Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA TN. T DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH RT 03/


RW 02 BAMBU APUS KELURAHAN PAMULANG BARAT

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik)

OLEH :

ANDRIANI AZHRI
231030230771

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Veri, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG TAHUN 2024
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari,
manusia menjadi tua melalui proses yang awalnya dimulai dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa dan selanjutnya menjadi tua. Semua orang tentunya akan mengalami
proses menjadi tua dan merupakan masa hidup manusia yang paling akhir. Lansia
mengalami berbagai penyakit akibat terjadinya penurunan struktur pembuluh darah
dan organ-organ tubuh pada manusia. Proses ini dimulai saat lansia mengalami
kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap (Lilik, 2011).

Word Health Organization (WHO) menyatakan 65 tahun merupakan usia yang mulai
mengalami proses yang berlangsung secara nyata dan selanjutnya disebut lansia.
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi
sebagai berikut : BAB 1 pasal 1 ayat 2 berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun keatas” (Kartinah, 2014).

B. Konsep Dasar Masalah Lansia


1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).

Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
2. Klasifikasi lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

3. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tidak acuh

4. Tugas Perkembangan Lanjut Usia


Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut
Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi
:
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan
dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak
memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya
yang telah dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan
mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi
terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

5. Masalah fisik pada lansia


Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah :
a. Mudah Jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka
b. Mudah Lelah Disebabkan oleh : faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan
atau perasaan depresi), gangguan organis, pengaruh obat-obat.
c. Berat Badan Menurun Disebabkan oleh : Pada umumnya nafsu makan
menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan, Adanya penyakit kronis,
Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan
terganggu, faktor-faktor sosioekonomis (pensiun).
d. Sukar menahan buang air besar disebabkan oleh : Obat-obat pencahar perut,
Keadaan diare, Kelainan pada usus besar, Kelainan pada ujung saluran
pencernaan (pada rektum usus).
e. Gangguan pada ketajaman penglihatan disebabkan oleh : Presbiop, Kelainan
lensa mata (refleksi lensa mata kurang), Kekeruhan pada lensa (katarak),
Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma).

6. Penyakit yang sering di jumpai


Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni :
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium,
dan ketidakseimbangan tiroid
c. Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit
kolagen lainnya d. Berbagai macam neoplasma

C. Justifikasi Diagnosis Keperawatan Gerontik


1. (D.0074) Gangguan rasa nyaman b.d Gejala Penyakit d.d Klien mengeluh sakit
kepada dan pusing, tensi tinggi
2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik b.d Kekakuan sendi d.d kaki klien
mengatakan sering merasa nyeri kaku sendi bagian lutut
3. (D.0111) Defisit Pengetahuan tentang Penyakit b.d Kurang Terpapar Informasi
d.d klien menanyakan gejala sakit

D. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 10-15 menit diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang hipertensi dan senam hipertensi atau darah
tinggi serta mempraktekannya dengan benar.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 10-15 menit diharapkan
peserta mampu :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjeleaskan tanda gejala hipertensi
c. Menjelaskan komplikasi hipertensi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi
e. Menjelaskan pengertian senam hipertensi
f. Menjelaskan manfaat senam hipertensi
g. Menjelaskan tujuan senam hipertensi
h. Mampu mempraktikkan cara senam hipertensi
E. Setting, Tempat dan Peserta
1. Waktu : kamis, 11 januari 2024
2. Tempat : RT 03/ RW 02

K P

DOSEN

Keterangan :
P : Penyaji materi
K : Klien
3. Peserta : Tn. T

F. Media/Alat/Bahan
1. Leaflet
2. Poster

G. Susunan Peran Mahasiswa


Moderator + Penyaji : andriani azhri

H. Rincian Implementasi dan Rincian Waktunya


No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Kegiatan
1. Pra 2 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
interaksi 2. Memperkenalkan diri 2. Menerima perkenalan
3. Kontrak waktu 3. Peserta menerima
4. Menyampaikan tujuan kontrak waktu
4. Peserta menerima
tujuan yang
disampaikan
2. Interaksi 10 menit 1. Menjelaskan materi 1. Peserta mendengarkan
tentang : dengan baik dan
 Pengertian kooperatif sampai
hipertensi dengan selesai
 Menjeleaskan 2. Peserta aktif bertanya
tanda gejala 3. Peserta memahami
hipertensi materi yang
 Menjelaskan didiskusikan bersama
komplikasi
hipertensi
 Menjelaskan hal-
hal yang perlu
diperhatikan
penderita
hipertensi
 Menjelaskan
pengertian senam
hipertensi
 Menjelaskan
manfaat senam
hipertensi
 Menjelaskan
tujuan senam
hipertensi
 Mampu
mempraktikkan
cara senam
hipertensi
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
3. Mendiskusikan
bersama tentang materi
yang sudah diberikan
3. Terminasi 3 menit 1. Memberikan 1. Peserta dapat
pertanyaan kepada menjawab
peserta 2. Peserta mendengarkan
2. Melakukan evaluasi kesimpulan dari
bersama dengan kegiatan penyuluhan
peserta 3. Peserta senang
3. Memberikan 4. Peserta menjawab
kesimpulan salam
4. Memberikan
reinforcement
5. Memberikan salam
penutup

I. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi (Struktur, Proses, Hasil)
1. Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan dengan tepat waktu
b. Penyelenggara penyuluhan sesuai setting tempat
c. Kontrak dengan lansia tepat dan sesuai rencana
2. Proses
a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi penyuluhan
b. Lansia aktif dalam kegiatan
c. Peserta penyuluhan mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai dengan
kondusif
d. Peserta mampu mengikuti senam hipertensi sampai selesai
3. Hasil
a. Peserta mengetahui pengertian hipertensi
b. Menjeleaskan tanda gejala hipertensi
c. Menjelaskan komplikasi hipertensi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi
e. Menjelaskan pengertian senam hipertensi
f. Menjelaskan manfaat senam hipertensi
g. Menjelaskan tujuan senam hipertensi
h. Mampu mempraktikkan cara senam hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Dede, K. (2006). Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Latifah, N. 2015. Satuan Acara Penyuluhan Dengan Penyakit Hipertensi.


MATERI PENYULUHAN TENTANG HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg (Latifah, 2015).

B. Tanda Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi. Individu yang menderita hipertensi kdang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala dapat muncul biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler. Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) dalam Latifah (2015), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Kesemutan
6. Mual, muntah
7. Kesadaran menurun

C. Komplikasi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh darah
diseluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita darah
tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
1. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan
otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil ringga jantung untuk memompa,
sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini
disertai dengan gangguan pembuluh darah jantung sendiri (jantung koroner) akan
menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan menyebabkan nyeri.
Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung
untuk memompa dan menimbulkan kematian (gagal jantung kongesti).
2. Sistem saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh darah yang tipis yang
akan melebar saat terjadi hipertensi dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh
darah retina yang akan menyebabkan gangguan penglihatan. Selain itu pencahnya
pembuluh darah dapat terjadi diotak dan dapat menimbulkan stroke.
3. Ginjal
Hipetensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak
berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat-zat berbahaya bagi
tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.

D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Penderita Hipertensi


Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan senam secara rutin dengan
takaran cukup, beberapa hal dibawah ini juga perlu mendapat perhatian :
1. Jika kelebihan berat badan
Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan kemungkinan mengalami
hipertensi meningkat lebih dari tiga kali lipat. Resiko itu akan terus meningkat
dengan bertambahnya berat badan. Menurunkan berat badan merupakan strategi
sangat efektif dalam mengatur pola hidup untuk menormalkan tekanan darah. Bila
kita berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg saja, tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg. Penurunan berat badan 10 kg dapat melipat duakan
perbaikan ini.
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Ternyata bila seseorang mendapat asupan garam secara berlebihan dalam jangka
waktu lama kemungkinan mengalami tekanan darah tinggi juga lebih besar.
Karena itu, kurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300 mg (satu sendok teh)
setiap hari. Dalam banyak penelitian diketahui, pengurangan konsumsi garam
menjadi setengah sendok per hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dan tekanan diastolik 2,5 mmHg. Pengaruh ini kebanyakan terjadi pada
lansia.
3. Usahakan cukup asupan kalium (potssium)
Kalium banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur mayur. Mineral ini
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5
kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potasium yang cukup.
4. Batasi minum alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum
berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar kerimbang
mereka yang tidak minum-minuman beralkohol. Jelaslah, kalau mereka
menghilangkan kebiasaan tersebut, tekanan darahnya akan turun.
MATERI PENYULUHAN TENTANG SENAM HIPERTENSI

A. Pengertian Senam Hipertensi


Salah satu cara pemeliharaan kesegaran jasmani dengan melakukan senam, karena
dapat merangsang aktifitas kerja jantung untuk melakukan perubahan yang
menguntungkan dalam tubuh seseorang yang melaksanakannya. Hal ini merupakan
usaha preventif/pencegahan tujuannya untuk meningkatkan jumlah interaksi oksigen
yang diproses di dalam tubuh dalam waktu tertentu.

B. Manfaat Senam Hipertensi


Manfaat senam hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar lemak
yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk
otot dan beberapa bagian tubuh lainnya, seperti : pinggang, paha, pinggul, perut
dan lain-lain.
2. Meningkatkan kelentukan, keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan
sanggup melakukan kegiatan-kegiatan atau olahraga lainnya. Bila seseorang
mempunyai motivasi untuk berlatih rutin dapat merupakan suatu program
penurunan berat badan.

C. Tujuan Senam Hipertensi


1. Melebarkan pembuluh darah
2. Tahanan pembuluh darah menurun
3. Berkurangnya hormon yang memacu peningkatan tekanan darah
4. Menurunkan lemak kolesterol yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai