Brodie pertanyaan mengenai
diagnosis, bukan temuan dari rontgen.
• Sarkoma Ewing gejala berupa nyeri tulang,
pembengkakan lokal, dan nyeri. Rontgen
codman triangle.
• Fibrosarkoma tumor langka yang bersifat
maligna dan berasal dari sel mesenkim.
Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
Local signs (Acute)
• Calor, rubor, dolor, tumor
• Heat, red, pain or tenderness, swelling
• Initially, the lesion is within the medually cavity,
there is no swelling, soft tissue is also normal.
• The merely sign is deep tenderness.
• Localized finger-tip tenderness is felt over or
around the metaphysis.
• It is necessary to palpate carefully all metaphysic
areas to determine local tenderness,
pseudoparalysis
SUBACUTE HEMATOGENOUS
OSTEOMYELITIS
• More insidious onset and lacks the severity of
symptoms
• Diagnosis typically is delayed for more than 2
weeks.
• a pathogen is identified only 60% of the time
• S. aureus and Staphylococcus epidermidis
• The diagnosis often must be established by an
open biopsy and culture
Brodie’s abcess
• Bone abscess containing pus
or jelly like granulation tissue
surrounded by a zone of
sclerosis
• Age 11-20 yrs, metaphyseal
area, usually upper tibia or
lower femur
• Deep boring pain, worse at
night, relieved by rest
• Circular or oval luscency
surrounded by zone of
sclerosis
• Treatment:
– Conservative if no doubt - rest
+ antibiotic for 6 wks.
– if no response – surgical
evacuation & curettage, if large
cavity - packed with cancellous
bone graft
Chronic osteomyelitis
• If any of sequestrum, abscess cavity, sinus tract
or cloaca is present. (Dead bone is present)
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS SPONDILISIS
JAWABAN:
D. SPONDILISIS
• Dari pemeriksaan rongent didapatkan :
gambar foto lateral lumbosakral didapatkan
fraktur Proc. Spinosus L5 spondilisis.
• Spondilosis = spondiloarthrosis proses
degeneratif pada tulang belakang.
• Spondilitis peradangan pada tulang
belakang.
• Spondilolistesis pergeseran suatu segmen
vertebrae terhadap segmen di atasnya,
biasanya akibat dari spondilisis.
Spondylolysis
• Spondylolysis
– Also known as pars defect
– Also known as pars fracture
– Dengan atau tanpa
spondylolisthesis
– Fraktur atau defek pada
vertebra, biasanya pada
bag.posterior, paling sering
pada pars interarticularis
• Spondylolisthesis
• pergeseran vertebra kedepan terhadap segment yang
lebih rendah, yang biasa terjadi pada lumbal vertebra
ke 4 atau ke 5 akibat kelainan pada pars interartikularis.
• Spondylolisy
• interupsi yang terjadi dibagian pars interarticularis,
namun dapat terjadi juga dibagian lateral.
• Spondilitis
• Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan
oleh beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS
JAWABAN:
D. KONJUNGTIVITIS
• Pada pasien terdapat mata merah tanpa
penurunan visus (visus normal) + secret
mata banyak + keluhan serupa di Sekolah
sesuai dengan kondisi infeksi pada mata
• Paling mungkin konjungtivitis dari opsi
mata merah visus normal
• Opsi lain (uveitis, iritis, keratitis, iridoskilitis)
akan ada penurunan visus
• Uveitis mata merah, dapat ditemukan
penurunan visus, nyeri mata, terdapat
fotofobia
• Iritis uveitis anterior, nyeri mata, ada
fotofobia
• Keratitis mata merah, nyeri mata,
penurunan visus
• Iridosiklitis uveitis anterior, inflamasi pada
iris (iritis) dan badan siliar (siklitis)
MATA MERAH
ANAMNESIS
Azari A, Barney N. Conjunctivitis A Systematic Review of Diagnosis and Treatment. JAMA: 310(16).2013
Classification
• infectious and noninfectious
causes.
– Infectious : Viruses, bacteria the
most common infectious causes.
– Noninfectious conjunctivitis :
allergic, toxic, and cicatricial
conjunctivitis, as well as
inflammation secondary to
immunemediated diseases and
neoplastic processes.1
• Acute, hyperacute, and chronic
according to the mode of onset
and the severity of the clinical
response.
• Primary or secondary to systemic
diseases such graft-vs-host
disease, and Reiter syndrome,
Konjungtivitis
Pathology Etiology Feature Treatment
Bacterial staphylococci Acute onset of redness, grittiness, topical antibiotics
streptococci, burning sensation, usually bilateral Artificial tears
gonocci eyelids difficult to open on waking,
Corynebacter diffuse conjungtival injection,
ium strains mucopurulent discharge, Papillae
(+)
Viral Adenovirus Unilateral watery eye, redness, Days 3-5 of → worst, clear
herpes discomfort, photophobia, eyelid up in 7–14 days without
simplex virus edema & pre-auricular treatment
or varicella- lymphadenopathy, follicular Artificial tears →relieve
zoster virus conjungtivitis, pseudomembrane dryness and inflammation
(+/-) (swelling)
Antiviral →herpes simplex
virus or varicella-zoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Pathology Etiology Feature Treatment
Fungal Candida spp. can Not common, mostly occur in Topical antifungal
cause immunocompromised patient,
conjunctivitis after topical corticosteroid and
Blastomyces antibacterial therapy to an
dermatitidis inflamed eye
Sporothrix
schenckii
Vernal Allergy Chronic conjungtival bilateral Removal allergen
inflammation, associated atopic Topical antihistamine
family history, itching, Vasoconstrictors
photophobia, foreign body
sensation, blepharospasm,
cobblestone pappilae, Horner-
trantas dots
Inclusion Chlamydia several weeks/months of red, Doxycycline 100 mg PO
trachomatis irritable eye with mucopurulent bid for 21 days OR
sticky discharge, acute or Erythromycin 250 mg
subacute onset, ocular irritation, PO qid for 21 days
foreign body sensation, watering, Topical antibiotics
unilateral ,swollen lids,chemosis
,Follicles
92
• Anak perempuan 5 tahun keluhan mata kanan
bengkak dan tampak merah sejak 1 minggu lalu
• Kelopak mata merah, kotoran mata serta adanya
eksudat lengket menempel ke bulu mata
• Konjungtiva hiperemis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS BLEPHARITIS
JAWABAN:
E. BLEPHARITIS
• Anak dengan mata kanan bengkak +
kelopak mata merah radang pada
kelopak mata
• Terdapat kotoran mata serta eksudat
lengket menempel di bulu mata +
konjungtiva hiperemis sesuai dengan
kondisi blepharitis
• Blepharospasm dystonia fokal, ada gerakan
repetitive/kontraksi orbicularis oculi dan otot
frontalis
• Blepharoptosis ptosis, abnormal low-lying
upper eyelid margin with the eye in primary gaze
• Blepharochalasis rare syndrome consisting of
recurrent bouts of upper eyelid edema associated
with thinning, stretching, and fine wrinkling of
the involved skin
Blepharitis
• Inflammation of the eyelids Physical examination:
• Signs and symptoms: • Skin erythema, papules, pustules
(rosacea)
– Redness/irritation • Eyelids abnormal eyelid position,
– Burning/tearing hyperemia, ulceration, scaling,
scarring
– Itching • Eyelashes malposition/
– Crusting of eyelashes misdirection, loss, pediculosis nits,
– Loss of eyelashes (madarosis_ cylindrical sleeves, collarettes
• Tarsal conjunctiva
– Eyelid sticking dilation/inflammation of meibomian
– Blurring/fluctuating vision glands, capping of meibomian
orifices, papillary/folicular reaction
– Contact lens intolerance • Bulbar conjunctiva hyperemia,
– Photophobia phylctenules, follicles
– Increased frequency of blinking • Cornea epithelial defect, edema,
infiltrates
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia:
McGraw-Hill, 2007.
94
• Wanita 40 tahun nyeri mata kanan disertai mual dan muntah
• Penglihatan buram tiba-tiba sejak 1 hari yang lalu, sebelumnya
seperti melihat pelangi di sekitar lampu
• Visus OD 1/300, OS 6/6
• Injeksi siliar, kornea oedema, bilik mata depan dangkal dan
pupil mid-dilatasi
Ilyas, Sidarta., 2004. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
GLAUCOMA PHACOMORPHIC
• Cataract maturation is associated with anteroposterior
lens diameter increase Progressive enlargement of
the lens peripheral iridotrabecular apposition.
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang • 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun
continued hydration ‘intumescent cataract’),
matur, hipermatur
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak • Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
• Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: • Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan • Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
97
• Pria berusia 35 tahun riwayat DM diketahui sejak 10 tahun
yang lalu
• Funduskopi: media jernih, papil normal, retina datar, tidak
ada neovascularization, dot haemorrhages (+), hard
exudates (+), macula edema (-), foveal reflex normal
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETIC RETINOPATHY
JAWABAN:
B. NONPROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY
• Pasien usia 35 tahun dengan Riwayat DM
rentan alami komplikasi DM pada mata
• Temuan funduskopi :
– Dot hemorrhage perdarahan bentuk titik, garis,
bercak dekat mikroaneurisma
– Hard exudate deposit lipoprotein akibat edema
jaringan retina
– Edema macula (-) tidak sebabkan gangguan
penglihatan pada pasien
• Sesuai dengan retinopati DM non-proliferatif
• Retinopati DM proliferative umumnya ada
neovaskularisasi (pada kasus tidak ada), hingga
perdarahan vitreous, serta penurunan tajam
penglihatan dan floaters
• Retinal detachment akan ada penurunan tajam
penglihatan mendadak, fotopsia, defek lapang
pandang, serta floater, disertai funduskopi ditemukan
ada robekan retina
• CRVO kelainan retina akibat sumbatan akut vena
retina sentral, ada penglihatan hilang mendadak, vena
dilatasi dan berkelok, perdarahan dot dan flame
shaped, cotton wool spot, dapat disertai dengan atau
tanpa edema papil
• CRAO kelainan retina akibat sumbatan akut arteri
retina sentral, penglihatan mendadak, ditemukan pada
funduskopi cherry red spot
RETINOPATI DIABETIK
Signs and Symptoms Pemeriksaan :
• Seeing spots or floaters in the • Tajam penglihatan
field of vision • Funduskopi dalam keadaan
• Blurred vision pupil dilatasi : direk/indirek
• Foto Fundus
• Having a dark or empty spot in
• USG bila ada perdarahan
the center of the vision vitreus
• Difficulty seeing well at night
• On funduscopic exam : cotton
wool spot, flame Tatalaksana :
hemorrhages, dot-blot • Fotokoagulasi laser
hemorrhages, hard exudates
RETINOPATI DIABETIK
• Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun
• Mata tenang visus turun perlahan
• Pemeriksaan Oftalmoskop
– Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)
– Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat
dengan mikroaneurisma di polus posterior (dot blot hemorrhage)
– Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok
– Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan
permeabiitas kapiler), warna kekuningan
– Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak
sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih
– Neovaskularisasi
– Edema retina
KLASIFIKASI:
1. RETINOPATI DIABETIK NONPROLIFERATIF
• ditandai dengan kebocoran darah dan serum pada
pembuluh darah kapiler
• menyebabkan edema jaringan retina dan
terbentuknya deposit lipoprotein (hard exudates)
• Tidak menyebabkan gangguan penglihatan
mengenai makula
• Edema makula penebalan daerah makula
sebagai akibat kebocoran kapiler perifoveal
Nonproliferative Diabetic Retinopathy
• Retinal vascular related abnormalities such as
microaneurysms, intraretinal hemorrhages, venous
dilatation, and cotton wool spot
• Increased retinal vascular permeability result in
retinal thickening (edema) and lipid deposits (hard
exudate)
• Severe NPDR :
– Venous abnormalities (dilatation, beading and loops),
more severe and extensive vascular leackage (increased
retinal hemorrhage and exudation)
– This patient should be considered candidates for
treatment with panretinal photocoagulation
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIPERMETROPIA
JAWABAN:
D. HIPERMETROPIA
• Pasien dengan penurunan tajam
penglihatan (visus 6/15) + sakit kepala +
dengan pinhole membaik gangguan
refraksi
• Koresi dengan lensa sferis positif visus jadi
6/6 ditemukan pada kondisi
hipermetropia
• Astigmatisme cahaya masuk kedalam mata
secara parallel tidak difokuskan pada satu titik di
retina, kornea berbentuk seperti bola rugby,
kekuatan refraksi di kedua meridian berbeda
• Anisometropia kondisi perbedaan gangguan
refraksi kedua mata belum terkoreksi, memiliki
risiko jadi amblyopia
• Presbiopia kurangnya daya akomodasi mata
pada usia lanjut, membutuhkan koreksi lensa
positif
• Miopia near-sightedness, cahaya masuk
difokuskan di depan retina, butuh koreksi lensa
sferis negatif
HIPERMETROPIA
• Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina (di belakang
makula lutea)
• Etiologi :
– sumbu mata pendek (hipermetropia aksial),
– kelengkungan kornea atau lensa kurang (hipermetropia
kurvatur),
– indeks bias kurang pada sistem optik mata (hipermetropia
refraktif)
• Gejala : penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit kepala,
silau, rasa juling atau diplopia
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar – teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : Pemberian lensa sferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan
akan jatuh di retina
• koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada
mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
100
• Wanita 25 tahun nyeri kepala selama 3 bulan
terakhir
• Mata pasien dapat dikoreksi dengan lensa -8.00
D untuk mata kiri dan lensa -2.00 D untuk mata
kanan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ANISOMETROPIA
JAWABAN:
B. ANISOMETROPIA
• Keluhan nyeri kepala akibat gangguan
refraksi pada mata ditemukan
perbedaan gangguan refraksi:
– OS: koreksi lensa - 8.00 D
– OD: koreksi lensa - 2.00 D
• Sesuai dengan definisi kondisi
anisometropia
• Astigmatisme cahaya masuk kedalam mata
secara parallel tidak difokuskan pada satu titik
di retina, kornea berbentuk seperti bola rugby,
kekuatan refraksi di kedua meridian berbeda
• Hemeralopia night blindness pada
xeroftalmia
• Heterotropia strabismus, yakni adanya
deviasi mata sebabkan mata tidak segaris satu
sama lain, karena ganguan koordinasi otot
ekstraokular
Anisometropia
• Definition: a difference in refractive error
between their two eyes
• Children who have anisometropia are known
to be at risk of amblyopia.
• However there is considerable variability
among professional groups and clinician
investigators as to which aspects of refractive
error should be used to define anisometropia
Associations between Anisometropia, Amblyopia, and Reduced Stereoacuity in a School-Aged Population with a High Prevalence of Astigmatism
Dobson et al. Investigative Ophthalmology & Visual Science, October 2008, Vol. 49, No. 10. 4427-4436
Anisometropic & Amblyopia
• When the magnitude of anisometropia exceeded 1.75 D,
the more myopic eye was almost always the sighting
dominant eye.
• Anisometropic amblyopia is the second most common
cause of amblyopia (present as single cause in 37% of cases
and present concomitantly with strabismus in an additional
24% of clinical populations.)
• Anisometropic amblyopia occurs when unequal focus
between the two eyes causes chronic blur on one retina.
• Anisometropic amblyopia can occur with relatively small
amounts of asymmetric hyperopia or astigmatism.
• Larger amounts of anisomyopia are necessary for
amblyopia to develop.
Ocular characteristics of anisometropia Stephen J Vincent. Institute of Health and Biomedical Innovation School of Optometry Queensland University of Technology &
http://eyewiki.aao.org/Anisometropic_Amblyopia & Treatment of Anisometropic Amblyopia in Children with Refractive Correction . Pediatric Eye Disease Investigator Group. Ophthalmology
2006;113:895–903
Antimetropia
No. Terms Definition
1 Antimetropia a sub‐classification of anisometropia, is a rare refractive
condition in which one eye is myopic and the fellow eye is
hyperopic
2 Anisometropia unequal, uncorrected refractive error (e.g., astigmatism > 1.50
D; hyperopia > 1.00 D; myopia > than 3.00 D
3 Anisekonia It is a binocular condition, so the image in one eye is perceived
(unequal as different in size compared to the image in the other eye.
images)
4 Myopia Near-sightedness, also known as short-sightedness
and myopia, is a condition of the eye where light focuses in
front of, instead of on, the retina.
5 Amblyopia The medical term used when the vision in one of the eyes is
reduced because the eye and the brain are not working
together properly. The eye itself looks normal, but it is not
being used normally because the brain is favoring the other
eye. This condition is also sometimes called lazy eye
101
• Laki-laki 50 tahun mata terdapat selaput berwarna merah
hingga tepi anak matanya
• Bekerja sebagai tukang kebun, sering terpapar matahari
• Matanya sering berair dan mengganjal
• Jaringan fibrovascular berbentuk segitiga dari bagian nasal
hingga melewati limbus kornea ke tepi pupil mata
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PTERIGIUM
JAWABAN:
C. PTERIGIUM GRADE III
• Pasien laki-laki terdapat:
– Mata berair dan mengganjal
– Jaringan fibrovascular berbentuk segitiga dari
bagian nasal hingga lewati limbus ke tepi pupil
mata
• Sesuai kondisi pterygium derajat III
• Faktor resiko: paparan radiasi sinar UV
• Pada pterygium grade II melewati limbus
kornea namun tidak lebih dari 2 mm (tidak
melewati tepi pupil)
• Pinguecula benjolan berwarna kekuningan
pada konjungtiva, namun tidak tumbuh
melewati kornea
• Pseudopterigium pelekatan konjungtiva ke
korena perifer, biasanya karena inflamasi
sebelumnya, bisa di berbagai kuadran kornea
Pterigium
• Berasal dari Bahasa Yunani, yaitu pterygos yang
artinya sayap kecil.
• Pertumbuhan fibrovaskular yang bersifat
degenerative dan invasive – biasanya berbentuk
segitiga, tumbuh dari bagian nasal atau temporal
konjungtiva yang meluas hingga ke area kornea
sehingga puncak segitiga berada di kornea.
• Mudah meradang
• Etiologi:
– iritasi kronis karena debu, cahaya matahari, udara panas
• Faktor risiko:
– Radiasi ultraviolet (terutama UV-B)
– Genetik
– Pajanan debu atau iritan
Pterigium: Tanda dan Gejala
• Pada tahap awal biasanya
asimtomatik, namun bisa juga
teradapat tanda-tanda dry eye:
– mata iritatif,
– mata merah,
– perasaan mengganjal pada mata
• Progresif
– jaringan fibrovaskular semakin
besar, terlihat jelas,
– Astigmatisma (akibat kornea
tertarik oleh pertumbuhan
pterigium),
– tajam penglihatan menurun
• Tes sonde (-) ujung sonde tidak
kelihatan pterigium
DERAJAT PTERIGIUM
• Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
• Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2 mm melewati kornea
• Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
• melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal
(diameter pupil sekitar 3-4 mm)
• Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil
sehingga mengganggu penglihatan
102
• Bayi laki-laki berusia 7 hari keluhan mata merah dan
bernanah sejak 2 hari yang lalu
• Konjungtiva hiperemis, secret mukopurulen, dan adanya
follicular hipertrofi
• Pewarnaan Giemsa ada inocular bodies yang berwarna
ungu
ETIOLOGI PENYAKIT MATA…
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS NEONATORUM
JAWABAN:
C. CHLAMYDIA TRACHOMATIS
• Neonatus usia 7 hari mata merah
bernanah + konjungtiva hiperemis + secret
mukopurulen + folikular hipertrofi
konjungtivitis neonatorum curiga infeksi
bakterial
• Pewarnaan Giemsa pada secret badan
inklusi warna ungu ditemukan pada
konjungtivitis oleh Chlamydia trachomatis
• Neisseria gonorrhoeae biasanya muncul 5
hari pertama, secret purulent bilateral,
ditemuakn adanya diplokokkus Gram negative
intraseluler
• Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, Haemophilus sp onset 2-5 hari,
biasanya unilateral, secret purulent, krusta
KONJUNGTIVITIS NEONATAL
• Bacterial conjunctivitis contracted by newborns during delivery
• Cause:
– Neisseria gonorrhoeae ( inkubasi 2-7 hari)
– Chlamydia trachomatis (inkubasi 5-14 hari)
– S. Aureus (inkubasi nongonokokal dan nonklamidial 5-14 hari)
• Mucopurulent discharge
• Chlamydial less inflamed eyelid swelling, chemosis, and
pseudomembrane formation
• Complication in chlamydia infection pneumonia (10-20% kasus)
• Blindness in chlamydia rare and much slower to manifes than
gonococcal caused by eyelid scarring and pannus
• Terapi konj. Klamidial oral erythromycin (50 mg/kg/d divided qid)
for 14 days (because of the significant risk for life-threatening
pneumonia)
http://emedicine.medscape.com/article
Neisseria gonorrhoeae Chlamydia trachomatis
• manifests in the first five days of life • 5 to 12 days after birth
• marked bilateral purulent • Mucopurulent discharge
• discharge • less inflamed eyelid swelling,
• local inflammation palpebral chemosis, and
• edema • pseudomembrane formation
• Complication diffuse epithelial
• Complication pneumonitis
edema and ulceration, perforation of
the cornea and endophthalmitis (range 2 weeks – 19 weeks after
• Gram-negative intracellular
delivery)
diplococci on Gram stain • Blindness rare and much
• Culture Thayer-Martin agar slower to menifest caused by
eyelid scarring and pannus
Konjungtivitis Inklusi/Klamidia
• Disebabkan oleh infeksi Chlamydia trachomatis.
• Gejala dan tanda :
– Mata merah, pseudoptosis, bertahi mata (terutama pagi hari)
– Papila dan folikel pada kedua konjungtiva tarsus (terutama inferior)
– Keratitis superfisial mungkin ditemukan tapi jarang
Pemeriksaan Mikroskopis
• Inklusi klamidia dapat ditemukan pada
kerokan konjungtiva yang dipulas dengan
Giemsa
• Tidak selalu ditemukan
• Pada sediaan pulasan Giemsa, inklusi tampak
sebagai massa sitoplasma biru atau ungu
gelap yang sangat halus, yang menutupi inti
sel epitel.
103
• Wanita 50 tahun keluhan mata kanan terasa
nyeri dan perih, kemerahan
• Konjungtiva hiperemis serta infiltrate kornea
abu-abu, tepi tidak rata, disertai lesi satelit (+)
• Hipopion
PENYEBAB…
DIAGNOSIS KERATITIS FUNGAL
JAWABAN:
B. INFEKSI JAMUR
• Pada pasien terdapat keluhan mata merah
dan nyeri, dengan gambaran:
– Infiltrat kornea abu-abu, tepi tidak rata
– Lesi satelit khas di jamur
– Hipopion
• Sesuai dengan kondisi keratitis/ulkus fungal
disebabkan infeksi jamur
• Infeksi virus secret serous, pada HSV
(etiologic tersering) bisa ada lesi dendritik
• Infeksi streptokokus, stafilokokus secret
mukopurulen, kelopak mata menempel,
destruksi cepat kornea dalam 24-48 jam
KERATITIS/ULKUS FUNGAL
(ULKUS JAMUR)
• Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama
berkurang karena saraf kornea mulai rusak.
• Pemeriksaan oftalmologi :
– Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery
borders; infiltrat berada di dalam lapisan stroma
– Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
– Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas
infiltrat stroma
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
PENYEBAB…
DIAGNOSIS KERATITIS HERPES SIMPLEKS
JAWABAN:
A. INFEKSI HSV
• Keluhan mata merah dan nyeri konjungtiva
hiperemis + pemeriksaan fluorescein
ditemukan ulkus bergaung keratitis
• Temuan infiltrate dendritic khas pada
keratitis herpes simpleks
• Pada keratitis herpes simplex bisa dirasakan
nyeri pada mata. Namun bila terjadi rekurensi
(cukup umum), bisa sebabkan hypoesthesia
kornea
• Penyebab infeksi HSV
• Infeksi bakteri Streptococcus secret mukopurulen dan
kelopak mata menempelm destruksi kornea cepat
• Alergi biasanya sebabkan konjungtivitis, ada mata merah,
secret mucoid, dapat ditemukan giant papilla pada
konjungtivitis atopi
• Infeksi chlamydia secret mukopurulen lengket, bisa
sebabkan trakoma (awalnya konjungtivitis folikular kronik,
berkembang jadi bentuk parut konjungtiva hingga parut
kornea), ada Herbert’s pits patognomonik pada trakoma
• Acanthamoeba secret mukopurulen lengket, biasanya
berkaitan dengan pengguna lensa kontak yang berenang di
kolam renang umum, bisa ditemukan lesi pseudodendritik
multiple, bisa ada ring infiltrate di kornea
Keratitis Herpes Simpleks
• Herpes simpleks virus (HSV) keratitis, sama dengan penyakit herpes simpleks
lainnya dapat ditemukan dalam dua bentuk: primer atau rekuren.
• Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe 1, namun
pada balita dan orang dewasa, dapat juga disebabkan oleh HSV tipe 2. Lesi
kornea yang disebabkan kedua virus tersebut tidak dapat dibedakan.
• Kerokan dari lesi epitel pada keratitis HSV mengandung sel-sel raksasa berinti
banyak.
• Virus dapat dibiakkan di dalam membran khorioallantoik embrio telur ayam
dan di dalam jaringan seperti sel-sel HeLa .
• Identifikasi akurat virus dilakukan menggunakan metode PCR
• Patients with herpes simplex virus (HSV) keratitis may report the following:
Pain, Photophobia, Blurred vision, Tearing, Redness
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
https://emedicine.medscape.com/article/1194268-clinical
• Tanda dan gejala:
– Infeksi primer biasanya berbentuk blefarokonjungtivitis
vesikular, kadang disertai keterlibatan kornea. Umumnya
self-limmited tanpa menyebabkan kerusakan mata yang
signifikan.
– Iritasi, fotofobia, peningkatan produksi air mata,
penurunan penglihatan, demam.
– Multiple recurrences may result in corneal hypoesthesia or
anesthesia, ulceration, permanent scarring, and decreased
vision.
– Kebanyakan unilateral, namun pada 4-6% kasus dapat
bilateral
– Lesi: Superficial punctate keratitis -- stellate erosion --
dendritic ulcer -- Geographic ulcer
• Dendritic ulcer: Lesi yang paling khas pd keratitis HSV. Berbentuk
linear, bercabang, tepi menonjol, dan memiliki tonjolan di
ujungnya (terminal bulbs), dapat dilihat dengan tes flurosensi.
• Geographic ulcer. Lesi defek epitel kornea berbentuk spt amuba
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007
105
• Pria 25 tahun penurunan tajam penglihatan kiri setelah
terkena bola tenis 1 hari yang lalu
• Mata merah dan pegal
• Visus mata kiri 6/48
• Hematoma palpebral, perdarahan subkonjungtiva, khemosis,
peningkatan TIO, perdarahan setinggi ½ tinggi COA, reflex pupil
positif, lensa jernih
Myopia yang tinggi menyebabkan kelengkungan bola mata yang ekstrim sehingga menyebabkan
Robekan di retina, robekan tersebut terisi oleh cairan vitreous yang terus menerus yang menggese
Lapisan retina dan membuat robekan semakin luas
Shroff Eye Centre. 2012
107
• Bayi laki-laki berusia 6 bulan mata kanannya berair
terus dan keluar sekret berwarna kekuningan
• Tampak secret berwarna kekuningan pada punctum
ductus nasolakrimalis kanan, bengkak kemerahan di
regio inframedial
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DAKRIOSISTITIS
JAWABAN:
A. DAKRIOSISTITIS
• Bayi laki-laki dengan epifora OD + keluar
secret kekuningan pada punctum ductus
nasolakrimalis kanan (pus punctum
lacrimal) + tanda radang (bengkak dan
kemeraha) di inferomedial sesuai
dengan kondisi dakriosistitis
• Dakrioadenitis biasanya ada
pembengkakan di supratemporal orbita dan
lobus palpebral
• Obstruksi ductus nasolakrimalis epifora
saja, namun tidak sampai keluar secret
kekuningan atau pus dan punctum
nasolakrimalis
DAKRIOSISTITIS
• Partial or complete obstruction of the
nasolacrimal duct with inflammation due to
infection (Staphylococcus aureus or
Streptococcus B-hemolyticus), tumor, foreign
bodies, after trauma or due to
granulomatous diseases.
• Clinical features :
– epiphora, acute, unilateral, painful inflammation of
lacrimal sac, pus from lacrimal punctum, fever,
general malaise, pain radiates to forehead and
teeth
• Diagnosis :
– Anel test(+) :not dacryocystitis, probably skin
abcess;
– Anel test (-) or regurgitation (+) : dacryocystitis.
– Swab and culture
• Treatment :
– Systemic and topical antibiotic, irrigation of
lacrimal sac, Dacryocystorhinotomy
Dakriosistitis
108
• Laki-laki 50 tahun penglihatan mata kiri kabur mendada
• Riwayat hipertensi tidak terkontrol dan
hiperkolesterolemia
• Visus OS 1/60, pinhole tetap
• Funduskopi didapatkan flame hemorrhage (+) di keempat
kuadran, hard exudate (+), cotton wool spot (+)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CENTRAL RETINAL VEIN OCCLUSION
JAWABAN:
B. CENTRAL RETINAL VEIN OCCLUSION
• Mata tenang visus turun mendadak dengan
temuan mengarah pada CRVO, yakni
– Visus OS 1/60 pinhole tetap
– Flame hemorrhage di ke-4 kuadran
– Hard exudate
– Cotton wool spot
• Usia 50 tahun + Riwayat HT tidak terkontrol
serta hiperkolesterolemia factor resiko
CRVO
• Amaurosis fugax kehilangan penglihatan tiba-tiba
secara transient/sementara tanpa adanya nyeri,
biasanya monokular, dan terkait penyakit
kardiovaskular
• Central retinal artery occlusion penurunan visus
mendadak, amaurosis fugax, bisa ada cherry red spot
hingga berlanjut temuan appil atrofi kemudian
• Ablasio retina seperti tertutup tirai, gejala fotopsia
dan floaters diawal
• Retinopati hipertensif mata tenang visus turun
perlahan, tanda AV crossing – cotton wol spot- hingga
edema papil, copperwire, silverwire
OKLUSI VENA RETINA SENTRALIS
(CENTRAL RETINA VEIN OCCLUSION)
– Angiogram shows
• Delayed A-V transit time
• Leakage
• Minimal capillary dropout
– Neovascularization is rare
Central Retinal Vein Occlusion
• Ischemic CRVO
– Extensive hemorrhage
– Retinal edema
– Marked venous dilation
– Cotton-wool spots
– Angiogram show
• Widespread capillary nonprofusion
Oklusi arteri Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan
sentral emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant
retina cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara
oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang
memperlihatkan bercak merah cherry(cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang
timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus
mendadak biasanya disebabkan oleh emboli
Oklusi vena Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
sentral penglihatan hilang mendadak.
retina Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan masif pada ke
4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa edema papil
Ablatio suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). Gejala:floaters,
retina photopsia/light flashes, penurunan tajam penglihatan, ada semacam tirai tipis berbentuk
parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah hingga menutup
Retinopati suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang
hipertensi menderita hipertensi. Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing –
cotton wol spot- hingga edema papil; copperwire; silverwire
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS RETINOBLASTOMA
JAWABAN:
B. RETINOBLASTOMA
• Anak usia 2 tahun dengan warna putih di
mata kanan cat’s eye reflex/ leukocoria
sering ditemukan pada kondisi
retinoblastoma
• Retinoblastoma kondisi keganasan
intraocular paling sering
• Katarak congenital perubahan pada kebeningan
struktur lensa mata, pada saat kelahiran bayi atau
segera setelah bayi lahir, tampak keruh/buram di lensa
terlihat sebagai bintik putih jika dibandingkan dengan
pupil hitam yang normal dan dapat dilihat dengan
mata telanjang
• Macula kornea kondisi autosomal resesif, ada
distrofi stroma kornea sehingga bisa tampak opasitas
putih keabuan pada stroma kornea
• Korpus alienum benda asing pada mata, biasanya
ada riwayat trauma
• Strabismus juling/ kondisi mata tidak sejajar satu
sama lain
Retinoblastoma
• Tumor ganas intraokular masa Clinical features
kanak yg paling sering • Leukocoria (60%): The pupil of the
• Puncak insidens antara usia 1-2 eye appears white instead of red
tahun when light shines into it (known as
• Berasal dari retinoblas yang "cat's eye reflex" or "white eye").
kehilangan fungsi gen supresor • strabismus (20%)
tumor Rb. • White, round retinal mass with
• Lebih dari 90% kasus merupakan endophytic (towards vitreous),
sporadik. exophytic (toward RPE/choroid),
• Gambaran histologis: pola mixed, or diffuse infiltrating growth
abnormal retinoblasts : Flexner– pattern.
Wintersteiner rosettes, Homer- • Pain or redness in the eye.
Wright rosettes, dan fleurettes. • An enlarged or dilated pupil
• Blurred vision or poor vision
• Different colored irises
Retinoblastoma
110
• Wanita 40 tahun mengalami penurunan penglihatan
sejak 3 hari, nyeri dan mata merah berair
• Didiagnosis alami lepra
• Injeksi siliar, flare bilik mata depan (+), dan keratic
presipitat (+)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS UVEITIS ANTERIOR
JAWABAN:
A. UVEITIS AKUT
• Pasien 40 tahun dengan mata merah visus turun
dengan ciri sesuai pada kondisi uveitis anterior
– Mata merah berair + nyeri
– Injeksi siliar
– Bilik mata depan: flare dan ada keratic presipitat
• Onset gejala 3 hari lalu sesuai dengan kondisi
uveitis akut
• Faktor resiko kelainan sistemik berupa lepra
• Pada kasus, gejala mengarah ke uveitis anterior
tidak dipilih opsi B (uveitis posterior), opsi C (uveitis
intermediate), dan opsi D (uveitis posterior dan
intermediate)
• Choroiditis dan vitritis posterior uveitis, penglihatan kabur
tanpa nyeri dan mata merah
• Pars planitis peradangan pars plana termasuk dalam
intermediate uveitis dimana inflamasi pada vitreous, bisa
diikuti vitritis. Gejala penurunan visus tanpa nyeri dan mata
merah, ditemukan bercak putih akibat agregasi sel inflamasi
dan jar. fibrovaskular (snowbank)
• Endophtalmitis mata merah visus turun, inflamasi pada
uvea dan retina, bisa ada hipopion dan edema konjungtiva
UVEITIS
•Uveitis :
–inflamasi di uvea
yaitu iris, badan siliar
dan koroid yang
dapat menimbulkan
kebutaan.
–Di negara maju,
10% kebutaan pada
populasi usia
produktif adalah
akibat uveitis
Klasifikasi
• The International Uveitis Study Group (IUSG) dan The
Standardization of Uveitis Nomenclatur (SUN) membagi uveitis
berdasarkan anatomi, etiologi, dan perjalanan penyakit
• Anatomi :
– uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior, dan panuveitis
• Etiologi:
– infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasit), non-infeksi, dan idiopatik.
• Perjalanan penyakit
– Akut (onset mendadak dan durasi kurang dari empat minggu),
– Rekuren (episode uveitis berulang),
– Kronik (uveitis persisten atau kambuh sebelum tiga bulan setelah
pengobatan dihentikan), dan
– Remisi (tidak ada gejala uveitis selama tiga bulan atau lebih)
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
Uveitis Anterior
• Inflamasi pada iris (iritis)
dan badan siliar (siklitis).
Bila dua-duanya disebut
iridosiklitis
Etiologi:
• Kelainan Sistemik
– Lepra, Rheumatoid
Arthritis, spondiloartropati,
artritis idiopatik juvenil,
kolitis ulseratif, penyakit
chron, penyakit whipple
• Infeksi
– virus herpes simpleks
(VHS), virus varisela zoster
(VVZ), tuberkulosis, dan
sifilis
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol.
4, No. 1, April 2016
Diagnosis Uveitis Anterior
• Gejala Klinis : • Tanda
– mata merah – injeksi siliar akibat
– visus turun akibat kekeruhan vasodilatasi arteri siliaris
cairan akuos dan edema posterior longus dan arteri
kornea walaupun uveitis tidak siliaris anterior yang
selalu menyebabkan edema memperdarahi iris serta
kornea badan siliar.
– Nyeri tumpul berdenyut, dan – Bilik mata depan : pelepasan
fotofobia akibat spasme otot sel radang, pengeluaran
siliar dan sfingter pupil protein (cells and flare) dan
– Jika disertai nyeri hebat, endapan sel radang di endotel
perlu dicurigai peningkatan kornea (presipitat keratik).
tekanan bola mata. – Presipitat keratik halus
– Spasme sfingter pupil inflamasi nongranulomatosa;
mengakibatkan miosis dan – Presipitat keratik kasar
memicu sinekia posterior. inflamasi granulomatosa
Sitompul R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalam Upaya Mencegah Kebutaan. Jurnal universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1, April 2016
KULIT & PARASIT
111
• Perempuan, 25 tahun, keluhan gatal-gatal dan
kemerahan di siku, lutut dan pantatnya sejak 5 bulan
ini
• Disertai ketombe yang muncul bersamaan dengan
gatal-gatal dan kemerahan di tubuhnya.
• PF: skuama tebal berlapis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PSORIASIS VULGARIS
JAWABAN:
C. PSORIASIS VULGARIS
• Diagnosis pasien ini adalah Psoriasis
vulgaris karena terdapat gejala:
– Perempuan, 25 tahun
– gatal-gatal dan kemerahan di ekstremitas
ekstensor (siku, lutut), lumbosacral (pantat)
dan scalp (ketombe) sejak 5 bulan ini
– PF: skuama tebal berlapis
• Dermatitis seboroikPada dermatitis seboroik,
skuama yang ditemukan berupa skuama kuning
dan beminyak
• Tinea korporis tanda khasnya adalah adanya
central healing dgn bagian tepi lebih aktif
• Liken planus kelainan inflamatorik kronik pada
kulit, mukosa, kuku, dan rambut dgn ciri 4P
Pruritic, Purple, Polygonal, Papules or plaques, dgn
ada garis putih (Wickhams striae), tanpa adanya
skuama
• Dermatitis atopixerosis hingga likenifikasi pada
daerah predileksi yakni lipatan fleksura terutama
antecubiti dan fossa poplitea serta bokong dan
paha.
Psoriasis Vulgaris
Tanda Penjelasan
SEDIAAN OBAT…
DIAGNOSIS PSORIASIS VULGARIS
JAWABAN:
C. SALEP
• Diagnosis pasien ini adalah Psoriasis vulgaris karena
terdapat gejala:
– Keluhan kulit kering dan terkelupas pada daerah perut, dan
punggung sejak 6 bulan yang lalu.
– PF: adanya lesi berupa makula eritem, plak dengan ukuran
multipel dengan lesi skuama berwarna keputihan yang
berlapis
• Pada pasien ini, tampak terdapat kulit kering,
terkelupas dengan skuama yang tebal (berlapis) di
bagian perut dan punggung (tidak daerah lipatan atau
daerah yang berambut)
• Pada kulit seperti ini, maka sediaan obat yang tepat
adalah Salep, karena memiliki efek emolien yang
lebih baik daripada krim, dan daya penetrasi yang
kuat
• Salah satu bahan dasar salep adalah senyawa
hidrokarbon, contohnya petrolatum
• Gel tidak dipilih karena tidak memiliki efek
emolien, bahkan sebaliknya dapat
menyebabkan makin kering
• Krimtidak dipilih karena efek emolien tidak
sekuat salep
• Bedak dan Bedak kocok tidak dipilih krn daya
penetrasinya lemah, cocok untuk kelainan kulit
yang superfisial
Treatment of Psoriasis (Fitzpatrick)
• Avoid environmental trigger: stress, alcohol,
drugs.
• Treatments extensive, include emollients, salicylic
acid, coal tar, anthralin, corticosteroids,
methotrexate
• emollient creams, parafin, petrolatum, hydrogenated
oils reduce scaling, best applied after bathing
• Salicyclic acid is a keratinolytic, softens scales.
• Coal tar and corticisteroids are anti-inflammatory
and reduce proliferation
• Used in combination with UV light (Goekerman regimen)
Vehikulum Topikal
• Obat topikal terdiri dari
vehikulum (bahan pembawa)
dan zat aktif.
• Secara umum, zat pembawa
dibagi atas 3 kelompok:
cairan, bedak, dan salep.
• Ketiga pembagian tersebut
merupakan bentuk dasar zat
pembawa yang disebut juga
sebagai bentuk monofase.
• Kombinasi bentuk monofase
ini berupa krim, pasta, bedak
kocok dan pasta pendingin.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Salep
• Sediaan semisolid yang dapat digunakan pada kulit maupun
mukosa.
• Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses
kronik), termasuk likeni kasi, hiperkeratosis, dermatosis dengan
skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
• memiliki efek sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu
bertahan pada permukaan kulit dalam waktu lama tanpa
mengering.
• Penetrasi paling kuat
• Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis
eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah
berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan.
Bedak
• vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan,
menyerap cairan serta mengurangi gesekan pada daerah
aplikasi
• Bedak memberikan efek sangat superfisial karena tidak
melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya
penetrasi.
• Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
• Diberikan pada dermatosis yang kering dan superfisial
• Berguna untuk mempertahankan vesikel/bula agar tidak
pecah
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Zat Pembawa Bifasik
• Krim
– Sediaan semisolid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang
terdispersi dalam suatu medium pendispersi dan membentuk emulsi.
– Krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil.
– Krim water-in-oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan minyak
sebagai medium pendispersi.
– Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen. Bentuk yang paling
sering dipilih dalam dermatoterapi.
– Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci,
kurang berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila mengenai
pakaian.
– Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial, lesi pada rambut, daerah
intertriginosa. Bisa dipakai untuk lesi yang luas
– Kontaindikasi: dermatitis madidans
Vehikulum Lainnya
• Gel
– Sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil maupun besar yang
terdispersi dalam cairan dengan penambahan suatu gelling agent.
– Bahan dasar tmsk bahan yang larut air (water soluble based) dan tidak
mengandung minyak. sangat mudah dicuci, tidak mewarnai pakaian, tidak
memerlukan pengawet, dan kurang oklusif
– Konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi dan membatasi penyerapan ke
dalam kulit, misalnya pada berbagai antifungal dan antibiotik topikal.
– sediaan gel memilliki keistimewaan mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim,
Sangat baik dipakai untuk area berambut, Disukai secara kosmetika.
– Kekurangan: efek protektifnya yang rendah bukan untuk emolien, dapat
menyebabkan kulit kering + panas bila kandungan alkoholnya tinggi.
• Linimen/ pasta pendingin (campuran cairan, bedak, salep)
– Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.
Jenis Vehikulum Topikal
Vehikulum Keterangan
Solusio • membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan
sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai
• tujuan pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi
kering, permukaan menjadi bersih
Bedak kocok (Losio) Untuk dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta
dermatosis pada keadaan sub akut
Bedak pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan superfisial,
mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah
Salep/ointment dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik
dan dermatosis yang bersisik dan berkrusta, dan ulkus bersih
Krim indikasi kosmetik (tidak lengket, mudah dicuci, mudah menyebar, dan
tidak mengotori baju), dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh
digunakan di daerah yang berambut
114
• Anak, 10 tahun, keluhan gatal di anusnya, sudah 2 minggu
yang lalu
• gatal memberat dan mengganggu tidur kalau malam hari
• PF Anal: eksoriasis dan didapatkan sesuatu berwarna
putih berbentuk silinder ukuran ± 1 cm dan bergerak-
gerak
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS OXYURIASIS
JAWABAN:
B. GRAHAM SCOTCH ADDESIVE TAPE
• Diagnosis pasien ini adalah Oxyuriasis karena
terdapat gejala:
– Anak, 10 tahun, keluhan gatal di anusnya, sudah 2
minggu yang lalu
– gatal memberat dan mengganggu tidur kalau
malam hari
– PF Anal: eksoriasis dan didapatkan sesuatu
berwarna putih berbentuk silinder ukuran ± 1 cm
dan bergerak-gerak
• Pada oxyuriasis, pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah Graham scotch addesive
tape, untuk mendapatkan telur Oxyuris
vermicularis
• Direct smear pemeriksaan langsung feses
untuk melihat adanya trofozoit yang motil dan
kista
• Concentrate tidak ada pemeriksaan ini
• Floating tidak ada pemeriksaan ini
• Harada mori pemeriksaan untuk menemukan
Strongyloidosis stercoralis
Oksiuriasis (Cacing Kremi)
• Nama lain: Enterobius
vermicularis
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
1. Albendazol 400 mg PO SD
Pada infeksi gabungan
2. Mebendazol 2x100 mg selama 3
Ascaris lumbricoides askaris dan cacing tambang
hari atau 500 mg PO SD
DOC: Albendazol
3. Pyrantel Pamoat 10 mg/kg PO
Cacing Tambang (ancylostoma 1. Albendazol 400 mg PO SD
Duodenale & Necator Americanus) 2. Mebendazole 2x 100 mg selama 3 hari atau 500 mg SD PO
1. Mebendazol 500 mg PO SD atau 2x100 selama 3 hari
Trichuris Trichiura
2. Albendazole 400 mg PO qDay x 3 days
Schistosoma japonicum, S. mekongi • Prazikuantel 60 mg/kg PO dibagi 3 dosis selama satu hari
Schistosoma mansoni, S. • Prazikuantel 40 mg/kg PO dibagi 2 dosis selama satu hari
hematobium, S intercalatum
Semua rejimen diulang dalam waktu 2 minggu
1. Mebendazol 100 mg PO SD
Enterobius vermicularis
2. Albendazol 400 mg PO SD
3. Pyrantel Pamoat 11 mg/kg PO
1. Prazikuantel 5-10 mg/kg SD
Taeniasis (T. Solium & Saginata) 2. Niclosamide 2 g PO SD (adults) and 50 mg/kg orally PO SD
(children).
Albendazole 15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis selama 10-14 hari
Cysticercosis (T. Solium)
± Prazikuantel 50-100 mg/kg/d divided q8hr PO for 14 days
115
• Wanita, 27 tahun, keluhan pada ketiaknya benjolan
yang lama-kelamaan mengeluarkan nanah
• PF: nodus yang kemudian melunak menjadi abses
dan memecah membentuk fistel dan sinus yang
multiple.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIDRAADENITIS SUPURATIVA
JAWABAN:
D. HIDRAADENITIS SUPURATIVA
• Diagnosis pasien ini adalah Hidraadenitis
Supurativa karena terdapat gejala:
– Adanya benjolan pada ketiak yang
mengeluarkan nanah
– PF: nodus yang kemudian melunak menjadi
abses dan memecah membentuk fistel dan
sinus yang multiple.
• Karbunkel kumpulan dari beberapa furunkel,
tidak membentuk fistel
• Eriseplas ditandai dengan adanya eritema
berwarna merah cerah, berbatas tegas. Predileksi:
tungkai bawah, terdapat gejala konstitusi: demam,
malaise, dan ada keterlibatan limfatik
• Furunkel peradangan folikel rambut dan jaringan
sekitarnya berupa papul, vesikel atau pustul
• SelulitisInfiltrat difus kemerahan dengan batas
tidak tegas
Hidradenitis suppurativa
• Infeksi kelenjar apokrin kronik (dahulu), sekarang
diperkirakan sebagai chronic follicular occlusive
disease involving the follicular portion of
folliculopilosebaceous units
• Lokasi area aksila (tersering), perianal, perineal,
inguinal,bokong, mammae, inframammae
• Patogenesis: belum jelas, terkait follicular
occlusion, follicular rupture, and an associated
immune response
• Faktor yang terkait: trauma mekanik, genetik,
merokok, obesitas
• Perlu dilakukan klasifikasi Hurley dan PA Scale
(Hidradenitis Suppurativa Physician global
asessment scale) untuk menentukan terapi
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62 | Uptodate 2019
Hidradenitis suppurativa
• Ruam berupa nodus dan tanda inflamasi yang nyeri (+) lalu melunak menjadi abses,
pecah membentuk fistel dan sinus yang multiple, hingga jaringan sikatriks
• Tiga gambaran klinis utama yang mendukung diagnosis:
– Lesi yang khas (beberapa nodul yang meradang yang dalam, tombstone comedo,
saluran sinus, abses dan / atau skar fibrotik)
– Lokasi khas (khususnya, aksila, pangkal paha, daerah inframammae; seringkali distribusi
bilateral)
– Relaps dan kronik
• Pilihan Terapi:
– antibiotik topikal dan/atau sistemik
• Clindamycin 1% solution/gel 2x/hari selama 12 minggu dan/atau
• Tetracycline 2x500 mg p.o untuk 4 bulan atau
• Clindamycin 2x300 mg p.o dengan Rifampin 2x600 mg p.o selama 10 minggu
– TNF-alpha inhibitors: Adalimumab atau infliximab
– Zinc gluconate
– Kortikosteroid intralesi
– Intervensi bedah
Typical hidradenitis lesions. Inflammatory nodules in the right axillary region (A). Sinus
tract on the left arm (B). Abscess and draining fistula on the right axilla (C). Tombstone
comedone on the abdominal area (D). Fistula without drainage in the inguinal and
proximal lower left leg regions (E). Inguinal, vulvar, and proximal lower legs severe
retracting scars (F).
116
• Wanita ,usia 30 tahun keluhan keluar lendir
berwarna kuning kehijauan dari kemaluannya,
disertai rasa gatal dan perih sejak 3 hari yang lalu
• Pada pemeriksaan ginekologis didapatkan
strawberry appearance pada portio dan lendir
kuning kehijauan
KUMAN PENYEBAB…
DIAGNOSIS TRIKOMONIASIS
JAWABAN:
A. TRICHOMONA VAGINALIS
• Diagnosis pasien ini adalah Trikomoniasis
karena terdapat gejala:
– keluar lendir berwarna kuning kehijauan dari
kemaluannya, disertai rasa gatal dan perih
sejak 3 hari yang lalu
– Pada pemeriksaan ginekologis didapatkan
strawberry appearance pada portio
• Kuman penyebab trikomoniasis adalah
Trichomona vaginalis
• Chlamydia Trachomatis menyebabkan
limfogranuloma venereum yang ditandai adanya
pembesaran KGB inguinal yang disebut bubo
bertingkat
• Oxyluris Vermicularistdk menyebabkan adanya
vaginal discharge
• Neisseria Gonnorhea ditandai dgn adanya duh
tubuh purulent dgn pemeriksaan mikroskpik dapat
ditemukan diplokokus gram negatif
• Candida Albicanskeluhan gatal yang amat sangat,
bau duh tubuh asam dan tampak berwarnaputih
kekuningan spt susu basi
Trikomoniasis
• Infeksi saluran urogenital bagian bawah oleh Trichomonas vaginalis, bisa
bersifat akut/kronik, penularan biasanya melalui hubungan seksual (dapat
juga melalui pakaian atau karena berenang)
• Gejala klinis:
– Pada wanita:
• Sekret vagina seropurulen berwana kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, berbusa
• Dinding vagina kemerahan, terdapat abses yang tampak sebagai granulasi berwarna merah
(strawberry appearance), dispareunia, perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual
– Pada laki-laki: gambaran klinis lebih ringan, mirip uretritis nongonore
• Pemeriksaan:
– Sediaan basah : tropozoit bergerak aktif
– Pemeriksaan pewarnaan Giemsa
• Pengobatan:
– Topikal: cairan irigasi (H2O, asam laktat), supositoria/gel trikomoniasudal
– Sistemik: metronidazol (2x 500 mg selama 7 hari atau 2 g single dose),
tinidazol
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
TRIKOMONIASIS
• Oval, panjang 4-32 μm dan lebar 2,4-14,4 μm,
memiliki flagella; Tidak memiliki bentuk kista
• Discharge: Keputihan kuning-kehijauan, berbusa,
berbau busuk
• Gejala: Gatal, Dispareunia, Disuria
• Pemeriksaan mikroskopik: motile trichomonads
dan leukosit
• Kultur: media Diamond
• Ph 5-6
• Tanda khas: Strawberry cervix
• Terapi Metronidazole (PPK Perdoski 2017)
– 2 gram, dosis sekali minum (single dose; DOC CDC 2015)
– 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari
– Dapat digunakan untuk kehamilan trimester berapapun
Vaginal Discharge
Patologi Candida Trikomonas BV Gonorre Chlamydia
Warna Putih seperti Kuning keabuan Kuning Non spesifik,
santan kehijauan keruh (pus) ada darah
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
117
• Pasien laki-laki usia 20 tahun, keluhan utama
keluar nanah dari kemaluan
• Tidak ada nyeri tekan perut bagian bawah
• Pemeriksaan mikroskopis banyak leukosit dan
neutrofil, tidak ditemukan bakteri.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS URETRITIS NON GONOKOK
JAWABAN:
A. URETRITIS NON GONOKOK
• Diagnosis pasien ini adalah Uretritis Non
Gonokok karena terdapat gejala:
– Pasien laki-laki keluar nanah dari kemaluan
– Tidak ada nyeri tekan perut bagian bawah
– Pemeriksaan mikroskopis banyak leukosit
dan neutrofil, tidak ditemukan bakteri.
• Sistitis akut dan sistitis intersisialtidak dipilih
krn tidak terdapat keluhan saat BAK
(dysuria,anyang2an) dan pada PF tidak
ditemukan nyeri tekan perut bawah
• Uretritis gonokok tidak dipilih karena pada
pemeriksaan tidak ditemukan bakteri
• Prostatitis akut terdapat keluhan nyeri pada
pelvis, dan keluhan saat berkemih, seperti
dysuria, frekuensi, retensi urin disertai dgn
gejala sistemik
Uretritis Non GO
• Merupakan inflamasi pada uretra yang disebabkan
oleh etiologi non-spesifik
• Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma genitalium,
Ureaplasma urealyticum, Trichomonas vaginalis,
anaerobes, Herpes simplex virus (HSV) dan adenovirus
• Gejalanya berupa discharge, dysuria dan atau nyeri
pada uretra.
Diagnosis Uretritis Non GO
• Diagnosis pada kasus ini dibuat berdasarkan temuan duh
tubuh uretra yang mengindikasikan inflamasi namun
pemeriksaan gram tidak menunjukkan adanya kuman gram
negatif atau diplococcus
• Semua laki-laki yang terkonfirmasi memiliki penyakit ini harus
diuji untuk chlamydia dan gonorrhea
• Temuan lain yang menyokong diagnosis adalah ditemukannya
sel PMN pada urin atau MN jika penyebabnya infeksi virus
• Pewarnaan Gram:
MEDIA PERTUMBUHAN…
DIAGNOSIS URETRITIS GONOKOK
JAWABAN:
B. AGAR THAYER MARTIN
• Diagnosis pasien ini adalah Uretritis
Gonokok karena terdapat gejala:
– Perempuan 25 tahun, keluhan tedapat banyak
keluar cairan dari kemaluan
– Laboratorium hasil gram negative,
diplococcus
• Penyebab dari urethritis Gonokok adalah
Neisseria gonorrhea
• Media pertumbuhan untuk Neisseria
gonorrhea adalah agar Thayer martin
lebih spesifik untuk N. gonorrhea
• agar darah digunakan pada membedakan
bakteri yang dapat menghemolisis darah
• agar coklat dapat digunakan untuk
menumbuhkan N. gonorrhoea, namun tidak
spesifik, bakteri gram negative lain dapat
tumbuh juga, sehingga lebih dipilih agar Thayer
martin yang lebih spesifik
• agar Lowenstein-Jensendigunakan untuk
menumbuhkan Mycobacterium Tb
• agar Saborauduntuk menumbuhkan jamur
Gonorrhea
• Gonore IMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
(N.gonorrhoeae) suatu kuman Gram negatif, berbentuk biji
kopi, terletak intrasel
Gejala klinis
• Laki-laki:
Gatal pada ujung kemaluan
Nyeri saat kencing
Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan
kental dari uretra
• Perempuan:
Keputihan
Atau asimtomatik
• Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual
sebelumnya (coitus suspectus).
PPK PERDOSKI 2017
Pemeriksaan Fisik Gonorrhea
• Laki-laki:
Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria
Duh tubuh uretra mukopurulen
Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
Infeksi pada faring biasanya asimtomatik
• Perempuan:
Seringkali asimtomatik
Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion
Duh tubuh endoserviks mukopurulen
Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah
Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria
• Komplikasi
Laki-laki: epididimitis, orkitis, dan infertilitas
Perempuan: penyakit radang panggul, bartolinitis, dan infertilitas.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
120
• Laki-laki 28 tahun, keluhan luka di kemaluan
sejak seminggu.
• PF: luka dengan dasar bersih, dinding tidak
menggaung, kulit sekitar tidak terdapat tanda
peradangan akut
KUMAN PENYEBAB…
DIAGNOSIS ULKUS DURUM
JAWABAN:
A. TREPONEMA PALLIDUM
• Diagnosis pasien ini adalah Ulkus durum
karena terdapat gejala:
– luka di kemaluan sejak seminggu.
– PF: luka dengan dasar bersih, dinding tidak
menggaung, kulit sekitar tidak terdapat tanda
peradangan akut
• Kuman penyebab ulkus durum adalah
Treponema pallidum
• Nisseria gonorheapenyebab dari GO, ditandai
dengan duh tubuh purulent, dan ditemukan
diplokokus gram negatif
• Trichomonas vaginalis penyebab trikomoniasus,
ditandai dgn duh tubuh berwarna kuning
kehijauan, perih dan menyebabkan servisitis dgn
penampakan strawberry appearance
• Clamidya trachomatispenyebab dari
limfogranuloma venereum, ditandai dgn adanya
pembesaran KGB inguinal yang disebut dgn bubo
bertingkat
• Gardnella vaginalis penyebab dari bacterial
vaginosis, ditandai dgn adanya duh tubuh yang
basa, whiff test positif dan ditemukan clue cell
Treponema palidum
• Stadium:
– Primary Syphilis: ulkus durum (dasar bersih dan tidak nyeri)
– Secondary Syphilis : Lesi kulit (luka yang muncul selain pada alat
kelamin juga ditemukan pada tangan, kaki dan muka). Selain luka,
penderita juga mengalami demam, perasaan lelah dan pembengkakan
alat kelamin.
– Latent Syphilis: tidak ditemukan gejala fisik sama sekali.
– Late Syphilis: Syphilis telah menyerang organ-organ dalam tubuh
manusia seperti jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.
• Pemeriksaan : VDRL TPHA
• Pemeriksaan mikroskop
– mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan Treponema
– Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan Treponema
(T. pallidum telah mati) kuman berwarna jernih dikelilingi oleh
lapangan yang berwarna hitam.
Ulkus Genital pada IMS
Ulkus Durum Ulkus Mole (Chancroid)
• Treponema pallidum (spiral) • Haemophilus ducreyi
• Dasar bersih (kokobasil, gram negatif)
• Tidak nyeri (indolen) • Dasar kotor, mudah berdarah
• Sekitar ulkus keras (indurasi) • Nyeri tekan
• Soliter • Lunak
• Multipel
• Tepi ulkus menggaung
Pemeriksaan Penunjang Ulkus Kelamin
SIFILIS CANCHROID
• Lapang pandang gelap • Pewarnaan Gram: kokobasil,
bakteri berbentuk spiral gram negatif, “school of
• TSS (Tes serologis Sifilis): fish”)
VDRL & TPHA
121
• Perempuan, 25 tahun, keluhan adanya benjolan
di kemaluan seperti jengger ayam
• PF: benjolan dengan ukuran lentikuler, numular,
tidak gatal dan tidak nyeri, bertangkai di labia
mayor dan minor
PENYEBAB…
DIAGNOSIS KONDILOMA AKUMINATA
JAWABAN:
D. HPV
• Diagnosis pasien ini adalah Kondiloma
akuminata karena terdapat gejala:
– keluhan adanya benjolan di kemaluan seperti
jengger ayam
– PF: benjolan dengan ukuran lentikuler,
numular, tidak gatal dan tidak nyeri, bertangkai
di labia mayor dan minor
• Penyebab Kondiloma akuminata adalah
HPV
• Nisseria gonorheapenyebab dari GO, ditandai
dengan duh tubuh purulent, dan ditemukan
diplokokus gram negatif
• Trichomonas vaginalis penyebab trikomoniasus,
ditandai dgn duh tubuh berwarna kuning
kehijauan, perih dan menyebabkan servisitis dgn
penampakan strawberry appearance
• Clamidya trachomatispenyebab dari
limfogranuloma venereum, ditandai dgn adanya
pembesaran KGB inguinal yang disebut dgn bubo
bertingkat
• Gardnella vaginalis penyebab dari bacterial
vaginosis, ditandai dgn adanya duh tubuh yang
basa, whiff test positif dan ditemukan clue cell
Kondiloma Akuminata
• Genital warts / “jengger ayam”
• Infeksi HPV fibroepitelioma kulit
dan mukosa berupa vegetasi
bertangkai dengan permukaan
berjonjot tersebar kosmopolit.
• Penularan kontak kulit
• Faktor risiko: Fluor albus, laki-laki
tidak disirkumsisi, higienitas kurang
• Predileksi:
– Laki-laki: perineum, sekitar anus,
sulkus koronarius, glans, OUR,
frenulum, korpus
– Perempuan: vulva, vagina, porsio uteri
Ghadishah D. Condyloma acuminatum. Emedicine. 2018.
Menaldi SL, Bramono K. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. 2014.
Kondiloma Akuminata
Manifestasi KA
• Bentuk akuminata daerah lipatan lembab,
vegetasi bertangkai dan papilomatosa
(berjonjot), awalnya kemerahan lalu kehitaman,
kutil bersatu seperti kembang kol
• Bentuk papul daerah keratinisasi sempurna
(korpus penis, vulva lateral, perianal,
perineum), papul halus licin tersebar diskret
• Bentuk datar makula atau tak tampak
kelainan, baru tampak dengan asam asetat atau
kolposkopi
• Keganasan:
– Giant condyloma Buschke-Lowenstein
vegetasi besar
– Papulosis Bowenoid likenoid warna
coklat kemerahan Ghadishah D. Condyloma acuminatum. Emedicine. 2018.
Menaldi SL, Bramono K. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. 2014.
Pemeriksaan Penunjang IMS ec
Penyakit Pemeriksaan
Virus Gambaran
• Possible cause:
• Binding of
parasitized red cells
in cerebral capillaries
→ sekuestrasi →
severe malaria
• permeability of the
blood brain barrier
• Excessive induction
ofcytokines
http://www.microbiol.unimelb.edu.au
Tatalaksana malaria berat di Faskes Rawat
• Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika
tidak tersedia dapat diberikan kina drip.
• Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60
mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam
ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%.
• Keduanya dicampur kemudian diencerkan dengan
Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga
didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10mg/ml). Obat
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
• Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb
intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari
sampai penderita mampu minum obat.
124
• Laki-laki, keluhan kulit melepuh yang dialami setelah
minum obat.
• PF: tampak vesikel dan bula berukuran 2-3 cm yang
mudah pecah dan erosi yang meliputi >30% luas
permukaan tubuh, disertai bibir erosi kehitaman
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS NET
JAWABAN:
C. NET
• Diagnosis pasien ini adalah NET karena
terdapat gejala:
– Laki-laki, keluhan kulit melepuh yang dialami
setelah minum obat.
– PF: tampak vesikel dan bula berukuran 2-3 cm
yang mudah pecah dan erosi (epidermolysis)
yang meliputi >30% luas permukaan tubuh,
disertai bibir erosi kehitaman
• Dermatitis kontak iritan, Dermatitis kontak
alergi, Pemfigustidak berhubungan minum
obat
• SJS epidermolysis yang terjadi < dari 10% luas
permukaan tubuh
Erupsi Obat Alergi: Klasifikasi
• EOA ringan • EOA berat
– Urtikaria dengan atau – Pustular eksantema
tanpa angioedema generalisata akut (PEGA)
– Erupsi eksantematosa – Eritroderma
– Dermatitis medikamentosa – Sindrom Stevens-Johnson
– Erupsi purpurik (SSJ)
– Eksantema fikstum (fixed – Nekrolisis epidermal
drug eruption/FDE) toksik (NET) atau sindrom
– Eritema nodosum Lyell
– Eritema multiforme – Drug Reaction with
Eosinophilia and Systemic
– Lupus eritematosus Symptoms (DRESS)
– Erupsi likenoid
PPK PERDOSKI 2017
Nekrolisis epidermal
• Nekrolisis epidermal mencakup Sindrom Stevens-
Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET).
• Merupakan reaksi mukokutaneus yang mengancam
jiwa.
• Ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis
yang ekstensif.
• Kedua kondisi ini digolongkan sebagai varian keparahan
dari proses yang serupa, karena adanya kesamaan
temuan klinis dan histopatologis.
• Perbedaan terdapat pada keparahan yang ditentukan
berdasarkan luas area permukaan kulit yang terkena
PPK Perdoski 2017
Nekrolisis epidermal
• Penyebab terpenting adalah
penggunaan obat.
• Jangka waktu dari pemberian
obat sampai timbul kelainan
kulit: segera, beberapa saat
atau jam atau hari atau hingga
8 minggu.
Kriteria:
• SSJ dan NET ditandai dengan - SSJ (<10% luas
permukaan tubuh),
keterlibatan kulit dan - SSJ overlap NET (10-
membran mukosa. 30%)
- NET (>30%)
D. Full-blown epidermal
necrolysis characterized by large
erosive areas reminiscent of
scalding.
SSJ vs TEN
Clinical Features that Distinguish SJS, SJS-TEN Overlap, and TEN
PERDOSKI 2017
Temuan klinis
• Kanalikuli
• Sarcoptes scabiei
Prinsip Tatalaksana
• Classic Scabies
- DOC: Permethrine cream 5% (anak usia<2 bulan tidak boleh) dioleskan
pada kulit dan didiamkan selama 8 jam.
- Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Tidak
boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
- Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PTIRIASIS ROSEA
JAWABAN:
D. PTIRIASIS ROSEA
• Diagnosis pasien ini adalah Ptiriasis Rosea
karena terdapat gejala :
– Perempuan 30 tahun keluhan bercak merah di
dada, perut dan punggung dan gatal dijumpai.
– PF: makula eritem oval dengan sumbu panjang
sesuai garis kulit (pola pohon Cemara terbalik)
dan dijumpai skuama kolerat pada permukaan
lesi
• Dermatitis seborrhoikKelainan yang terjadi pada
area kulit yang banyak kelenjar sebasea,
manifestasi berupa lesi eritematosa, berbatas
tegas, dengan skuama berminyak
• Ptiriasis versicoloradanya macula
hipopigmentasi dgn skuama halus, dapat disertai
gatal, disebabkan oleh Malasezzia furfur.
• Ptiriasis vulgaristidak ada istilah ini
• Psoriasi pustulosa salah satu jenis Psoriasis yang
ditandai dgn adanya pustul berwarna putih (bula
steril) dikelilingi dasar kemerahan, paling sering
muncul di tangan dan kaki
Pitiriasis Rosea
• Etiologi: tidak jelas, diduga virus karena self limiting
• Gejala klinis:
1. Gatal ringan
2. Pitiriasis (skuama halus)
3. Lesi khas Lesi yang pertama muncul:
Herald Patch
• Lokasi di badan
• Soliter
• Oval dan annular
• Diameter ± 3 cm
• Lesi eritema dan skuama halus di pinggirnya
(skuama kolaret)
• Gambaran lesi seperti lesi pertama
hanya lebih kecil dan semakin banyak
• Susunan sejajar costae seperti pohon
cemara terbalik
• Timbul serentak atau dalam beberapa
hari 4-10 hari setelah lesi pertama:
• Predileksi: badan, lengan atas
proksimal, dan paha atasseperti
Pohon cemara terbalik
pakaian renang wanita jaman dahulu Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Ptiriasis Rosea: Tatalaksana
• Umumnya dapat sembuh spontan
• Topikal (bila gatal mengganggu):
– Larutan anti pruritus seperti calamine lotion (B1)
– Kortikosteroid topikal (C3)
• Sistemik:
– Apabila gatal mengganggu: antihistamin misalnya setirizin 1x10 mg p.o (B1)
– Kortikosteroid sistemik (C3)
– Eritromisin oral 4x250 mg selama 14 hari (A1) walau grade A1 berdasarkan
1 systematic review dan 1 RCT (subyek sedikit), penelitian lanjutan (clinical
trial tanpa blinding dengan subyek yang lebih banyak) tidak menemukan
adanya perbedaan conflicting findings,
– Asiklovir 3x400 mg p.o selama 7 hari (indikasi bila awal perjalanan penyakit
disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas) (B1) tidak rutin
disarankan dan data penelitian terbatas
– Fototerapi: narrowband UV-B dengan dosis tetap sebesar 250 mJ/cm3 (B1)
tidak rutin disarankan dan data penelitian terbatas
Studberg DL, et al. Pityriasis Rosea. American Family Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91
http://emedicine.medscape.com/article/1107532-treatment#d8 | Uptodate 2019
127
• Perempuan berusia 35 tahun, keluhan rambut
berketombe dan dijumpai bercak putih disertai gatal pada
ketiak, lipat paha dan lipat dada
• PF: lesi makula eritem dan skuama piriformis kekuningan
pemeriksaan dengan kertas sigaret hasil (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DERMATITIS SEBOROIK
JAWABAN:
E. DERMATITIS SEBOROIK
• Diagnosis pasien ini adalah Dermatitis
Seboroik karena terdapat gejala :
– rambut berketombe dan dijumpai bercak putih
disertai gatal pada ketiak, lipat paha dan lipat
dada
– PF: lesi makula eritem dan skuama piriformis
kekuningan pemeriksaan dengan kertas sigaret
hasil (+)menandakan bahwa skuamanya
berminyak
• Eritroderma Penyakit inflamasi kulit yang
ditandai dgn adanya kemerahan (eritema)dan
skuama pada hampir seluruh kulit
• Psoriasis inversa Jenis psoriasis yang ditandai
dgn Lesi berwarna merah, pada lipatan kulit,
Tampak licin dan mengkilat
• Psoriasis Vulgaris sebabkan kondisi plak
disertai skuama berlapis lapis serta lesi kronik.
• Pityriasis rosea gatal pada lesi dengan
skuama halus, serta lesi khas awal Herald Patch
Dermatitis seboroik
• Definisi: Kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang umum dijumpai
pada anak dan dewasa
• Kondisi kulit kronik, bisa terjadi pada semua usia, ada
kecenderungan kambuh dan hilang spontan
• Terjadi pada area kulit yang banyak kelenjar sebasea, manifestasi
berupa lesi eritematosa, berbatas tegas, dengan skuama berminyak
• Seborrhoeic dermatitis has been reported to be associated with
several conditions, including HIV (Gupta & Bluhm,
2004; Mastrolonardo et al., 2003; Maietta et al., 1990). In HIV-
infected patients the prevalence is much higher and occurs early in
the course of HIV disease (Wiwanitkit, 2004), with a mean CD4
count at presentation of higher than 400. The presentation can also
be much more severe and/or diffuse
Manifestasi Klinis
Predileksi: ditemukan pada area kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea
seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas dan fleksura (inguinal,
inframammae, dan aksila)
• Klinis:
– Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut cradle
cap. Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan
umumnya tidak gatal.
– Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah kemerahan
dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan
dada. Area kulit yang kemerahan biasanya gatal.
– Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk
jika terdapat stressor atau cuaca dingin.
• Untuk singkirkan infeksi jamur bila ragu kerokan kulit dengan pewarnaan
KOH
PERDOSKI 2017
Dermatitis Seboroik
Fakto Risiko
• Hormonal
• Malassezia sp. pada kulit
• Kekurangan nutrisi
• Genetik
128
• Perempuan, 30 tahun, keluhan gatal pada kulit
punggung tangan sejak 6 hari yang lalu
• Pasien berkebun tanpa menggunakan sarung tangan
• PF: papul eritema berkonfluen dengan gambaran
linear dan berkelok-kelok sepanjang 5 cm.
ORGANISME PENYEBAB…
DIAGNOSIS CREEPING ERUPTION
JAWABAN:
A. ANCYLOSTOMA BRAZILIENSIS
• Diagnosis pasien ini adalah Creeping eruption
karena terdapat gejala :
– gatal pada kulit punggung tangan setelahberkebun
tanpa menggunakan sarung tangan
– PF: papul eritema berkonfluen dengan gambaran
linear dan berkelok-kelok sepanjang 5 cm.
• Creeping eruption disebabkan oleh
Ancylostoma caninum dan Ancylostoma
braziliensis
• Yang terdapat di pilihan jawaban adalah A.
Ancylostoma braziliensis
• Oxyuris vermicularisditandai dgn gatal
perianal terutama saat malah hari
• Trichuris trichiuradapat menyebabkan
prolapse rekti
• Toxocara canissebagian besar asimptomatik,
namun dapat menyebabkan visceral larva
migrans dan ocular larva migrans
• Necator americanusmenyebabkan anemia,
factor risikonya adalah tidak memakai alas kaki
saat berkebun atau bertani
Cutaneus larva Etiologi: Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum
migrans
Dalam 5-10 hari jadi
filariform
Ke manusia hanya bisa
menginfeksi kulit
Berkembangbiaknya di hewan
Telur di tanah
Gejala:
1. Peradangan berbentuk Lesi serpiginosa
- linear
- berkelok-kelok
- menimbul
- Progresif
2. Gatal di malam hari
• Terapi
• DOC: Tiabendazole sediaan oral sudah ditarik dari peredaran dipilih sediaan
krim atau lotion 15% 2-3x/hari selama 5 hari
• Alernatif: Albendazole 1x400 mg selama 3 hari, Cryotherapy, Kloretil
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 125-126
PPK PERDOSKI 2017
129
• Laki-laki berusia 15 tahun, keluhan gatal pada
paha kanan dan kiri sejak 2 minggu yang lalu
• malas ganti baju
• PF: lesi berdiameter 2 cm pada paha dalam, tepi
eritem, tengah tenang.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TINEA CRURIS
JAWABAN:
B. TINEA CRURIS
• Diagnosis pasien ini adalah Tinea Cruris
karena terdapat gejala :
– gatal pada paha kanan dan kiri sejak 2 minggu
yang lalu
– Higiene buruk
– PF: lesi berdiameter 2 cm pada paha dalam,
tepi eritem, tengah tenang (central healing)
• Psoriasis sebabkan kondisi plak disertai
skuama berlapis lapis serta lesi kronik
• Ptiriasis versicolor adanya macula
hipopigmentasi dgn skuama halus, dapat
disertai gatal, disebabkan oleh Malasezzia
furfur.
• Dermatitis kontakdisebabkan adanya kontak
dgn benda iritan (DKI) atau allergen (DKA), lesi
terbatas pada daerah yang terkena kontak
(tidak seluruh tubuh)
Tinea Kruris
• Penyebab tersering: T. rubrum.
• Sedangkan untuk spesies lain yang juga sering
menjadi penyebab adalah
E.floccosum and T.interdigitale (dulu dikenal
sebagai T. mentagrophytes)
• Gejala : Ruam kemerahan yang gatal di paha
bagian atas dan inguinal.
• Pemeriksaan fisik :
Lesi serupa tinea korporis berupa plak anular
berbatas tegas dengan tepi meninggi yang
dapat pula disertai papul dan vesikel.
Predileksi: inguinal, dapat meluas ke
suprapubis, perineum, perianal dan bokong.
Sering disertai gatal dengan maserasi atau
infeksi sekunder
• Pemeriksaan KOH akan menunjukkan adanya
hifa yang bersegmentasi
PPK Perdoski 2017
Tinea Korporis
• Penyebab tersering: T. rubrum.
• Gejala : ruam yang gatal di badan,
ekstremitas atau wajah.
• Pemeriksaan fisik :
Mengenai kulit berambut halus
Keluhan gatal terutama bila
berkeringat
Klinis tampak lesi berbatas tegas,
polisiklik, tepi aktif karena tanda
radang lebih jelas, dan polimorfi yang
terdiri atas eritema, skuama, dan
kadang papul dan vesikel di tepi,
normal di tengah (central healing)
• Sistemik Diberikan bila lesi kronik, luas, atau sesuai indikasi. Obat
pilihan:
Terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan hasil
pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu.
• Alternatif: (urutan berdasarkan prioritas)
1. Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4
minggu.
2. Ketokonazol 200 mg/hari
3. Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu.
PENGOBATAN…
DIAGNOSIS NEURODERMATITIS
JAWABAN:
A. EMOLIEN DAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL
• Diagnosis pasien ini adalah
Neurodermatitis karena terdapat gejala :
– Laki-laki, 50 tahun, keluhan gatal di punggung
kaki, hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu,
semakin memberat 2 bulan ini.
– Pasien adalah seorang bankir yang memiliki
masalah dalam pekerjaannya (stress pekerjaan)
• Terapi yang diberikan pada neurodermatitis
adalah emolien dan kortikosteroid topikal
• Pada kasus neurodermatitis, tidak
diperlukan pemberian antibiotic baik
topical maupun oral, kecuali bila memang
ada tanda-tanda infeksi sekunder sebagai
akibat dari garukan
• Pada kasus ini, tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi sekunder
Liken Simpleks Kronikus
• Nama lain: Liken Vidal atau neurodermatitis
sirkumskripta
• Penebalan kulit akibat gesekan atau garukan berulang
• Gatal (dengan atau tanpa penyebab patologis kulit)
garukan berulang trauma mekanis likenifikasi
• Daerah: daerah yang mudah dijangkau oleh tangan
seperti kulit kepala, tengkuk, ekstremitas ekstensor,
pergelangan tangan dan area anogenital, meskipun
dapat timbul di area tubuh manapun.
• Etiologi
– Rangsangan pruritogenik dari alergi atau stress
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Gambaran klinis
• Lesi likenifikasi umumnya tunggal tetapi dapat lebih dari satu dengan ukuran
lentikular hingga plakat.
• Stadium awal berupa eritema dan edema atau papul berkelompok.
• Akibat garukan terus menerus timbul plak likenifikasi dengan skuama dan
eskoriasi, serta hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
• Bagian tengah lesi menebal, kering dan berskuama, sedangkan bagian tepi
hiperpigmentasi.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TRANS DISOSIATIF
JAWABAN:
D. TRANS DISOSIATIF
• Pasien dibawa oleh teman-temannya
karena dikatakan kesurupan saat sedang
ujian, tiba-tiba berteriak, berbicara dan
bersikap menjadi orang lain mengarah
pada gangguan disosiasi yaitu trans
disosiatif
• Pilihan A pasien tidak dapat mengingat
kejadian atau pengalaman yang berhubungan
dengan kejadian traumatis
• Pilihan B Konversi histeri
• Pilihan C pasien kehilangan perasaan
mengenai realitas diri sendiri
• Pilihan E mendadak kehilangan seluruh
ingatan, pergi dari rumah dan menjadi identitas
baru
Dissociative (Conversion) Disorder
• Gangguan disosiatif disebut juga dengan konversi karena
dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai
proses mental seperti:
– Identitas diri
– Memori
– Fungsi sensorik dan motoric
• Disosiasi adalah cara pikiran untuk menanggulangi stress
berlebih salah satu bentuk denial.
• Didahului oleh stressor/trauma.
• DSM-V:
1. Gangguan depersonalisasi/derealisasi
2. Amnesia disosiatif
3. Fugue disosiatif
4. Gangguan identitas disosiatif
5. Gangguan disosiatif lainnya
Gangguan Disosiatif
(Gangguan Konversi)
PPDGJ III
• Kehilangan sebagian atau seluruh dari integrasi normal (di bawah kendali
kesadaran) dari hal-hal berikut:
– Ingatan masa lalu
– Awareness of identity and immediate sensations
– Kontrol gerakan tubuh
• Klasifikasi:
– Amnesia disosiatif
– Fugue disosiatif
– Stupor disosiatif
– Gangguan trans dan kesurupan
– Gangguan motorik disosiatif
– Konvulsi disosiatif
– Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
– Gangguan disosiatif campuran
– Gangguan disosiatif lainnya: sindrom Ganser, kepribadian ganda, YDT
Conversion Disorder
Diagnostic Criteria
• One or more symptoms of altered voluntary motor or
sensory function
• Clinical findings provide evidence of incompatibility
between the symptom and recognized neurological or
medical conditions
• The symptom/deficit is not better explained by another
medical or mental disorder
• The symptom/deficit causes clinically significant
distress or impairment in social, occupational, or other
important areas of functioning or warrants medical
evaluation.
Gangguan Konversi
Fugue disosiatif
• Terdapat ciri-ciri amnesia disosiatif
• Melakukan perjalanan tertentu lebih dari yang umum
dilakukan sehari-hari
Stupor disosiatif
• Sangat berkurang/hilangnya gerakan-gerakan volunter
dan respon normal terhadap rangsangan luar
• Tidak ada gangguan fisik ataupun gangguan jiwa lain
Gangguan trans dan kesurupan
• Kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan
kesadaran terhadap lingkungan
• Individu berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan
gaib, atau kekuatan lain
• Gangguan trans involunter dan bukan merupakan aktivitas biasa
Konvulsi disosiatif
• Gerakan-gerakan seperti kejang, tanpa kehilangan kesadaran, sangat
jarang disertai lidah tergigit, luka serius karena terjatuh, dll. Tanpa
kelainan organik.
Amnesia disosiatif Tidak bisa mengingat detail personal yang penting dan
pengalaman yang berhubungan dengan kejadian traumatis
atau sangat menekan & tidak disebabkan oleh penyebab
organik.
Fugue disosiatif “Fugure” melarikan diri (bahasa Yunani). Individu
kehilangan seluruh ingatannya dan secara mendadak
meninggalkan rumah serta memiliki identitas baru.
• Hipnosis
– Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi pikiran pasien
dan mengurangi gejala
– Beberapa penelitian eksperimental menemukan bahwa
tidak ada perbedaan outcome antara pasien yang
dilakukan hipnosis dan yang tidak dilakukan hipnosis
Advances in Psychiatric Treatment (2006), vol. 12, 152–157
Tatalaksana Gangguan Konversi
• Tatalaksana medikamentosa meliputi:
– Antidepresan
– Haloperidol
– Electroconvulsive therapy (ECT)
http://emedicine.medscape.com/article/287464-medication
132
• Anak laki-laki 3 tahun, di bawa ibunya karena belum
bisa bicara, bila ditinggal sendiri tidak menangis
• Tidak ada komunikasi dengan orang lain, tidak
respon saat dipanggil dan tidak ada kontak mata
• Anaknya lebih suka main sendiri dan melakukan hal
yang sama berulang-ulang
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS AUTISME
JAWABAN:
A. AUTISME
• Pasien usia 3 tahun, mengalami gangguan
komunikasi (belum bisa bicara), gangguan
interaksi sosial (tidak ada komunikasi
dengan orang lain, tidak respon saat
dipanggil), dan perilaku repetitive
(melakukan hal yang sama berulang)
sesuai dengan gejala autisme
• Pilihan B ditandai dengan adanya penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
• Pilihan C terdapat gangguan interaksi sosial dan perilaku
repetitif tetapi tidak ada masalah komunikasi (tidak ada
keterlambatan bicara)
• Pilihan D gangguan yang ditandai keterlambatan
perkembangan di satu area tertentu, contoh gangguan belajar
(gangguan membaca, gangguan matematika)
• Pilihan E perkembangan normal dalam 2 tahun pertama,
kemudian akan terjadi kemunduran dari berbagai kemampuan
di berbagai bidang seperti Bahasa dan komunikasi, social, play
motorik, bowel & bladder function, serta munculnya Gerakan
stereotipi
Autism Spectrum Disorder (ASD)
Asperger, PDD-NOS, Autism
PDD-NOS Autism Asperger
Impaired social interaction Impaired social interaction Impaired social interaction
OR AND AND
• Tujuan terapi:
– Mengurangi, mengubah perilaku yang tidak
dikehendaki
– Meningkatkan kemampuan belajar,
berkomunikasi, kemampuan membantu diri
Tatalaksana
Psikofarmaka Non farmakologi
• Untuk gejala iritabilitas • Terapi perilaku
– Membantu mempelajari
• Risperidon 0.01 mg/kgBB 2x perilaku yang diharapkan dan
sehari, tappering up sesuai membuang perilaku yang
kebutuhan bermasalah
• Terapi okupasi
• Aripiprazole 2,5-10 mg dosis – Melatih koordinasi dan
tunggal kekuatan motorik halus
• Terapi wicara
– Melatih bahasa reseptif dan
ekspresi
– Memperbaiki artikulasi
– Berdialog dan berkomunikasi
verbal
133
• Seorang pria, 48 tahun, minum alkohol lebih dari 4 botol satu
malam dan konsumsi hingga 10 botol pada akhir pekan.
• Satu tahun yang lalu surat ijin mengemudinya telah ditahan
akibat mabuk saat mengemudi. Ia mengaku coba henti minum
pada beberapa kesempatan tapi tidak bisa.
• Pasien telah didiagnosa alami ulkus gaster karena banyak
minum alkohol. Pasien merasa dirinya tidak bisa tidur malam
jika tidak minum lebih dari 3 botol sehari.
Experimental:
Curiousity, social events,
often not repeated
Recreational/ Social:
Rebellion, being social, Intense/ Abuse:
having fun, confidence High dose over
time,dependence developing
Situational:
Certain activities, used for coping Compulsive/ Dependence:
Out of control, dependence,
interferes with family and work
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3625617/
5 steps of drug abuse
• Experimental use
- Masih mencoba-coba dengan motif ingin tahu/penasaran
• Recreational use
- Menggunakan obat bersama-sama dengan teman,
motifnya adalah kesetiakawanan
• Situational use
- Hanya pada situasi tertentu, yaitu jika gagal ujian, stres
emosional akibat masalah keluarga
• Abuse
- Digunakan untuk jangka waktu lama untuk mengurangi
kecemasan, kekecewaan, kesedihan, dll
• Addiction
- Penderita sulit menghentikan penggunaan karena sudah
terjadi ketergantungan
134
• Pasien 50 tahun, sering marah tak menentu, bicara
lebih banyak dan cepat, tetapi sulit dimengerti oleh
keluarganya.
• melihat arwah tetangganya yang telah meninggal.
• TD 160/100 dan denyut nadi 128x/menit, injeksi
konjungtiva (+).
PENYEBAB KONDISI PASIEN…
DIAGNOSIS INTOKSIKASI KANABIS
JAWABAN:
A. INTOKSIKASI KANABIS
• Pasien dibawa dengan gejala sering marah,
bicara lebih banyak dan cepat tetapi sulit
dimengerti (asosiasi longgar), melihat
arwah tetangganya (halusinasi), dengan
masalah pada tanda vital (tekanan darah
meningkat, takikardi), dan tampak injeksi
konjungtiva mengarah pada intoksikasi
kanabis.
• Pilihan B agitasi, miosis, bicara tidak jelas,
terjadi setelah pemakaian zat
• Pilihan C flu-like symptoms (rhinorrhea,
diaphoresis), nyeri perut, diare, mual dan muntah,
midriasis, hipertensi ringan dan takikardi,
insomnia, restless leg syndrome
• Pilihan D bicara tidak jelas, inkoordinasi,
nystagmus, penurunan kesadaran
• Pilihan E tidak dipilih, karena pada withdrawal
alcohol tipe halusinosis, tanda vital umumnya
normal berbeda dengan soal, dimana terdapat
peningkatan TD dan takikardi.
Other sign &
Toxidrome Mental status Pupils Vital signs Examples of toxic agents
Symptoms
Hallucinations,
Cannabis, Phencyclidine,
perceptual
LSD, mescaline,
distortions, Hyperthermia,
HALLUCINO Mydriasis psilocybin, designer
depersonaliza- tachycardia, Nystagmus
GENIC (usually) amphetamines (eg,
tion, hypertension, tachypnea
MDMA ["Ecstasy"],
synesthesia,
MDEA)
agitation
Bradypnea, apnea Hyporeflexia, Opioids (eg, heroin,
CNS depression, characteristic; may pulmonary morphine, methadone,
OPIOID Miosis
coma develop: hypothermia, edema, needle oxycodone,
bradycardia, hypotension marks hydromorphone),
Cermolacce, M., Sass, L., & Parnas, J. (2010). What is Bizarre in Bizarre Delusions? A
Critical Review. Schizophrenia Bulletin, 36, 667–679.
Nakaya M. et al. Bizzare Delusions and DSM IV Skizofenia. Psychiatry and Clinical
Neurosciences (2002), 56, 391–395 Hagen E. Non-bizarre Delusions as Strategic Deception.
136
• Pasien 45 tahun keluhan dadanya terasa seperti tertekan dan
terikat, terkadang timbul perasaan nyeri di dada sebelah kiri,
nyeri kepala hingga tengkuk bahkan ke perut.
• Pasien sering merasa gelisah, jantung berdebar dan sering
mengeluarkan keringat dingin.
• Pada pemeriksaan penyakit dalam, neurologik, EEG, EKG dan
rontgen paru-paru, dokter tidak menemukan adanya kelainan.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN SOMATOFORM
JAWABAN:
D. GANGGUAN SOMATOFORM
• Pasien merasa dadanya seperti tertekan
dan terikat, nyeri di dada kiri, nyeri kepala
tengkuk, hingga perut
• Sering gelisah, jantung berdebar, keringat
dingin
• Hasil pemeriksaan tidak ada kelainan
sesuai dengan kondisi gangguan
somatoform
• Pilihan A, B, E pada pemeriksaan oleh dokter
menunjukkan tidak ada kelainan, sehingga
pilihan ini tidak dipilih.
GANGGUAN SOMATOFORM
CHARACTERISTIC
• Somatoform disorders are characterized by the
occurrence of one or more physical complaints for
which appropriate medical evaluation reveals no
explanatory physical pathology or pathophysiologic
mechanism, or, when pathology is present, the
physical complaints or resulting impairment are
grossly in excess of what would be expected from the
physical findings.
DIAGNOSIS KARAKTERISTIK
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1 seksual, 1
pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada satu penyakit fisik yang serius
PPDGJ
Somatoform Disorders Management
• The initial steps in treating somatoform disorders:
– Discuss the possibility of the disorder with the patient early in
the work-up
– Rule out organic pathology confirm the psychiatric diagnosis
• Cognitive behavior therapy has been found to be an
effective treatment of somatoform disorders.
– Focuses on cognitive distortions, unrealistic beliefs, worry, and
behaviors that promulgate health anxiety and somatic
symptoms
• Antidepressants are commonly used to treat depressive or
anxiety disorders and may be part of the approach to
treating the comorbidities of somatoform disorders.
137
• Pasien 28 tahun, selalu berbohong kepada orang lain, baru-
baru ini melakukan tindak penipuan pada kakak ibunya.
• Sejak SMA melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
• Afeknya: datar dan bersikap tidak peduli pada lingkungannya
• Pemeriksaan fisik: tidak didapatkan gejala psikosis maupun
depresi.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN KEPRIBADIAN TIPE ANTISOSIAL
JAWABAN:
D. GANGGUAN KEPRIBADIAN TIPE ANTISOSIAL
• Pasien 28 tahun, selalu berbohong,
melakukan tindak penipuan, sejak SMA
sering melanggar hukum, afek datar dan
tidak peduli mengarah pada gangguan
kepribadian tipa antisosial
• Pilihan B Introvert, suka menyendir, afek
terbatas
• Pilihan C mudah curiga dan sering berpikiran
buruk
Gangguan Kepribadian Dissosial
(F60.2)
• Pedoman diagnostik (PPDGJ III) dibutuhkan paling sedikit 3
dari hal berikut:
– Bersikap tidak peduli dengan perasan orang lain
– Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (persisten) serta tidak peduli terhadap norma,
peraturan dan kewajiban sosial
– Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung
lama, meskipun tidak ada kesulitan mengembangkannya
– Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang
rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan
kekerasan
– Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman
– Sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang msauk akal untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan masyarakat.
Gangguan Kepribadian Antisosial (DSM IV)
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian
Gangguan Kepribadian Cluster A (ditandai dengan perilaku/ tindakan yang eksentrik):
• Paranoid: mudah curiga, sering berpikiran buruk
• Skizotipal: penampilan dan kepercayaan aneh/ magis
• Skizoid: introvert, suka menyendiri, afek terbatas
DSM 5
Skizoid/
Paranoid/
Skizotipal
138
• Pria 20 tahun, dilaporkan warga suka menunjukan
penisnya didepan siswi-siswi SMU
• Pria ini mengatakan memperoleh gairah seksual bila
memamerkan alat kelaminnya ke orang lain. Namun
ia tidak punya keinginan memperkosa lebih jauh.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN EKSHIBISIONISME
JAWABAN:
E. GANGGUAN EKSHIBISIONISME
• Pasien ada gairah seksual ketka
memperlihatkan atau memamerkan alat
kelamin kepada orang lain (memamerkan
penis ke siswi SMU) tanpa ajakan untuk
berhubungan sesuai dengan gangguan
ekshibisionisme
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.
DSM-IV-TR
Beberapa Jenis Fobia Spesifik
yang Sering Ditemui
FOBIA FOBIA TERHADAP:
Arachnofobia Laba-laba
Aviatofobia Terbang
Akrofobia Ketinggian
Nekrofobia Kematian
Androfobia Laki-laki
Ginofobia Perempuan
Latrofobia Tenaga Medis (dokter/perawat)
Iatrofobia Takut untuk pergi berobat
Tatalaksana Fobia Spesifik
• Medikamentosa
– Tidak terlalu berperan
– Obat yang digunakan: short actiing benzodiazepine pada
kondisi yang sudah dapat diduga akan terjadi fobia.
Contoh: pada pasien fobia ketinggian, dapat diberikan
diazepam sesaat sebelum akan naik pesawat.
Fobia sosial Ketakutan yang jelas dan menetap situasi sosial atau tampil didepan
orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai
oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian. Ada perasaan takut
bahwa ia akan berperilaku memalukan atau menampakkan gejala
cemas atau bersikap yang dapat merendahkan dirinya.
Fobia khas/ Ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi
spesifik spesifik, seperti ketakutan terhadap tempat tertutup ( Claustrophobia),
atau ketakutan terhadap binatang kecil yang menjijikkan seperti tikus,
ulat, dan lain-lain.
140
• Laki-laki 45 tahun sudah 1 bulan tidak mau makan
• Sejak 4 bulan merasa ketakutan bahwa istri dan anak-
anaknya akan membunuh pasien
• Mendengar suara yang mengancam akan menyakiti
• Yakin akan dibunuh meski disangkal orang sekitar
• Tidak bekerja sejak alami gangguan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA PARANOID
JAWABAN:
A. SKIZOFRENIA PARANOID
• Pasien usia 45 tahun kondisi terdapat:
– Waham kejar: yakin bahwa istri dan anaknya
akan membunuh dirinya, meski dikonfrontasi
(orang sekitar memberi penyangkalan)
– Halusinasi: mendengar suara ingin sakiti dirinya
– Gangguan fungsi sosial: tidak bekerja
• Kondisi waham + halusinasi dialami > 1
bulan kriteria A diagnosis skizofrenia
• Diagnosis sesuai pada skizofrenia tipe
paranoid
• Skizofrenia undifferentiated terdapat gejala psikotik,
tidak memenuhi kriteria paranoid, hebefrenik, maupun
katatonik
• Gangguan waham menetap biasanya delusi bersifat
non-bizarre setidaknya durasi 1 bulan dan tidak ada
kondisi memenuhi kriteria A diagnosis skizofrenia
• Gangguan waham induksi ada dua orang atau lebih
alami waham/sistem waham yang sama, saling dukung
dalam keyakinan waham
• Gangguan kepribadian paranoid gangguan
kepribadian (pola berpikir hingga perilaku relative
stabil sepanjang waktu), dimana mudah curiga dan
sering berpikiran buruk, biasanya mulai ada sejak
dewasa muda
Skizofrenia (DSM 5)
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat 2 atau lebih gejala berikut yang berlangsung selama 1 bulan (atau kurang
jika berhasil diobati). Salah satu gejala harus merupakan gejala no 1, 2, atau 3:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara tidak terorganisasi (inkoherensia, dsb)
4. Perilaku aneh atau katatonik
5. Gejala negatif (ekspresi/emosi datar, tidak berminat melakukan apapun)
B. Terdapat gangguan fungsi sosial dalam pekerjaan, hubungan interpersonal atau
kemampuan mengurus diri berkurang dibandingkan dengan sebelum onset gejala
C. Gejala bertahan selama minimal 6 bulan, dalam 6 bulan tersebut sudah meliputi 1
bulan gejala yang memenuhi kriteria A dan fase prodromal. Fase prodromal dapat
berupa gejala negatif atau beberapa gejala pada kriteria A dalam level yang tidak
terlalu berat.
D. Bukan merupakan gangguan skizoafektif atau bipolar dengan ciri psikotik, karena:
1. Tidak terdapat episode depresi mayor atau manik pada saat gejala timbul
2. Jika terdapat gangguan mood, hanya terjadi singkat selama periode sakit
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek obat-obatan atau kondisi medis lain.
F. Jika terdapat riwayat spektrum autism atau gangguan komunikasi masa kanak,
diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila gejala waham atau halusinasi yang jelas
ditambah gejala pada kriteria A lainnya sudah berlangsung selama 1 bulan.
Klasifikasi Skizofrenia (DSM V)
• Paranoid: Terdapat waham dan halusinasi auditori, namun
tidak terdapat perilaku aneh atau afek yang datar/tidak
sesuai. Tema waham umumnya waham rujukan atau
waham kebesaran, tetapi dapat juga berupa waham
cemburu atau yang bersifat somatisasi.
• Disorganized: disebut juga skizofrenia hebefrenik. Terdapat
gangguan pikiran dan afek yang datar.
• Katatonik: pasien dapat tidak bergerak dalam waktu yang
lama atau menunjukkan gerakan yang tidak bertujuan.
Gejala meliputi stupor dan fleksibilitas serea.
• Tidak terdiferensiasi: terdapat gejala psikotik namun belum
memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
• Residual: terdapat gejala positif dengan intensitas yang
rendah.
141
• Perempuan 20 tahun mengurung diri di dalam
kamar dan sudah 2 bulan tidak pergi untuk kuliah
• Sering berbicara sendiri dan bicara tidak nyambung
• Halusinasi auditorik,waham, afek inappropriate,
serta produksi miskin isi pikir
PENGOBATAN TEPAT…
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
JAWABAN:
C. RISPERIDON
• Pasien terdapat:
– Halusinasi auditorik: sering bicara sendiri
– Waham
– Inkoheren
– Gejala negative: afek inappropriate, malas
aktivitas/tidak minat lakukan apapun, produksi miskin
isi pikir
• Sesuai dengan kriteria A diagnosis skizofrenia dan
berlangsung >1 bulan diagnosis skizofrenia
• Pemberian antipsikotik pilihan pertama
antipsikotik atipikal/ generasi kedua Risperidon
• Haloperidol dan chlorpromazine
antipsikotik gen 1st dengan efek samping
ekstrapiramidal lebih besar alternative bila
tidak bisa gunakan antipsikotik gen 2nd
• Amitriptilin antidepresan golongan trisiklik
• Fluoxetin antidepresan golongan SSRI
Skizofrenia (DSM 5)
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat 2 atau lebih gejala berikut yang berlangsung selama 1 bulan (atau kurang
jika berhasil diobati). Salah satu gejala harus merupakan gejala no 1, 2, atau 3:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara tidak terorganisasi (inkoherensia, dsb)
4. Perilaku aneh atau katatonik
5. Gejala negatif (ekspresi/emosi datar, tidak berminat melakukan apapun)
B. Terdapat gangguan fungsi sosial dalam pekerjaan, hubungan interpersonal atau
kemampuan mengurus diri berkurang dibandingkan dengan sebelum onset gejala
C. Gejala bertahan selama minimal 6 bulan, dalam 6 bulan tersebut sudah meliputi 1
bulan gejala yang memenuhi kriteria A dan fase prodromal. Fase prodromal dapat
berupa gejala negatif atau beberapa gejala pada kriteria A dalam level yang tidak
terlalu berat.
D. Bukan merupakan gangguan skizoafektif atau bipolar dengan ciri psikotik, karena:
1. Tidak terdapat episode depresi mayor atau manik pada saat gejala timbul
2. Jika terdapat gangguan mood, hanya terjadi singkat selama periode sakit
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek obat-obatan atau kondisi medis lain.
F. Jika terdapat riwayat spektrum autism atau gangguan komunikasi masa kanak,
diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila gejala waham atau halusinasi yang jelas
ditambah gejala pada kriteria A lainnya sudah berlangsung selama 1 bulan.
GEJALA POSITIF DAN NEGATIF PADA
SKIZOFRENIA
GEJALA POSITIF GEJALA NEGATIF
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/schizophrenia-booklet-12-2015/index.shtml
Terapi Antipsikotik
• Antipsikotik generasi pertama (tipikal)
• antagonis reseptor dopamin D2
• Contoh: haloperidol dan chlorpromazine
• Efek samping: lebih sering menyebabkan gejala
ekstrapiramidal, neuroleptic malignant syndrome
• Sebagai alternatif jika antipsikotik generasi kedua tidak bisa
digunakan
• Antipsikotik generasi kedua (atipikal)
• afinitas rendah terhadap reseptor D2, afinitas tinggi terhadap
reseptor 5HT
• Contoh: risperidone, clozapine, dan olanzapine
• Efek samping neurologis (-)
• Efek samping metabolik (+)
• Obat pilihan pertama
142
• Wanita 30 tahun selalu ingin keluar jalan-jalan dan berbelanja,
berbicara banyak, bisa tidak tidur berhari-hari
• Sudah selama 2 minggu terakhir
• Tidak dapat bekerja
• Ada periode sedih berkepanjangan hingga disertai keinginan
bunuh diri beberapa bulan yang lalu
• Datang dengan dandanan tebal dan lipstick merah
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS BIPOLAR DENGAN EPISODE KINI MANIK
JAWABAN:
D. BIPOLAR DENGAN EPISODE KINI MANIK
• Pasien wanita datang dengan:
– Manik: kebutuhan tidur berkurang, bicara
banyak, peningkatan aktivitas, banyak belanja
– Menimbulkan disfungsi sosial: tidak bekerja
– Mood meningkat selama >1 minggu
– Ada periode depresi mayor sebelumnya:sedih,
keinginan bunuh diri
• Sesuai dengan diagnosis gangguan afektif
bipolar, kini episode manik bipolar tipe 1
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
1 atau lebih
1 atau lebih Gangguan
Gangguan episode
episode afektif
mood mania atau
depresi bipolar
hipomania
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
JAWABAN:
D. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
• Pada pasien tampak adanya ansietas
dengan gejala fisik insomnia, keringat
dingin, tangan dan kaki dingin, mudah lelah
• Cemas tidak beralasan/tanpa sebab jelas +
sulit dikontrol dialami sejak 6 bulan
kriteria diagnosis gangguan cemas
menyeluruh
• Gangguan penyesuaian gejala emosional
(ansietas/afek depresif ) atau perilaku dalam
waktu <3 bulan dari awitan stresor
• Gangguan somatoform ada gejala
gangguan fisik, tidak ada abnormalitas organik
• Anxietas phobic rasa takut yang kuat dan
persisten terhadap suatu objek atau situasi
• Gangguan panik serangan ansietas yang
intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Gangguan Ansietas
• Ansietas
• suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi
• Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti:
• kecemasan (khawatir akan nasib buruk),
• Sulit konsentrasi
• ketegangan motorik,
• gelisah, gemetar, renjatan
• rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala
• ketegangan otot, mudah lelah
• berkeringat, tangan terasa dingin
• Insomnia
Gejala Umum
Gejala Psikologis Gejala Fisik
145
• Pria 35 tahun merasa cemas, serta berkeringat dingin setiap
kali akan memimpin suatu rapat rutin sejak 1 bulan
• Baru diangkat sebagai pemimpin perusahaan cabang 2,5 bulan
lalu
• Merasa menjadi pusat perhatian
• Sadar kecemasannya berlebihan dan tidak beralasan
• Tetap dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN PENYESUAIAN
JAWABAN:
C. GANGGUAN PENYESUAIAN
• Pasien cemas + keringat dingin + merasa jadi
pusat perhatian muncul setiap situasi
memimpin rapat sejak 1 bulan terakhir
• Didahului kejadian baru yang stressful
pasien ditunjuk sebagai pemimpin di tempat
baru + belum kenal karyawan baru 2,5 bulan
yang lalu
• 1,5 bulan setelah stressor (<3 bulan)
kemudian muncul gejala
• Sesuai dengan gangguan penyesuaian dengan
ansietas
• Gangguan panik serangan ansietas yang intens & akut
disertai dengan perasaan akan datangnya kejadian
menakutkan
• Gangguan fobik rasa takut yang kuat dan persisten
terhadap suatu objek atau situasi tidak dipilih karena pada
soal muncul gejala maladaptive setelah terdapat stressor
(pemimpin di tempat baru + belum kenal karyawan )
• Reaksi stress akut terjadi setelah peristiwa traumatic
(gejala mirip PTSD), namun terjadinya beberapa jam setelah
kejadian traumatic hingga 1 bulan
GANGGUAN PENYESUAIAN (F43) (DSM-IV)
Afek Depresi vs Ansietas
Anxiety Depression
• Characterized by a sense of doubt Feeling sad, and/or hopeless
and vulnerability about future Lack of interest and enjoyment in
events. activities that used to be fun and
• Fear that those future prospects will interesting
be bad. Physical aches and pains without
• Anxious thoughts physical cause; lack of energy
• Unexplained physical sensations Difficulty concentrating,
(sweating, trembling, palpitation, remembering, and/or making
dyspnea, etc) decisions
• Avoidant or self protective behaviors Changes in appetite and weight
Unwelcome changes in usual sleep
pattern
Thoughts of death and suicide
Adjustment Disorder with Adjustment Disorder with Mixed
Depressed Mood Anxiety and Depressed Mood
• The predominant manifestation • Features of both anxiety and
are depressed mood, tearfulness depression that do not meet the
and hopelessness criteria for an already
• Must be differentiated from established anxiety disorder or
MDD and uncomplicated depressive disorder
bereavement Adjustment Disorder with
Adjustment Disorder with Anxiety Disturbance of Conduct
• Symptoms pf anxiety – • Violations of other’s rights
palpitations, jitteriness, agitation • Disregarding norms and rules
• Must be differentiated from • Must be differentiated from
anxiety disorder antisocial personality disorder
Adjustment Disorder Unspecified
• A residual category for atypical
maladaptive reactions to stress
146
• Laki-laki 45 tahun satu bulan terakhir selalu marah-marah
• 4 bulan terakhir pasien selalu yakin dan menuduh
keluarganya ingin membunuhnya untuk mendapatkan
semua hartanya
• Tidak ada psikosis sebelumnya, menurut keluarga pasien
sering bicara sendiri
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
JAWABAN:
A. SKIZOFRENIA
• Pada pasien terdapat kondisi:
– Waham rujukan: yakin keluarga ingin
membunuhnya
– Tidak ada psikosis sebelumnya
– Ada halusinasi: ada bicara sendiri
• Berlangsung waham dan halusinasi selama 4
bulan kriteria A skizofrenia
• Pasien marah-marah sebabkan gangguan
interpersonal
• Sesuai dengan diagnosis Skizofrenia
• Waham organic waham disebabkan penyebab
organic misalnya kondisi medis lainnya (seperti
ensefalopati dan lainnya)
• Gangguan kepribadian paranoid gangguan
kepribadian, pasien mudah curiga, sering
berpikiran buruk, biasanya dikenali saat remaja
atau dewasa muda
• Skizotipal perilaku/penampilan aneh,
kepercayaan aneh, bersifat magik, pikiran obsesif
berulang
• Waham menetap ada satu atau lebih waham,
lebih dari 1 bulan, tidak memenuhi kriteria A
Skizofrenia (DSM 5)
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat 2 atau lebih gejala berikut yang berlangsung selama 1 bulan (atau kurang
jika berhasil diobati). Salah satu gejala harus merupakan gejala no 1, 2, atau 3:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara tidak terorganisasi (inkoherensia, dsb)
4. Perilaku aneh atau katatonik
5. Gejala negatif (ekspresi/emosi datar, tidak berminat melakukan apapun)
B. Terdapat gangguan fungsi sosial dalam pekerjaan, hubungan interpersonal atau
kemampuan mengurus diri berkurang dibandingkan dengan sebelum onset gejala
C. Gejala bertahan selama minimal 6 bulan, dalam 6 bulan tersebut sudah meliputi 1
bulan gejala yang memenuhi kriteria A dan fase prodromal. Fase prodromal dapat
berupa gejala negatif atau beberapa gejala pada kriteria A dalam level yang tidak
terlalu berat.
D. Bukan merupakan gangguan skizoafektif atau bipolar dengan ciri psikotik, karena:
1. Tidak terdapat episode depresi mayor atau manik pada saat gejala timbul
2. Jika terdapat gangguan mood, hanya terjadi singkat selama periode sakit
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek obat-obatan atau kondisi medis lain.
F. Jika terdapat riwayat spektrum autism atau gangguan komunikasi masa kanak,
diagnosis skizofrenia ditegakkan apabila gejala waham atau halusinasi yang jelas
ditambah gejala pada kriteria A lainnya sudah berlangsung selama 1 bulan.
147
• Wanita 18 tahun mengeluh nyeri dada dan buta
mendadak
• Muncul tiba-tiba setelah melihat kedua orang tuanya
bertengkar
• Pada pemeriksaan fisik, neurologi, dan laboratorium
normal
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GANGGUAN KONVERSI
JAWABAN:
D. GANGGUAN KONVERSI
• Pasien keluhan nyeri dada dan buta mendadak
tanpa dapat dijelaskan pemeriksaan medis
maupun neurologis
• Ada stress akut sebelumnya keluhan dipicu
habis saksikan pertengkaran orangtuanya
• Sesuai diagnosis gangguan konversi atau
disosiasi sesuai dengan tipe gangguan
kehilangan sensorik disosiatif
• Tidak dipilih malingering karena pada kasus
tidak jelas apa tujuan/motivasi
eksternal/kompensasi tertentu
• Gangguan factitious atau Munchhausen syndrome
berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit,
dilakukan semata-mata untuk mendapatkan
perhatian/ simpati dari orang lain saja
• Gangguan psikosomatis terdapat sakit fisik nyata
yang disebabkan faktor psikologis
• Gangguan somatisasi akan ada banyak keluhan
fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1 seksual, 1
pseudoneurologis)
• Malingering berpura-pura sakit atau melebih-
lebihkan kondisi fisik yang sudah ada sebelumnya
dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi
tertentu (misalnya untuk mendapatkan cuti kerja)
Dissociative (Conversion) Disorder
• Gangguan disosiatif disebut juga dengan konversi karena
dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai
proses mental seperti:
– Identitas diri
– Memori
– Fungsi sensorik dan motoric
• Disosiasi adalah cara pikiran untuk menanggulangi stress
berlebih salah satu bentuk denial.
• Didahului oleh stressor/trauma.
• DSM-V:
1. Gangguan depersonalisasi/derealisasi
2. Amnesia disosiatif
3. Fugue disosiatif
4. Gangguan identitas disosiatif
5. Gangguan disosiatif lainnya
Gangguan Konversi
Amnesia disosiatif Tidak bisa mengingat detail personal yang penting dan
pengalaman yang berhubungan dengan kejadian traumatis
atau sangat menekan & tidak disebabkan oleh penyebab
organik.
Fugue disosiatif “Fugure” melarikan diri (bahasa Yunani). Individu
kehilangan seluruh ingatannya dan secara mendadak
meninggalkan rumah serta memiliki identitas baru.
http://www.cochrane.org/CD004278/SCHIZ_haloperidol-versus-chlorpromazine-for-schizophrenia
CPZ vs Haloperidol
Coffey Justin. Catatonia in adults: Treatment and prognosis. 2012. UpToDate 19.3.
150
• Pria 38 tahun kondisi gaduh gelisah sejak 4 jam yang lalu
• Tindakannya sangat berbahaya, suka melemparkan barang
yang ada di sekitarnya serta berteriak-teriak
• Melakukan restrain fisik pada pasien (diikat dan difiksasi)
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS AGITASI BERAT
JAWABAN:
E. HALOPERIDOL 5 MG IM
• Pasien kondisi gaduh gelisah tampak ada
agitasi
– Tindakan berbahaya
– Melempar barang
– Berteriak-teriak
• Tatalaksana medikamentosa untuk restrain
kimiawi antipsikotik tipikal kerja cepat
Haloperidol 5 mg IM
• Bila agitasi berat, bahkan dapat kombinasi
diberikan haloperidol IM dengan
benzodiazepine (pada PANSS-EC 6-7)
GADUH GELISAH dan AGITASI
• Definisi: Aktivitas motorik atau verbal yang berlebih yang sifatnya
tidak bertujuan.
• Agresi: bagian dari gaduh gelisah seperti agitasi, namun biasanya akan
ada tindakan/perilaki fisik maupun verbal sengaja/terencana untuk
menyakiti atau merusak
• Dapat berupa:
• Hiperaktivitas
• Menyerang
• Verbal abuse, memaki-maki
• Gerakan tubuh dan kata-kata mengancam
• Merusak barang
• Berteriak-teriak
• Gelisah, bicara berlebih
• Kondisi Berat Agitasi
• Tindakan kekerasan atau merusak
• Distres berat
• Mencelakai diri sendiri, keluarga, atau orang lain
Positive and Negative Syndrome Scale
(PANSS-EC)
• Consists of 5 items:
• excitement,
• tension,
• hostility,
• uncooperativeness, and
• poor impulse control.
• rated from 1 (not present) to 7 (extremely severe);
• scores range from 5 to 35;
• mean scores ≥ 20 clinically correspond to severe
agitation.
http://www.medscape.com/viewarticle/744430_2
Tatalaksana Agitasi
• Bila skor PANSS-EC berkisar pada skor 2-3, maka
dilakukan persuasi dan medikasi oral.
• Haloperidol 2x5 mg untuk pasien dewasa
• Haloperidol 0,5 mg atau Lorazepam 0,5 mg untuk anak dan
remaja
uptodate
Summary
• For severely violent patients requiring immediate sedation, give:
• a rapidly acting first generation (typical) antipsychotic (eg, droperidol)
or
• should be avoided in cases of alcohol withdrawal, benzodiazepine withdrawal, other
withdrawal syndromes, anticholinergic toxicity, and patients with seizures
• benzodiazepine alone (eg, midazolam) or
• retain efficacy in acute psychosis
• a combination of a first generation antipsychotic and a benzodiazepine
(eg, droperidol and midazolam, or haloperidol and lorazepam).
• These combinations achieve more rapid sedation than either drug alone and may
reduce side effects
• Midazolam (5 mg IV or IM) and droperidol (5 mg IV or IM)
• Lorazepam (2 mg IV or IM) and haloperidol (5 mg IV or IM)
• For patients with agitation from drug intoxication or withdrawal
• give a benzodiazepine.
• For patients with undifferentiated agitation
• we prefer benzodiazepines, but first generation antipsychotics are a
reasonable choice.
• For agitated patients with a known psychotic or psychiatric disorder
• we prefer first generation antipsychotic agents, but second generation
antipsychotics are a reasonable choice.
“We Build Doctors”