(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik)
OLEH :
ANDRIANI AZHRI
231030230771
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Veri, S.Kep., M.Kep
Word Health Organization (WHO) menyatakan 65 tahun merupakan usia yang mulai
mengalami proses yang berlangsung secara nyata dan selanjutnya disebut lansia.
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi
sebagai berikut : BAB 1 pasal 1 ayat 2 berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun keatas” (Kartinah, 2014).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1
bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
2. Klasifikasi lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
a. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tidak acuh
D. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 10-15 menit diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang hipertensi dan senam hipertensi atau darah
tinggi serta mempraktekannya dengan benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 10-15 menit diharapkan
peserta mampu :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjeleaskan tanda gejala hipertensi
c. Menjelaskan komplikasi hipertensi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi
e. Menjelaskan pengertian senam hipertensi
f. Menjelaskan manfaat senam hipertensi
g. Menjelaskan tujuan senam hipertensi
h. Mampu mempraktikkan cara senam hipertensi
E. Setting, Tempat dan Peserta
1. Waktu : kamis, 11 januari 2024
2. Tempat : RT 03/ RW 02
K P
DOSEN
Keterangan :
P : Penyaji materi
K : Klien
3. Peserta : Tn. T
F. Media/Alat/Bahan
1. Leaflet
2. Poster
I. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi (Struktur, Proses, Hasil)
1. Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan dengan tepat waktu
b. Penyelenggara penyuluhan sesuai setting tempat
c. Kontrak dengan lansia tepat dan sesuai rencana
2. Proses
a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi penyuluhan
b. Lansia aktif dalam kegiatan
c. Peserta penyuluhan mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai dengan
kondusif
d. Peserta mampu mengikuti senam hipertensi sampai selesai
3. Hasil
a. Peserta mengetahui pengertian hipertensi
b. Menjeleaskan tanda gejala hipertensi
c. Menjelaskan komplikasi hipertensi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi
e. Menjelaskan pengertian senam hipertensi
f. Menjelaskan manfaat senam hipertensi
g. Menjelaskan tujuan senam hipertensi
h. Mampu mempraktikkan cara senam hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Dede, K. (2006). Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg (Latifah, 2015).
C. Komplikasi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pembuluh darah
diseluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang tinggi pada penderita darah
tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
1. Organ jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan
otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil ringga jantung untuk memompa,
sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini
disertai dengan gangguan pembuluh darah jantung sendiri (jantung koroner) akan
menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan menyebabkan nyeri.
Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung
untuk memompa dan menimbulkan kematian (gagal jantung kongesti).
2. Sistem saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh darah yang tipis yang
akan melebar saat terjadi hipertensi dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh
darah retina yang akan menyebabkan gangguan penglihatan. Selain itu pencahnya
pembuluh darah dapat terjadi diotak dan dapat menimbulkan stroke.
3. Ginjal
Hipetensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak
berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi penumpukan zat-zat berbahaya bagi
tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.