W
DENGAN MASALAH HIPERTENSI
DI RT 001 / RW 007 KELURAHAN SELAPANJANG
KOTA TANGERANG
Disusun Oleh :
Angelina Veronica : 191030200016
Ardina Sholeha : 191030200021
Dayang Sari : 191030200017
Delly Ema Sandria : 191030200018
Dina Haspiana : 191030200029
Dwi Putra Hartarto : 191030200020
1. Konsep Gerontik
A. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta
sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status
dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti
semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000) Menurut
Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa
manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad
seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011).
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam Uswatun Chasanah, 2016).
B. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
1. Pra lansia Seseorang yang berusia 45-59 tahun
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa
5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan
lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
C. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tidak acuh
D. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.menurut
Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:
1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan
penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu
mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya
peran bekerja.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang
anaknya.Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama
penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping
dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang besar
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat
mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri
6. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya
yang telah dewasa
7. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya.Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru.Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
E. Masalah Fisik Pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah :
1. Mudah Jatuh Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka
2. Mudah Lelah Disebabkan oleh : faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau
perasaan depresi), gangguan organis, pengaruh obat-obat.
3. Berat Badan Menurun Disebabkan oleh : Pada umumnya nafsu makan menurun
karena kurang gairah hidup atau kelesuan, Adanya penyakit kronis, Gangguan
pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, Faktor-faktor
sosioekonomis (pensiun).
4. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh : Obat-obat pencahar perut,
Keadaan diare, Kelainan pada usus besar, Kelainan pada ujung saluran
pencernaan (pada rektum usus).
5. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan Disebabkan oleh : Presbiop, Kelainan
lensa mata (refleksi lensa mata kurang), Kekeruhan pada lensa (katarak), Tekanan
dalam mata yang meninggi (glaukoma).
B. Klasifikasi
Joint national committee (JNC) pada tahun 2003 mengeluarkan klasifikasi hipertensi
sebagaimana tertera papa tabel berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC tahun 2003
Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistol Tekanan darah
darah (mmHg) diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160 ≥100
Sumber:Sari Indah N.Y, (2017:7)
C. Etiologi
Aspiani (2014:104) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2
bagian yaitu :
1. Hipertensi primer
Penyebab hipertensi primer belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa
faktor yang daapat memicu terjadinya hipertensi primer yaitu, faktor keturunan
bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi, ciri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari pada prempuan), ras (kulit
hitam lebih banyak dari pada kulit putih), dan kebiasaan hidup yang sering
menyebabkan timbulnya hipertensi seperti mengkonsumsi garam yang tinggi
(meleihi dari 30gr), kegemukan atau makan berlebih, stres, merokok, minum
alkohol, minum obat-obatan (Aspiani, 2014:104).
2. Hipertensi Skunder
Berbeda dengan hipertensi primer, jenis hipertensi ini penyebabnya sudah
diketahui sebagai berikut :
a. Penyakit ginjal seperti glomeulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut,
tumor (Aspiani, 2014:105).
b. Penyakit vaskular seperti arterosklerosis, hiperklasia, krombosis, aneurisma,
emboli kolestrol dan vaskulitis (Aspiani, 2014:105).
c. Kelainan endokrin seperti diabetes militus hipertiroidisme, hipotiroidisme
(Aspiani, 2014:105).
d. Penyakit syaraf seperti stroke, sydrom glulian bane (Aspiani, 2014:105).
e. Obat-obatan seperti kontrasepsi oral, kortikostiroid (Aspiani, 2014:105).
D. Patofisiologi
Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
vaskular perifer, dan refleks baroreseptor.Curah jantung ditentukan oleh volume
sekuncup dan frekuensi jantung.Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol.
Bila diameternya mengecil (vasokonstriksi), maka tahanan perifer meningkat dan
bila diameternya membesar (vasodilatasi), maka tahanan perifer akan menurun.
Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor ginjal. Jika
tekanan dan volume darah menurun, maka ginjal akan melepaskan renin dan
eritropoetin. Renin akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan
berubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II akan meningkatkan curah jantung dan
tahanan perifer. Sedangkan eritropoetin yang dilepaskan akan meningkatkan
pembentukan sel darah merah. Manifestasi dari ginjal ini secara keseluruhan akan
menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Muttaqin, 2009).
E. Manifestasi Klinis
Sari Indah N.Y (2017:5) gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara
lain jantung berdebar, penglihatan kabur, sakit kepala disertai rasa berat pada
tengkuk, kadang disertai dengan mual dan muntah, telinga berdering, gelisah, rasa
sakit di dada, mudah lelah, muka memerah, serta mimisan.
Hipertensi berat biasanya juga disertai dengan komplikasi dengan beberapa gejala
antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan
fungsi ginjal, gangguan serebral (otak). Gangguan serembral ini dapat
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak, kelumpuhan,
gangguan kesadaran, bahkan koma Sari Indah N.Y (2017:6).
Kumpulan gejala tersebut tergantung pada seberapa tinggi tekanan darah dan
seberapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak mendapatkan
penanganan. Selain itu, gejala-gejala tersebut juga menunjukkan adanya komplikasi
akibat hipertensiyang mengarah pada penyakit lain. Seperti penyakit jantung, stoke,
penyakit ginjal, dan gangguan penglihatan Sari Indah N.Y (2017:6).
G. Penatalaksanaan
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau
derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
1. Non farmakologik
Yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui akan
menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas,
menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta
rileks.
2. Farmakologik
Yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti kegunaannya dan
keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi
adalah:
a. Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
b. Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
c. ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
d. Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
e. Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
f. Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
g. Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan
h. False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.
H. Pengobatan Tradisional
1. Buah Timun
Dalam penelitian Sonia (2012), dengan mengkonsumsi mentimun dapat
menurunkan tekanan darah. Buah mentimun mengandung flavanoid yang sangat
terbukti dalam menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang
menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada
dinding pembuluh darah serta kandungan saponin yang dapat meningkatkan
absorpsi senyawa-senyawa diuretikum (natrium, klorida dan air) di tubulus
distalis ginjal, juga merangsang ginjal untuk lebih aktif hal ini yang mampu
menurunkan tekanan darah. Sifat diuretik pada mentimun yang terdiri dari 90%
air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh.Mineral yang kaya
dalam buah mentimun mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.
2. Daun Salam
Daun salam mengandung senyawa tanin, saponin, dan vitamin C. Tanin bereaksi
dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan
lemak. Sedangkan saponin berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu
sehingga menurunkan kadar kolesterol. Kandungan vitamin C di dalamnya
membantu reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu, akibat reaksi itu
meningkatkan ekskresi kolesterol. Mengkonsumsi 15 lembar daun salam dengan
cara di rebus dalam 2 gelas sampai tersisa satu gelas. Angkat, lalu saring.Minum
2 kali sehari masing-masing ½ gelas dinilai dapat menurunkan tekanan darah
(Setiawan, 2009).
3. Daun Seledri
Dalam penelitian Muzakar dan Nuryanto (2012), dengan mengkonsumsi daun
seledri mampu menurunkan tekanan darah.Pada 100 gram seledri terkandung 344
mg kalium.Didalam tubuh kalium berfungsi sebagai diuretik yaitu merangsang
pengeluaran cairan dalam tubuh yang diikat oleh garam. Selain itu, kandungan
apiin dalam seledri, berperan sebagai diuretic (memperlancar air kencing yaitu
membantu kerja ginjal dalam mengeluarkan cairan dan garam dari dalam tubuh,
berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah.
G. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari hipertensi yang berkelanjutan sebagai berikut :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi diotak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stoke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(Corwin, 2000 dalam Manurung, 2018:194)
2. Infrak miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arteroklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan jantung yang menyebabkan infrak (Corwin,
2000 dalam Manurung, 2018:195).
3. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-
kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknyaglomerulus, aliran darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronis (Corwin, 2000
dalam Manurung, 2018:195).
4. Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema (Amir, 2002 dalam Manurung,
2018:195).
5. Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan
yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin,
2000 dalam Manurung, 2018:195).
DAFTAR PUSTAKA
Manurung Nixson. 2018. Keperawatan medikal bedah, komsep, mind mapping dan nanda nic
noc, solusi cerdas lulus ukom bidang keperawatan - jilid 2. Jakarta : TIM
Sari Indah Nur Yanita (Tim Editor). 2017. Berdamai dengan hipertensi.Jakarta : Bumi
Medika
Aspiani Yuli Reni. 2014.Buku ajar asuhan keperawatan geontik, aplikasi nanda, nic dan
noc-jilid 1. Jakarta Timur :TIM
FORMAT PENGKAJIAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Genogram
Keterangan :
Klien :
laki-laki :
Perempuan :
Garis perkawinan :
Garis keturunan :
Tinggal dalam satu rumah :
V. Pemerikaan Fisik
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Penampilan : Kurang Rapih
Tanda vital
Tekanan Darah : 150/90mmHg
Nadi : 80x/mnt
Respiratory Rate : 19x/mnt
Suhu : 36,5oC
2. Kepala : Rambut berantakan dan tidak ada benjolan, luka
ataupun lesi.
Leher : Normal, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
kelenjar, tidak ada nyeri tekan ataupun nyeri telan.
3. Sistem respirasi :Tampak simetris, tidak ada distensi atau
pengembangan dada yang abnormal, tidak ada dispneu, tidak ada nyeri dada.
4. Sistem kardiovaskuler :
IramaJantung : Reguler
Nyeri Dada : tidak ada
BunyiJantung : Normal
CRT : 3dtk
Akral : Hangat
5. Sistem gastrointestinal
NafsuMakan : Baik
PorsiMakan : Habis
Minum : Air Putih Hangat
Mulut : Bersih
Mukosa : Kering
Tenggorokan : Normal
Abdomen : Normal Tidak Ada Nyeri Tekan
Buang Air Besar : 1x sehari
6. Sistem musculoskeletal
KemampuanPergerakanSendi : Terbatas
KekuatanOtot : 3 3
3 3
7. Sistem integument
Warna Kulit : Coklat
Tugor : Baik
Odema : Tidak Ada
Luka : Tidak Ada
Tanda Infeksi : Tidak Ada
8. Sistem neurosensori
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor
Sclera/Konjungtiva : Anemis
Pendengaran (Telinga)
GangguanPendengaran :Tidak
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
9. Sistem endokrin
Pembesaran Tyroid : Tidak
Hiperglikemia : Tidak
Hipoglikemia : Tidak
Luka Gangren : Tidak
Interpretasi hasil :
Keterangan :
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
Pada Ny. W mendapatkan skor 37 yang berarti bahwa Ny. W mampu melakukan
aktifitas namun memerlukan sedikit bantuan
bergerak sendiri) 10
20
Lemah (tidak bertenaga)
Gangguan/ tidak normal (pincang, diseret)
6. Status mental 0
Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri 0
TOTAL SKALA 30
Intepretasi :
0-24 : tidak berisiko
25-20 : risiko rendah
>51 : risiko tinggi
Ny. W termasuk lansia dengan kategori resiko jatuh yang rendah
Total score : 5
Penilaian
0 – 4 : Depresi tidak ada / Minimal
5 – 7 : Depresi ringan
8 – 15 : Depresi sedang
16 > : Depresi berat
Total Score : 5
A. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Hipertensi Intrakranial Penurunan Kapasitas Adaptif
- Ny. W mengatakan sering Idiopatik Intrakranial(D.0066)
sakit kepala
- Ny. W mengatakan sudah
minum obat namun
terkadang sakit kepala nya
datang lagi.
- Ny. Wmengatakan bahwa ia
memiliki sakit darah tinggi
DO :
- Kesadaran : composmentis
- Klien tampak Gelisah
- Vital sign :
TD : 150/90mmHg
N : 85x/mnt
RR : 19x/mnt
Suhu :36.5oC
DS : Kurang terpapar Defisit Pengetahuan Tentang
- Ny. W mengatakan tidak Informasi Hipertensi (D.0111)
paham tentang penyakit
yang dialami nya
- Ny. W mengatakan kurang
mendapatkan informasi
tentang penyakit yang
dialami nya.
- Ny.W mengatakan sering
merasa pusing tapi tidak
memeriksa tekanan
darahnya
- Ny. W mengatakan tidak
mengontrol pola makannya.
DO :
- Ny. W tampak bingung saat
dilakukan anamnesia
mengenai penyakit yang
dialaminnya
- Pemeriksaan Fisik
didapatkan :
Kesadaran : CM
TD : 150/90mmHg
N : 80x/mnt
RR : 19x/mnt
Suhu :36.5oC
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa I
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Penurunan Kapasitas Tujuan Intervensi
Adaptif Intrakranial b.d Setelah dilakukan asuhan A. Pemantauan Peningkatan
Hipertensi Intrakranial keperawatan gerontik Tekanan Darah
Idiopatik d.d Tensi tinggi diharapkan tekanan darah - Monitor Tekanan
pasien dapat membaik Darah
dengan kriteria Hasil : - Monitor Penurunan
1. Membaik (5 poin) tingkat kesadaran
2. Cukup Membaik (4 - Monitor Penurunan
poin) Frekuensi Jantung
3. Sedang (3 poin) - Dokumentasi Hasil
Dan sakit kepala pasien pemantauan.
dapat menurun dengan - Pemberian Terapi
kriteria Hasil : Tradisional (jus timun
1. Menurun (5 poin) selama 3x/minggu)
2. Cukup Menurun (4 - Kolaborasi dengan
poin) Dokter untuk
3. Sedang (3 poin) Pemberian Obat
Diuretik.
Diagnosa II
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Defisit Pengetahuan Tujuan Intervensi
Tentang Hipertensi Setelah dilakukan asuhan A. Edukasi Kesehatan
(D.0111) b.d Kurang keperawatan (Penyuluhan), - Identifikasi kesiapan
Terpapar Infomasi d.d diharapkan prilaku klien dan kemampuan
mananyakan masalah sesuai dengan pengetahuan menerima informasi
yang dihadapi dengan kriteria Hasil : - Sediakan materi dan
1. Meningkat (5 poin) media pendidikan
2. Cukup meningkat kesehatan
(4 poin) - Jadwalkan pendidikan
3. Sedang (3 poin) kesehatan sesuai
kesepakatan
Dan Klien mampu - Berikan kesempatan
menjelaskan pengetahuan untuk bertanya
tentang penyakit hipertensi - Jelaskan factor resiko
dengan kriteria Hasil : yang dapat
1. Meningkat (5 poin) mempengaruhi
2. Cukup Meningkat kesehatan
(4 poin) - Gambarkan tanda dan
3. Sedang (3 poin). gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
dalam menanganinya
- Berikan penyuluhan
kesehatan terkait
dengan kondisi
penyakit yang
dirasakan.
B. Edukasi Diet
- Identifikasi kebiasaan
pola makan saat ini
dan masa lalu.
- Identifikasi
keterbatasan finansial
untuk menyediakan
makanan.
- Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap kesehatan.
Diagnosa III
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077) Tujuan Intervensi
b.dAgen Pencedera Fisik Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Nyeri
d.d Mengeluh Nyeri keperawatan diharapkan - Identifikasi lokasi,
(SDKI Edisi I) tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
Keluhan nyeri menurun (3). intensitas nyeri.
- Identifikasi skala
nyeri.
- Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik tarik nafas
dalam.
- Jelaskan Penyebab
nyeri
LAPORAN PENDAHULUAN
MATA AJAR KEPERAWATAN GERONTIK
PERTEMUAN KE – 1
(KUNJUNGAN PERTAMA)
A. LATAR BELAKANG
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia menggunakan pendekataan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian merupakan langkah awal yang bertujuan mengumpulkan data tentang status
kesehatan klien.Data yang telah terkumpul dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah
kesehatan yang ada pada keluarga.
Jika berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien harus dilakukan pengkajian baik untuk anamnesa, pemeriksaan fisik/
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Daya yang perlu di kaji lebih lanjut :
a. Data umum
b. Lingkungan
c. Fungsi keluarga
d. Pemeriksaan fisik (khususnya bagi anggota keluarga yang berisiko tinggi
e. Harapan keluarga
2. Masalah keperawatan : belum ada
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa : (belum dapat dirumuskan)
2. Tujuan umum : dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang
timbulnya masalah kesehatan pada lansia.
3. Tujuan khusus :
- Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik
(khususnya bagi anggota keluarga yang berisiko tinggi)
- Terindentifikasi masalah kesehatan
C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik :
Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan
keluarga.
2. Metode :
Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
3. Media :
Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik
4. Waktu :
Jumat, 13 Maret 2020
5. Tempat :
Rumah Ny. W Salapajang RT 001/ RW 007
6. Strategi Pelaksanaan :
a. Orientasi :
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan kunjungan
4) Memvalidasi keadaan keluarga
b. Kerja :
1) Melakukan pengkajian
2) Melakukan pemeriksaan fisik (khusus untuk anggota keluarga yang lansia)
3) Mengidentifikasi masalah kesehatan
4) Memberikan reinforcement pada hal yang dilakukan keluarga
c. Terminasi
1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
2) Mengucapkan salam
7. Evaluasi
a. Struktur :
1) LP disiapkan
2) Alat bantu/ media disiapkan
3) Kontrak dengan keluarga yang tepat dan sesuai rencana
b. Proses :
1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
2) Keluarga aktif dalam kegiatan
c. Hasil :
1) Didapatkan data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga yang lasia
2) Teridentifikasi masalah kesehatan
DOKUMENTASI PERTEMUAN
Pertemuan 1
A. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan pemeriksaan tekanan
darah menunjukkan hasil di atas 140/90mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat,
dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu 5 menit.Dalam hal ini, 140/ nilai
diatas menunjukan tekanan sistolik, sedangkan 90/nilai bawa menunjukkan tekanan
diastolik (Sari Indah N.Y, 2017:2).
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140
mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap
hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95
mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-
160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008).
Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia
Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami
hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015).
Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Secara keseluruhan
prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 sebesar 26,5%. Sedangkan Sumatera
Utara didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 24,7% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi pada gerontik Ny.W yang tinggal di
RW 007, RT 001, Kelurahan Kalapajang, Kota Tangerang. Ny. W mempunyai 2
orang anak. 1 orang anaknya sudah menikah tapi masih tinggal satu rumah bersama
Ny. W dan juga menantunya, dan 1 orang anaknya belum menikah. Dari hasil
wawancara dengan Ny. W mengatakan bahwa Ny. W mempunyai penyakit darah
tinggi sejak lama. Hasil observasi di dapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, suhu
36.5 0C, nadi 85 x/menit, RR 19 x/menit. Ny. W mengatakan sering mengeluh pusing
dan sakit kepala. Ny. W. Ny. W hanya datang ke Posbindu yang diadakan oleh RT
tempatnya tinggal, ketika obat nya habis tidak kembali memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan, Ny. W mengatakan tidak mengontrol makanannya dan hampir
tidak pernah pantang terhadap makanan karena keluarga mempunyai kebiasaan
makan ikan asin hampir setiap hari.
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi dimasyarakat tersebut salah satunya
karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan anggota
keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan perawatan penderita
hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat merupakan klien 3 keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam
keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem
dalam keluarga akan terpengaruhi, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan
perhatian keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan
hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal.
Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan dengan
keluarga terhadap penderita hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi faktor yang
sangat berpengaruh dalam menentukan progam perawatan, karena keluarga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita hipertensi yang menuntut
pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga. Untuk
menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan
mempunyai pengetahuan tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku
perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan,
penatalaksanaan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi (Notoatmodjo, 2003).
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penderita hipertensi sangat
berdampak buruk bagi penderita sendiri. Pengetahuan saja belum menjamin terjadinya
perilaku. Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat pasien
hipertensi salah satunya adalah pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan klien
dapat :
a. Mengetahui pengertian tentang hipertensi
b. Mengetahui penyebab hipertensi
c. Mengetahui komplikasi hipertensi
d. Mengetahui pencegahan hipertensi
e. mengetahui pengobatan hipertensi
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan klien
dapat menyebutkan :
a. Menyebutkan pengertian tentang hipertensi
b. Menyebutkan penyebab hipertensi
c. Menyebutkan komplikasi hipertensi
d. Menyebutkan pencegahan hipertensi
e. Menyebutkan pengobatan hipertensi
C. Metode pelaksanaan
Ceramah, tanya jawab
E. Strategi pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Tempat : Rumah Klien ( RT/RW : 001/007)
Waktu : 11.30 – 12.00 WIB
G. Setting Tempat
A Keterangan :
D
A = Penyaji
B = Klien dan keluarga
C B C = Fasilitator
D = Observer
H. Susunan acara
I. Kriterian Evaluasi
1. Evaluasai Struktur
a. Pre planning telah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan
b. Media telah disiapkan sebelum pelaksanaan
c. Kontrak waktu, topik, dan tempat dengan gerontik
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan tepat materi yang akan di sampaikan
b. gerontik aktif memperhatikan materi yang akan disampaikan
c. gerontik aktif bertanya terhadap hal – hal yang belum diketahui
d. Pendidikan kesehatan berjalan lancar
3. Evaluasi Hasil
a. gerontik pasien dapat menyebutkan pengertian hipertensi
b. gerontik pasien menyebutkan minimal 3 dari penyebab hipertensi
c. gerontik pasien menyebutkan minimal 2 dari komplikasi hipertensi
d. gerontik pasien menyebutkan minimal 3 dari cara pengobatan hipertensi