Anda di halaman 1dari 42

CASE PRESENTATION

ANALISIS KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DENGAN PENDEKATAN H.L.


BLUM DAN DIAGNOSIS HOLISTIK
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Program Pendidikan Profesi
Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh :
Fajar Betahapsari
01.210.6153
Pembimbing :
dr. Ratnawati

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Diagnosis Holistik komprehensif pada pasien leptospirosis di puskesmas
halmahera.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka
menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

dr. Mohammad Hidayanto, selaku Kepala Puskesmas Halmahera yang telah


memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan

2.

Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Halmahera, Semarang.


Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Halmahera atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenunhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh

dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus Laporan Kasus
Analisis Kejadian Leptospirosis Dengan Pendekatan H.L. Blum Dan Diagnosis
Holistik di Puskesmas Halmahera periode Januari-Februari 2016 dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Semarang, Februari 2016
Penulis

ii

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus Diagnosis Holistik komprehensif pada pasien Leptospirosis di
Puskesmas Halmahera. Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Fajar Betahapsari (01.210.6153)

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan Dosen
Pembimbing dan Forum
Semarang, Februari 2016

Disahkan Oleh:
Kepala Bagian

Pembimbing dan Koordinator Pendidikan

IKM FK UNISSULA,

IKM FK UNISSULA,

dr. Tjatur Sembodo, MS(PH)

dr. Ratnawati

DAFTAR ISI

iii

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGATAR...........................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

iii

DAFTAR ISI

.....................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................


1.2 Tujuan Penelitian............................................................................
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................
1.3 Manfaat...........................................................................................
1.3.1 Manfaat Bagi Masyarakat.....................................................
1.3.2 Manfaat Bagi mahasiswa......................................................

1
3
3
3
3
3
4

BAB II ANALISA SITUASI ...........................................................................

2.1 Cara pengamatan dan Waktu Pengamatan......................................


2.1.1 Cara Pengamatan..................................................................
2.1.2 Waktu Pengamatan................................................................
2.2 Hasil Pengamatan...........................................................................
2.2.1 Anamnesis Holistik...............................................................
2.2.2 Pemeriksaan Fisik.................................................................
2.2.3 Diagnosis Holistik.................................................................
2.2.4 Diagnosis keluarga ...............................................................

5
5
5
5
5
12
16
17

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................

26

3.1 Gambaran Proses Dan Masalah Yang Diamati...............................


3.2 Uraian Temuan Pada Setiap Aspek.................................................

27
27

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................

31

4.1 Kesimpulan ....................................................................................


4.2 Saran ..............................................................................................

31
31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

33

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 Plan of Action...................................................................................

vi

24

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram HL Blum........................................................................

19

Gambar 3.1 Diagram HL Blum........................................................................

26

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir rekam medis pelayanan dokter keluarga dengan diagnosis


holistik pada pasien Leptospirosis ................................................
Lampiran 2. Dokumentasi ..................................................................... 35

viii

34

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia, khususnya di negara-negara yang beriklim tropis dan
subtropis serta memiliki curah
Organization

(WHO)

hujan

yang

menyebutkan kejadian

tinggi. World

Health

Leptospirosis

untuk

negara subtropis adalah berkisar antara 0,1-1 kejadian tiap 100.000


penduduk per tahun, sedangkan di negara tropis berkisar antara 10100
kejadian tiap 100.000 penduduk per tahun (WHO, 2012). Indonesia
sebagai negara tropis merupakan negara dengan kejadian Leptospirosis
yang tinggi serta menduduki peringkat ketiga di dunia dibawah China
dan India untuk mortalitas. Penyakit bersumber tikus yang pernah
dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah diantaranya
Pes

dan

Leptospirosis.

adalah

penyakit

Salah satu wilayah Endemis Leptospirosis

adalah di kota Semarang. Angka kejadian Leptospirosis paling tinggi di


Semarang terdapat di Kecamatan Tembalang, Gayamsari, Candisari,
Semarang Barat dan Semarang Selatan (Ramadhani, 2009).
Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan
yang

terinfeksi

kuman

leptospira

yang

biasanya

masuk

melalui

conjunctiva atau kulit yang terluka. Pada kulit yang utuh, infeksi dapat
pula terjadi apabila seseorang kontak dengan air, tanah, dan tanaman yang
terkontaminasi urin tikus atau hewan lain seperti anjing, kucing dll

yang sakit l e p t o s p i r o s i s

dalam waktu yang lama (Ramadhani,

2013). Umumnya, penyakit leptospirosis merupakan penyakit yang


banyak terjadi di daerah rawan banjir karena kejadian penyakit ini
paling tinggi setelah banjir

tersebut

surut. Angka kejadian kasus

leptospirosis di Kota Semarang dari periode I Januari 31 desember 2015


sebanyak 11 kasus (Sp3 Online Kota Semarang).
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kejadian Leptospirosis

berkaitan

dengan

faktor

lingkungan. Pada

penelitian Dwi Sarwani (2005) mendapatkan hasil bahwa beberapa


faktor

lingkungan

fisik

yang merupakan

faktor

risiko

kejadian

leptospirosis berat adalah kondisi tempat pengumpulan sampah (Odd


Ratio = 1,2 dengan 95% CI 0,6-2,7), kondisi selokan (Odd Ratio = 5
dengan

95%

CI

2,3-10,6).

Faktor

lingkungan

biologik

yang

merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus


di dalam rumah (Odd Ratio = 38,1 dengan 95% CI 8,6169,8).
Penyakit

leptospirosis

berhubungan dengan

merupakan

lingkungan.

Faktor

penyakit

yang

sangat

lingkungan

yang

sangat

berperan dalam kejadian leptospirosis adalah sanitasi rumah. Sanitasi


rumah dapat dikatakan baik apabila memenuhi
rumah
penyakit

sehat

yaitu

antar

memenuhi

penghuni

rumah

salah

satu

kriteria

persyaratan pencegahan penularan


dengan

penyediaan

air bersih,

pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus,

kepadatan

hunian

yang

tidak

berlebihan,

cukup

sinar

matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,


disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup (Rusmini, 2011:86).
1.2

Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap Leptospirosis berdasarkan pendekatan

1.2.2

H.L. Blum dan Diagnosisi Holistik.


Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku
yang mempengaruhi terjadinya Leptospirosis.
1.2.2.2
Untuk memperoleh informasi mengenai

faktor

lingkungan yang mempengaruhi terjadinya Leptospirosis


1.2.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan

yang

mempengaruhi

terjadinya

penyakit

Leptospirosis
1.3

Manfaat
1.3.1

Bagi Masyarakat
1.3.1.1 Masyarakat mengetahui mengenai Leptospirosis.
1.3.1.2 Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup sehat.
1.3.1.3 Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan
terhadap penyakit Leptospirosis.

1.3.2

Bagi Mahasiswa
1.3.2.1 Mahasiswa mengetahui langsung masalah yang ada di
lapangan.
1.3.2.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai
penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.
1.3.2.3 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan
tentang ilmu kesehatan masyarakat.

1.3.2.4 Sebagai media yang dapat mengembangkan ketrampilan


sebagai dokter.
1.3.2.5 Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang
ilmu kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

BAB II
ANALISA SITUASI

2.1. Cara Pengamatan Dan Waktu Pengamatan


Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Aspek Perilaku dan lingkungan
dilakukan diamati dengan melakukan kunjungan rumah pasien di Sarirejo
002/ 006 wilayah kerja Puskesmas Halmahera Semarang.
Waktu pengamatan:
1)

Kamis, 4 Februari 2016 pukul 09.00 WIB

2)

Jumat, 5 Februari 2016 pukul 09.00 WIB

3)

Selasa, 9 Februari 2016 pukul 09.00 WIB

2.2. Hasil Pengamatan


2.2.1 Anamnesis Holistik
2.2.1.1 Aspek 1 Personal
IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. BR

Usia

: 14 th

Jenis kelamin

: laki-laki

Pekerjaan

: Pelajar

Pendidikan

: SMP

Alamat

: Gedong utara 1045 RT 02 RW 06


Kelurahan Sarirejo Kota Semarang

Keluhan utama

: panas, nyeri otot

Harapan

: pasien sembuh dan segera masuk sekolah

Kekhawatiran

: panas terus menerus, tertinggal banyak


pelajaran, sakit parah

2.2.1.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas
tinggi, terus menerus, tanpa sebab, nyeri otot (+), Nyeri
pada betis (+), Kemerahan pada mata (+), kekuningan pada
mata (-), malaise (+), leher kaku (-), nyeri perut (-), nyeri
sendi (+), menggigil (+), batuk (+), nyeri perut (-), mual (-),
muntah (-), mencret (+) bintik merah seperti digigit nyamuk
(-), kencing kecoklatan seperti teh (+), muntah darah (-).
Pasien dibawa ke puskesmas Halmahera, lalu dirujuk ke
rumah sakit Panti Wiloso Citarum namun penuh, lalu
dirujuk ke rumah sakit Ketileng.
Tetangga maupun teman penderita tidak ada yang
sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Penderita baru pertama kali sakit seperti ini
- dirawat di rumah sakit sebelumnya indikasi tipes.
- tidak mempunyai sakit kelainan darah, jantung, alergi,
dan lain sebagainya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak dan adik pasien menderita penyakit yang sama, dan

dahulu kakak pasien yang lain juga pernah menderita


penyakit yang sama .
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak lakilaki dan adik perempuan. Ayah bekerja sebagai supir
penghasilan Rp 50.000/ hari. Ibu tidak bekerja, menanggung
3 orang anak yang belum mandiri. Tidak ada sumber
penghasilan selain yang sudah disebutkan.
Kesan : Tingkat sosial ekonomi kurang.
2.2.1.3 Aspek 3 Kondisi Internal
Perilaku Kesehatan Pasien
Pengetahuan

pasien

kurang

mengenai

infeksi

leptospirosis, pasien berkebiasaan berenang, pasien tidak


pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.
Pasien juga memiliki pengetahuan yang cukup dalam
penerapan PHBS. Setelah aktivitas pasien dibiasakan cuci
tangan. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari. Pasien dekat
dan patuh pada semua anggota keluarga.
2.2.1.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal
Perilaku kesehatan orang tua pasien
Pengetahuan keluarga pasien cukup mengenai
infeksi leptospirosis, keluarga tidak pernah ikut kerja bakti
untuk membersihkan lingkungan. Keluarga juga memiliki
pengetahuan yang cukup dalam penerapan PHBS. Setelah

aktivitas selalu cuci tangan. Pasien mandi minimal 2x dalam


sehari.
2.2.1.5 Pelayanan Kesehatan
Keluarga pasien tinggal di Gedong Utara 1045 002/
006 cakupan Puskesmas Halmahera. Jarak rumah tempat
tinggal keluarga pasien dengan puskesmas tidak jauh
sehingga sangat mudah dicapai dengan akses transportasi
apapun. Keluarga pasien selalu memeriksakan diri ke
puskesmas saat merasa mengalami keluhan
2.2.1.6 Derajat fungsional
Derajat fungsional

2.2.2 Anamnesis Keluarga

: 2 (dua)

ANAMNESIS KELUARGA
Genogram

keterangan gambar:
:
Laki-laki
:

Perepuan

Pasien

Bentuk dan struktur keluarga


Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara tinggal
dari kecil dengan ayah, ibu, dan kakak lak-laki dan adik perempuan
yang keduanya belum bekerja dan belum menikah.
Fase kehidupan keluarga
Ayah dan ibu pasien menikah saat usia ayah 23 tahun dan
usia ibu 20 tahun pada tahun 1995, anak pertama laki-laki lahir
tahun 1996, anak kedua laki-laki (pasien) lahir tahun 2001. Anak
ketiga perempuan lahir tahun 2010. Seluruh anak belum bekerja dan
tidak membantu ekonomi keluarga.
Identifikasi fungsi keluarga
Menu makanan dirumah selalu diusahakan makan sayur dan lauk

10

pauk
Sumber penghasilan dari ayah yang bekerja sebagai supir dengan
upah Rp 50.000/hari.
Keluarga tidak mengatur penghasilan dan kebutuhannya
Risiko-risiko internal keluarga
Keluarga pasien terdiri dari seorang ayah, ibu dan tiga
orang anak, aspek kebiasaan keluarga pasien menjadi aspek resiko
bagi penyakit yang dialaminya saat ini.
Risiko-risiko eksternal keluarga
Perilaku kesehatan lingkungan
Pengetahuan

lingkungan

rumah

tinggal

pasien

mengenali infeksi leptopsira, jarang diadakan kerja bakti untuk


membersihkan lingkungan. Daerah rumah berdekatan dengan
sungai yang tidak mengalir.
Keadaan Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan Sarirejo, rumah sekitar 50
meter dari jalan besar. Luas rumah lebih kurang 9x5m2 .Batas
kanan, kiri, dan belakang adalah dinding yang langsung
berbatasan dengan rumah tetangga. Halaman rumah pasien
kering. Ruang tamu dan ruang keluarga tidak dibatasi oleh bilik.
Lantai rumah berkeramik. Bagian belakang rumah adalah dapur,
kamar mandi, dan tempat mencuci, ada ventilasi maupun genting
kaca di bagian belakang, dan kamar mandi- dapur dibatasi
tembok.

Di

bagian

belakang

rumah

terdapat

tempat

penampungan air. Di bagian depan rumah terdapat pakaian-

11

pakaian yang menggantung. Terdapat dua kamar tidur di dalam


rumah yang ditempati masing-masing 2 orang dan 3 orang, hanya
diisi bed tempat tidur. Ventilasi udara bangunan rumah hanya
berasal dari pintu depan dan jendela rumah. Penerangan berasal
dari lampu listrik, ada akses untuk mendapatkan cahaya matahari
sepanjang waktu dari hingga sore hari melalui genteng kaca
belakang rumah. Sumber air bersih untuk air minum didapatkan
dari sumur sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti mandi dan
mencuci didapatkan dari sumur. Penilaian air minum secara fisik
: kualitas air jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Septik tank terletak 5 m dari sumur bor yang
digunakan sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari selain
memasak. Pasien membuat wadah pembuangan sampah yang
terbuat dari ember bekas berukuran besar dan diletakkan di tepi
gang depan rumahnya yang berjarak 5 m dan 7 m dari sumur.
Sampah tersebut dikumpulkan setiap hari oleh petugas sampah.
Jika petugas sampah tidak datang, sampah ditimbun hingga
menumpuk.

Denah Rumah Keluarga Pasien


2
3
1

Keterangan :
1. Kamar tidur
2. Kamar mandi
3. Dapur

4. teras

12

Pelayanan Kesehatan
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam
wilayah cakupan Puskesmas Halmahera. Akses terhadap puskesmas
juga mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan
umum.
2.2.3 Pemeriksaan Fisik
Status praesens :
Umur
BB
PB
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
Nadi
RR
Temperatur
Keadaan tubuh
Anemik
Sianotik
Ikterik
Turgor
Tonus
Rambut
Kulit
Oedema
Cerebral
Dyspnoe
Kepala
Lingkar kepala
UUB

: 14 th
: 43,5 kg
: 143 cm
: baik
: komposmentis
: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
: 20 x/menit
37,2 C
: (-)
: (-)
: (-)
: cukup
: normotoni
: kemerahan, tidak mudah dicabut
: petechie (-)
: (-)
: kejang (-)
: (-)
: mesosefal (lingkar kepala 40 cm)
: datar

13

Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Bibir
Selaput lendir
Lidah
Gigi
Tenggorokan
Leher
Dada
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
suara dasar
suara tambahan
paru

: konjungtiva palpebra anemis - / : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)


: sekret (-)
: sianosis (-), kering (-)
: kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
: kering (-)
: kotor (-), tremor (-)
: karies (-)
: T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran (-)
Pembesaran nnll (-)
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
: stem fremitus kanan = kiri
: sonor seluruh lapangan paru
:
: vesikuler
: ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan

Jantung
Batas kiri : SIC V 2 cm
medial LMCS
Batas atas : SIC II LPS
sinistra
Batas
kanan
: SIC II :LPS
Bunyi
jantung
BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Apex
cordis
:
tidak kuat angkat dan tidak melebar
dextra
Frekuensi
: 100 x/menit
Aktivitas
: normoaktif
Thrill
: (-)
Irama
: reguler
Souffle
: (-)
Mitral
: M1 > M2
Aortal
: A1 < A2
Pulmonal
: P1 < P2
Abdomen
Inspeksi
: Datar, lemas, venektasi (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) Normal
Perkusi
: Hepar
: - BH, tympani
Lien
Palpasi

: So
: Hepar teraba

14

Lien tak teraba


Alat kelamin
: laki-laki, dalam batas normal
Kelenjar
Pembesaran nnll leher (-)
Anggota gerak
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-/Sianosis
-/-/Oedem
-/-/Capp. Refill
< 2
< 2
Reflek fisiologis
+/+N
+/+N
Reflek patologis
-/-/Uji tourniquet
:PEMERIKSAAN STATUS GIZI
Status Gizi Antropometri NCHS WHO
Laki-laki : BB = 43,5 kg, PB= 143 cm
BMI : 20,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Tidak dilakukan

2.2.4 Diagnosis Holistik


a Aspek 1 Personal
- Keluhan

: demam dan nyeri otot

- Kekhawatiran : keadaan memburuk, terlalu lama tidak masuk


sekolah, pasien meninggal
- Harapan

: agar sehat dan bisa sekolah kembali

b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


- Diagnosis kerja

: suspek leptospirosis

- Diagnosis Banding : demam berdarah


c Aspek 3 Kondisi Internal

15

Pengetahuan pasien kurang mengenai leptospirosis, pasien


berkebiasaan berenang, pasien tidak pernah ikut kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan. Pasien juga memiliki pengetahuan yang
cukup dalam penerapan PHBS. Pasien mandi minimal 2x dalam
sehari. Pasien dekat dan patuh pada semua anggota keluarga.

d Aspek 4 Kondisi Eksternal


Pengetahuan keluarga pasien cukup mengenai infeksi
leptospirosis, keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan
yang cukup dalam penerapan PHBS. Pasien mandi minimal 2x
dalam sehari.
e Aspek 5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional

:2

2.2.5 Diagnosis keluarga


a

Aspek 1 Personal
- Keluhan

: panas, nyeri otot

- Kekhawatiran

: keadaan memburuk, terlalu lama tidak

masuk

sekolah

sehingga

ketinggalan

pelajaran,

pasien

meninggal.
- Harapan
b

: agar pasien sehat dan bisa sekolah kembali.

Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

16

Diagnosis kerja

: suspek leptospirosis

Diagnosis Banding

: demam berdarah

Aspek 3 Kondisi Internal


Pengetahuan keluarga pasien cukup mengenai infeksi
leptospirosis, keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan
yang cukup dalam penerapan PHBS. Setelah aktivitas selalu cuci
tangan. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.

Aspek 4 Kondisi Eksternal


Terdapat Banyak genangan air di sekitar lingkungan rumah
pasien. Dekat rumah terdapat sungai yang kotor dan airnya tidak
mengalir yang dapat menjadi sarang tikus. Lingkungan tempat
tinggal pasien Jarang diadakan kerja bakti. Masyarakat di
slingkungan tempat tinggal pasien kurang peduli akan kesehatan.

Aspek 5 Derajat Fungsional


Derajat fungsional : 1(satu)

2.2.6 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif


1.

Identifikasi Masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab timbulnya infeksi leptospirosis pada anak, yaitu:
a.

Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah

b.

dengan kebersihan rendah


Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang
banyak genangan air

17

c.
d.
e.

Tidak menggunakan alas kaki saat di dapur dan mencuci pakaian


Kebiasaan pasien berenang di kolam yang kotor.
Kebiasaan PHBS pasien dan keluarga.

18

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.

Gambaran Proses Dan Masalah Yang Diamati


3.1 Intervensi

a. Promotif
Patient centered
Pasien dijelaskan tentang infeksi leptospirosis serta
cara-cara yang dapat dilakukan dalam rangka pemberantasan
dan pencegahan penyakit tersebut.
Penjelasan tentang infeksi leptospirosis meliputi :
Penyebab dari penyakit ini adalah Leptospira sp. yang
ditularkan dengan perantaraan tikus. Tikus pembawa penyakit
kencing pada genangan air, sehingga bakteri dapat masuk
melalui luka pada kulit terutama kaki tanpa alas kaki.
Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya
karena dapat mematikan.
Family oriented
Penjelasan tentang infeksi leptospirosis dan cara
penularannya meliputi : Penyebab dari penyakit ini adalah
Leptospira sp. yang ditularkan dengan perantaraan tikus. Tikus
pembawa penyakit kencing pada genangan air, sehingga
bakteri dapat masuk melalui luka pada kulit terutama kaki

19

tanpa alas kaki. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut


sangat berbahaya karena dapat mematikan.
Community oriented
Penjelasan tentang infeksi leptospirosis meliputi : Penyebab
dari penyakit ini adalah Leptospira sp. yang ditularkan dengan
perantaraan tikus. Tikus pembawa penyakit kencing pada
genangan air, sehingga bakteri dapat masuk melalui luka pada
kulit terutama kaki tanpa alas kaki. Dijelaskan pula bahwa
penyakit tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.
Cara membasminya dengan membunuh tikus, sering kerja
bakti, menggunakan alas kaki, cuci tangan dan kaki setelah
beraktivitas. Puskesmas menggalakkan kegiatan survaillans
mengenai kejadian leptospirosis secara berkala seperti
pengecekan air pada sekolah, kolam renang, dan lingkungan
rumah. Mendeteksi dengan mikroskop medan gelap. Pelaporan
segara pada petugas bila ada kasus 3x24 jam.

b. preventif

Patient centered :
1) Menggunakan alas kaki
2) Cuci tangan dan kaki setiap sebelum dan setelah aktivitas
3) Berenang di kolam yang jernih

Family oriented

20

1) Pemberantasan vektor tikus


2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Gunakan alas kaki saat beraktifitas terutama yang
behubungan dengan air.
4) Pelatihan penutupan luka untuk menghambat jalan masuk
patogen leptospirosis
5) Pelatihan PHBS seluruh anggota keluarga
6) Membersihkan lingkungan sekitar
7) Screening leptospirosis pada keluarga pasien
Community oriented
1) Pemberantasan vektor tikus
2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air
3) Penyuluhan PHBS dan penyakit yang berhubungan
dengan vektor dan lingkungan (leptospira, demam
berdarah, tiphoid, cacing)
4) Kerja bakti di sekitar lingkungan Sarirejo.

5) Screening leptospirosis pada lingkungan sekolah dan


tempat tinggal pasien
c. Kuratif
Patient centered
1. Perawatan
Infus kristaloid iv6-7cc/kgBB/jam
2. Medikamentosa
Ampisilin 75 mg/kg/hari
Amoksisilin 50 mg/kg/hari
Amati status pasien
Family oriented

21

1) Memeriksakan anggota keluarga yang sedang sakit ke


pelayanan kesehatan terdekat
Community oriented
1) Memeriksakan warga yang sedang sakit ke pelayanan
kesehatan terdekat
b) Rehabilitatif
Patient centered
1) Rutin kontrol pengobatan hingga pasien ditanyakan sembuh
oleh dokter
2) Untuk

menjaga

gizi

tetap

baik,

maka

penderita

diberitahukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas


makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan asupan
makanan anak tetap terpenuhi dengan baik. Ingatkan pasien
untuk selalu menerapkan PHBS.
Family oriented
1) Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal
yang memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau
menyebabkan kekambuhan
2) Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke
puskesmas hingga dinyatakan sembuh oleh dokter
3) Untuk

menjaga

gizi

tetap

baik,

maka

penderita

diberitahukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas

22

makanan anak sehari-hari di rumah, agar kebutuhan asupan


makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.
Community oriented
Puskesmas menggalakkan kegiatan survaillans mengenai
kejadian leptospirosis secara berkala seperti pengecekan air
pada sekolah, kolam renang, dan lingkungan rumah.
Mendeteksi dengan mikroskop medan gelap. Pelaporan segara
pada petugas bila ada kasus 3x24 jam.

Table 2.5 Plan of Action

3.2.

Gambaran Proses Dan Masalah Yang Diamati

GENETIKA
Tidak ada peran genetic dalam
kejadian leptospirosis

LINGKUNGAN
- Banyak genangan air
- Dekat rumah terdapat
sungai yang kotor dan
airnya tidak mengalir
- Jarang diadakan kerja
bakti
- Masyarakat
kurang
peduli akan kesehatan

PERILAKU

INFEKSI
LEPTOSPIR
OSIS

- Pengetahuan PHBS
- Berenang di tempat
yang kurang bersih
- Aktif bermain

Gambar 3.1 Diagram HL Blum

PELAYANAN
KESEHATAN

3.3.

Uraian Temuan Pada Setiap Aspek


Tidak ada permasalahan
Berdasarkan

dalam pelayanan kesehatan

masalah
yang
ditemukan
dengan
infeksi
leptospirosisdari

aspek

yang

berhubungan dengan munculnya infeksi leptospirosis pada pasien, analisis


terhadap masalah tersebut didasarkan pada teori adalah sebagai berikut:
1.

Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu
terhadap rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Belum mengatakan
derajat kesehatan manusia dipengaruhi 4 faktor yaitu genetik (hereditas),
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku. Pengetahuan seseorang

23

24

sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan penyakit karena


pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2007).
Sedang menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan
atau heredity dan lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh
pada diri individu dalam berperilaku, lingkungan turut berpengaruh
dalam perkembangan bawaan atau kehidupan seseorang.
Data tentang perilaku pasien diperoleh dari alloanamnesa kepada
anggota keluarga pasien saat kunjungan kerumah pasien, perilaku pasien
menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian leptospirosis, antara
lain:
- Pasien dan keluarga tidak rajin membersihkan rumah (PHBS)
- Pasien dan keluarga memiliki kebiasaan meninggalkan dan
-

membuang sisa makanan disembarang tempat


Pasien dan keluarga tidak menggunakan APD saat bekerja dan saat

membersihkan rumah
Pasien dan keluarga

menggunakan sabun sehabis bekerja dan beraktifitas


Pasien tidak memiliki kebiasaan memakai alas kaki saat didapur

tidak

membiasakan

mencuci

tangan

dan kamar mandi


Berdasarkan teori tentang faktor perilaku, perilaku pasien sangat
rentan terinfeksi bakteri leptospirosis, dikarenakan perilaku pasien yang
tidak menggunakan APD saat bekerja mencari kepiting disungai dan
sawah. Riwayat kontak dengan genangan air terbukti sebagai factor risiko

25

terjadinya leptospirosis karena bakteri leptospirosis dapat bertahan hidup


di

air

sampai

sekitar

satu

bulan

terutama

dalam

air

tawar

(Jurnalkesmas.ui,vol.8, 2013.)
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat dalam pencegahan leptospirosis ditentukan
oleh pengetahuan, kepercayaan, norma, keturunan dan lingkungan dari
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas
pelayanan

kesehatan

juga

akan

mendukung

dan

memperkuat

terbentuknya perilaku pencegahan leptospirosis.

2.

Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar tempat
tinggal dan rumah pasien, dari hasil survey didapatkan:
-

luas rumah pasien +- 9m x 5m yang dihuni oleh 5 anggota keluarga.


Ventilasi rumah terdapat 2 buat berupa jendela didepan
Rumah terdiri dari 1 lantai berlantai keramik
Terdapat 1 MCK utnuk keperluan 5 anggota keluarga
Jarak antara tiap rumah berdempetan
Kondisi tempat pembuangan sampah dan selokan banyak terdapat
sampah
Berdasarkan dari kriteria rumah sehat secara umum sebagai

berikut:
1. Memenuhi
penghawaan,

kebutuhan

fisiologis

antara

lain

pencahayaan,

dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari

kebisingan yang mengganggu


2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,

26

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni


rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja, dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara
lain, persyaratan garis sempadan jalan konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir (Dinkes Provinsi Jawa
Tengah, 2005: 24).
3.

Pelayanan Kesehatan
Tidak

ada

masalah

pada

pelayanan

kesehatan

dalam

hubungannya dengan infeksi leptospirosis.


4.

Genetik/Kependudukan
Tidak ada terdapat hubungan antara penyakit leptospirosis
dengan genetik keluarga.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga pasien,
laporan ekonomi keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya saja, sedangkan untuk perilaku serta kebiasaan pasien dan

27

keluarga tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pasien


memiliki kebiasan tidak menggunakan alas kaki saat ke dapur dan
kamar mandi, tidak mencuci tangan menggunakan sabun setelah
beraktifitas.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
1)

Kepadatan penduduk
Pasien tinggal didaerah padat penduduk dengan tingkat kebersihan
lingkungan yang buruk. Seperti terdapat banyak sampah yang
berserakan, selokan yang terdapat sisa-sisa makanan.

2)

Sanitasi Lingkungan
Didapatkan banyaknya barang-barang bekas yang berserakan sehingga
dapat digunakkan sebagai tempat sarang tikus. Dan kondisi tempat
sampah yang sudah tidak layak pakai membuat sampah jadi berserakan.

3)

Kepadatan Vektor
kepadatan vector tinggi risiko penularan penyakit Leptospirosis
meningkat.

4)

Perilaku Pasien
Pasien mempunyai kesadaran PHBS yang kurang dan memiliki kebiasan
berenang.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:
1. Untuk keluarga
Memotivasi keluarga apabila ada yang sakit demam disertai
kekuningan pada kulit untuk segera dibawa ke Puskesmas.

28

29

Memotivasi keluarga untuk membersihkan rumah dan mengubur

barang-barang bekas yang tidak terpakai.


Memotivasi keluarga pasien untuk tidak menaruh sisa makanan di

tempat terbuka.
Memotivasi untuk selalu hidup bersih dan sehat.
2. Untuk puskesmas

Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang PHBS

Aktif melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk memeriksa


kebersihan dan kesehatan lingkungannya dan melapor ke puskesmas
sebagai tindakan pencegahan.
3. Untuk masyarakat

Mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti secara berkala,


terutama untuk membersih tempat-tempat gorong gorong air dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat digunakan sebagai sarang
tikus.

DAFTAR PUSTAKA
Agus

Priyanto, 2008, Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus di Kabupaten Demak), Tesis:
Pasca Sarjana Undip

Aru W. Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Depkes

RI,
1999,
Keputusan
Menteri
829/MENKES/SK/VII/1999, Jakarta: Depkes RI

Kesehatan

No.

___________,
2003,
Pedoman
Tatalaksana
Kasus
dan
Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit,
Direktorat
Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan, Jakarta: Depkes RI.
___________,
2005,
Indonesia,

Pedoman

Penanggulangan

Leptospirosis

Di

Jakarta: Depkes RI Ditjen P2P danPLP


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2010, Jakarta: Depkes
Dinkes Kota Semarang, 2010, Profil Kesehatan Kota Semarang 2010,
Semarang:
DKK Semarang
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010,
Kasus Leptospirosis Kota

Rekapitulasi

Laporan

Bulanan

Semarang. DKK Semarang


Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2005, Pedoman Teknis Penilaian Rumah
Sehat
untuk Puskesmas, Semarang: DKP Jateng
___________, 2009, Profil Kesehatan Provinsi Jateng 2009, Semarang:
DKP
Jateng
___________, 2010, Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan
Rumah

30

31

Tangga, Semarang: DKP Jateng


___________, 2011, Buku Saku Kesehatan Provinsi Jateng 2011, Semarang:
DKP
Jateng
Djoni

Djunaedi, 2007, Kapita Selekta Penyakit Infeksi Ehrlichiosis,


Leptospirosis, Riketsiosis, Antraks, Penyakit Pes. Malang: UMM Pres

Dwi

Sarwani Sri Rejeki, 2005, Faktor Resiko Lingkungan yang


Berpengaruh terhadap Kejadian Leptospirosis Berat, Tesis: Program
Studi Epidemiologi Undip Semarang

Ima Nurisa, 2005, Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus dan Mencit)


di Indonesia,Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 4 No 3
Mukono,

2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya:


Airlangga University Press
Ramadhani, Tri. 2015. Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan
Pemukiman di Daerah Endemis Leptospirosis di kota Semarang,
Semarang
Rusmini,

2011, Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus)


Cara Pencegahannya, Yogyakarta:Penerbit Gosyen Publishing

&

Soeharsono, 2002, Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia


2,Jakarta:Kanisius
Jurnal

Kesehatan
Masyarakat
November 2013

Nasional

Vol . 8 ,

No.4,

Depkes RI.2008. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan


Penanggulangan Kasus Leptospirosis di Indonesia
WHO. 2012. Tropical desease surveillance,WHO
Ramadhani,Tri,Bambang Yunianto. 2013. Reservoir dan Kasus Leptospirosis di
Wilayah Kejadian Luar Biasa. Balai Litbang Pencegahan Penyakit
Berbasis Binatang:Banjarnegara, Jawa Tengah

32

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru

REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGA


DENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI
KOMPREHENSIF

No Rm
Identitas Umum Pasien
Nama Lengkap
Tempat Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Alamat
DESA/KELURAHAN
KABUPATEN/KOTA

LAKI LAKI

PEREMPUAN

ISLA
Agama

KATHOLI

KRISTEN
BELUM

KAWI
Status Perkawinan

KAWIN

Pendidikan Terakhir

SD

SMP
WIRASWAST

Pekerjaan
Kewarganegaraan
Cara Pembayaran
Nama Penanggung

PNS
A
WNI
WNA
ASURANSI SWASTA

HINDU
JANDA

DUDA

SMA
TNI/POLR

DIPLOMA
PELAJAR/

WA
BPJS

Jawab
Notelp/ Hp
Klinik Yang Dituju

Balai Pengobatan Umum


Kesehatan Ibu Dan Bayi
Lansia
Rehabilitasi Medik

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang
diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien tersebut di atas

Semarang,

(.)

UMUM/MA

33

LAMPIRAN

Bagian depan rumah

Atap kaca

Kamar tidur
Jendela rumah

34

Keadaan rumah

Pintu rumah

Kamar mandi

Dapur

Anda mungkin juga menyukai